Anda di halaman 1dari 54

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan

atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja

badan atau ucapan.1 Perilaku adalah suatu aktivitas yang dilakui oleh

manusia, baik yang seperti mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,

berpakaian dan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi baik

yang dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.2

Menurut Purwanto yang dikutip oleh Zakiyah dan Bintang

Wirawan, perilaku adalah segala tindakan atau perbuatan manusia yang

kelihatan atau tidak kelihatan yang didasari maupun tidak didasari

termasuk didalamnya cara berbicara, cara melakukan sesuatu dan

bereaksi terhadap segala sesuatu yang datangnya dari luar maupun dari

dalam dirinya.3 Dalam kehidupan sehari-hari istilah perilaku disamakan

dengan tingkah laku. Menurut Koentjaraningrat dikutip oleh Rokhmad

Prastowo yang dimaksud tingkah laku adalah perilaku manusia yang

prosesnya tidak terencana dalam gennya atau yang tidak timbul secara

naluri saja, tetapi sebagai suatu hal yang harus dijadikan milik dirinya

1
http://kbbi.web.id/perilaku, Pada tanggal 01 September 2015, Jam 05:47 WIB
2
Notoatmojdo Soekidjo, Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 138
3
Zakiyah dan Bintang Wirawan, Pemahaman Nilai-Nilai Syari’ah Terhadap Perilaku
Berdagang (Studi pada Pedagang di Pasar Bambu Kuning Bandar Lampung), Jurnal Sociologie,
Vol.1,No.4,h.331
dengan belajar.4 Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu

kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.

oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai

dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,

karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. sehingga yang

dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau

aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja dan

sebagainya. dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

perilaku (manusia) adalah serangkaian kegiatan atau aktifitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak

luar. Menurut Moefad salah satu dosen UIN Sunan Ampel Surabaya

perilaku itu terjadi karena adanya dorongan-dorongan yang kuat dari diri

dalam diri seseorang itu sendiri.5

Konsep dan Pengertian Perilaku menurut para ahli:

Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain :

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca, dan sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan

bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat

4
Rokmad Prastowo, Karakteristik Sosial Ekonomi dan Perilaku Kerja Perempuan
Pedagang Asongan, (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret, 2008), h.30
5
M. Moefad, Perilaku Individu dalam Masyarakat Kajian Komunikasi Social, (Jombang:
el-DeHA Press Fakultas Dakwah IKAHA, 2007), h.17
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan dalam

pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan

yang dilakukan oleh makhluk hidup. 6

Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk

berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan

refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.

Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap

lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua,

yakni:

1. Bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit),

2. Dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit),

Tentunya banyak juga para ahli memiliki pandangan masing-masing

tentang Pengertian perilaku ini, berikut daftar pengertian menurut para

ahli di bidangnya:

1) Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu

aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini

berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang

diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut

rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu

akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Robert Y. Kwick

menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan

suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.

6
Dikutip dari http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-perilaku -
menurut -ahli.html pada hari Rabu 30 agustus 2017 pukul 13:00 WIB
2) Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo,

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh

karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus – Organisme – Respon.

3) Menurut Heri Purwanto, perilaku adalah pandangan-pandangan

atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak

sesuai sikap objek tadi.

4) Menurut Petty Cocopio, perilaku adalah evaluasi umum yang

dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, obyek atau issue.

5) Menurut Chief, Bogardus, Lapierre, Mead dan Gordon Allport,

menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam

kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara

tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan

merupakan kecendrungan yang potensial untuk bereaksi dengan

cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus

yang menghendaki adanya respon.

6) Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood,

menurut mereka perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau

reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek

adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun


perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)

pada objek tersebut.

7) Menurut Elton Mayo Studi Hawthorne di Western Electric

Company, Chicago pada tahun 1927-1932 merupakan awal

munculnya studi perilaku dalam organisasi Mayo seorang

psikolog bersama Fritz Roetthlisberger dari Harvard University

memandu penelitian tentang rancang ulang pekerjaan,

perubahan panjang hari kerja dan waktu kerja dalam seminggu,

pengenalan waktu istirahat, dan rencana upah individu

dibandingkan dengan upah kelompok.

8) Menurut Reward dan Reinforcement, menurut pendapat mereka

tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kondisi,

yaitu tindakan mengenal atau memikirkan seseorang terlibat

langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk

pemecahan masalah.

9) Menurut Chester Barnard, Barnard dalam karyanya The

Functions of The Executive menekankan agar organisasi dan

individu dapat berhasil, organisasi atau individu tersebut harus

mengembangkan kerja sama. Barnard menekankan pentingnya

pengakuan terhadap adanya organisasi formal, Barnard

merupakan orang pertama yang memperlakukan organisasi

sebagai suatu system.


10) Menurut Parker Follet, keduanya memfokuskan studinya pada

hubungan antara atasan dan bawahan, Follet meletakkan

kelompok diatas individu. Melalui kelompok kemampuan

individu dapat dimaksimalkan, organisasi ditentukan oleh

kerjasama atasan dengan bawahan dengan meningkatkan

partisipasi, komunikasi, kooordinasi, dan pembagian wewenang.

11) Menurut Frederick Herzberg, sama halnya seperti Maslow,

Herzbeg dalam studinya juga mengembangkan konsep-konsep

motivasi yang mana merupakan penentu utama munculnya

motivasi yaitu kondisi tempat kerja, upah kualitas pengawasan

dan pengakuan, promosi dan peningkatan profesionalisme. 7

2. Bentuk Perilaku

Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan

tindakan, namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu

hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat

pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi

dan persepsi. Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon

terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Perilaku tertutup, Perilaku tertutup adalah respon seseorang

terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

7
Dikutip dari http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-perilaku -
menurut -ahli.html pada hari Rabu 30 agustus 2017 pukul 13:00 WIB
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang

terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka, Perilaku terbuka adalah respon seseorang

terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek (practice).

3. Proses Pembentukan Perilaku

Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor

tersebut antara lain :

1. Persepsi, Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan

melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan

sebagainya.

2. Motivasi, Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak

untuk mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan

dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku

3. Emosi, Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek

psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan

keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil

keturunan (bawaan), Manusia dalam mencapai kedewasaan

semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi

akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan, oleh


karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan

perilaku bawaan.

4. Belajar, Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku

dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan.

Barelson mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan

perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.

Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan.

Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yaitu:

1) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan


sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi

kebiasaan atau bersifat langgeng. 8

B. Pedagang

1. Pengertian Pedagang

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya, ialah pekerjaan

membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjuan

barang untuk ke tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan

maksud memperoleh keuntungan.

Pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan

sebagai pekerjaannya sehari-hari. Atau kata lain perdagangan adalah

pemberian perantara kepada produsen dan konsumen untuk

membelikan dan menjual barang-barang yang memudahkan dan

memajukan pembelian dan penjualan itu. Pedagang dibagi menjadi tiga,

yaitu :

a. Pedagang Besar (Distributor atau agen tunggal)

Distributor adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan

produk barang dagangan dari tangan pertama atau produsen secara

langsung. Pedagang besar biasanya diberi hak wewenang

wilayah/daerah tertentu dari produsen.

b. Pedagang menengah (agengan atau grosir)

Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang

dagangannya dari distributor atau agen tunggal yang biasanya akan

8
Soekidjo Notoatmodjo, Ilmu Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta) h. 17
diberi daerah kekuasaan penjualan atau perdagangan tertentu yang

lebih kecil dari daerah kekuasaan distributor.

c. Perdagangan eceran (pengecer)

Pengecer adalah pedagang yang menjual barang yang dijualnya

langsung ke tangan konsumen dengan jumlah satuan atau eceran.9

C. Pengertian Perilaku Pedagang

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Perilaku adalah tanggapan atau

reaksi individu terhadap rangsangan antau lingkungan.10 Perilaku

mengandung pengertian yang luas meliputi pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, sikap, kemampuan berpikir. Setiap perilaku ada yang

nampak atau bisa diamati, ada pula yang tidak bisa diamati. Perilaku yang

dapat dilihat disebut penampilan atau behavioral performance. Sedangkan

perilaku yang tidak dapat dilihat disebut behavioral tendency.11 Dalam

kehidupan sehari-hari istilah perilaku disamakan dengan tingkah laku.

Tingkah laku adalah perilaku manusia yang prosesnya tidak terencana

dalam gennya atau yang tidak timbul secara naluri saja, tetapi sebagai

suatu hal yang harus dijadikan milik dirinya dan dengan belajar.12

Dunia usaha atau pebisnis adalah aktor penting dalam ekonomi.

