Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROJEK KEWARGANEGARAAN DALAM PRESPEKTIF SERVICE LEARNING

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Projek Kewarganegaraan
Yang dibina oleh Bapak Drs. Margono, M.Pd, M.Si

Disusun Oleh:

1. Ardhana Dama Putra (170711636033)


2. Danvhi Ayusandra S.P (170711636054)
3. Febriani Dwi Cahyanti (170711636066)
4. Friska Ramadhany (170711636062)
5. Lahidhan Avan Saka Aji (170711636107)
6. Nanda Nandyana Widiaswara (170711636129)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
FEBRUARI 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa adalah asset paling berharga dari sebuah Negara, karena mahasiswa
adalah kaum muda harapan bangsa, kaum intelektual dambaan masa depan. Selain
itu, mahasiswa pun akan menjadi penerus kepemimpinan. Mahasiswa memerlukan
pendidikan yang dapat membuat dirinya merasa bertanggung jawab pada
masyarakat, politik, pendidikan dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan mengadakan program pembelajaran Service Learning.
Service Learning merupakan metode pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
mengintegrasikan pembelajaran dengan pelayanan kepada masyarakat. Dalam
pelaksanaan Service Learning, antara dosen dan mahasiswa harus terjalin
komunikasi yang efektif.
Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dapat diselenggarakan oleh mahasiswa
untuk kepentingan masyarakat. Mahasiswa dapat menyelenggarakan kegiatan yang
menyangkut bidang ekonomi, politik, kesehatan, sosial dan lain-lain yang dapat
membuat masyarakat tidak terlalu awam terhadap keadaan negaranya.
Mahasiswa dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan posyandu,
mengadakan penyuluhan kesehatan, seminar, diskusi, membantu mengatasi
permasakahan pertanian, perekonomian, politik, sosial dan permasalahan-
permasalahan lainnya yang memerlukan pemikiran matang dari seorang akademis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik projek kewarganegaraan dalam perspektif Service
Learning?
2. Apakah tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dibentuk dalam
projek kewarganegaraan dalam prekpektif Service Learning?
3. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dalam projek kewarganegaraan
dalam prespektif Service Learning?
4. Bagaiamana pengorganisasian siswa dalam projek kewarganegaraan dalam
prespektif Service Learning?
5. Apakah alat dan bahan yang diperlukan dalam Projek Kewarganegaraan
dalam prespektif Service Learning?
6. Bagaimana mengevaluasi projek kewarganegaraan dalam perspektif Service
Learning?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik projek kewarganegaraan dalam perspektif
Service Learning
2. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dibentuk
dalam projek kewarganegaraan dalam prekpektif Service Learning
3. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran dalam projek
kewarganegaraan dalam prespektif Service Learning
4. Untuk mengetahui pengorganisasian siswa dalam projek kewarganegaraan
dalam prespektif Service Learning.
5. Untuk mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam Projek
Kewarganegaraan dalam prespektif Service Learning.
6. Untuk mngetahui bagaimana cara mengevaluasi projek kewarganegaraan
dalam perspektif Service Learning.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik projek kewarganegaraan dalam perspektif Service Learning.


Menurut Burnett et al (2005) : Service learning dipandang sebagai pendekatan
pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk berpikir, menilai, peduli atau
melakukan sesuatu dan mempersiapkan untuk menghadapi tantangan sosial di masa
depan. Sebagai upaya pembentukan social responsibility, peseta didik diharapkan
mengetahui bahwa ada ketergantungan antara sesama, masyarakat dan lingkungan.
Peserta didik diajak untuk berpikir terbuka dan secara aktif berusaha untuk
memahami orang lain, norma-norma budaya, serta memanfaatkan pengetahuan
untuk berinteraksi, berkomunikasi dan bekerja secara efektif dengan orang lain,
bahkan ketika berada di luar lingkungan mereka. Peserta didik juga diajak untuk
peka mengenali masalah dan merespon melalui tindakan seperti menjadi
sukarelawan, mengikuti perkembangan aktivitas politik dan berpartisipasi dalam
komunitas masyarakat
Menurut Billig dan Waterman (2003) : service learning jelas bukan hanya
pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat. Service learning adalah matakuliah
atau matapelajaran yang dirancang dengan memberikan bekal teori dan praktik
kepada siswa atau mahasiswa untuk mengalami langsung kegiatan nyata di dalam
masyarakat. Di dalam kegiatan service learning, siswa atau mahasiswa dapat secara
langsung berinteraksi dengan anggota masyarakat untuk memberikan pelayanan. Di
dalam proses interaksi tersebut, sangat penting bagi mahasiswa untuk memiliki
pemahaman yang luas dan dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan masyarakat
dimana mereka melaksanakan tugas. Oleh sebab itu kegiatan service learning selain
memberikan bekal keterampilan praktik di bidang keilmuwan yang menjadi
spesialisasi mahasiswa (misalnya ilmu hukum, kesehatan masyarakat, teknik sipil,
dsbnya.) juga perlu memberikan bekal keterampilan untuk dapat menyesuaikan diri
dengan kebudayaan di masyarakat. Selama proses pelaksanaan service learning,
siswa atau mahasiswa akan mengalami interaksi dengan kebudayaan masyarakat
yang dilayaninya.
Menurut Garret, dickson, Young, Whelan, dan Forero (2008) : Service learning
juga dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi kultural
(cultural comptence) siswa atau mahasiswa.
Jadi kesimpulannya, service learning itu adalah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan cara terjun langsung untuk melihat dan menangani masalah
langsung yang terjadi di masyarakat, dimana peranan pendidik sangat penting dalam
memberi motivasi dan dorongan kepada siswanya agar dapat berfikir kritis dalam
menangani masalah yang ada dalam masyarakat.

B. Tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dibentuk dalam projek


kewarganegaraan dalam prekpektif Service Learning.
Menurut J. Eyler dan D.E. Giles Jr. (1999) Service learning memberikan
keuntungan positif bagi perkembangan pribadi mahasiswa diantaranya, membantu
perkembangan pribadi baik secara personal maupun inter-personal, memahami dan
mengaplikasikan pengetahuan mereka, mengembangkan cara berpikir kritis,
mengubah cara berpikir dan perspektif, dan membentuk karakter pribadi yang kuat
sebagai warga negara. Selain itu, SL memberikan pengaruh yang kuat terhadap
pembentukan karakter (soft skill) seperti kepedulian, berpikir kreatif dan
kritis, leadership, membangun teamwork, dan kemampuan berkomunikasi.
Menurut Billig (2002) Service learning sebagai program sekolah dapat
menghasilkan dampak positif. Dengan mengaplikasikan strategi ini, diharapkan jiwa
melayani dapat lebih tertanam pada diri peserta didik dan pada akhirnya tindakan
untuk melayani semakin dapat terwujud dalam upaya meningkatkannya
Menurut Garret, dickson, Young, Whelan, dan Forero (2008) Service learning
juga dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi kultural
(cultural comptence) siswa atau mahasiswa
Jadi kesimpulannya,. Program strategi Service Learning ini dapat memberikan
pengaruh yang besar terhadap diri sendiri dan meningkatkan kepedulian terhadap
orang lain di sekitar
C. Langkah-langkah pembelajaran dalam projek kewarganegaraan dalam
prespektif Service Learning.
Menurut Anisah (2016), langkah-langkah pembelajaran aksi sosial ini dimulai
dengan mengkaji materi pokok, sejauh mana materi pokok tersebut dapat
mengundang keterlibatan siswa dalam praktik nyata pemecahan masalah di
lingkungannya. Selanjutnya menyusun rencana aksi sosial, Melaksanakan dan
menilai aksi sosial. Contohnya mengunjungi panti asuhan, pengabdian kepada
masyarakat, pemberian sumbangan korban bencana alam, melaksanakan pelayanan
K3, dan lain- lain
Lalu menurut Karliani (2014), pelaksanaan service learning telah mengalami
perkembangan melalui 3 tahapan. Tahapan pertama adalah pelaksanaan service
learning yang menekankan pada aktivitas sukarela untuk melayani (voluntary
service), yang kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pengabdian kepada
masyarakat (community service), dan tahap evaluasi
Sedangkan menurut Nusanti (2014), dalam service learning terdapat tiga
tahapan yang harus dilakukan, yaitu tahap persiapan, tahap melayani, dan tahap
refleksi. Pada tahap persiapan, peserta didik membuat suatu rencana berdasarkan
kebutuhan orang-orang yang ada dalam masyarakat. Pada tahap melayani, peserta
didik benar-benar melakukan pekerjaan melayani seperti yang tertuang dalam
rencana yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap refleksi peserta didik
menganalisa semua pekerjaan yang sudah dilakukan.
Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
langkah yang harus dilakukan pada aksi sosial berbasis service learning, yaitu
mempersiapkan rencana apa yang harus dilakukan terhadap sebuah masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, lalu setelah itu melaksanakan aksi sesuai rencana yang
sudah disiapkan dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakkan.

