Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 5

LAYANAN BK DI SEKOLAH

“Dasar Hukum SLTP, Karakteristik dan Serta Jenis Bantuan Dan Mendesain
Model Layanan Konseling Bagi SLTP”

DOSEN PENGAMPU
Dra. Zikra, M.Pd., Kons.
Dr. Miftahul Fikri, M.Pd

Oleh:
Muhammad Abdan Syakura
21006128

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
A. Dasar Hukum SLTP

Salah satu permasalahan pada penyelenggaraan SLTP Keterampilan


adalah dasar hukum (basic legality). Dari sisi legalitas maka penyelengga-raan
SLTP Keterampilan kurang mempunyai dasar hukum yang kokoh, mes-kipun
bukan berarti tidak memiliki dasar hukum sama sekali. Keadaan ini le-bih
disebabkan ole adanya berbagai interpretasi operasional yang antago-nistik dan
ambivalentif dari berbagai ketentuan yang ada, terutama ketentuan di dalam
pasal- pasal dan ayat-ayat pada UU Nomor 2/1989 dan PP Nomor 28/1990
(Supriyoko,2016).
Dengan mengacu pada Pasal 13 UU Nomor 2/1989 yang menyatakan
bahwa pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sika dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang di-.
perlukan untuk hidup dalam masyarakat serta menyiapkan peseta didik yang
memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah (ayat 1), maka
kemungkinan penyelenggaraan SLTP Keterampilan memberikan dukungan.
kuat atas diselenggarakannya. SLTP Keterampilan yang memberikan bekal
keterampilan bagi lulusannya (Supriyoko,2016).
B. Karakteristik Siswa SLTP
Siswa SMP mengalami masa remaja satu priode perkembangan sebagai
transisi masa anak-anak menuju masa dewasa. Siswa SMP sebagai peserta didik
dipandang ahli psikologi sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak
jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ketidakjelasan karena
mereka berada pada priode transisi dari periode kanak- kanak menuju periode
dewasa. Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli,
anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan
pubertas (10- 14 tahun).
Menurut Desmita (2010: 36) ada beberapa karakteristik siswa usia
Sekolah Menengah Pertama (SMP) antara lain:
1. Terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan, Mulai
timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
2. Kecenderungan ambivalensi, serta keinginan menyendiri dengan keinginan
bergaul, serta keinginan utuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orang tua.
3. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma
dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
4. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan.
5. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

6. Mulai mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku diri sendiri


yang sesuai dengan dunia sosial.
7. Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.
C. Jenis Bantuan Konseling Bagi Siswa SLTP

Dalam BK saat ini ada enam kegiatan pendukung, yaitu (1) aplikasi
instrumentasi, (2) himpunan data, (3) kunjungan rumah, (4) konferensi kasus,
(5) tampilan kepustakaan, dan (6) alih tangan kasus. Berikut merupakan
uraiannya:
1. Aplikasi Instrumentasi dalam Bimbingan dan Konseling (BK)

Aplikasi instrumentasi merupakan kegiatan pendukung dalam bimbingan


dan konseling (BK) yang dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan
keterangan tentang siswa, lingkungan siswa, serta lingkungan yang lebih
luas. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik
dalam bentuk tes maupun non-tes Prayitno (2004).
2. Himpunan Data dalam Bimbingan dan Konseling (BK)
Data tentang siswa sangat diperlukan dalam penyelenggaraan BK. Data
yang sudah dikumpulkan baik melalui tes maupun non-tes perlu disimpan
di dalam himpunan data atau dikenal dengan cumulative record. Ada
beberapa jenis data yang perlu dikumpulkan oleh guru pembimbing, dari
siswa seperti yang dikemukakan oleh Prayitno (2004), yaitu: Identitas
pribadi, latar belakang keluarga, kemampuan mental, bakat, dan kondisi
kepribadia, sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai mata pelajaran. hasil tes
diagnostik. data kesehatan, pengalaman ekstrakurikuler dan kegiatan di luar
sekola, minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan. prestasi khusus yang
pernah diperoleh, Selain data siswa diperlukan juga data tentang
lingkungan. Data tentang lingkungan ini berguna dalam rangka memberi
informasi dan penjelasan kepada siswa yang memerlukan informasi seperti
informasi pendidikan.
3. Kunjungan Rumah dalam Bimbingan dan Konseling (BK)