Para pebisnis ini dalam ekonomi berfungsi sebagai produsen barang atau

jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Sifat dasar konsumen adalah

9
Kensil Cristine S.T. Kansil, pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 15
10
Departemen Pendidikan nasional, kamus besar bahasa Indonesia edisi 3, (Jakarta: PT
Gramedia, 2008), h. 834
11
Ruswandi, Psikologi Pembelajaran, (Bandung : CV Cipta Pesona Sejahtera, 2013), h.
223
12
http://kbbi.web.id/perilaku, pada tanggal 30 agustus 2017, jam 20:00
mencari laba, sehingga dia akan berproduksi secara terus menerus untuk

menghasilkan laba. Hal ini tentu akan berpengaruh pada perilakunya. Oleh

karena itu, para produsen umumnya ingin menjual barang dan jasa pada

harga tinggi agar laba yang diterima secara mungkin. Perilaku produsen

seperti ini akan berpengaruh pada aktivitas perekonomian.13 Perilaku yang

baik mengandung kerja yang baik sangatlah dihargai dan dianggap sebagai

investasi bisnis yang benar-benar menguntungkan. Karena hal itu akan

menjamin adanya kedamaian dunia dan akhirat.14

D. Perilaku Produsen Muslim

Produsen dalam pengertian sederhana adalah pembuat produk.

Sementara konsumen adalah penikmat produk itu. Produsen adalah suatu

bisnis yang mengkhususkan diri dalam proses membuat produksi.

Produksi adalah proses yang dilakukan oleh produsen yang merupakan

aktivitas fungsional yang mesti dilakukan oleh setiap perusahaan. fungsi

ini bekerja menciptakan barang atau jasa yang bertujuan untuk

membentuk nilai tambah.15 Produsen dan konsumen mempunyai

hubungan kerjasama yang tidak bisa dipisahkan dan saling

membutuhkan. Produsen tidak akan pernah mendapat keuntungan, jika

tidak ada orang yang membeli produk itu. Demikian sebaliknya

konsumen tidak akan pernah terpenuhi kebutuhan dan keinginanya,

ketika tidak ada barang atau jasa dari produsen.16 Produsen dalam

13
Henry Faizal Noor, Ekonomi Publik, (padang: Akademia Permata, 2013), h. 60
14
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 37
15
Fauroni, Visi al-Qur’an ..., h. 103
16
Dede nurohman, Memahai Dasar-dasar Ekonom Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), h.
ekonomi adalah orang yang menghasilkan barang dan jasa untuk dijual

atau dipasarkan.

Perilaku produsen adalah kegiatan pengaturan produksi untuk

menambah kegunaan atau nilai guna suatu barang atau jasa. Dalam

kegiatan ini dikenal 5 jenis kegunaan,17 yaitu:

1. Guna bentuk, yaitu dalam melakukan proses produksi, kegiatannya

ialah mengubah bentuk suatu barang tersebut mempunyai nilai

ekonomi.

2. Guna jasa, yaitu kegiatan produksi yang memberikan pelayanan jasa.

3. Guna tempat, yaitu kegiatan produksi yang memanfaatkan tempat-

tempat dimana suatu barang memiliki nilai ekonomi.

4. Guna waktu, yaitu kegiatan produksi yang memanfaatkan waktu

tertentu. Misalnya pembelian beras yang dilakukan oleh bulog pada

saat musim panen dan dijual kembali pada saat masyarakat

membutuhkannya.

5. Guna milik, yaitu kegiatan produksi yang memanfaatkan modal yang

dimiliki untuk dikelola prang lain dan dari hasil tertentu ia mendapat

keuntungan.

Perilaku produsen sebagaimana perilaku konsumen merupakan

pemilihan atas berbagai alternatif. Dalam hal ini keputusan yang diambil

oleh seorang produsen adalah menentukan pilihan atas alternatif tersebut.

Produsen akan mengalokasikan dananya untuk menggunakan faktor

17
Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia,
2011), h. 162
produksi atau yang akan diproses menjadi output. Keseimbangan

produsen akan tercapai pada saat seluruh anggaran habis terpakai untuk

membeli faktor produksi. Kemudian setiap produsen akan berupaya

mencapai tingkat produksi yang optimum.18

Perilaku dalam produksi dalam usaha bidang ekonomi tujuan utama

adalah mencari keuntungan maksimum dengan mengatur penggunaan

pactor produksi seefisien mungkin, sehingga usaha memaksimumkan

keuntungan dapat dicapai dengan cara yang paling efisien. Dalam usaha

seorang muslim belum tentu seperti itu, beberapa aspek dalam

melakukan produksi oleh seorang muslim adalah :

a. Berproduksi adalah ibadah, sama saja seorang muslim

mengaktualisasikan Ibadah bersama dengan bisnis yang dijalankan.

b. Factor produksi yang digunakan untuk menyelenggarakan produksi

sifatnya tidak terbatas, untuk menggunakan manusia perlu berusaha

mengoptimalkan segala kemampuan yang telah Allah berikan.

Seorang muslim tidak akan kecil hati bahwa sesungguhnya rizki

adalah dari Allah.

c. Seorang muslim yakin bahwa Sesutu yang dikerjakan dengan ajaran

islam tidak membuat hidupnya menjadi sulit.

18
M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi (Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional), Jakarta: Kencana, 2010, h.147
d. Berproduksi bukan hanya mencari keuntungan belaka. Dalam islam

harta adlah titipan Allah sebagai amanah untuk dikelola mencapai

kemaslahatan.

e. Seorang muslim menghindari praktek produksi yang mengandung

unsure haram atau riba, pasar gelap dan spekulasi.

E. Etika

1. Pengertian Etika

Etika atau ethics bersal dari bahasa inggirs yang mengandung

banyak pengertian. Dari segi etimologi, istilah etika berasal dari

bahasa latin ethius (dalam bahasa Yunani adalah ethicos) yang berarti

kebiasaan, pengertian ini lambat laun berubah manjadi suatu ilmu

yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia,

mana yang dapat dinilai baik dan mana yang tidak. Sedangkan dari

segi terminologi, etika merupakan aturan-aturan konvensional

mengenai tingkah laku individu dalam masyarakat beradab, tata cara

formal atau tata krama lahir untuk mengetahui hubungan antar pribadi,

sesuai dengan status sosial masing-masing. Etika dapat didefinisika

sebagai prinsip moral yang membedakan yang baik dan buruk. Etika

adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan

menentukan apa yang dilakukan oleh seorang individu.19

Menurut DR. H. Hamzah Yakub sebagaimana yang dikutip oleh

Suwardi ke dalam Etika Profesi Hukum menyatakan bahwa etika

19
Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2004), h. 15.
adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk

dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang kita ketahui

oleh akal yang berdasarkan peraturan dan norma-norma sosial,

budaya, dan agama yang berlaku dalam masyarakat.20

Dapat dikatakan bahwa etika adalah seperangkat nilai tentang

baik, buruk, benar, dan salah yang berdasarkan prinsip moralitas,

khususnya dalam perilaku dan tindakan sehingga etika menjadi salah

satu faktor penting bagi terciptanya kondisi manusia yang lebih baik. 21

Menurut penulis etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan

manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana

yang benar dan mana yang buruk. Etika menekankan nilai yang

dilaksanakan setiap orang, nilai tersebut berkaitan dengan pengaturan

bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku dengan baik seperti

hormat, kejujuran, keadilan dan tanggungjawab.

F. Bisnis

1. Pengetian Bisnis

Bisnis adalah usaha komersial dalam dunia perdagangan, bidang

usaha, usaha dagang. Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya Bisnis

adalah usaha komersial dalam dunia perdagangan, bidang usaha,

usaha dagang. Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan

adalah al- tijarah, al-ba’i tadayantum, dan isytara. Tetapi seringkali

kata yang digunakan yaitu al- tijarah dan bahasa arab tijarah yang

20
Surwadi K, Etika Profesi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika,2002), h. 2
21
H. Idri, Hadist Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, (Jakarta: Kencana, 2016), h.
325
bermakna berdagang. Menurut ar-Raghib al-Asfahani dalam al

Mufradat fi gharib al-Qur’an,at-tijarah bermakna pengelolaan harta

benda untuk mencari keuntungan. 22

Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan

nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau

pengelolaan barang (produksi). Bisnis merupakan aktivitas berupa

jasa, perdagangandan industri guna memaksimalkan keuntungan.