D. Pengorganisasian siswa dalam projek kewarganegaraan dalam prespektif


Service Learning
Menurut Olim (2010) sejalan dengan upaya pembangunan masyarakat yang
harus difahami oleh anak-anak dan guru pada tingkatan yang paling dasar adalah
kemampuan untuk mengorganiasikan diri dalam rangkaian kegiatan : structure,
setting time, role of learner, Role of fasilisator, Relationship between learners and
fasilisator, Needs assessment, Curriculum development, Subject matter, Material,
Methode, Evaluation.
Menurut Cahyani (2011) Langkah Action menuntut siswa untuk aktif dalam
melakukan pelayanan dalam hal mempertahankan pendapat dan memadukan
pendapat pada saat diskusi sehingga dapat meningkatkan sikap siswa dalam hal
pengorganisasin dilihat dari perbedaan hasil belajar afektif pada kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kelas control
Jadi dalam pengorganisasian memiliki beberapa tahapan agar berjalan sesuai
rencana, serta pengorganisasian menuntut siswa untuk lebih aktif dalam berbagai
kegiatan yang telah dilakukan seperti mengutarakan pendapat pada saat diskusi.

E. Alat dan bahan yang diperlukan dalam Projek Kewarganegaraan dalam


prespektif Service Learning
Menurut Awaliyah (2017: 46) kegiatan service learning selain memberikan
bekal keterampilan praktik di bidang keilmuwan yang menjadi spesialisasi
mahasiswa juga perlu memberikan bekal keterampilan untuk dapat menyesuaikan
diri dengan kebudayaan di masyarakat. Service learning adalah matakuliah atau
mata pelajaran yang dirancang dengan memberikan bekal teori dan praktik kepada
siswa atau mahasiswa untuk mengalami langsung kegiatan nyata di dalam
masyarakat.
Sementara itu menurut Heinich, dkk. dalam Sanjaya (2012: 125) macam-
macam media bahan ajar (alat) yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran
Service Learning yaitu:
a. Media yang tidak diproyeksikan, meliputi media realia, model, grafis, dan
display.
b. Media audio, meliputi kaset, vision, dan active audio vision.
c. Video dan film
d. Multimedia berbasis komputer (Powerpoint)
e. Multimedia Komponen Instrumen Terpadu (KIT)
f. Perangkat-perangkat saat praktikum di lapangan

Sedangkan menurut Endah dan Alviani (2018: 146-147) Landasan yang


digunakan dalam kegiatan mata kuliah dengan pendekatan Service Learning
meliputi:
a. Capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran yang difokuskan pada hasil
pengabdian, atau sebaliknya, hasil akademik semata sebagai capaian primer
b. Landasan perancangan mata kuliah
c. Pengajar mengidentifikasi komunitas-komunitas yang dapat menjadi sasaran
dari kegiatan praktikum mahasiswa berdasarkan tema, topik, dan materi
kuliah selama satu semester
d. Persiapan praktikum lapangan juga diperlukan sebagai bekal mahasiswa
sebelum melakukan kerja pelayanan di masyarakat (perangkat-perangkat
praktikum)
e. Nota kerja sama antarlembaga juga diperlukan sebagai landasan kerja sama
dan dokumentasi kerja sama lembaga pendidikan tinggi dengan kelompok
masyarakat.
f. Keterlibatan pengajar, baik sebagai pembimbing maupun partisipan di
lapangan bersama mahasiswa
g. lembar evaluasi untuk masyarakat dalam bentuk jurnal, tes tertulis, observasi
partisipasi dengan rubrik yang mengintegrasikan capaian akademik dan
pengabdian oleh pengajar ataupun masyarakat yang menjadi sasaran
pengabdian.
h. Dokumentasi bersifat audiovisual

Jadi, dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa alat dan bahan
ajar atau media yang diperlukan untuk pembelajaran projek kewarganegaraan dalam
perspektif Service Learning yaitu pemberian bekal keterampilan dan juga bekal
teori serta bekal untuk praktik yang berguna pada saat mahasiswa mengalami
kegiatan secara langsung dan nyata di dalam masyarakat. Selain itu alat dan bahan
yang diperlukan bermacam-macam seperti media audiovisual yg direkam saat
kegiatan, proyeksi, powerpoint atau multimedia komputer, camera untuk
dokumentasi berupa foto dan video, dan perangkat atau kebutuhan saat praktikum
dijalankan seperti lembar evaluasi, menyusun rancangan, dan lain-lain.

