Anda di halaman 1dari 15

PROJEK KEWARGANEGARAAN DALAM

PERSPEKTIF SERVICE LEARNING

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PROJEK KEWARGANEGARAAN
Yang dibimbing oleh Drs. Margono, M. Pd., M. Si.

Disusun Oleh:
Alfan Bramantya (180711638644)
Cantika Sekar Arum (180711638519)
Fathoriq Cahya Widyanto (180711638656)
Febri Wangsa Wardana (180711638640)
Gusti Milenia Shafira (180711638502)
Shophian Dealich Klaussisko (180711638561)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PRODI S1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
SEPTEMBER 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Service learning adalah suatu metode pembelajaran yang dirancang
dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat di suatu wilayah tersebut dan
peserta didik diwajibkan untuk menjadi pribadi yang yang peka atau sadar
terhadap lingkungan sekitar serta berperan aktif dalam kegiatan layanan yang
berada di masyarakat. Service-Learning mewakili pedagogi yang berpusatkan
pelajar, di mana dibentuk melalui pengalaman pelajar menjalani aktivitas di
lapangan. Pembelajaran melalui pengalaman ini bertujuan melibatkan individu
secara aktif dan merujuk kepada pengalaman pendidikan yang disusun secara
berstruktur. Bahkan manifestasi falsafah pendidikan menyenaraikan Service-
Learning sebagai satu kaedah juga amalan pengajaran dan pembelajaran yang
berimpak tinggi di universiti-universiti terkemuka dunia. Hal ini dikarenakan
service learning menyediakan peluang yang berharga kepada pelajar untuk
melalui pembelajaran berdasarkan pengalaman di dunia nyata.
Sistem pembelajaran berbasis service learning ini semakin
memudahkan para pengajar untuk memberikan sebuah materi kepada peserta
didik. Apalagi dengan perkembangan zaman para pengajar harus dapat
memberikan suatu metode yang efektif untuk memberikan pemahaman yang
lebih kepada siswa untuk mengenal teknologi dan budaya yang kebanyakan
bersifat individualis. Di sini service learning sangat berpengaruh dalam
kehidupan para peserta didik untuk terjun langsung dalam masyarakat. Dengan
adanya service learning ini dapat bertujuan untuk memudahkan pemahaman
materi dan membentuk generasi emas 2025 sekaligus membentuk karakter
yang sesuai dengan ciri khas Indonesia yaitu pribadi Pancasilais.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana karakteristik projek kewarganegaraan dalam perspektif service
learning?
2. Apakah tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dibentuk dalam
projek kewarganegaraan dalam perspektif service learning?
3. Bagaimana langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam projek
kewarganegaraan dalam perspektif service learning?
4. Bagaimanakah pengorganisasian siswa dalam projek kewarganegaraan
dalam perspektif service learning?
5. Alat dan bahan apakah yang diperlukan dalam projek kewarganegaraan
dalam perspektif service learning?
6. Bagaimana mengevaluasi projek kewarganegaraan dalam perspektif service
learning?
BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK PROJEK KEWARGANEGARAAN DALAM


PERSPEKTIF SERVICE LEARNING
Service learning merupakan salah satu bentuk implementasi dari
experiential learning yang dikemukakan oleh John Dewey. John Dewey
menyatakan, “give the pupils something to do, not something to learn; and the
doing is of such nature as to demand thinking; learning naturally result”
(Jenkins, Amelia, Sheehey, Patricia, dalam Syamsudduha, 2017). Hal ini
bermakna bahwa pembelajaran sebenarnya terjadi jika peserta didik secara
aktif mengkonstruksi makna melalui pengalaman nyata yang terbimbing
sehingga memungkinkan mereka mengembangkan kompetensi berpikir kritis
melalui refleksi, dan pada saat yang sama mereka dapat berkontribusi kepada
masyarakat sebagai perwujudan tugas kemasyarakatan mereka. Dalam
penerapannya, service learning memiliki beberapa karakteristik yang
mendasar, antara lain:
1. Service-learning merupakan kombinasi antara materi akademik
dan pengabdian masyarakat. Kedua komponen ini harus saling
berkaitan sehingga peserta didik dapat memberikan pelayanan
yang berarti pada masyarakat yang menfasilitasi mereka dengan
pengalaman yang berhubungan dengan materi akademik.
2. Refleksi dalam service learning menghubungkan antara materi
akademik dan pengalaman pengabdian masayarakat atau
menghubungkan antara teori dan praktek. Oleh karena itu,
melalui desain pembelajaran yang meliputi refleksi kritis, siswa
meneliti pengalaman mereka secara kritis dan mengartikulasikan
hasil belajar yang spesifik, sehingga meningkatkan kualitas
pembelajaran dan pengabdian mereka.
3. Service learning adalah strategi pembelajaran kolaboratif.
Sehingga mempersyaratkan adanya kerja sama (kemitraan)
antara universitas dan masyarakat. Kemitraan (partnership) ini
bersifat mutual dan resiprokal sehingga mempromosikan
peningkatan akademik, perkembangan personal dan keterlibatan
dalam masyarakat bagi peserta didik dan juga pemenuham
kebutuhan masyarakat.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN ATAU KOMPETENSI YANG AKAN


DIBENTUK DALAM PROJEK KEWARGANEGARAAN DALAM
SERVICE LEARNING
Menurut Browne et al dalam (Cahyono, 2016), service learning
memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk, pengalaman tersebu
diantaranya; (a) peserta didik belajar dan berkembang melalui partisipasi aktif
dalam pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang merupakan
kerjasama antara sekolah dan masyarakat, (b) pengintegrasikan ke dalam
kurikulum akademik membuat peserta didik menyediakan waktu terstruktur
untuk berpikir, berbicara, atau menulis tentang apa saja yang peserta didik
lakukan dan lihat selama kegiatan service learning dilakukan, (c) memberikan
peserta didik kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan
baru yang diperoleh dalam situasi kehidupan nyata dalam komunitas mereka
sendiri.
Selain itu, secara umum juga dapat disimpulkan kompetensi yang akan
dibentuk dalam projek kewarganegaraan dalam perspektif service learning
adalah sebagai berikut:
1. Menunjukan tindakan bertanggungjawab dalam merancang,
melaksanakan, dan melaporkan kegiatan pelayanan kepada
masyarakat.
2. Menceritakan secara lisan atau tertulis pengalaman-pengalaman
belajar melalui kegiatan pelayanan yang diberikan.
3. Menggunakan waktu luang untuk berbuat kebaikan dengan
membantu orang lain di sekitar tempat tinggal secara sukarela dan
dilakukan terus menerus.
4. Memberikan contoh melalui tindakan dan perilaku di dalam
kehidupan sehari-hari kepada warga sekolah yang lebih muda
untuk turut membantu orang lain di sekitar tempat tinggal.
5. Memperoleh kesempatan melihat terjadinya ketidakadilan,
kesulitan ekonomi, dan berbagai masalah sosial yang ada di
lingkungan sekitar.
6. Mengemukakan ide-ide mengenai pelayanan sosial lanjutan yang
dapat membantu menyelesaikan masalah sosial di lingkungan
sekitar.

C. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN DALAM


PROJEK KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF PRAKSIS
SOSIAL
Secara garis besar terdapat tiga pokok urutan kegiatan pembelajaran
projek kewarganegaraan dalam service learning, yaitu kegiatan merancang,
kegiatan pelaksanaan, dan kegiatan melakukan refleksi (Awaliyah dan The,
2014). Berikut adalah penjabaran langkah-langkah tersebut:
1. MERANCANG
Dalam langkah merancang, kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan peran-peran dan tanggungjawab yang dapat
dijalan sebagai anggota masyarakat,
b. Menentukan anggota masyarakat di sekitar tempat tinggal
dan jenis pelayanan dapat diberikan,
c. Melengkapi rancangan usulan pelaksanaan kegiatan
pelayanan, dan,
d. Membuat jadwal sebagai komitmen kegiatan pelayanan.
2. PELAKSANAAN
Dalam langkah melaksanakan, kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan pelayanan sesuai dengan
rancangan usulan pelaksanaan kegiatan pelayanan dan
jadwal yang telah disusun pada perencanaan kegiatan,
b. Mengisi dengan lengkap jurnal-jurnal kegiatan pelayanan
disertai dengan foto-foto pelaksanaan pelayanan,
c. Menjelaskan alasan jika terjadi perubahan pada jadwal
yang telah ditetapkan, dan
d. Melengkapi tabel kemajuan hasil pelaksanaan kegiatan
pelayanan.
3. REFLEKSI
Sedangkan dalam langkah refelksi, kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun portofolio hasil pelaksanaan pelayanan yang
terdiri atas komponen-komponen pada kegiatan
merancang dan melaksanakan kegiatan disertai dengan
identifikasi kesuksesan dan rencana perbaikan kegiatan.
b. Menyajikan layanan yang diberikan dalam bentuk cerita
secara tertulis (laporan) atau presentasi di dalam kelas.

D. PENGORGANISASIAN SISWA DALAM PROJEK


KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF SERVICE
LEARNING
Pengorganisasian siswa dalam projek kewarganegaraan dalam progam
service learning ini di jalankan melalui tiga tahap yaitu:
1. Pada tahap pertama, pertemuan dilakukan antarpihak yang
bekerja sama untuk mempelajari kasus dan mendefininisikan
peran-peran baru sebagai lembaga sosial yang terlibat di dalam
pelaksanaan program, karena dalam progam ini harus
melibatkan banyak pihak.
2. Pada tahap kedua, pelayanan dilakukan secara bekerjasama agar
dalam program intervensi saat dikerjakan dan refleksi dilakukan
terhadap penanggulangan yang dilakukan sebelum program
service learning ADP dilaksanakan.
3. Pada tahap terakhir, dalam perumusan prinsip-prinsip pelayanan
yang memadai dan program kerjasama jangka panjang harus
dipersiapkan untuk melanjutkan program yang telah dilakukan.
Keberhasilan program tersebut kemudian juga secara
bekerjasama disampaikan kepada pengambil keputusan sebagai
dasar/landasan di dalam penyusunan peraturan dan kebijakan.

E. ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN DALAM PROJEK


KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF SERVICE
LEARNING
Alat dan bahan yang diperlukan dalam projek kewarganegaraan dalam
presespektif service learning adalah:
1. Silabus
Di dalam silabus mata kuliah yang dikembangkan
mencakup gambaran deskripsi mata kuliah dengan integrasi
service learning, kompetensi dan indikator pencapaian, tugas,
model refleksi, peta refleksi, langkah langkah kegiatan dan
jadwal perkuliahan, strategi P pembelajaran, penilaian, dan
referensi bacaan topik topik yang dikaji. Silabus yang
dikembangkan adalah silabus mata kuliah psikologi dan
perkembangan service learning. Silabus ini berfungsi untuk
mebghubungkan antara pembelajaran teori dengan praktik. Serta
memberi pengalaman mahasiswa dalam memberikan pelayanan
terhadap masyarakat hal yang dikembangkan meliputi kemasan
materi, penyajian materi, penugasan dan penilaian.
Pengembangan ini melalui proses analisis kebutuhan (peta
asset), desain, uji coba, refleksidan revisi.
Kemasan materi terdiri dari pemberian pengetahuan dan
keterampilan. Adapun materinya berisi teori-teori terkait
karakteristik peserta didik, teori belajar, dan profil belajar
peserta didik, tetapi juga pemberian pengetahuan dan
keterampilan mengenai strategi pengumpulan data profil belajar,
konsep refleksi dan keterampilan melakukan refleksi dalam
pembelajaran, keterampilan mengamati dan menyimak, serta
keterampilan pemecahan masalah. Penyajian materi dalam
bentuk perpaduan antara kegiatan tatap muka, observasi sekolah
dan kegiatan refleksi. Pada kegiatan tatap muka, materi
disajikan dalam bentuk pembelajaran mandiri dengan mengajak
mahasiswa menelusuri dan menganalisis literature kemudian
menyusunnya dalam berbagai bentuk kegiatan menulis seperti
menyusun resume, makalah dan peta konsep (Syamsudduha dan
Nurjannah, 2017).
Pemberian penugasan juga dikemas dengan memadukan
tugas dalam kegiatan tatap muka dan tugas ketika observasi
sekolah. Semua penugasan ini diberikan dalam rangka
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Adapun jenis
tugas utama yang dirancang dalam silabus ini adalah tugas child
study, menulis dan presentasi. Bentuk penilaian yang
dikembangkan terdiri dari penilaian hasil belajar, penilaian
proses, dan penilaian produk layanan. Penilaian hasil belajar
meliputi penilaian pengetahuan (penguasaan mahasiswa
terhadap teori-teori belajar), keterampilan dalam mengamati,
menyusun laporan child study dan keterampilan presentasi, serta
sikap positif mahasiswa. Penilaian proses melalui proses refleksi
yang dilakukan mahasiswa, dan penilaian produk melalui
kegiatan seminar hasil service learning.
2. Materi Orientasi
Materi yang dimaksud disusun oleh dosen pengabdi sebagai
salah satu prasyarat dalam pelaksanaan perkuliahan berbasis
service learning. Materi orientasi berisi pengenalan tentang
konsep service learning, dan latihan menerapkan beberapa
keterampilan dalam service learning, seperti keterampilan
refleksi, pola interaksi guru, dosen dan mahasiswa dalam
refleksi, dan pemahaman tentang gambaran mata kuliah
psikologi dan perkembangan peserta didik. Hal yang
dikembangkan dalam kegiatan orientasi ini, adalah peserta guru
dan mahasiswa diberi pelatihan bersama, dan mereka diberikan
kesempatan untuk melakukan simulasi bekerja bersama
(Syamsudduha dan Nurjannah, 2017).
3. Fornat Penugasan
Tugas utama adalah melakukan child study yaitu
mahasiswa bekerja secara one on one dengan siswa untuk
membuat/mengembangkan profil belajar siswa. Profil belajar ini
mencakup lima dimensi penting (yaitu ciri biologis, performa
akademik, pengaruh emosi dan sosial, preferensi belajar, faktor
budaya dan sosial. Selain itu, mahasiswa juga diminta untuk
membuat jurnal reflektif dan melakukan presentasi produk
pengembangan profil belajar siswa.
4. Format Refleksi
Model refleksi dalam SL yang digunakan adalah kegiatan
dimana mahasiswa terlibat dalam kegiatan komunitas yang
bermanfaat, melakukan pengamatan,
memaknai/menginterpretasi apa yang diamati, bertanya,
mengkoneksikan apa yang dilihat di lapangan/sekolah dengan
apa yang dipelajari dikelas, membuat teori, dan merencanakan
tindakan, serta mencoba ide sendiri. Oleh karena itu, untuk
mendukung efektivitas model refleksi, maka diterapkan empat
prinsip yaitu kontinyu, menantang, dan kontekstual. Refleksi
disusun menggunakan peta refleksi (reflection map) yang
tujuannya untuk menentukan kegiatan refleksi dalam konteks
sosial atau dengan siapa mahasiswa berefleksi, dan menentukan
kronologinya.
5. Format penilaian
Penilaian ini dilakukan pada tiga domain yaitu kognitif
(terkait penguasaan teori dan kemampuan dalam
memformulasikan pengetahuan melalui observasi dan interaksi
di sekolah), afektif (terkait sikap dalam proses perkuliahan dan
kegiatan di sekolah meliputi sikap terhadap sesama mahasiswa,
dosen, guru, dan siswa di sekolah, antusiasme, kesungguhan
dalam melakukan investigasi dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas), dan psikomotor (terkait keterampilan
proses dan keterampilan menyusun laporan case study serta
keterampilan mempresentasikan.
6. Hasil karya mahasiswa ini merupakan produk akhir dari
pembelajaran dengan service learning. Produk ini adalah
pengembangan profil belajar siswa yang berisi informasi tentang
identitas siswa, metode pengumpulan data yang digunakan,
analisis data dimensi profil belajar, dan usulan rekomendasi
pembelajaran. Selain hasil karya dalam bentuk profil belajar
siswa, juga terdapat hasil karya berupa jurnal reflektif dari
mahasiswa.

F. MENGEVALUASI PROJEK KEWARGANEGARAAN DALAM


PERSPEKTIF SERVICE LEARNING
Pada tahapan evaluasi ini di harapkan agar memperoleh tingkat
keefektifan produk dari segi pemanfaatan. Dalam evaluasi tahap pertama ini
bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan kesesuaian perangkat yang akan
dikembangkan dan diproduksi dengan kebutuhan siswa. Evaluasi tahap ini
terdiri dari tinjauan dan analisa ahli, meliputi ahli pembelajaran (dosen dan
guru ppkn), ahli teknologi pembelajaran, ahli pelayanan social atau psikologi
sosial. Berdasarkan evaluasi ahli-ahli akan dilaksanakan perbaikan produk
(revisi produk).
Data yang digunakan pada pengembangan perangkat pembelajaran
berbasis service learning dalam mata pelajaran PPKn ini adalah data kualitataif
dan kuantitatif. Instrumen penelitian dalam penelitian pengembangan
digunakan pada kegiatan evaluasi produk/perangkat pembelajaran. Instrumen
disusun oleh peneliti. Isi instrumen terdiri dari: (1) ketepatan isi, (2)
kesesuaian metode dengan materi, (3) kesesuaian media dengan materi, (3)
kejelasan tugas yang diberikan, (4) kemenarikan kegiatan yang dilaksanakan,
(5) kesesuaian kegiatan dengan karakteristik siswa, (6) ketepatan kegiatan
dengan jenis evaluasi yang digunakan, (7) kejelasan rubric penilaian.
Instrumen angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang: (1)
penilaian/tanggapan ahli pembelajaran PPKn (dosen), (2) penilaian/tanggapan
ahli pembelajaran PPKn (guru), (3) penilaian/tanggapan teknologi
pembelajaran, (4) penilaian/tanggapan siswa SMP (Awaliyah, Siti, The, 2014).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Karakteristik kegiatan projek kewarganegaraan dalam perspektif service
learning yaitu proses pembelajaran akan terjadi jika adanya kontrusksi secara
nyata antara peserta didik/siswa dengan pengalamannya yang didamping oleh
guru, hal ini guna mengembangkan kemapuan berpikir kristis dari refelksi yang
ada. Ada pula karekteristik kegiatan projek kewarganegaraan dalam perspektif
service learning adalah, (1) Adanya kombinasi antara materi akedmik dan
pengambdian masyarakat, (2) Adanya hunbungan anatara teori dan praktek,
serta (3) adanya pembelajaran yang bersifat kolaboratis anatara institusi dengan
masyarakat
Pembelajaran projek kewarganegaraan dalam perspektif praksis sosial
memiliki tujuan mengembangakan pengamalaman peserta didik untuk (1)
membangun partisipasi aktif antara peserta didik untuk melayani masyarakat,
(2) mengitergeasikan proses belajara secara langsung, (3) serta memberikan
peserta didik untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang belum
mereka ketahui melalaui pembelajaran langsung.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam projek
kewarganegaraan dalam perspektif service learning, secara garis besar dibagi
menjadi tiga pokok urutan kegiatan pembelajaran projek kewarganegaraan
dalam service learning, yaitu kegiatan merancang, kegiatan pelaksanaan, dan
kegiatan melakukan refleksi. Sedangkan pengorganisasian siswa dalam projek
kewarganegaraan dalam perspektif service learning dibagi menjadi; (1)
mempelajari kasus dan medefinisikan masalah, (2) pembuatan refelksi, (3)
Fornat Penugasan, (4) Format Refleksi, (5) Format Penilaian, dan (6) hasil
karya mahasiswa. Sedangkan tahapan evaluasi projek kewarganegaraan dalam
perspektif service learning bertujuan untuk memperoleh tingkat keefektifan
produk dari segi pemanfaatan.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas ada beberapa saran yang sekiranya
dapat bermanfaat bagi Projek Kewarganegaraan dalam perspektif service
learning, yaitu dalam segi kerjasama antara pihak institusi atau sekolah dengan
masyarakat, dan pengikutsertaan siswa dalam kegaiatan di lapangan
hendangkaknya siswa tidak sepenuhnya dilepaskan begitu saja, namun harus
ada pendampinganan dari guru/tenaga didik agar siswa dapat memperoleh
banyak prepektif yang dapat digunakan untuk pengembangan daya berpikir
siswa.
DAFTAR RUJUKAN

Awaliyah, Siti, The, Hery Yanto. 2014. Strategi Pembentukan Warga Negara
Yang Bertanggung Jawab Dan Partisipatif Melalui Pembelajaran
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Berbasis Service Learning
Pada Pendidikan Dasar, Menengah, Dan Perguruan Tinggi. Conference:
Seminar PPKn Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Online,
https://www.researchgate.net/publication/325114259_Strategi_pembentuk
an_warga_negara_yang_bertanggung_jawab_dan_partisipatif_melalui_pe
mbelajaran_Pendidikan_Pancasila_dan_Kewarganegaraan_berbasis_servic
e_learning, diakses pada September 2020.
Cahyono, Y. B. (2016). Persepsi Tentang Metode Service Learning, Konsep Diri
dan Perilaku Prososial Mahasiswa. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia,
5(02).
Syamsudduha, N. Y. T dan Nurjannah. (2017). Penerapan service learning dalam
pembelajaran matakuliah pedagogik pada kurikulum pendidikan calon
guru. Lentera pendidikan, 20(1), 1-17.

Anda mungkin juga menyukai