Yusanto dan Wijayakusuma seperti yang dikutip oleh Muhammad

mendefinisikan bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam

berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya

(barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara

memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal

dan haram.23

Bisnis berasal dari kata inggris, business (biznes), artinya:

perusahaan atau usaha, seperti dalam ungkapan: “the grocery

business”= perusahaan sayur-sayuran, dan ungkapan: “this store is

going out of business’ = toko ini akan menghentikn usahanya. Dalam

bahasa Indonesia, bisnis diartikan dengan: “Usaha komersil dalam

dunia perdagangan; bidang usaha; usaha dagang. Dengan demikian

etika bisnis adalah ilmu yang membahas tentang usaha komersil dari

sudut pandang baik buruk dan salah benar menurut ukuran moral. Dan

yang dimaksud dengan etika bisnis islam atau etika bisnis dalam
22
Muhammad dan Lukman Fauroni, V isi al- Qur’an: Tentang Etika dan Bisni, (Jakarta:
Salemba Diniyah, 2002), h. 30
23
Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakart: UPP AMP YKPN, 2002), h. 38
islam, ialah: ilmu yang membahas perihal usaha ekonomi khususnya

perdagangan dari sudut pandang baik dan buruk serta salah dan benar

menurut standar akhlak islam.24

Oleh karena itu, hal yang membedakan antara sistem islam

dengan sistem maupun agama lain, adalah bahwa antara ekonomi dan

akhlak tidak pernah terpisahkan sama sekali seperti halnya tidak

pernah terpisah antara ilmu dan akhlak, antara politik dan akhlak, dan

antara perang dan akhlak. Akhlak adalah daging dan urat nadi

kehidupan islami.25

Bisnis adalah sebuah aktifitas yang mengarah pada peningkatan

nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau

pengolahan barang (produksi) guna memaksimalkan nilai keuntungan.

Aktivitas bisnis dilakukan sebagai suatu dari seseorang, atau aktivitas

kelompok orang dan atau dilakukan oleh suatu organisasi. 26 Banyak

orang berniat dan termotivasi menciptakan bisnis untuk mendapatkan

penghasilan. Dalam system kapitalis, bisnis atau perusahaan didirikan

untuk mendapatkan laba maksimal.

Menurut scholl bisnis adalah aktifita yang diorganisasi dan

diatur untuk menyediakan barang dan atau jasa konsumen dengan

tujuan mencari laba. Menurut R.W. Griffin bisnis (perusahaan) adalah

organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud untuk

24
Amin suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi Dan Keuangan Islam, 2008
(Jakarta:Qolam Publising), h.293
25
Yusuf qaradhawi, Peran Nilai Moral Dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2001 ), h.5
26
Basri, Bisnis Pengantar Edisi Pertama, (Yogyakarta: BPFE, 2005), h.1
mendapatkan laba.27 Jadi bisnis merupakan suatu lembaga

menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Dalam hal ini termasuk jasa dari pihak pemerintah dan swasta yang

disediakan untuk melayani anggota masyarakat. Bisnis berati sejumlah

total usaha yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi,

transfortasi, komunikasi, usaha jasa dan pemerintahan yang bergerak

dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa konsumen.28

Sedangkan mengenai istilah “bisnis”yang dimaksud adalah

suatu urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang

dihubungkan dengan produksi atau pertukaran barang atau jasa

dengan menempatkan uang dari para enterpreneur dalamresiko

tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan

keuntungan. Bisnis adalah suatu kegiatan di antara manusia yang

menyangkut produksi, menjual dan membeli barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.29

Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang

menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi

barang dan jasa dalam kehidupan sehari hari. Bisnis merupakan suatu

organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan.30 Musselman dan Jackson mereka

27
Basri, Bisnis Pengantar..., h.1
28
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 115
29
A. Sonny Keraf, EtikaBisnis, h...,50
30
Abdul Aziz, Etika Bisnis..., h.29
mengartikan bahwa bisnis adalah suatu aktivitas yang memenuhi

kebutuhan dan keinginan masyarakat, perusahaan yang

diorganisasikan untuk terlibat dalam aktivitas tersebut.

Menurut Gloss, Steade dan Lowry seperti yang dikutip Abdul

Aziz bahwa Bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir

oleh orang orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan

industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan

mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup

mereka.31

Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-

tijarah, al-bai’, tadayantum, dan isytara. Tetapi yang seringkali

digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berawal

dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna

berdagang atau berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan,

perniagaan (menurut kamus al-munawwir).

Menurut ar-Raghib al-Asfahani dalam al-mufradat fi gharib al-

Qur’an, at-Tijarah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari

keuntungan. Menurut Ibnu Farabi, yang dikutip ar-Raghib , fulanun

tajirun bi kadza, berarti seseorang yang mahir dan cakap yang

mengetahui arah dan tujuan yang diupayakan dalam usahanya.

Aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan semata manusia tetapi

juga dilakukan antara manusia dengan Allah swt, bahwa bisnis harus

31
Adul Aziz, Etika Bisnis..., h.29
dilakukan dengan ketelitian dan kecermatan dalam proses administrasi

dan perjanjian-perjanjian dan bisnis tidak boleh dilakukan dengan cara

penipuan, dan kebohongan hanya demi memperoleh keuntungan.

Dalam hal ini, ada dua definisi tentang pengertian perdagangan,

dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu menurut mufassir dan

ilmu fikih:

1. Menurut Mufassir, Bisnis adalah pengelolaan modal untuk

mendapatkan keuntungan.

2. Menurut Tinjauan Ahli Fikih, Bisnis adalah saling menukarkan

harta dengan harta secara suka sama suka, atau pemindahan hak

milik dengan adanya penggantian.

3. Menurut cara yang diperbolehkan penjelasan dari pengertian

diatas :

a. Perdagangan adalah suatu bagian muamalat yang berbentuk

transaksi antara seorang dengan orang lain.

b. Transaksi perdagangan itu dilaksanakan dalam bentuk jual

beli yang diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul.

c. Perdagangan yang dilaksanakan bertujuan atau dengan motif

untuk mencari keuntungan.

G. Etika Bisnis Islam

1. Pengertian Etika Bisnis Islam

Etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar,

dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip


moralitas. Dalam arti lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan

norma di mana perilaku bisnis harus komit padanya dalam

bertransaksi, berprilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan-tujuan

bisnisnya dengan selamat. 32

Etika bisnis Islam secara tidak langsung mempelajari tentang

mana yang mengandung hal baik atau hal yang buruk, benar atau salah

sesuai dengan prinsip-prinsip moralitas. Kajian etika bisnis terkadang

berhubungan dengan management ethics atau organizational ethics. Jad

etika bisnis merupakan sebuah pemikiran atau refleksi tentang moralitas

dalam ekonomi dan bisnis. Sehingga, Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam

yang sesuai dengan sumber ajaran Islam yang terkandung dalam Al-

Qur’an memberikan pandangan bahwa antara bisnis dan etika tidak bisa

terpisah, ibarat dua bangunan yang bisa terpisah, melainkan suatu

kesatuan33.

Karena dalam islam etika bisnis Islam yang diatur dalam Al-

Qur’an bukan semata-mata upaya meraih keuntungan material, tetapi

sekaligus berupaya mencapai tujuan spiritual, yakni mencapai tujuan

kemanusiaan sebagai makhluk dan khalifah untuk mencapai keridhoan

Allah SWT. Dapat dikatakan bahwa etika bisnis adalah seperangkat

aturan moral yang berkaitan dengan baik, buruk, benar, dan salah,

bohong, jujur. Etika dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku

manusia dalam menjalankan aktivitas bisnis yakni menjalankan

Muhammad dan Lukman Faurozi, Visi…,h. 70


32
33
Muhammad, Agama,etika...h.5
pertukaran barang dan jasa atau uang yang saling menguntungkan untuk

memperoleh keuntungan. Dengan demikian etika bisnis adalah tuntutan

nasehat etis manusia dan tidak bisa dipenggal atau ditunda untuk

membenarkan tindakan yang adil dan tidak bermoral. Etika bisnis harus

dijunjung tinggi agar bisnis itu membuahkan hasil yang dapat

memuaskan semua pihak yang terlibat dalam bisnis itu.34

Yang paling dominan dari diatas adalah moralitas yang

membahas tentang baik atau buruk, terpuji atau tercela, benar atau

salah, wajar atau tidak wajar, pantas atau tidak pantas dari perilaku

manusia. Serta kajian tersebut ditambah dengan halal-haram.35

2. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam

jual beli adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta

kepada pihak lain dengan mengunakan uang sebagai alat ukurnya.

Menurut etimologi jual beli adalah penukaran sesuatu dengan sesuatu

(yang lain). 36

Aktifitas bisnis menurut Islam harus dipandang sebagai suatu

karya atau kerja manusia dalam menjalankan kegiatan "produksi". Dan

islam telah secara jelas menganjurkan umatnya untuk berusaha mencari

rizki dimuka bumi ini sebagai bekal hidupnya didunia dalam menopang

ibadahnya kepada Allah SWT. Segala sumber daya alam yang tersedia

di dunia terdiri atas tanah yang subur dengan segala kandungan yang

34
H. Idri, Hadist Ekonomi...h.326
35
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2001), h. 22
36
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah (kaya Didunia terhormat di akhirat), (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 87
ada didalamya seperti air dan mineral dan sebagainya semata-mata

Allah SWT ciptakan supaya manusia mengelola dan memanfaatkanya

demi mencapai kesejahteraan lahir batin. Ini sejalan dengan firman

Allah:

  



  
 
  
  
  
 
Artinya :Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. kami tidak
memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu
berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabatmu, dan penuhilah janji
Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
ingat.(QS. Al-An’am : 152)37

Dalam berbisnis, Islam memberikan pedoman berupa norma-


norma atau etika untuk menjalankan bisnis agar pelaku bisnis benar-
benarr konsisten dan memiliki rasa responsibility yang tinggi. Maka
dengan adanya norma-norma atau etika spiritual yang tinngi, iman dan
ahlak yang mulia, merupakan kekayaan yang tidak habis dan sebagai
pusaka yang tidak akan pernah sirna. 38

Departemen Agama RI, Mushaf …, h. 150


37

Yusus Qardawi, Norma…,h. 63


38
3. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

Prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik

sesuangguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai

manusia pada umumnya. Demikian pula, prinsip itu sangat erat terkait

dengan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat masing-masing.

Sebagai etika khusus atau etika terapan, prinsip-prinsip dalam

etika bisnis yang sesungguhnya adalah penerapan dari prinsip etika

pada umumnya.

Beberapa prinsip etika bisnis adalah:39

a. Otonomi, otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk

bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang

dianggapnya baik untuk dilakukan. Orang yang otonom adalah

orang yang sadar sepenuhnya apa yang menjadi kewajibannya

dalam dunia bisnis.

b. Tanggungjawab, orang yang otonom adalah orang yang tidak saja

sadar akan kewajibannya dan bebas mengambil keputusan dan

tindakan berdasarkan kewajibannya, melainkan orang yang

bersedia mempertanggung jawabkan keputusan dan tindakannya

serta dampak dari keputusan dan tindakan itu.

39
Burhanuddin Salam, Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta:
PT. Bineka Cinta, 1997), h. 157
c. Kejujuran. Merupakan suatu prinsip etika bisnis, kejujuran

merupakan suatu jaminan dan dasar bagi kegiatan bisnis yang baik

dan berjangka panjang.

Dalam dunia bisnis, kejujuran menemukan wujudnya dalam

berbagai aspek, yaitu:

1. Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan

kontrak yang terkait langsung dengan keadilan komutatif yang

menuntut agar semua pihak memnuhi apa yang telah dijanjikan

dengan nilai yang persis sama dengan apa yang diperolehnya.

2. Kejujuran dalam penawaran barang dn jasa dengan mutu yang

baik.

d. Tidak berbuat jahat dan prinsip berbuat baik. Kedua prinsip ini

sesungguhnya berintikan prinsip moral sikap baik kepada orang

lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, dalam bidang apa saja,

kita dituntut untuk bersikap baik kepada mereka. Atas dasar prinsip

inilah bisa dibangun semua rinsip moral lainnya. Perwujudan

prinsip ini mengambil dua bentuk, pertama: prinsip ini bersikap

baik menuntut agar aktif dan maksimal kita berbuat hal yang baik

bagi orang lain. Kedua: dalam wujudnya yang minimal dan pasif,

sikap ini menuntut agar kita tidak berbuat jahat kepada orang lain.

Yang diharapkan adalah bahwa dalam situasi apapunkita

melakukan tindakan yang baik atau menguntungkan orang lain.


Tapi, kalau situasinya tidak memungkinkan untuk itu, maka jangan

melakukan sesuatu yang dapat merugikan orang lain.

e. Keadilan. Prinsip ini menuntut agar kita memperlakukan orang lain

sesuai dengan haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan jangan

sampai dilanggar, kita pun mengharapkan agar hak kita dihargai

dan tidak dilanggar. Dalam arti tertentu prinsip ini sebenarnya

menunjang ketiga prinsi diatas, sehingga dalam situasi yang sama

mereka semua pantas diperlakukan secara sama juga.40

Maka dijelaskan dalan surat Al-Maidah: 8.

 
 
  
  
 
  
 
 
  
  
   
 
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”41

40
Burhanudin Salam, Etika Sosial...h. 159
41
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung:
Diponegoro, 2005), h. .
H. Perilaku Produsen Muslim ditinjau dari Etika Bisnis Islam

Perilaku produsen, pada dasarnya mengetengahkan sikap

pengusaha dalam memproduksi barang atau jasa. Sementara itu, dalam

produksi sendiri berarti menciptakan manfaat, bukan menciptakan

secara fisik sesuatu yang tidak ada, tetapi membuat barang atau jasa

yang diproduksi menjadi bermanfaat. Untuk itu, perilaku produsen

dalam produksi barang atau jasa memiliki konsep tersendiri dalam etika

bisnis Islam. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa Islam adalah

agama yang universal dan komprehensif, yaitu mengandung ajaran

yang menyentuh seluruh kehidupan. Ketika manusia diperhadapkan pada

masalah ekonomi, maka Islam memenuhi kebutuhan tersebut dengan

menyajikan aturan mainnya dalam bidang muamalah, demikian pula

dengan bidang lainnya.42

Etika dalam berbisnis sangat diperlukan keberadaannya, karena

dalam bisnis selalu menjalin kerjasama dengan orang lain. Setiap

pengusaha dalam ekspansi usahanya akan berhadapan dengan relasi

yang tentu saja memiliki karakter yang berbeda. Untuk itu, mereka

harus mengetahui kode etik bisnis yang dijalani oleh relasi. Keberadaan

etika bisnis bukan hanya menghindari pelanggaran adat yang dapat

merusak harmonisasi kerjasama, tetapi juga melalui etika bisnis Islami

non muslim pun dapat memahami falsafah bisnis dan cara kerja dalam

42
Jurnal Hunafa Vol. 4 No. 3, September 2007:207-216212
Islam. Dalam etika bisnis perlu diketahui aspek-aspek yang

mempengaruhinya. Yaitu, faktor kebudayaan, pendidikan dan lingkungan

keluarga di samping agama bahkan dipengaruhi pula oleh sifat atau ciri-

ciri bisnis yang bersangkutan (Rodney Wilson, 1988:31). Pengaruh

faktor kebudayaan, pendidikan dan lingkungan keluarga dala etika

bisnis dapat dirasakan jika kita menjalin kerjasama Ermawati,

Perilaku Produsen dengan orang lain yang berbeda budaya,

pendidikan atau pun lingkungan keluarga. Namun, keadaan ini akan

berbeda jika masuk pada wilayah etika bisnis Islam. Dimana dalam

etika bisnis Islam aspek yang paling mendasar terdapatdalam Al-Qur’an

dan Sunnah. Dewasa ini, banyak ketidak sempurnaan pasar yang

seharusnya dapat dilenyapkan bila prinsip ini diterima oleh masyarakat

bisnis dari bangsa-bangsa berada di dunia. Prinsip perdagangan dan

niaga ini telahada dalam Al-Qur’an dan Sunnah, seperti mengenai

larangan melakukan sumpah palsu, larangan memberikan takaran yang

tidak benar dan keharusan menciptakan itikad baik dalam transaksi

bisnis (Neni Sri Imaniyati, 2002:169). Sebagaimana termaksud dalam

QS. Al-Mutaffifin (83):1-4, sebagai berikut:

 
  
 
 
  
 
   
 
 
Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang

(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain

mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang

untuk orang lain, mereka mengurangi”.

Berdasarkan ayat di atas, kaitannya dengan perilaku produsen dalam

etika bisnis Islam, maka prinsip yang harus dipegang teguh oleh

produsen adalah jujur dalam setiap melakukan transaksi sehingga dapat

diperoleh ridha Allah dalam kepuasan kedua belah pihak, yaitu

produsen dan konsumen dalam berbisnis. Apalagi di era modern ini,

berbagai macam atau cara manusia dalam bertransaksi akan

melahirkan dan memberi peluang terhadap perilaku produsen dalam

kegiatan bisnisnya. Sehingga dibutuhkan pengetahuan produsen

terhadap etika dalam berbisnis yang berorientasi pada kemaslahatan.

Prinsip lain dalam etika bisnis Islam adalah prinsip-prinsip yang merujuk

pada prinsip-prinsip ekonomi Islam, yaitu: pertama, Islam menentukan

berbagai macam kerja yang halal Dan yang haram. Kerja yang halal saja

yang dipandang sah kedua, kerjasama kemanusiaan.

yang bersifat gotong royong dalam usaha memenuhi kebutuhan harus

ditegakkan dan ketiga, nilai keadilan dalam kerjasama kemanusiaan

ditegakkan. Dengan berbagai pemikiran tentang etika bisnis Islam

terhadap perilaku produsen di atas, maka ketika seorang produsen

menjalankan usahanya, yang perlu dijunjung tinggi adalah kejujuran


dan keadilan serta kepercayaan yang telah dijalin dalam kerjasama.

Sehingga, sekalipun antar produsen berbeda budaya, pendidikan,

lingkungan keluarga dan perbedaan-perbedaan yang lain, jika

kejujuran, keadilan dan kepercayaan atau kesetiaan ataupun i’tikad baik

yang menjadi barometer dalam berperilaku produsen, maka usahanya

mencapai nilai guna secara dunia karena memiliki relasi yang variatif,

juga sejahtera secara ukhrawi karena mendapat berkah dalam usahanya.

Perilaku produsen Muslim adalah kegiatan pengaturan produksi

untuk menambah kegunaan atau nilai guna suatu barang atau jasa menurut

syariat Islam. Meurut syariat Islam nilai etika jual beli syariah yang harus

ditaati dalam perdagangan oleh para pedagang muslim adalah dalam

melaksanakan kegiatan perdagangan, yaitu (1) menegakkan larangan

memperdagangkan barang-barang yang diharamkan, (2) perdagangan jauh

dari sifat najis dan bahaya, (3) bersikap benar, amanah, dan jujur, (4)

menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga, (5) menegakkan

toleransi dan persaudaraan, (6) berpegang pada prinsip bahwa

perdagangan adalah bekal menuju akhirat.43

Menurut Ahmad Surapto, nilai etika yang harus disertakan dalam

perilaku bisnis islam diantaranya yaitu:44

43
Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
h.173
44
Beekum, Rafiq Issa, Islamic Business Ethict, ( Ahli Bahasa : oleh Ahmad Surapto,
Lentera Ilmu, Surabaya, 2007, h12-15
1. Keseimbangan dunia akhirat dalam kegiatan ekonomi seorang Muslim

meliputi waktu yang lebih luas, Dunia dan akhirat. Terdapat 3 teori

yang berhubungan dengan aktifitas manusia dan ekonomi yaitu

a. Orang yang mengutamakan mencari nafkah kehidupan dunia

sehinga melupakan pengabdianya kepada tuhanya dan mereka

termaksud orang yang celaka.

b. Orang yang mengutamakan pengabdianya kepada Tuhan

sehingga melalikan akan keperluan hidupnya di dunia, ia

termasuk yang beruntung.

c. Orang yang mengutamakan kedua-duanya dan menjadikan usaha

ekonomi sebagai media untuk membesarkan pengabdianya

kepada Allah.

2. Kemaslahatan (kesejahteraan sosial)

a. Jika seorang membutuhkan sesuatu maka orang lain harus

memberikannya, dengan mengambil keuntungan sedikit mungkin.

b. Jika seorang membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih baik

baginya untuk kehilangan sedikit uang dengan membayartnya

lebih dari harga sebenarnya.

c. Dalam hal mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman seorang

harus bertindak secara bijaksana dalam memberikan waktu yang

lebih banyak untuk melunasi hutangnya.

d. Barang-barang yang telah dibeli seharusnya diperbolehkan untuk

melakukanya demi kebijakan.


e. Merupakan tindakan yang sangat baik bagi sang peminjam jika

mereka membayar hutangnya tanpa harus perlu diminta.

f. Ketika menjual barang secara kredit seseorng harus cukup

bermurah hati tidak memaksa membayar ketika orang tidak

mampu membayar dalam waktu yang telah di tentukan.

3. Nilai-nilai kebaikan

a. Setiap hari harus memperbarui niat dan akidah untuk memulai

aktifitas bisnis.

b. Tujuan melakukan bisnis adalah untuk menaikan fardu kifaya

atau tugas dalam bermasyarakat.

c. Kesibukan dalam menjalankan aktifitasnya tidak menghalangi

untuk mengingat Allah.

d. Tidak rakus dan serakah

e. Dalam menjalankan bisnis, bukan hanya untuk menjauhi yang

haramnya saja namun senantiasa memelihara diri dari perbuatan

syubuhat.

f. Berusaha untuk menjaga diri melakukan transaksi dengan orang-

orang yang tidak adil.

Adapun etika yang telah digariskan dalam Islam, yang terdapat

dalam Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah saw, adalah sebagai berikut :

1. Jujur (Transparan).

Janelle Brarlow dan Dianna Maul dalam buku Emotional

Value: Creating Strong Brand with Your Customer sebagaimana


dikutip oleh Thorik Gunara mengatakan bahwa banyak pelanggan

pada saat ini yang tidak lagi butuh sebuah service atau produk

dengan kualitas yang tinggi, tetapi sebuah nilai tambah secara

emosional yang sangat lebih berharga daripada nilai dari produk atau

jasa itu sendiri. Kejujuran dan pelayanan merupakan hal yang

prinsipil untuk siapa pun yang menyebut dirinya businessman.45

Menjadi pedagang yang jujur seperti yang dicontohkan oleh

Rasulullah tidaklah mudah, apalagi zaman materialistik seperti

sekarang. Sudah banyak contoh pengusaha yang menghuni sel

penjara karena perbuatan mereka yang tidak jujur dengan cara

melakukan korupsi uang negara dengan bekerja sama dengan pejabat

terkait.

Sebagai seorang pedagang seharusnya jangan melakukan

perbuatan curang yang akan merugikan orang lain. Langkah yang

tepat adalah melakukan perbuatan yang justru dapat menimbulkan

empati dari rekan pedagang lainnya yaitu dengan memberikan

keunggulan kompetitif. Di antara hal yang bisa menjadikan nilai

tambah adalah dengan bersikap jujur sehingga akan menimbulkan

rasa percaya terhadap orang yang memberikan barang dagangan.

Kejujuran bukanlah hal sepele, tetapi menjadi hal penting dalam

menjalankan perdagangan. Tanpa adanya kepercayaan dari

45
Laode kamaluddin dan Aboza M , Cerdas Bisnis Cara Rasullah,(jakarta, richmuslim
Adikarya Bangsa,2009),h.34
konsumen, sebuah produk bisa saja tidak laku sehingga merugikan

produsen produk tersebut.

Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan

usaha jual-beli. Jujur dalam arti luas tidak berbohong, tidak menipu,

tidak mengada-ada, berdasarkan fakta, tidak berkhianat, serta tidak

pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Mengapa harus jujur?

Karena bersikap tidak jujur merupakan perbuatan dosa dan dilarang

dalam agama Islam. Pelaku bisnis yang curang dan bersikap tidak

jujur tentu dapat merugikan orang lain. Bias saja hasil

ketidakjujurannya dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat

ganda, namun semua itu tidak akan berkah dan dilaknat Allah Swt.

Pelaku tidak jujur bisa menjadi contoh yang buruk bagi kehidupan

keluarganya maupun bagi masyarakat. Bahkan sifat jujur ini

merupakan sifat Rasulullah saw yang patut ditiru. Rasulullah saw

dalam berbisnis selalu mengedepankan sifat jujur. Beliau selalu

menjelaskan kualitas sebenarnya dari barang yang dijual serta tidak

pernah berbuat curang bahkan mempermainkan timbangan.

Kejujuran merupakan syarat mutlak bagi pebisnis yang ingin

usahanya maju. Pengertian jujur tentu saja dalam arti luas yaitu tidak

bohong, tidak menipu, tidak merekayasa atau mengada-ada, tidak

berkhianat, tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Dalam

jangka panjang akan menciptakan suatu pola kehidupan yang

seimbang. Tidak ada kecurigaan dari pihak konsumen kepada


penjual, begitupun penjual tidak mempunyai perasaan negatif kepada

konsumen.

2. Menjual Barang yang Halal

Al-qur’an dengan tegas telah meletakkan konsep dasar halal

dan haram yang berhubungan transaksi dalam perdagangan. Menurut

Mustaq Ahmad sebagaimana di kutip oleh Muhammad Djakfar,46

semua hal yang berhubungan dengan harta benda hendaknya dilihat

dan dihukum dengan kedua kriteria halal dan haram ini. Orang-orang

mekah yang hidup di zaman Rasulullah saw sama sekali tidak

membedakan antara bisnis dan riba. Bagi mereka keduanya adalah

sama. Akhirnya al-Qur’an membangun konsep halal dan haram

dengan penegasan bahwasanya jual beli adalah dihalalkan,

sedangkan riba diharamkan. Pengharaman riba apapun bentuk dan

namanya karena merupakan kedzaliman terhadap orang lain

sehingga menciderai rasa keadilan. Sebab semua bentuk transaksi

yang dilakukan dengan praktik jahat dilarang oleh Islam. Semua

larangan itu berdasarkan pada suatu prinsip “jangan ada ketidak

adilan dan jangan ada penipuan dalam segala aktivitas jual beli yang

dilakukan oleh siapapun, esensi dari bisnis yang tidak dihalalkan

adalah suatu bisnis yang didalamnya mengandung cara konsumsi

46
Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis Membangun Wancana Integrasi Perundangan
Nasional dengan Syariah, cet.I, (Malang UIN press, 2009), h.198
yang tidak halal, atau melanggar dan merampas hak dan kekayaan

orang lain. 47

3. Menjual Barang yang Baik Mutunya

Salah satu cacat etis dalam perdagangan adalah tidak

transparan dalam hal mutu, ini berarti mengabaikan tanggungjawab

moral dalam dunia bisnis. Padahal tanggungjawab yang di harapkan

adalah tanggungjawab yang berkesinambungan (balance) antara

memperoleh keuntungan ( profit ) dan memenuhi norma-norma

dasar masyarakat baik berupa hukum, maupun etika atau adat.

Menyembunyikan mutu sama halnya dengan berbuat curang dan

bohong. Bukankah kebohongan itu akan menyebabkan ketidak

tentraman, sebaliknya kejujuran akan melahirkan ketenangan.

Mengejar keuntungan dengan menyembunyikan mutu,

identik dengan bersikap tidak adil. Bahkan secara tidak langsung

telah mengadakan penindasan terhadap pembeli. Penindasan

merupakan aspek negatif bagi keadilan,48 yang sangat bertentangan

dengan ajaran Islam. Penindasan merupakan kedzoliman. Sikap

macam ini antara lain yang menghilangkan sumber keberkahan,

karena merugikan atau menipu orang lain yang di dalamnya terjadi

eksploitasi hak-hak yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.

4. Tidak Menyembunyikan Cacat Barang

47
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam , cet. I, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2003),
h.125
48
Muhammad Nejatullah siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991), h.46
Ibnu Majah menuturkan dari Watsilah bin Al-Asqa ra, dia

berkata ‘Aku pernah mendengar Nabi saw bersabda, “Barang siapa

yang menjual suatu barang yang mempunyai cacat yang tidak

diterangkannya, niscaya dirinya berada dalam murka Allah dan para

malaikat pun mengutuknya.49

5. Tidak Melakukan Sumpah Palsu

Seringkali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari terutama di

kalangan para pedagang kelas bawah apa yang dikenal dengan obral

sumpah, dalam bahasa daerah ini sering kita dengar dengan kata

horam, noji ada untungnyo, dengan maksud untuk meyakinkan

pembeli bahwa barang dagangannya tidak ada untung dengan

harapan agar orang terdorong untuk membelinya. Dalam Islam

perbuatan semacam ini tidak dibenarkan karena juga akan

menghilangkan keberkahan. Janganlah sekali-kali bersumpah atas

nama Allah ketika berjual bel, dan jangan membiasakan diri berbuat

demikian, karena keuntungan dunia yang kita kejar adalah lebih

kecil dan lebih rendah daripada seorang itu bersumpah atas nama

Allah meskipun itu benar.50 Allah melarang bersumpah palsu untuk

melakukan penipuan dan meyakinkan orang lain terhadap barang

yang di jual. Tetapi jika sumpah dalam jual beli itu dilakukan dengan

penuh kejujuran, maka sumphanya tetap makruh, tetapi makruh

49
Sunan Ibnu Majah (no, 2247) Kitab At-Tijarah, tentang orang yang menjual barang
cacat, maka ia harus menjelaskannya
50
Imam Al Ghazali, Benang Tipis Antara Halal dan Haram, (surabaya :putra
pelajar,2002), h. 217
dengan pengertian tanzih (sebaiknya dihindari ) karena yang

demikian itu sebagai upaya melariskan dagangan sekaligus sebagai

upaya mencari daya tarik pembeli dengan banyak mengumbar

sumpah.

6. Longgar dan Murah Hati

Murah hati ini bagian dari upaya untuk menciptakan kepuasan

pelanggan (customer satisfaction ). Kepuasan pelanggan tidak hanya

berdasarkan kualitas produk yang kita sampaikan kepada pelanggan,

melainkan juga bagaimana cara kita menyampaikannya. Terjadi

kontak antar penjual dengan pembeli. Seorang penjual diharapkan

bersikap ramah dan bermurah hati kepada setiap pembeli. Dengan

sikap ini seorang penjual akan mendapat berkah dalam penjualan dan

akan diminati oleh pembeli. Kunci suksesnya adalah pelayanan

kepada orang lain. Hadits riwayat al-Turmudhi dari ikrimah ibn

Ammar dari Abu Zumayi dari malik ibn Marthad dari bapaknya, dari

Abi Dharr, yang berbunyi: Rasulullah saw bersabda : “Senyummu

kepada Saudaramu adalah sedekah bagimu51

Rasulullah saw menganjurkan agar parapedagang selalu

bermurah hati dalam melakukan bisnis, murah hati dalam pengertian;

ramah tamah, sopan santun murah senyum, suka mengalah, namun

tetap tanggung jawab. Sebagaimana dikatakan Rasulullah, “Allah

51
Sunan al-Turmudhi, jus 7;213
berbalas kasih kepada orang yang murah hati ketika ia menjual, bila

membeli dan atau ketika menuntut hak.

Pada hadist yang lain beliau juga mengatakan, “Allah

memberkahai penjualan yang mudah, pembelian yang mudah,

pembayaran yang mudah, dan penagihan yang mudah”.52 Bukanlah

senyum dari seorang penjual terhadap pembeli merupakan wujud

refleksi dari sikap ramah yang menyejukkan hati sehingga para

pembeli akan merasa senang. Dan bahkan bukan tidak mungkin

pada akhirnya mereka akan menjadi pelanggan setia yang akan

menguntungkan pengembangan bisnis di kemudian hari. Agar para

pedagang selalu bermurah hati dalam melaksanakan jual beli.

Murah hati dalam pengertian ramah tamah , sopan santun, murah

senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggung jawab. Murah

hati ini bagian dari upaya untuk menciptakan kepuasan pelanggan

(customer satisfacion). Kepuasan pelanggan tidak hanya berdasarkan

kualitas produk yang kita sampaikan kepada pelanggan, melainkan

juga bagaimana cara kita menyampaikannya. Kalau cara

menyampaikannya dengan ramah, sopan dan beretika maka

pelanggan akan semakin puas. Bahkan ketika pelanggan tersebut

tidak jadi membeli produk yang kita jual karena tidak ada

kesesuaian jenis produk maupun harganya, seorang pedagang

52
HR Ath-Thahawi
semestinya tetap ramah sehingga pelanggan itu akan tetap kembali

kepadanya ketika ia membutuhkan barang yang lainnya.

Dalam buku Ihya Ulumuddin Imam Al- Ghazali sebagaimana

di kutip oleh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani dalam bukunya “Awas

di Pasar ada Setan”, sesungguhnya Allah telah memerintakan sikap

adil dan ihsan. Karena sikap adil merupakan jalan keselamatan yang

dalam perniagaan berfungsi sebagi modal. Sementara sikap toleransi

merupakan jalan untuk mencapai kemenangan dan keuntungan .

Tentu dibilang termasuk orang- orang berakal siapa saja yang sudah

merasa puas hanya dengan kembalinya modal dalam berbagai

transaksi dunianya. dan begitu pula dengan berbagai transaksi

akhirat. Tak sepantasnya bagi orang yang beragama untuk

membatasi dirinya hanya pada sifat adil dan menjauhi kedzaliman

saja lalu meninggalkan berbagai pintu ihsan,

Yang kita maksud dengan sikap atau perbuatan ihsan disini

ialah berbuat sesuatu yang bisa diambil manfaat oleh pelanggan,

yang sifatnya bukan kewajiban, tetapi merupakan ciri kebaikan

darinya.53

7. Tidak Menyaingi Pedagang Lain

Setiap pedagang pasti ingin mencari keuntungan bahkan

kalau perlu melakukan berbagai cara. Banyak orang yang terjebak

dengan melakukan perbuatan tidak terpuji, misalnya dengan cara

53
Yususf Bin Ismail An-Nabhani Awas di pasar ada setan, ter Muhammad Al-Mighwar,
(jakarta: Griya Ilmu, 2005),h.47
menjelek-jelekkan dagangan orang lain, sehingga bisnis pesaingnya

jatuh reputasinya. Akibatnya pelanggan lari dan berpindah

kedirinya.

Menyaingi pedagang lain dengan menjelek-jelekkan

merupakan tidakan pengecut. Islam membenarkan adanya

persaingan usaha dan melarang praktik monopoli. Persaingan

dalam jual beli berdmpak positif jika dilakukan dengan cara-cara

yang terpuji. Misalnya dengan cara memberikan pelayanan terbaik

kepada konsumen, seperti menjual barang yang berkualitas baik

tetapi dengan harga yang murah, memberikan penjelasan tentang

manfaat dari produk yang dijualnya dari sisi baik dan buruknya,

bersikap ramah kepada konsumen, memberi kenyamanan kepada

konsumen saat mereka berbelanja, memebrikan bonus kepada

konsumen yang memborong produk kita dan lain sebaginya.

Dalam dunia perdagangan, dasar persaingan adalah

kemampuan mengikat hati penjual dan pembeli di pasar sehingga

membuat konsumen terus meminta, membeli dan menggunakan

produk atau jasa yang ditawarkan, bukan dari penjual lainnya.54

8. Menepati Janji

Pedagang yang suytkses pasti bisa memegang janji yang

dicapkannya sendiri, baik terhadap pelanggannya maupun di antara

sesama pedagang. Pedagang Cina berpegang pada konsep janji

54
Muhammad Ali Haji Hasim, Bisnis Satu Cabang Jihad, (Jakarta : Pustaka Al-
Kausar,2005), h.113
mesti ditepati dan utang harus diselesaikan. Misalnya tepat waktu

dalam pengiriman barang, menyerahkan barang sesuai dengan

kualitasnya, warna, ukuran, dan atau spesipikasinya sesuai dengan

perjanjian semula. Di samping itu, pedagang harus mau memberi

layanan purnajual, garansi, dan lain sebagainya.

Sementara janji Allah yang harus ditepati oleh para pedagang

muslim misalnya adalah Shalat. Dengan demikian, sesibuk-sibuknya

urusan dagang, urusan bisnis atau urusan jual beli yang sedang

ditangani, sebagai pedagang muslim janganlah pernah meninggalkan

shalat. Lantaran Allah swt masih memberikan kesempatan yang

sangat luas kepada kita untuk mencari rezeki setelah shalat, yakni

tercermin melalui perintahnya : “Bertebaranlah di muka bumi

dengan menginngat Allah swt sebanyak- banyaknya supaya

beruntung dalam jual beli dan aktivitas lainnya”.

Abdullah Ibn Hamzah mengatakan : “Aku telah membeli

sesuatu dari Nabi sebelum ia menerima tugas kenabian dan karena

masih ada urusan dengannya, maka aku menjanjikan untuk

mengantarkan padanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat tiga hari

kemudian, akupun pergi ke tempat tersebut dan menemukan Nabi

masih berada di sana”. “Nabi berkata : “Engkau telah membuatku

resah, aku berada di sini menunggumu”.55

9. Mengeluarkan Zakat apabila sampai Nisab

55
Sunan Abu Dawaud
Seorang muslim yang kekayaannya telah melebihi tingkat

tertentu ( Nisab ) diwajibkan membayar zakat. Zakat merupakan alat

distribusi dari sebagian kekayaan orang kaya (sebagai saksi atas

penguasaan harta tersebut ), yang ditujukan untuk orang miskin dan

orang-orang yang membutuhkannya, itulah kebaikan hati yang

dimiliki seseorang manakala ia tidak bersifat kikir dan tidak

mencintai harta kekayaannya sematamata demi untuk dirinya sendiri.

Setiap orang memang mencintai harta kekayaan dan sumber

kekayaan lainnya, akan tetapi orang yang menafkahkan harta

kekayaan ini untuk orang lain akan memperoleh kebaikan.

Zakat tidak diberlakukan kepada orang non-muslim karena

mereka tidak boleh dipaksa untuk melaksanakan tindakan ibadah apa

pun yang di perintahkan oleh Islam.

10. Tidak Lalai dalam Menjalankan Perintah Allah

Jual beli dan perdagangan adalah pekerjaan yang paling sering

membuat orang lalai dari berbagai ibadah, terutama shalat, lantaran

ambisinya untuk mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya.

Melaksanakan kewajiban syariat Islam adalah perdagangan akhirat.

Keuntungan akhirat pasti lebih utama ketimbang keuntungan dunia.

Maka para pedagang muslim sekali-kali tidak boleh terlalu

menyibukkan dirinya sematamata untuk mencari keuntungan materi

dengan meninggalkan keuntungan akhirat. Sehingga jika datang

waktu shalat, mereka wajib melaksanakannya sebelum habis


waktunya. Alangkah baiknya jika mereka bergegas bersama-sama

melaksanakan sholat berjamaah, ketika adzan telah

dikumandangkan. Begitu pula dengan pelaksanaan kewajiban

memenuhi rukun Islam yang lain. Seorang pedagang muslim

hendaknya tidak melalaikan kewajiban agamanya dengan alasan

kesibukan perdagangan.

Umar Bin Khatab pernah berpesan kepada para pedagang

“Jadikanlah permulaan siang kalian untuk akhirat kalian dan

sesudahnya baru untuk dunia kalian.56

11. Mencatat Jika Ada Yang Berhutang

Dalam dunia perdagangan wajar terjadi praktek pinjam

meminjam atau hutang piutang. Dalam hal ini al-Qur’an

mengajarkan perlunya administrasi hutang piutang tersebut agar

manusia terhindar dari kesalahan yang mungkin akan terjadi. Maka

Allah menganjurkan untuk menuliskan apabila bermuamalah

(berjual-beli, berutang-piutang, sewa-menyewa dan sebagainya)

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan.

12. Amanah

Amanah dalam bahasa Indonesia adalah dapat dipercaya.

Kepercayaan adalah aset yang sangat berharga di dunia bisnis98.

Amanah memiliki makna tanggung jawab dalam melaksanakan

setiap tugas dan kewajiban99 moral yang dibebankan kepada setiap

56
Op.cit,h. 66
orang, baik dalam melaksanakan tugas penghambaan kepada Tuhan

maupun tugas kemanusiaan antara sesamanya. Dalam prinsip

manajemen, amanah menjadi kata kunci yang sangat penting, sampai

dimana sebuah proses usaha ditangani dengan jujur, transparan, dan

akuntabel.57 Seorang yang amanah (terpercaya) akan senantiasa

menjaga hak-hak orang lain karena

Pedagang yang Islami harus mau dan mampu bertanggung

jawab atas setiap usaha, pekerjaan, atau jabatan sebagai pedagang

yang menjadi profesinya. Setiap amanah yang dibebankan kepada

pundak seseorang akan diminta pertanggung jawabannya di sisi

Allah, oleh karenanya apapun bentuknya amanah jangan

disepelekan. Rasulullah sendiri sudah memberikan teladan dengan

sikap-sikapnya yang terpercaya ( al-amin), menjadikannya sosok

yang disegani dalam berbagai kalangan, baik muslim maupun non

muslim, termasuk dalam urusan bisnis.

Dalam pandangan Islam, setiap pekerjaan manusia adalah

mulia, sepanjang tidak menyalahi aturan agama Islam. Pekerjaan

seperti berdagang, berniaga atau jual beli juga merupakan suatu

pekerjaan mulia, karena fungsinya memenuhi kebutuhan barang dan

jasa seluruh anggota masyarakat demi memenuhi kehidupannya.

Dengan sifat amanah, para penjual dan pembeli akan memiliki sifat

tidak saling mencurigai bahkan tidak khawatir walau barangnya di

57
Achmad Djunaidi, dkk. Khadijah membangun prinsip meraih karier, (jakarta: Gp
press,2008),h.56
tangan orang. Memulai bisnis biasanya atas dasar kepercayaan. Oleh

karena itu, amanah adalah komponen penting dalam transaksi jual

beli.

Islam adalah agama yang mengizinkan umatnya untuk

melakukan aktivitas perdagangan sebagai suatu usaha untuk

mencapai ridha-Nya. Kehadiran aktivitas perdagangan merupakan

kegiatan usaha yang mulia, salah satu tugas utamanya adalah

memenuhi kebutuhan seluruh anggota masyarakat akan barang dan

jasa guna memenuhi hajat hidup masyarakat.

13. Ramah

Banyak orang yang susah untuk berperilaku ramah antar

sesama. Seringkali bermuka masam ketika bertemu dengan orang

yang tidak disukainya atau memilih untuk berperilaku tidak ramah.

Padahal, ramah merupakan sifat terpuji yang dianjurkan oleh agama

Islam untuk siapa saja dan kepada siapa saja. Dengan ramah, maka

banyak orang yang suka, dengan ramah banyak pula orang yang

senang. Karena sifat ramah merupakan bentuk aplikasi dari

kerendahan hati seseorang. Murah hati, tidak merasa sombong, mau

menghormati dan menyayangi merupakan inti dari sifat ramah. Oleh

karena itu, bersikap ramahlah dalam transaksi jual beli karena dapat

membuat konsumen senang sehingga betah atau bahkan merasa

tentram jika dalam bertransaksi.


14. Adil

Berbuat adil dan tidak berbuat curang atau berlaku zalim

dalam berdagang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Muhammad

saw, merupakan diutus Allah untuk membangun keadilan, celakalah

bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila

menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi,

sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu

dikurangi. Berbuat curang dalam berbisnis bisa mendatangkan

kehancuran, karena kunci keberhasilan bisnis adalah kepercayaan.

Dengan adil, tidak ada yang dirugikan. Bersikap tidak

membeda-bedakan kepada semua konsumen merupakan salah satu

bentuk aplikasi dari sifat adil. Oleh karena itu, bagi para penjual

semestinya bersikap adil dalam transaksi jual beli karena akan

berdampak kepada hasil penjualannya. Para konsumen akan

merasakan kenyamanan karena merasa tidak ada yang dilebihkan

dan dikurangkan.

15. Sabar

Sabar adalah kegigihan untuk tetap berpegang teguh kepada

ketetapan Allah. Dalam jual beli sifat sabar sangatlah diperlukan

karena dapat membawa keberuntungan. Bagi penjual hendaklah

bersabar atas semua sikap pembeli yang selalu menawar dan

komplain. Hal ini dilakukan agar si pembeli merasa puas dan senang

jika bertransaksi. Begitu pula dengan pembeli, sifat sabar harus


ditanamkan jika ingin mendapatkan produk yang memiliki kualitas

bagus plus harga murah dan tidak kena tipu.

I. Transaksi yang Dilarang Dalam Islam

A. Haram Zat-nya

Suatu transaksi dilarang karena (objek/atau jasa) yang

ditransaksikan juga dilarang, misalnya minuman keras, bangkai,

daging babi, dan sebagainya. Dalam hal ini, transaksi jual beli

minuman keras adalah haram, walaupun akad jual beli nya sah.dengan

demikian, bila ada nasabah yang mengajukan pembiayaan pembelian

minuman keras kepada bank dengan menggunakan akad mudharabah,

maka walaupun akadnya sah tetapi transaksi ini haram karena objek

transaksinya haram.

B. Haram Selain Zat-nya

1. Melanggar Prinsip ”An Taradin Minkum”

a. Tadlis (Penipuan)

Seperti yang kita ketahui, kondisi ideal sebuah pasar

adalah apabila penjual dan pembeli mempunyai informasi yang

sama tentang barang yang akan di perjualbelikan. Apabila

salah satu pihak tidak mempunyai informasi seperti yang

dimiliki oleh pihak lain, maka salah satu pihak akan merasa

dirugikan dan terjadi kecurangan/ penipuan.58 Allah dengan

tegas melarang semua transaksi yang mengandung unsur

58
Ardiwarman A dan Karim, Ekonomi Mikro Islam, 2012,h.162
penipuan dalam segala bentuk terhdapa pihak lain. Seperti

dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 152, yang artinya :

“Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.

Kami tidak akan memikul beban kepada seseorang melainkan

sekadar kesanggupannya.” Untuk menghindari penipuan,

masing-masing pihak harus mempelajari strategi pihak lain.

Dalam ekonomi konvensional hal ini dikenal dengan game

theory.

2. Melanggar Prinsip ‘La Tazhlimuna wa la Tuzhlamun’

Prinsip kedua yang tidak boleh dilanggar adalah prinsip

La Tazhlimuna wa la Tuzhlamun, yakni yang menzalimi dan

jangan dizalimi. Praktik-praktik yang melanggra prinsip ini

diantaranya:

a. Taghrir (gharar)

Taghrir berasal dari kata Bahasa Arab gharar, yang

berarti: akibat, bencana, bahaya, resiko, dan ketidakpastian.

Dalam istilah fiqih mu’amalah, taghrir berarti melakukan

sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang

mencukupi; atau mengambil risiko sendiri dari suatu

perbuatan yang mengandung risiko tanpa mengetahui

dengan pesisiapa akibatnya, atau memasuki kancah resiko

tanpa memikirkan konsekuensinya.59

59
Ardiwarman A, Karim, Ekonomi Mikro Islam, 2012,h.211
Menurut Ibn Taimiyah, gharar terjadi bila seseorang tidak

tahu apa yang tersimpan bagi dirinya pada akhir suatu kegiatan jual

beli. Dalam tadlis yang terjadi adalah pihak A tidak mengetahui apa

yang tidak diketahui pihak B (unknown to one party). Sedangkan

taghrir, baik pihak A dan pihak B sama-sama tidak memiliki

kepastian mengenai sesuatu yang ditransaksikan (uncertain to both

parties).

b. Ihtikar (rekayasa pasar dalam supply)

Ikhtikar terjadi bila seorang produsen/penjual

mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara

mengurangi supply agar harga produk yang di jualnya naik.

Ikhtikar biasanya dilakukan dengan membuat entry barrier,

yakni menghambat produsen/penjual lain masuk ke pasar, agar

ia menjadi pemain tunggal di pasar (monopoli). Karena itu,

biasanya orang menyamakan ikhtikar dengan monopoli dan

penimbunan.

Ikhtikar terjadi bila syarat-syarat dibawah ini terpenuhi:

1. Mengupayakan adanya kelangkaan barang baik dengan

cara menimbun stock atau mengenakan entry-barries.

2. Menjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan

harga sebelum munculnya kelangkaan.

3. Mengambil keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan

keuntungan sebelum komponen 1 dan 2 dilakukan.


c. Bai’ najasy (rekayasa pasar dalam demand)

Bai’najasy terjadi bila seorang produsen (pembeli)

menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada banyak

permintaan terhadap suatu produk sehingga harga jual produk

itu akan naik. Hal ini terjadi misalnya, dalam bursa saham

(praktik goreng-menggoreng saham), bursa valas, dan lain-

lain. Cara yang ditempuh bisa bermacam-macam, mulai dari

menyebarkan isu, melakukan order pembelian, sampai benar-

benar melakukan pembelian pancingan agar tercipta sentimen

pasar untuk ramai-ramai membeli saham (mata uang) tertentu.

Bila harga sudah naik sampai level yang di inginkan, maka

yang bersangkutan akan melakukan aksi ambil unutng dengan

melepas kembali (mata uang) yang sudah dibeli, sehingga ia

akan mendapatkan keuntungan besar.

d. Riba

Dalam ilmu fiqih dikenal 3 jenis riba yaitu:

1. Riba Fadl

Riba Fadl disebut juga Riba Buyu’ atau riba yang

yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak

memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin),

kuantitasnya (sawaa-an bi sawaa-in) dan waktu

penyerahannya (yadan bi yadin). Pertukaran seperti ini

mengandung gharar atau ketidakjelasan bagi kedua pihak


akan nilai masing-masing barang yang dipertukarkan.

Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan tindakan zalim

terhadap salah satu pihak, kedua pihak, dan pihak-pihak

lain.

2. Riba Nasi’ah

Riba Nasi’ah disebut juga Riba Duyun atau riba yang

timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi kriteria

al-Ghunmu bil Ghurmi (untung muncul bersama resiko) dan

al-Kharaj bi Dhamana (hasil usaha muncul bersama biaya).

Transaksi seperti ini mengandung pertukaran kewajiban

menanggung beban hanya karena berjalannya waktu.

Nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau

penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan

jenis barang ribawi lainnya. Riba Nasi’ah muncul karena

adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara barang

yang diserahkan hari ini dengan barang yang diserahkan

kemudian.

3. Riba Jahiliyah

Riba Jahiliyah adalah utang yang dibayar melebihi

pokok pinjaman karena si peminjam tidak mampu

mengembalikan pinjaman pada waktu yang telah

ditetapkan.
Dari penjelasan teori diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa: perilaku pedagang muslim ditinjau dari 10 etika

bisnis islam diantaranya yaitu: (1) menegakan larangan

memperdagangkan barang-barang yang di haramkan dilihat

dari halalnya zatnya dan halalnya cara mendapatkannya

(sumber dana) (2) perdagangan jauh dari sifat bahaya, (3)

perdagangan jauh dari sifat najis, (4) bersikap amanah

(dengan menepati janji kepada konsumen), (5) bersikap

jujur (pedagang tidak menyembunyikan cacat barang), (6)

menegakan keadilan (harga yang ditetapkan sama dengan

kualitas pakaian yang di dagangkan) (7) tidak melakukan

sumpah palsu, (8) murah hati dalam bentuk (sabar, ramah

dalam melayani konsumen), (9) bersaing secara sehat, (10)

mencatat jika ada yang berhutang.

Anda mungkin juga menyukai