F. Mengevaluasi projek kewarganegaraan dalam perspektif Service Learning


Menurut Awaliyah(2017) Tahap evaluasi dalam perspektif service learning
yaitu dengan menyatakan bahwa peserta service learning menajadi paham mengenai
adanya perbedaan cara pandang antara masing-masing individu ketika melihat
persoalan. Pada umumnya, sebelum mengkuti service learning atau menjalani
program, peserta dan target cenderung melihat persoalan dari sudut pandang diri
sendiri. Setelah pelaksanaan, mereka dapat melihat persoalan dari sudut pandang
yang berbeda-beda dan membuat keputusan bersama serta menjadi sadar akan
adanya keragaman budaya, pendidikan, sosial, dan cara pandang.
Menurut Syamsudduha dan Nurjannah (2017) Pada tahap evaluasi yaitu dengan
adanya penilaian yang dilakukan pada tiga domain yaitu kognitif (terkait
penguasaan teori dan kemampuan dalam memformulasikan pengetahuan melalui
observasi dan interaksi di sekolah), afektif (terkait sikap dalam proses perkuliahan
dan kegiatan di sekolah meliputi sikap terhadap sesama mahasiswa, dosen, guru dan
siswa disekolah, antusiasme, kesungguhan dalam melakukan investigasi dan
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas), dan psikomotor ( terkait keterampilan
proses dan keterampilan menyusun laporan case study serta keterampilan
mempresentasikan.
Menurut Nusanti (2014) Pada tahap evaluasi pendidik memberikan tugas
kepada peserta didik berupa kegiatan melayani masyarakat dengan membuat catatan
tentang bagaimana tanggapan orang yang menjadi target audience bisa positif, bisa
juga negative. Kemudian peserta didik juga mencatat bagaimana perasaan dia
sendiri setelah melakukan kegiatan melayani.
Jadi kesimpulannya tahap evaluasi bisa dilakukan dengan berbagai cara untuk
mengetahui hasil akhir dari kegiatan dalam masyarakat yakni dengan melihat
persoalan dari sudut pandang yang berbeda-beda dan membuat keputusan bersama
serta menjadi sadar akan adanya keragaman budaya, pendidikan, sosial, dan cara
pandang. Dapat juga dilakukan pada tiga domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Dan yang terakhir yaitu dengan membuat catatan tentang bagaimana
tanggapan orang mengenai kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian peserta didik
juga mencatat bagaimana perasaan dia sendiri setelah melakukan kegiatan tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Service learning adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara
terjun langsung untuk melihat dan menangani masalah langsung yang terjadi di
masyarakat, dimana peranan pendidik sangat penting dalam memberi motivasi dan
dorongan kepada siswanya agar dapat berfikir kritis dalam menangani masalah yang
ada dalam masyarakat.
Terdapat tiga langkah yang harus dilakukan pada aksi sosial berbasis service
learning, yaitu mempersiapkan rencana apa yang harus dilakukan terhadap sebuah
masalah yang dihadapi oleh masyarakat, melaksanakan aksi sesuai rencana yang
sudah disiapkan dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakkan. Dalam pengorganisasian menuntut siswa lebih aktif dalam berbagai
kegiatan yang telah dilaksanakan seperti mengutarakan pendapat pada saat diskusi.
Media yang diperlukan untuk pembelajaran projek kewarganegaraan dalam
perspektif Service Learning yaitu pemberian bekal keterampilan dan juga bekal
teori serta bekal untuk praktik yang berguna pada saat mahasiswa mengalami
kegiatan secara langsung dan nyata di dalam masyarakat. Yang terakhir yaitu
dengan tahap evaluasi yaitu dengan melihat persoalan dari sudut pandang yang
berbeda-beda, dilakukan pada tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Serta membuat catatan tentang bagaimana tanggapan orang lain mengenai kegiatan
yang telah dilakukan.

B. Saran
Pembelajaran berbasis proyek kewarganegaraan dalam perspektif service
learning ini dapat membantu peserta didik atau mahasiswa untuk pengembangan
pengetahuan dan keterampilan baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui proyek
dan aktivitas. Sehingga pembelajaran dengan pendekatan service learning ini sangat
bagus untuk diterapkan pada pembelajaran di sekolah maupun tingkat perkuliahan.
DAFTAR RUJUKAN

Anisah, Siti. 2016. Penerapan Model Service Learning Untuk Meningkatkan Sikap
Kepedulian Sosial SiswaPada Pembelajaran IPS SD. (Online).
http://www.academia.edu/32907709/Penerapan_Model_Service_Learning_Vol.
1_No diakses pada tanggal 8 Februari 2019 pukul 16.10 WIB
Cahyani, Vita Anggun, Slamet Santosa, Meti Indrowati. pengaruh penerapan service
learning terhadap hasil belajar biologi siswa kelas xi sma negeri 1 boyolali
tahun pelajaran 2011/2012 the influence of service learning toward biology
learning achievement of xi degree students at sma negeri 1 boyolali in academic
year 2011/2012, (online), https://media.neliti.com/media/publications/172608-
ID-none.pdf , diakses pada tanggal 16 Febuari 2019 pukul 17.18
Karliani, Eli. 2014. membangun civic engagement melalui model service learning
untuk memperkuat karakter warga negara. (Online). http://fis.um.ac.id/wp-
content/uploads/2016/08/2-agust_isi-2014.pdf diakses pada tanggal 8 Februari
2019 pukul 16.00 WIB
Margono, dkk. 2017. Projek Kewarganegaraan: Inovasi Pembelajaran PPKn untuk
Memperkuat Karakter Bangsa. Malang: UM Press.
Nusanti, Irine. 2014. Strategi Service Learning Sebuah Kajian untuk
Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran. (Online).
http://repositori.kemdikbud.go.id/623/1/8.%20ireneN.pdf diakses pada tanggal
11 Februari 2019 pukul 15.00 WIB
Olim,Ayi. 2010, mencari metode pendidikan karakter untuk paud: belajar berbasis
layanan (service learning,(online),
http://file.upi.edu/direktori/proceeding/upiupsi/2010/book_1/mencari_metode_pe
ndidikan_karakter_untuk_paud_belajar_berbasis_layanan_(service_learning).pdf
, diakses pada tanggal 16 Februari 2019 pukul 14.00 WIB
Olim,Ayi. 2010, mencari metode pendidikan karakter untuk paud: belajar berbasis
layanan (service learning,(online),
http://file.upi.edu/direktori/proceeding/upiupsi/2010/book_1/mencari_metode_pe
ndidikan_karakter_untuk_paud_belajar_berbasis_layanan_(service_learning).pdf
, diakses pada tanggal 16 Februari 2019 pukul 14.00 WIB
Setyowati, Endah. 2018. Service Learning: Mengintegrasikan Tujuan Akademik Dan
Pendidikan Karakter Peserta Didik Melalui Pengabdian Kepada Masyarakat.
(Online), (https://jurnal.ugm.ac.id/bakti/article/download/41076/22822) diakses
tanggal 14 Februari 2019
Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada
Media Group
Syamsudduha dan Nurjannah Yunus Tekeng. 2017. Penerapan Servic Learning
dalam Pembelajaran Matakuliah Pedagogik pada Kurikulum Pendidikan
Calon Guru. (Online), https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/download/3849/3831&ved
=2ahUKEwjS2ryN0r_gAhVBuo8KHTFyAWEQFjAAegQIBhAB&usg=AOvV
aw1jXSJNQFP9-bgSfcU0M_81 ,diakses pada tanggal 16 Februri 2019 pukul
13.30
http://pip.unpar.ac.id/publikasi/buletin/sancaya-volume-02-nomor-01-edisi-januari-
2014-2/520-2/ (diakses tanggal 15 Februari 2019 pukul 13.00 WIB)
http://www.academia.edu/32907709/Penerapan_Model_Service_Learning_Vol.1_No
(diakses tanggal 16 Februari 2019 pukul 13.00 WIB)
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://pip.unpar.ac.id/publikasi/buletin/sancaya-
volume-02-nomor-01-edisi-januari-2014-2/520-
2/&ved=2ahUKEwj9v5aFzcLgAhUGf30KHTXTALEQFjAAegQIARAB&usg
=AOvVaw0pK4MB-Mz8C0Xd4XnIVBGH (diakses taggal 16 Februari 2019
pukul 15.00)

Anda mungkin juga menyukai