Kunjungan rumah adalah kegiatan pendukung BK yang bertujuan untuk


memperoleh data keterangan serta kemudahan bagi terentasnya masalah
siswa melalui kunjungan ke rumah siswa. Kegiatan kunjungan rumah,
memiliki tiga tujuan utama yaitu:
a. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya
yang bersangkut paut dengan keadaan rumah atau orang tua.
b. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya.

c. Membangun komitmen orang tua terhadap permasalahan anaknya.

4. Konferensi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling (BK)

Konferensi kasus adalah kegiatan pendukung BK yang bertujuan untuk


membahas permasalahan yang dialami siswa dalam suatu forum pertemuan
yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan
bahan, keterangan, dan kemudahan bagi terentaskannya permasalahan
siswa. Pertemuan dalam konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
5. Tampilan Kepustakaan dalam Bimbingan dan Konseling (BK)

Kegiatan Pendukung Tampilan Kepustakaan (PTK) merupakan “plus” dari


“BK Pola 17”. Tampilan kepustakaan ini dimaksudkan membantu
permasalahan klien dengan cara memanfaatkan permasalahan klien dengan
cara memanfaatkan pustaka, karena pustaka merupakan gudang ilmu yang
terekam melalui buku, majalah, koran, tabloid, film, dsb. Berbagai uraian,
penjelasan, cerita, ide, contoh, dan bermacam-macam. Informasi sebagai
hasil budaya manusia tersimpan di dalam pustaka. Semua yang ada pada
pustaka dapat memperkuat dan memantapkan atau menjadi bahan
perbandingan serta menambahan wawasan klien serta mempertajam analisis
terhadap permasalahan klien (Hartono, 2018).
6. Alih Tangan Kasus dalam Bimbingan dan Konseling (BK)

Alih tangan kasus dapat diartikan sebagai kegiatan pendukung bimbingan


dan konseling yang bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih
tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien atau konseli)
dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lain.
Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan mantap antara berbagai
pihak yang dapat memberikan bantuan atas penanganan masalah tersebut
(terutama kerja sama dari ahli lain tempat kasus itu dapat dialihtangankan).
D. Model Layanan Konseling Bagi SLTP

Program Bimbingan dan Konseling memiliki empat komponen yaitu


layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif
dan dukungan sistem. Menurut Aditomo & Phil (2021) Penjelasan dari
komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Layanan Dasar

Layanan dasar merupakan layanan Bimbingan dan Konseling yang


ditujukan bagi seluruh peserta didik, yang bertujuan mengembangkan
potensi peserta didik agar mencapai perkembangan optimal. Layanan dasar
meliputi bidang pribadi, sosial, belajar dan karir.
2. Layanan responsif

Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta


didik/konseli yang memiliki kebutuhan dan masalah dan memerlukan
bantuan dengan segera, agar peserta didik/konseli tidak mengalami
hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Strategi
yang digunakan pada kegiatan layanan responsif adalah konsultasi,
konseling individual atau kelompok, rujukan/alih tangan (referral), dan
bimbingan teman sebaya (peer guidance/peer facilitation).
3. Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual

Layanan peminatan dan perencanaan individual merupakan proses


pemberian bantuan kepada semua peserta didik/konseli dalam menyusun
dan mengimplementasikan rencana pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Strategi yang digunakan pada kegiatan layanan perencanaan individual
meliputi penilaian dan pemberian nasihat individual atau kelompok
(Individual or small-group appraisal and advicement).
KEPUSTAKAAN

Aditomo, A., Psi, S., & Phil, M. (2021). Model inspiratif layanan bimbingan dan
konseling sekolah menengah pertama (SMP). 134.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja.
Newstead,

Hartono, M. S. (2018). Bimbingan Karier. Prenada Media.

Prayitno. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta


Supriyoko, S. (2016). Peningkatan Penyelenggaraan SLTP Keterampilan. Jurnal Ilmu
Pendidikan, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai