Anda di halaman 1dari 44

FILOSOFI KKN

Oleh : Ir. Suwarno Widodo, M.Si.


A. Pendahuluan
Perguruan tinggi di Indonesia perkembangannya diarahkan pada Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat. Ketiga komponen tersebut satu dengan yang lain saling berkaitan dan
sinergis.
Pendidikan yang dikembangkan akan mendorong untuk melakukan
penelitian, temuan/hasil penelitian yang berupa IPTEKS, perlu diterapkan dalam
kehidupan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pengabdian
pada masyarakat. Permasalahan yang muncul selama melakukan pengabdian pada
masyarakat akan dapat dijadikan umpan balik dalam peyelenggaraan pendidikan
dan penelitian perguruan tinggi.
Perguruan

tinggi

yang

menyelenggarakan

jenjang

S-1,

civitas

akademiknya dituntut untuk dapat melakukan pendidikan, penelitian, dan


pengabdian pada masyarakat. Bagi dosen kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan rutin dalam melaksanakan
profesinya, sedangkan bagi mahasiswa jenjang S-1, Kuliah Kerja Nyata
merupakan salah satu dari pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat secara terintegrasi.
Kuliah Kerja Nyata merupakan kegiatan pengintegritasian antara
pengabdian pada masyarakat, penelitian dan pendidikan yang terutama dilakukan
mahasiswa dengan bimbingan Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah,
dilaksanakan secara interdisipliner dan intrakurikuler ( Djauha F.N. dkk : 1986 )

B. Filosofi Kuliah Kerja Nyata


Kuliah Kerja Nyata yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi sebagai
kegiatan akademis memiliki landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi, yang
terjabar dalam 5 aspek yang satu dengan lainnya saling berkaitan, yaitu :
1. Keterpaduan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
Ditinjau dari Dharma Pendidikan dan Pengajaran, KKN dapat berfungsi
sebagai pengikat dan perangkum semua isi kurikulum atau bahkan menjadi
penambah dan pelengkapnya. Disamping itu, merupakan pengalaman belajar yang
menghubungkan konsep-konsep akademik dengan realitas di masyarakat sebagai
upaya memperkaya wacana dan melatih tingkat kepedulian mahasiswa terhadap
lingkungan masyarakat.
2. Pendekatan Interdisipliner dan Komprehensif
Tinjauan aspek ini secara jelas membedakan KKN dengan kegiatan lain,
seperti : program Praktik Pengalaman Lapangan, kemah kerja mahasiswa, Kuliah
Kerja Lapangan, Dll.
3. Lintas Sektoral
Kompleksitas permasalahan, keanekaragaman aspirasi dan budaya
masyarakat mengakibatkan setiap kebijaksanaan pembangunan dilakukan secara
lintas sektoral dan terpadu. Oleh sebab itu, pola pikir demikian amat disarankan
pada setiap peserta KKN, sehingga dalam kegiatannya lebih mengutamakan
pemberdayaan masyarakat dengan koordinasi dan kerjasama antarinstansi dan
pejabat di wilayah kerja KKN.
4. Pragmatisme Berdimensi Luas
KKN tidak hanya berkaitan dengan pembuatan laporan ilmiah di sisi
mahasiswa saja, namun tidak kalah pentingnya juga komitmen mahasiswa untuk
membantu memecahan sebagian masalah dalam masyarakat yang berefek ganda,
sehingga kehadirannya dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

5. Keterlibtan Aktif Masyarakat


Dalam keseluruhan proses kegiatan KKN, aspek ini sangat penting karena
hanya dengan kerjasama dan keterlibatan aktif masyarakat, maka mahasiswa
dapat mengaktualisasikan kemampuannya dan masyarakat juga semakin mandiri
dalam menyelesaikan permasalahannya.
Berdasarkan filosofi di atas, KKN dapat dimengerti sebagai suatu bentuk
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memberi pengalaman
belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat, serta secara
langsung turut membantu menangani berbagai permasalahan yang ada. Program
KKN dilaksanakan oleh perguruan tinggi sebagai upaya meningkatkan isi dan
bobot pendidikan bagi mahasiswa, serta memperoleh nilai tambah yang lebih
besar pada pendidikan tinggi. KKN merupakan upaya meningkatkan relefansi
pendidikan tinggi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan IPTEKS
guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat di satu sisi, serta ajang pengamalan
kemampuan mahasiswa di sisi lain.
UNIVERSITAS PGRI Semarang sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan berkomitmen untuk membentuk guru yang memiliki kompetensi
pedagogis, profesional, kepribadian dan sosial. Melalui Kuliah Kerja Nyata
mahasiswa akan banyak mendapatkan pengalaman proses pembentukan
kompetensi tersebut terutama kompetensi sosial dan kepribadian, sehingga
Kurikulum UNIVERSITAS PGRI Semarang memasukan Kuliah Kerja Nyata
sebagai kegiatan intrakurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler wajib, KKN
mempunyi beberapa karakteristik, antara lain :
(1)

Program yang berstruktur, baik dari adanya persyaratan kurikuler, tahapan


pelaksanaan,

maupun

pengelompokan

mahasiswa

yang

bersifat

dengan

segala

interdisipliner,
(2)

Mempunyai

bobot

akademik

SKS/

konsekuensinya,
(3)

Diprogramkan dalam Kartu Rencana Studi, serta

(4)

Adanya bimbingan, pembinaan, dan evaluasi

SKS

Dari sisi proses kelengkapan pendidikan bagi mahasiswa, melalui KKN


mahasiswa dituntut untuk belajar memahami aspirasi / permasalahan masyarakat
hingga mereka dapat berperan sebagi inovator, motivator, dan dinamisator dalam
melengkapi wacana masyarakat yang mengarah pada pentingnya orientasi
pendidikan bagi kemajuan masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu, seyogyanya
KKN dianggap dan dirasakan sebagai panggilan pengabdian yang bagi
masyarakat yang sedang membangun untuk memperbaiki taraf kehidupannya.
C. Pemodelan KKN
Permodelan KKN sebenarnya sangat dipengaruhi oleh kondisi masing-masing
perguruan tinggi ( besar-kecil PT, kelengkapan program studi, RIP, PIP, misi dan
visi, dll )
Diantara model KKN yang pernah dikembangkan antara lain :
1. KKN berorientasi pengembangan usaha kecil ( KKU )
2. KKN berorientasi pengembangan usaha-usaha formal.
3. KKN berorientasi pengembangan wilayah
4. KKN berorientasi pengembangn transportasi
5. KKN berorientasi penerapan IPTEKS/Kuliah Aplikasi Kekayaan
Intelektual
6. KKN terpadu ( kerjasama antar perguruan tinggi )
7. KKN berorientasi Transmigrasi
8. KKN Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat
Memperhatikan kondisi negara pada saat ini, KKN secara umum dapat diarahkan
pada pengembangan usaha menengah dan kecil, pemberdayaan masyarakat serta
pengelolaan

kelestarian

lingkungan

hidup.

Memperhatikan

karakteristik

mahasiswa UNIVERSITAS PGRI Semarang sebagai LPTK, maka pelaksanaan


KKN oleh mahasiswa dapat diarahkan pada pemberdayaan masyarakat melalui
pendidikan secara luas, sehingga pada saatnya masyarakat akan mempunyai
kemampuan untuk mengatasi permasalahan secara mandiri. Hal ini perlu

ditekankan pada mahasiswa KKN agar image masyarakat bahwa KKN membawa
dana yang besar untuk mengembangkan masyarakat dapat dihindari.
D. Pengorganisasian Kegiatan KKN
Pada umumnya pelaksanaan kegiatan KKN dibawah kordinasi LPPM, yang telah
melakukan perencanaan secara matang meliputi ;
a. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan lapangan dilakukan atas dasar pemikiran akan
pentingnya pengenalan wilayah pengabdian dan sosialisasi yang baik terhadap
pihak-pihak yang terkait dengan KKN, seperti masyarakat, kepala desa, camat
maupun pejabat pemerintah dan instansi lain. Pengenalan wilayah yang baik akan
sangat membantu kedalaman dan keluasan pandangan para pengelola / DPL dan
mahasiswa pada tahap pembekalan.
Sedang proses sosialisasi yang berjalan baik, akan menentukan kesiapan
masyarakat dan wilayah pengabdian. Pengalaman menunjukan bahwa persoalan
menempatkan mahasiswa / memondokkan dan bantuan biaya hidup dapat
dikompromikan sejak awal sehingga tidak terjadi benturan dikemudian hari.
b. Tahap Pembekalan
Tahap pembekalan diadakan guna mempersiapkan mahasiswa agar dapat
melaksanakan KKN dengan baik dan benar, sehingga dapat tercapai tujuan yang
direncanakan. Materi pembekalan diarahkan kepada penambahan kemampuan,
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa yang di modivikasi dengan penjajakan
lokasi dan kejadian wilayah yang meliputi potensi dan masalah-masalah yang
memungkinkan untuk diatasi selama KKN.

c. Tahap Pelaksanaan
Rancangan program kerja yng telah disusun pada saat pembekalan, perlu
disesuaikan dengan kondisi lokasi KKN. Oleh sebab itu, kesempatan awal ini
dipergunakan untuk mematangkan program kerja, apalagi dipacu dengan
keharusan untuk membicarakannya dengan unsur-unsur dalam masyarakat,
sehingga program tersebut selaras dengan program pemerintah setempat maupun
sejalan dengan kebutuhan riil masyarakat. Secara ringkas, program kerja KKN
disusun sesuai urutan kegiatan, seperti : ( 1 ) Pengumpulan data / observasi
lapangan, ( 2 ) Analisa situasi lokasi, ( 3 ) Perumusan masalah, ( 4 ) Penentuan
tujuan program kerja, dan (5 ) Penyusunan rencana kerja.
Pelaksanaan program kerja oleh mahasiswa peserta KKN tidak lain adalah
menjalankan rencana kegiatan yang sudah disusun dengan keterlibatan aktif
unsur-unsur masyarakat maupun kerjasama dengan pemerintah setempat. Kunci
keberhasilan dipengaruhi oleh pendekatan sosial, motivasi, dinamisasi, dan
partisipasi.
d. Tahap akhir KKN
Tahap akhir KKN dilakukan evaluasi yang meliputi : evaluasi prestasi
mahasiswa KKN dan evaluasi program KKN
Tantangan dan Permasalahan
Pada masa akhir ini ada pro dan kontra terhadap pelaksanaan KKN,
terlepas dari filosofi KKN itu sendiri. Namun demikian, ada hal-hal yang perlu
dicermati berkaitan dengan isu yang muncul akhir-akhir ini, seperti :
1.

Dana tidak cukup

2.

Kejenuhan dalam pelaksanaan KKN

3.

Perubahan sikap mahasiswa terhadap KKN

4.

Kerjasama KKN antarperguruan tinggi yang belum efektif

5.

Adanya ketergantungan desa kepada mahasiswa KKN

6.

Perencanaan dan pelaksanaan program KKN yang


kurang realistik dan profesional

Sebenarnya masalah yang muncul di atas, bukan kesalahan tingkat filosofi


dan akademis program KKN, melainkan berada pada tatanan praktis dalam
pelaksanaan. Untuk mengatasi itu perlu dilakukan upaya-upaya pengembangan
KKN di masa mendatang yang meliputi : Reorientasi program, motivasi pada
mahasiswa KKN, peningkatan mutu pelatihan dan pembekalan, maupun
reorientasi penyelenggaraan / pengelolaan.
E. Pengorganisasian KKN
Pada umumnya pengorganisasian pelaksanaan KKN dikoordinir oleh
LPPM/LPM perguruan tinggi. Dalam pelaksanaan tidak bisa terlepas dengan
instansi di luar perguruan tinggi. Pengorganisasian di perguruan tinggi, tanggung
jawab ada pada Rektor, sedangkan untuk penanggung jawab di wilayah adalah
kepala wilayah sesuai dengan tingkatnya, mulai dari gubernur untuk tingkat
propinsi, bupati / walikota untuk tingkat kabupaten / kota, camat untuk wilayah
kecamatan, dan lurah / kepala desa untuk tingkat kelurahan / desa.
F. Penutup
KKN sebagai salah satu kegiatan bagi mahasiswa untuk berinteraksi
dengan masyarakat, perlu dikelola secara efisien dan efektif

agar mampu

mengakselerasikan laju peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui


kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat menjadi menjadi guru yang memiliki
kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian dan kopentensi sosial. Dengan
demikian, kegiatan KKN dapat mendekatkan perguruan tinggi ke masyarakat
dalam mengaktualisasikan Tri Darmanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ditbinlitabmas, 2007. Pedoman Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat. Edisi VII Dirjen Dikti. Depdikbud.
Djauhar, M.F., dkk.1986. Konsepsi Dasar Kuliah Kerja Nyata, dalam buku
Mahasiswa Dalam Pembangunan. Universitas Lampung.

LPPM UNDIP, 2000. Operasionalisasi, Evaluasi dan Pengembangan KKN di


Perguruan Tinggi. Makalah Lokakarya Kuliah Kerja Nyata. Bandungan,
16-17 Mei
LPPM UNSOED, 2000. Operasionalisasi, Evaluasi dan Pengembangan KKN di
Perguruan Tinggi. Makalah Lokakarya Kuliah Kerja Nyata. Bandungan,
16-17 Mei.
UU No. 20 Th.2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UU No. 14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen.

TEAMWORK
Oleh: Arisul Ulumuddin
Kau yang disana yang berjiwa lemah, mendekat padaku dan raih tanganku
karena kudisini pantang menyerah. Bersatu kita kuat, bersama kita hebat dan tak
terkalahkan (sebuah syair)
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa masih banyak cara atau ide-ide
yang perlu dilakukan agar bisa menjadi kuat, hebat dan tak terkalahkan, salah
satunya adalah bekerja bersama-sama secara tim. Yang menjadi pertanyaan adalah
mampukah hal ini di lakukan secara maksimal? dengan harapan bisa menjadikan
KKN Posdaya berhasil dengan maksimal.
Dalam kegiatan KKN tidak mungkin kita bisa menyelessaikan kegiatan
atau program dengan sekelompok individu, tetapi harus bersama-sama dalam tim
yang memiliki tujuan yang sama, setiap anggota saling ketergantungan, bekerja
dalam suasana saling percaya, saling memotivasi, dan permasalahan diseelesaikan
secara win-win solution.
Apakah yang dimaksud tim itu? tim merupakan singkatan dari Team
Work, Excellence, Achieving dan Moving Forward.
Teamwork
Teamwork dapat diartikan kerja tim atau kerjasama, teamwork atau kerja
sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling
melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati
sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus
disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi
satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan
pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi yang paling
populer di tim.
Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling
bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak
menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat

dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim,
beban dibagi untuk satu tujuan bersama.
Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci
kesuksesan dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan
ini. Meskipun terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera
menyingkirkannya terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan
terganggu, bahkan dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang
berbeda yang terkadang menyimpan pula perselisihan. Makanya sangat penting
untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.
Dalam sebuah teamwork harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
anggota teamwork harus selalu proaktif, mandahulukan yang utama, selalu mulai
dengan tujuan akhir, berusaha mengerti orang lain sebelum dimengerti orang lain,
selalu bersinergi dengan siapapun, selalu dapat mengembangkan diri pada tujuan
akhir, anggota mampu bekerjasama dengan tim lain.
Perlu diketahui, teamwork yang solid akan mampu memberikan hasil yang
maksimal, tentu karena kerja keras tim yang didukung oleh mahasiswa KKN yang
hebat sebagai anggota tim, sehingga dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran
yang hebat, ide-ide yang super, bisa memberikan hasil yang maksimal dan luar
biasa dalam super tim tersebut. Sekiranya seperti itulah pengertian tentang
teamwork yang selama ini sering kita dengarkan dan sering kita bicarakan baik
dalam lingkup kuliah kerja nyata.
Excellence
Excellence dapat diartikan prima, unggul atau keunggulan yang dapat
diartikan sebagai hasil atau output dari proses yang sistematik dan sah atau legal
untuk mendapatkan dan menganalisa informasi mengenai peluang rencana yang
sangat potensial sesuai program KKN Posdaya.
Achieving
Achieving dapat di artikan capai atau mencapai target, ada hal yang perlu
diperhatikan dalam pencapaian target yaitu: mencoba bekerja dengan baik atau
benar, mengekspresikan keinginan untuk bekerja dengan lebih baik. Dengan
demikian dalam membuat program harus dapat diilaksanaan dengan baik.

10

Moving Forward
Moving Forward dapat diartikan bergerak terus-menerus atau melangkah
lebih maju kedepan, bisa juga dijabarkan sebagai suatu usaha yang dilakukan
secara terus-menerus pada suatu program atau usaha tertentu yang bertujuan untuk
melangkah lebih maju dan lebih baik dari saat ini.
Hal ini dapat dicapai atas tujuan bersama, apabila sudah ditetapkan objek
dan targetnya. Ini sangat penting agar seluruh aktifitas yang berhubungan kerja
sama harus kesepahaman gerak dan mempunyai langkah atau ide untuk
direalisasikan bersama. Dalam sebuah tim apabila ada seorang anggota kelompok
ada suatu masalah, maka harus diberitahukan kepada yang lainnya untuk dicarikan
solusi bersama agar mendapatkan langkah dan kerja yang selaras untuk mencapai
tujuan bersama. Mahasiswa KKN harus mampu membuat program/perencanaan
yang baik sesuai dengan ciri khas Posdaya dan dapat dilaksanakan semua anggota
secara bersama-sama dengan niat semangat kebersamaan untuk mencapai tujuan.
Dalam Kuliah Kerja Nyata(KKN), kerjasama antar tim tidak cukup tetapi
melibatkan masyarakat, RT/RW, dusun, kelurahan, kecamatan, sponshorship,
donatur, tokoh masyarakat dari tingkat kecil sampai tingkat kabupaten/kota, dan
pihak universitas(lembaga) sering kali ada permasalahan yang harus dipecahkan.
Dalam penyelesaian permasalahan kita harus melakukan lobby dengan pihakpihak terkait agar program kita dapat terlaksana.
Lobby
Apa sih Lobby itu? Kita sering mendengar orang mengatakan Ngga tau
ya bisa apa ndak?. Aku coba lobby dulu ke orangnya !. Kalo kita tengok di
kamus bahasa Inggris arti dari lobby itu sendiri adalah (1)ruang masuk,
(2)mencoba mempengaruhi. Nampaknya pengertian kedua yang akan kita
bicarakan kali ini.
Jika seseorang merasa tidak melewati jalan yang mulus untuk
mendapatkan keinginannya maka ia akan mencoba menggunakan cara lain yang
seringkali di luar prosedur, ada yang mengatakan itu sebagai bentuk lobby. Jika
ada seseorang mencoba mengubah keputusan orang lain demi tercapai tujuannya
(entah bagaimana caranya), juga ada yang mengatakan itu sebagai bentuk lobby.

11

Lobby sebuah kebiasaan, kebutuhan, keharusan atau penyakit. Sebegitu


hebatkah dampak yang ditimbulkan dari sebuah lobby-lobby ? Apakah lobbylobby merupakan sesuatu hal yang teramat istimewa sehingga banyak orang yang
memanfaatkannya bahkan mencemoohnya? Kita dapat melihat bagaimana
seseorang yang ingin sekali maju menjadi ketua sebuah partai, kepala suku dari
sebuah daerah, bahkan ketua OSIS ataupun Ketua HIMA, Presiden BEM pun
berusaha melakukan lobbying dari satu orang ke orang lain dari satu tempat ke
tempat lain? Wajarkah hal ini? Uuups...pertanyaan yang salah ! Semestinya, jika
hampir semua orang sudah pernah melakukan hal tersebut maka yang jadi
jawabannya adalah. Ya! Itu sesuatu yang teramat sangat wajar. Mungkin lobbying
memang diperlukan tetapi bukan suatu keharusan dan kebutuhan. Mungkin saja
lobbying memang diperlukan jika kita sudah berusaha sekeras mungkin tetapi
ternyata hasilnya tidak sesuai harapan. Mungkin saja lobbying diperlukan jika kita
menemui banyak sekali rintangan untuk mewujudkan tujuan kita. Mungkin saja
lobbying memang diperlukan untuk satu saat dimana kita benar-benar tidak
menemukan jalan keluar lagi. Hal yang perlu diperhatikan dalam melobby:
pandang mitra turut dengan baik dan menyyenangkan, ajukanlah pertanyaan yang
membuat mitra tutur kita merasa nyaman, jangan memotong pembicaraan, jangan
mengalihkan pembicaraan ke topik lain, jagalah ekspresi anda sebagai mahasiswa
yang meyakinkan, beri tanggapan yang baik dan semestinya. Awal penyelesaian
permasalahan adalah dengan komunikasi yang baik, yaitu komunikasi yang
didasari perasaan saling memahami, menghormati, dan menghargai tanpa saling
menyakiti, jadi mahasiswa Kuliah Kerja Nayata (KKN) harus membekali diri
dengan kemampuan komunikasi yang baik, lobby, negoisasi, sehingga diharapkan
dalam mencapai tujuan dan mencari solusi masalah dapat menggatasinyya dengan
baik.
Dengan kerja teamwork yang solid untuk mencapai tujuan Kuiah Kerja
Nyata (KKN) Posdaya, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik disertai doa,
maka akan membuahkan hasil yang maksimal dan indah bagi kehidupan. Selamat
ber KKN...

12

PEMBENTUKAN POSDAYA
Oleh: Drs. Sudargo, M.Si.

13

A. Pengertian Posdaya: Posdaya adalah suatu forum

silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi,


sekaligus bisa di kembangkan menjadi wadah koordinasi
kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara
terpadu, yang meliputi 4 yaitu bidang Pendidikan,
Kesehatan, Kewirausahaan, dan bidang Lingkungan.
B. Langkah-langkah pembentukan Posdaya
1. Ke kelurahan
Sebaiknya awali ke kelurahan dulu agar dapat
mensosialisasikan gerakan pemberdayaan ini kepada
pemerintah di tingkat paling bawah. Dan seterusnya,
pihak kelurahan juga diharapkan menjadi pembina
Posdaya
2. Identifikasi awal
Identifikasi pertama, dilakukan untuk mengetahui
pandangan tokoh-tokoh masyarakat mengenai rencana
pembentukan Posdaya. Identifikasi selanjutnya adalah
mengenai pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan yang ada
di RW calon dibentuknya Posdaya dan potensi yang
dimiliki RW untuk meningkatkan kesejahteraan warga,
serta

identifikasi

(pengurus

calon-calon

dan kader). Perlu

penggiat

Posdaya

pula dilengkapi data

tentang jumlah KK, Gakin, Balita, Bumil, pengangguran,


masyarakat drop out sekolah, jumlah buta huruf, jumlah
pengusaha dan potensi wilayah lainnya. Termasuk
identifikasi warga yang dapat menjadi kelompok peduli
atau donatur.
Diprioritaskan daerah yang belum banyak program
pemerintah, agar dapat memberdayakan masyarakat
desa tersebut.
3. Sosialisasi Posdaya

14

Posdaya

(Pos

Pemberdayaan

Keluarga)

adalah

sebuah gerakan untuk membangkitkan kembali budaya


gotong

royong

kehidupan

di

masyarakat

berkeluarga,

dalam

dilakukan

membangun

secara

swadaya

dengan harapan masyarakat dapat mandiri. Sehingga


anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling
membantu dalam mengatasi masalah yang dialami
warganya

terutama

bidang

pendidikan,

kesehatan,

ekonomi, dan lingkungan


Posdaya umumnya terbentuk di tingkat RW (satu RW
terdapat satu Posdaya) namun demikian ada juga
posdaya yang terbentuk di tingkat dusun atau dukuh
dan di tingkat kelurahan atau desa.

Posdaya tingkat

RW biasanya lebih mudah melakukan kegiatan karena


koordinasi yang lebih mudah antar pengurus Posdaya,
kader dan masyarakat.
Saat ini posdaya sudah ada di seluruh Indonesia
sebanyak

35000

posdaya,

baik

yang

dibentuk

perguruan tinggi maupun pemerintah daerah yang


sebagian besar berada di Pulau Jawa.
4. Membentuk Posdaya
Pertama lakukan inventarisasi (pengumpulan data)
kelembagaan dan pendekatan non formal kepada tokoh
masyarakat dan kelurahan. Apabila ada potensi dan
mendapat respon positif maka tahap selanjutnya dapat
mulai dilaksanakan. Namun, jika mendapat respon
negative, maka pembentukan Posdaya untuk sementara
ditunda.
Setelah mendapat respon positif dari masyarakat,
adakan Focussed Group Discussion (FGD) antara tokoh

15

masyarakat

dan

unsur

lembaga

yang

ada

untuk

memperoleh informasi kesiapan masyarakat untuk berPosdaya.


Selanjutnya lakukan pendataan sasaran, kebutuhan,
permasalahan dan potensi pemberdayaan yang ada di
masyarakat. Setelah itu, lakukan lokakarya mini dengan
menghadirkan masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat,
para penggiat pemberdayaan dari berbagai kalangan di
desa tentang pembentukan Posdaya dan pemilihan
pengurus Posdaya. Jika Posdaya telah terbentuk (telah
diterbitkannya

surat

keputusan

Kepala

Desa/Lurah)

maka adakan rapat kerja dalam rangka menyusun


program

kerja.

Posdaya

yang

baru

terbentuk

minimal memiliki satu bidang kegiatan (bisa bidang


kegiatan yang baru dibentuk maupun bidang kegiatan
yang sudah ada sebelumnya, dan jangan lupa ciri khas
posdaya bentukan Universitas PGRI Semarang adalah
ada kata Jaya pada nama posdaya tersebut)
Selanjutnya adalah pelaksanaan program-program
kerja, pendampingan, pengisian berbagai program yang
relevan

sesuai

berkembang,

kebutuhan.

maka

Ketika

berpeluang

Posdaya

untuk

makin

membangun

kemitraan dengan pihak-pihak yang memungkinkan.


Secara

ringkas

pengembangan

tahap-tahap

Posdaya

berikut :

16

bisa

pembentukan
dilihat

pada

dan
bagan

Raker

Need Assesment

Pelatihan Kader
Tomas

Stimulasi Awal

FGD Desa + RW

(Plang nama, Sekretariat,


Buku administrasi)
Pendampingan

MINILOK

POS
DAY
A

POS
DAY
A

KKN Tematik
5 Posdaya

POS
DAY
A

Pengesahan
Kesehatan

Program SKPD

POSDAYA
BERDAYA

Pengisian
Pendidikan

Pengisian
Agama

Pengisian
Ekonomi/
Kewirausahaan
PENGEMBANGAN
NETWORKING
17

Go Field
Posdaya

Pengisian
Lingkungan

Posdaya dapat dibentuk oleh masyarakat secara


bersama-sama. Inisiatif pertama boleh muncul dari
pimpinan lembaga yang ada seperti kelompok arisan,
kelompok pengajian, kelompok PKK, pengurus masjid,
kelompok tani, dari para pemuda, atau dapat pula
bersumber dari pihak luar misalnya perguruan tinggi.
Peserta Posdaya adalah seluruh masyarakat yang
ada di wilayah kerja Posdaya tersebut. Secara otomatis,
seluruh

KK

di

wilayah

Posdaya

langsung

menjadi

keluarga besar Posdaya di wilayah itu. Merekalah yang


bersama-sama menggerakkan kegiatan Posdaya untuk
memberdayakan warganya pada bidang-bidang yang
diperlukan (bidang Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan,
Lingkungan). Jadi, Posdaya itu adalah milik warga
bersama-sama dan dijalankan oleh warga bersamasama untuk mengisi, mengembangkan, meningkatkan
dan menggerakkan kegiatan-kegiatan di 4 (empat)
bidang tersebut. Dan Posdaya bukanlah milik Kepala
desa atau perguruan tinggi, atau dinas tertentu, tetapi

18

semua pihak dapat bersama-sama berkontribusi untuk


mengembangkan

Posdaya

sesuai

kompetensinya

masing-masing.
Karena Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri
khas

bottom

up

program,

yang

menggunakan

kemandirian dan pemanfaatan sumber daya


potensi

lokal

sebagai

sumber

solusi.

serta

Posdaya

dikembangkan sebagai salah satu sarana meningkatkan


kualitas hidup masyarakat yang hanya bisa di harapkan
melalui penguatan fungsi keluarga secara terpadu.
Posdaya dapat dikembangkan di mana-mana, bahkan
juga dalam lingkungan komunitas masjid.
5. Surat Keputusan (SK) Posdaya
SK Posdaya bisa berasal dari camat atau kepala desa
atau ketua RW (pada umumnya dari kepala desa/lurah)
yang lampiri dengan daftar nama pengurus beserta
alamat dan nomor HP. (contoh SK terlampir)
6. Kepengurusan Posdaya
Pengurus Posdaya adalah warga di lingkungan sendiri
dan dipilih oleh warga sendiri melalui musyawarah pada
saat

lokakarya

sekretaris,

mini.

bendahara,

Biasanya
ketua

ada

koordinator,

bidang

pendidikan,

kesehatan, ekonomi dan lingkungan dan ada pula


anggota tim tiap bidang tersebut. Pengurus Posdaya
adalah pekerja sosial atau tokoh masyarakat yang
mempunyai jiwa sosial yang tinggi, mau bekerja dengan
sukarela untuk kemajuan masyarakat dan komunikatif
(misal: ketua RW)
Pemilik Posdaya adalah semua masyarakat di mana
Posdaya itu berdiri. Posdaya bagaikan sebuah rumah

19

besar milik masyarakat, di dalam rumah besar itu


terdapat kegiatan-kegiatan bersama oleh masyarakat
untuk pemberdayaan keluarga-keluarga yang ada di
wilayah itu
7. Anggota Posdaya
Posdaya dibentuk dari konsep dari, oleh, dan untuk
masyarakat,

sehingga

yang

menjalankan

Posdaya

adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat juga yang


membangun;
program

mengurus;

kerja;

menyusun

melaksanakan

rencana

program

dan

tersebut;

merintis jalinan kemitraan dan mencari sumber-sumber


dana dengan pihak luar misalnya pemerintah daerah
setempat, mahasiswa perguruan tinggi dan perusahaan
yang berminat melalui program CSR atau yayasan dan
LSM pemberdayaan
Seluruh

masyarakat

di

wilayah

Posdaya

secara

otomatis langsung menjadi warga Posdaya, dan Posdaya


adalah milik masyarakat bersama dan diharapkan tetap
exist

selama

masyarakat

masih

terus

melakukan

program-program pemberdayaan untuk warganya.


Posdaya

diperuntukkan

bagi

masyarakat

kurang

mampu dan masyarakat kaya. Justru dengan adanya


Posdaya diharapkan terjadi kemitraan antara seluruh
warga. Bagi warga yang mempunyai kemampuan lebih
dapat menjadi donatur atau menyimpan kelebihan
dananya di LKM (Lembaga Keuangan Mikro) agar dapat
dimanfaatkan oleh warga yang memerlukan pinjaman
untuk menjalankan usaha.
8. Kegiatan Posdaya

20

Kegiatan utama Posdaya terbagi dalam empat bidang


yang

akan

kemiskinan

berdampak
dan

pada

upaya

peningkatan IPM.

pengentasan

Bidang tersebut

adalah bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan


lingkungan.
Program

pendidikan

yang

dimaksudkan

adalah

untuk memberikan dorongan kepada masyarakat agar


semua anak usia sekolah bisa mengenyam pendidikan.
Solusinya dapat dicarikan orangtua asuh, donator,
mengikuti program paket, mendirikan PAUD, pustaka
desa,

rumah

pintar,

pemberdayaan),

Kompudaya

dan

lain-lain.

(Komputer

Sedangkan

untuk
bidang

kesehatan lebih ditonjolkan pada upaya hidup sehat,


penurunan kematian ibu melahirkan dan bayi, dan lainlain.

Dan

kewirausahaan

menumbuhkan

semangat

dimaksudkan
kerja

produktif

untuk
dan

meningkatkan pendapatan untuk keluarga. Pengentasan


kemiskinan diarahkan bukan untuk memberi uang,
tetapi lebih ditonjolkan kepada upaya menciptakan
kegiatan produktif dengan menggunakan potensi yang
ada di wilayah tersebut, misalnya pembuatan ceriping
pisang, telor asin, minuman jahe instan, dan lain-lain.
Pembangunan lingkungan diarahkan untuk menata
lingkungan agar lebih sehat, asri dan juga menghasilkan
misalnya dengan menanam kebun bergizi pada setiap
rumah, baik di pekarangan maupun dalam pot.
(Di

Form

lomba

posdaya,

posdaya)

21

contoh2

kegiatan

9. Pendamping Posdaya
Ada

beberapa

lembaga

yang

bermitra

dalam

membina Posdaya. Kalau di tingkat Pemerintah Daerah


biasanya adalah badan yang menangani pemberdayaan
masyarakat misalnya Bapermasper dan KB (di kota
Semarang). Kalau di tingkat wilayah bisa konsultasi ke
Bapak

Lurah/Bapak

Kepala

Desa,

PLKB,

penyuluh

Pertanian, bidan, atau tenaga ahli lainnya yang ada di


desa. Sedangkan kalau di Perguruan Tinggi biasanya
Posdaya dikembangkan oleh LPPM Perguruan Tinggi.
Konsultasi posdaya ke perguruan tinggi

semua

gratis

pengabdian

karena

itu

adalah

bagian

dari

Perguruan Tinggi kepada masyarakat.


Agar Posdaya dapat berkembang dan mandiri memang
perlu pembinaan dan pendampingan terus-menerus. Tenaga
pendamping dari perguruan tinggi memang terbatas untuk
selalu kontinu. Oleh karena itu pendampingan diprioritaskan
kepada

Posdaya

yang

baru

berkembang

dan

semakin

mandiri, maka sifatnya lebih mengarah kepada konsultatif.


Selain itu, tenaga pendamping diharapkan dapat diperankan
oleh tenaga lapangan yang sesuai dari pihak Pemda seperti
PLKB, PPL, Bidan dan lain-lain.

Perguruan

tinggi

juga

berkewajiban

mendampingi

Posdaya karena merupakan bagian dari Tri Dharma


Perguruan Tinggi. Tetapi dalam jumlah massal, maka
program

pemberdayaan

ini

lebih

sesuai

untuk

didampingi oleh pemerintah


Pendamping adalah salah satu unsur penting dalam
pengembangan Posdaya. Pendamping sangat berperan
dalam memberi semangat kepada pengurus, tempat
tukar pikiran dan informasi. Sejauh ini, Universitas PGRI

22

Semarang sudah mengadakan pendampingan Posdaya


dari unsur mahasiswa, peneliti dan para dosen. Tetapi
sebenarnya yang lebih diharapkan untuk berperan
secara

kontinu

sebagai

pendamping

adalah

unsur

tenaga lapangan dari Pemda yang terkait dengan


pemberdayaan masyarakat seperti PLKB, PPL, PSM,
bidan dan guru.
10. Keuntungan Posdaya bagi masyarakat
a. Memudahkan

koordinasi

dalam

melaksanakan

kegiatan.
b. Membuat masyarakat jadi lebih siap ketika ada
bantuan, dukungan atau kerjasama dari pihak luar,
karena

sudah

jelas

kegiatan

manajemen

operasionalnya.
c. Muncul ide dan kreativitas masyarakat untuk berbagi
kegiatan pemberdayaan.
d. Pelaksanaan kegiatan bisa berlangsung lebih cepat,
efektif dan efisien.
e. Posdaya mampu mempengaruhi cara pandang dan
menyiapkan

masyarakat

terhadap

bentuk-bentuk

intervensi pembangunan yang dimasukkan ke desa


atau kelurahan.
f. Posdaya

mampu

mendinamiskan

kehidupan

masyarakat melalui meningkatnya partisipasi dan


komitmen masyarakat dalam pembangunan.
g. Kualitas

keluarga-keluarga

miskin

yang

ada

di

wilayah Posdaya akan mengalami perubahan yang


cukup signifikan setelah ada Posdaya.

23

h. Mulai

muncul

kegiatan-kegiatan

ekonomi

di

masyarakat, seperti munculnya usaha-usaha kecil di


bidang pangan, kerajinan maupun jasa.
i. Masyarakat
kebersihan

mulai
dan

menilai

kelestarian

penting

menjaga

lingkungan

dengan

memulai upaya mengolah sampah rumah tangga


menjadi kompos.
Berdirinya Posdaya membuat bertambahnya jumlah
anak keluarga kurang mampu yang masuk PAUD;
bertambahnya

jumlah

berkurangnya

balita

balita

kurang

ke

gizi;

Posyandu;

bertambahnya

jumlah lansia yang aktif di Posbindu; munculnya


usaha-usaha ekonomi baru dan meningkatkanya
aktivitas masyarakat dalam mengelola lingkungan
11. Keuntungan Posdaya bagi mahasiswa KKN
a.
b.
c.
d.

Mekanisme kerja lebih jelas;


Indikator keberhasilan KKN lebih jelas;
Memudahkan memulai kerja;
Efisien dan efektif dalam hal waktu;
e. Soft skill mahasiswa lebih terasah.
12. Program kerja
Secara praktis adalah dengan melihat kontinuitas
program, jumlah program yang dilaksanakan dan jumlah
warga yang berpatisipasi dalam program tersebut.
Makin kontinu dan makin banyak partisipasi, berarti
Posdaya tersebut bagus. Alat ukur yang lebih rinci
dikembangkan

oleh

Yayasan

Damandiri

dengan

memperhatikan unsur-unsur manajemen; kelengkapan


kegiatan dan cakupan kegiatan Pendidikan, Kesehatan,
Ekonomi, Lingkungan serta mengklasifikasikan Posdaya
menjadi

Posdaya

Pemula,

24

Posdaya

Semi

Mandiri,

Posdaya Mandiri dan Posdaya Mandiri Inti (lihat form


lomba posdaya).
Secara garis besar ada pola program kerja yang
disusun oleh perguruan tinggi, tetapi program kerja di
Posdaya seutuhnya merupakan hasil musyawarah warga
dengan menyesuaikan pada kebutuhan warga dan
potensi yang dimiliki wilayah tersebut.
Melalui mekanisme penyusunan program kerja oleh
pengurus lengkap. Program kerja jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang, itulah yang
menjadi

acuan

pelaksanaan

dan

acuan

monev

(monitoring dan evaluasi) kerja pengurus. Selain itu,


mekanisme

rapat

evaluasi

rutin

Posdaya

yang

dilaksanakan sebulan sekali juga bisa jadikan alat


kontrol kinerja pengurus Posdaya.
13. Posdaya dan Program Pemerintah
Program Posdaya seharusnya bersinergi dengan
program pemerintah dan bersama-sama melaksanakan
program

tersebut

dengan

baik

untuk

memajukan

masyarakat. Jadi tidak ada istilah saingan yang ada


hanyalah kerjasama dan sinergi karena seluruhannya
adalah milik masyarakat dan untuk masyarakat
Misalnya

PKK

dengan

program

kerjanya

yang

terwadahi dalam Pokja I-IV sangat sesuai dengan


program kerja Posdaya di bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, lingkungan dan juga agama. Pada dasarnya
Posdaya adalah forum yang mensinergikan semua
kegiatan pemberdayaan yang ada di RW atau Desa.
Pada intinya pemberdayaan masyarakat adalah
tanggung jawab bersama. Oleh karena itu siapapun,

25

lembaga apapun, program apapun, sepanjang berkaitan


dengan pemberdayaan masyarakat akan sangat relevan
dan sangat diharapkan perannya sesuai kompetensi
masing-masing.
14. Pembagian keuntungan Produk Posdaya
Sepenuhnya diserahkan pada musyawarah bersama
seluruh pengurus.
15. Keuangan Posdaya
Posdaya

bukan

unit

atau

lembaga

profit.

Pembagian keuntungan bisa diatur dalam LKM atau


koperasi Posdaya sebagai unit ekonomi Posdaya.
Pendampingan

dari

pemerintah

atau

dinas

biasanya sudah tersedia biaya operasional. Perguruan


tinggi

juga

bisa

merekrut

mahasiswa

sebagai

pendampingan Posdaya melalui kegiatan KKN Tematik


Posdaya. Kalau mahasiswa tidak ada bayaran karena
sudah menjadi bagian kegiatan akademik mereka.
Demikian juga swasta bisa sebagai mitra penyedia
bantuan atau fasilitas

kegiatan

Posdaya,

misalnya

pengembangan Posdaya melalui CSR perusahaan


Dan berbagai dana tambahan LKM dari program pemda
maupun Perbankan.
Utamanya adalah dana swadaya masyarakat, donatur
dari warga yang lebih mampu (kelompok dermawan,
kelompok peduli). Tetapi kalau Posdaya berkembang
baik maka juga banyak peluang kerjasama kemitraan
dengan pihak luar misalnya: Yayasan, CSR perusahaan,
Pemerintah Daerah melalui program-program SKPD,
BAZ, Rumah Zakat, Koperasi, dan lain-lain.

26

Di wilayah Posdya biasanya ada potensi yang bisa


dikembangkan oleh masyarakat, misalnya menghimpun
dana kelompok untuk usaha simpan pinjam. Dana
kelompok bisa digunakan oleh anggota sebagai modal
usaha misalnya telor asin. Dan bantuan dana juga
memungkinkan dari pihak perbankan (bank Jateng, bank
Bukopin)

jika kinerja Posdaya terus dalam keadaan

baik.
Modal

utama

untuk

membentuk

suatu

Posdaya

bukanlah dana, tetapi kemauan masyarakat.


Pembentukan

Posdaya

bukanlah

ditujukan

untuk

menampung dana tertentu, melainkan warga dengan


kebersamaan

menjadi

lebih

berpeluang

untuk

menciptakan sumber-sumber penghasilan atau dana.

16. Kendala dan solusi


Ada beberapa hal yang dapat menjadi kendala:
a. Kurang

tuntasnya

sosialisasi

Posdaya

kepada

masyarakat sehingga terjadi kebingungan dalam


menjalankan Posdaya atau menurunnya partisipasi.
b. Adanya

salah

persepsi

masyarakat

mengenai

Posdaya yang menganggap Posdaya seperti proyek,


sehingga mereka berharap Posdaya akan diaktifkan
oleh proyek.
c. Tidak adanya pendampingan baik oleh pemerintah
setempat, Perguruan Tinggi maupun pendampingpendamping independen.
d. Tidak

ada

dukungan

sumber-sumber

masyarakat atau dari luar.

27

dana

dari

Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan :


a. Masyarakat terutama keluarga mampu mendukung
sepenuhnya

gerakan

pemberdayaan

ekonomi

di

Posdaya sehingga terkumpul kekuatan masyarakat


baik dalam pemikiran, ide, maupun tenaga dan
fasilitas fisik serta potensi yang dimiliki masyarakat.
b. Adanya dukungan dari pemerintah, baik melalui
SKPD,

maupun

pembangunan

berbagai

lainnya

untuk

program-program
mengembangkan

ekonomi masyarakat melalui Posdaya.


c. Adanya

pendampingan

dari

Perguruan

Tinggi

ataupun lembaga lain yang sekaligus menjembatani


hadirnya teknologi tepat guna di Posdaya atau
masyarakat.
d. Aktif mencari Informasi di media massa atau internet
untuk menjaring kemitraan usaha dengan pihak luar,
termasuk mengunjungi Posdaya-Posdaya lain yang
sudah berhasil dalam pengembangan ekonomisnya.
e. Ada program-program dari berbagai lembaga yang
dapat dikaitkan untuk pemberdayaan masyarakat
misalnya CSR, Baksos, kemitraan dan lain-lain.
Posdaya harus rajin bersilaturahmi dengan tokoh
masyarakat, sekolah, Kelurahan atau Desa, Pemda,
Yayasan dan pengusaha. Selain itu, Posdaya perlu aktif
melakukan

promosi

misalnya

dengan

pameran, serta rajin mencari informasi.

28

mengikuti

PENGEMBANGAN POSDAYA BIDANG PENDIDIKAN DAN


PEMECAHAN PERMASALAHANNYA
Oleh: Muniroh Munawar, S.Pi., M.Pd
A.

Pendahuluan

Dr. Subijakto Tjakra Werdaja Sekretaris Yayasan Damandiri mengatakan


bahwa Posdaya adalah sebuah forum gotong royong masyarakat untuk
memperkuat fungsi keluarga, yang bertujuan mewujudkan keluarga cerdas,
mandiri dan sejahtera. Pengembangan posdaya ditujukan pada kelompok
masyarakat yang sudah ada seperti posyandu, UPPKS, Koperasi, Majeiis Taklim,
Karang Taruna, dasa wisma. Adapun bentuk pengembangan fungsi Pendidikan
dalam posdaya yaitu dengan mengembangkan Kelompok Bina Keluarga Balita
(BKB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Pendidikan Alquran (TPQ),
Pengajian, Taman Bacaan, Kompdaya, Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina
Keluarga Lansia (BKL), Kegiatan Belajar Masyarakat (KBM), Pemberantasan
Buta Aksara, pelatihan ketrampilan usaha, atau kegiatan ekonomi sosial lainnya.

29

Sasaran utama posdaya bidang pendidikan adalah keluarga dengan anakanak dibawah usia 15 tahun dengan tujuan agar seluruh anak-anak usia
tersebut dapat disekolahkan, baik pada kegiatan PAUD, TK maupun sekolah dasar
dan SMP sebagai bagian wajib belajar.
B.

Pengembangan Posdaya
Permasalahannya

Bidang

Pendidikan

dan

Pemecahan

Dalam rangka mengembangkan bidang pendidikan dalam posdaya melalui


pemberdayaan keluarga secara paripurna, maka perlu dilakukan secara gotong
royong dengan prinsip pokok sebagai berikut:
1.

POS PAUD
Usia dini merupakan usia emas perkembangan. Untuk melejitkan potensi
perkembangan tersebut, setiap anak membutuhkan asupan gizi, perlindungan
kesehatan, pengasuhan, dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak. Oleh karena itu, diperlukan bentuk layanan PAUD alternatif
yang lebih terjangkau dalam bentuk Satuan PAUD Sejenis SPS. Salah satu bentuk
SPS adalah layanan PAUD yang diintegrasikan dengan program Bina Keluarga
Balita (BKB) dan Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) yang selanjutnya disebut Pos
PAUD. Adanya program Pos PAUD ini sangat mendukung keberhasilan
pengembangan kebijakan kabupaten/kota layak anak. Tujuan program Pos PAUD
itu sendiri adalah:
1. Memberikan model layanan PAUD yang dapat menjangkau masyarakat
luas hingga ke pelosok pedesaan.
2. Memberikan wahana bermain yang mendidik bagi anak-anak usia dini
yang tidak terlayani PAUD lainnya.
3. Memberikan contoh kepada orangtua dan keluarga tentang cara-cara
pemberian rangsangan pendidikan kepada anak untuk dilanjutkan di
rumah.
Adapun beberapa prinsip dasar dalam penyelenggaraan pos PAUD adalah: (1)
berbasis masyarakat, (2) Kesederhanaan baik program, mainan, pengelolaan,
tempat maupun pakaian.
Dalam pembentukan Pos PAUD, ada beberapa hal teknis yang perlu
diperhatikan:
a. Pemilihan posyandu
Kriteria posyandu yang dipilih untuk di integrasikan dengan Pos PAUD
adalah posyandu yang aktif dengan jumlah anak minimal 25 orang anak dan 4
orang kader (pendidik) Pos PAUD.
b. Penyediaan Alat Permainan Edukatif (APE)
c. Koordinasi dengan petugas terkait
Koordinasi untuk memperoleh dukungan dan arahan pembentukan Pos
PAUD. Petugas PAUD terkait atara lain penilik paud/pls sebagai pembina Pos
PAUD, PLKB sebagai pembina BKB, dan puskesmas sebagai pembina
posyandu
d. Pelaporan dan perizinan

30

Setiap pendirian Pos PAUD wajib dilaporkan ke UPTD dinas pendidikan


kecamatan setempat guna memperoleh pembinaan dan bantuan proses
perizinan. Perizinan Pos PAUD antara lain mencakup:
1)
Memiliki pengurus sekurang-kurangnya terdiri dari unsur pembina dan
unsur pengelola
2)
Memiliki kader sekurang-kurangnya 4 orang (termasuk pengelola yang
merangkap sebagai kader)
3)
Sekurang-kurangnya 50% kader berpendidikan SLTA
4)
Sekurang-kurangnya 50% kader telah terlatih
5)
Memiliki tempat yang tetap dan layak untuk kegiatan anak, baik
kepunyaan sendiri, sewa, maupun pinjam pakai (melampirkan foto
tempat kegiatan dan bukti kepemilikan/sewa/pinjam pakai)
6)
Tersedia air bersih dan kakus untuk keperluan MCK
7)
Memiliki halaman untuk bermain bebas
8)
Memiliki APE untuk mendukung kegiatan anak di masing-masing
kelompok
9)
Memiliki buku administrasi pencatatan kegiatan
10) Memiliki buku-buku panduan/pedoman kegiatan
11) Memiliki sumber pembiayaan kegiatan
12) Kegiatan telah berjalan aktif selama 6 bulan, sekurang-kurangnya
seminggu sekali
13) Jumlah peserta didik sekurang-kurangnya 20 anak
14) Memiliki surat izin kepala Desa/Lurah setempat
15) Teknis pelaksanaan perizinan diatur oleh dinas pendidikan
kabupaten/kota setempat
e. Indikator keberhasilan
Keberhasilan penyelenggaraan Pos PAUD dapat diukur berdasarkan
pengelolaan, kondisi tempat, kader, peserta didik, frekuensi kegiatan, dan
partisipasi dan keterlibatan orang tua.
2.

BINA KELUARGA BALITA (BKB)


Pokja Pendidikan, KB dan Kesehatan serta Pokja Kewirausahaan
bekerja sama membentuk Tim Kerja Bersama untuk mengurusi kegiatan Bina
Keluarga Balita. Alasannya adalah bahwa program dan kegiatan yang ditawarkan
pada keluarga muda yang tergabung dalam kelompok BKB harus merupakan
program yang saling terkait, untuk orang tuanya dan untuk anak balitanya,
dengan ketiga kegiatan Pokja tersebut.
BKB merupakan wadah kegiatan keluarga yang mempunyai anak usia
0 - 6 th , bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua
(Ayah dan Ibu) & anggota keluarga lain untk mengasuh & membina tumbuh
kembang anak dalam rangka meningkatkan kesertaan, pembinaan dan
kemandirian ber-KB bagi anggota kelompok. Adapun pendekatan yang
dilakukan antara lain:
1. Kegiatan dilakukan melalui penyuluhan kpd keluarga
2. Mengembangkan ketrampilan keluarga dlm mengasuh anak

31

3. Mengacu pada prinsip prinsip asuh, asih, asah sesuai tahapan tumbuh
kembang anak
4. Mendorong anak terus belajar membangun pemahaman tentang sesuatu,
mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi dengan lingkungan sekitar
agar ia menemukan konsep akhirnya anak mampu melakukan sesuatu
yg positif dan berharga.
Sedangkan bentuk pelayanan kegiatan BKB seperti: Pertemuan penyuluhan,
Pemantauan perkembangan (KKA), Kunjungan rumah, dan Rujukan.
Secara ekonomi keluarga Balita harus dibantu mendapatkan pelatihan
ketrampilan, dibantu mendapatkan kerja bagi yang belum bekerja, serta
memperoleh kesempatan berusaha atau kesempatan membangun dirinya
menjadi wirausahawan. Kalau keluarga balita sudah mempunyai kerja atau
usaha tetapi belum cukup untuk membina keluarganya, maka Kelompok
Posdaya dapat memberi bantuan peningkatan kemampuan dan ketrampilan
agar keluarga yang bersangkutan bisa bekerja dengan upah yang lebih baik. Atau
keluarga pengusaha kecil itu dibantu dengan peningkatan mutu usahanya, atau
pemasaran sehingga penghasilannya bertambah baik.
Dengan penghasilan yang lebih baik, keluarga dalam Posdaya itu disiapkan
untuk menyegarkan kembali Gerakan Bina Keluarga Balita (BKB), sebagai
gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Gerakan Bina Keluarga
Balita bisa menjadi bagian dari Posdaya. Pokja yang mengurusi gerakan Bina
Keluarga Balita bisa mengadakan pertemuan lebih sering untuk
mengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) yang dikelola oleh
masyarakat dan tenaga muda yang ada di kampungnya.
Saat anak balita mengikuti kegiatan PAUD, maka orang tua, biasanya ibu
anak-anak batita atau balita itu, diajak mengikuti pelatihan ketrampilan di tempat
yang tidak terlalu jauh dari kegiatan anak-anaknya. Dengan cara itu maka
diharapkan orang tua akan makin maju dalam bidang ekonomi. Apabila pelatihan
sudah cukup memadai, para ibu itu diajak ikut kegiatan magang atau bekerja
dalam usaha-usaha ekonomi produktif di desanya.
3.

BINA KELUARGA REMAJA (BKR)


Seperti juga untuk Kelompok BKB, untuk kelompok Bina Keluarga
Remaja (BKR), ketiga Pokja harus pula membentuk Tim Kerja Bersama. Tim
terpadu itu mempunyai tugas membantu mempersiapkan pendidikan dan pelatihan
ketrampilan, mengantar para remaja memahami masalah reproduksi, KB dan
Kesehatan serta mempersiapkan anak-anak remaja menjadi penggerak
pembangunan lingkungan dan kewirausahaan.
Dalam kelompok ini pemberdayaan diarahkan untuk keluarga yang
mempunyai anak remaja. Orang tua yang memiliki anak remaja
dipersiapkan untuk memahami persoalan yang dihadapi atau bakal dihadapi oleh
anak-anak remajanya, didorong untuk mendukung anak-anak belajar dan
sekolah dengan gigih, memperhatikan makanan dan gizi anak-anak agar bisa
sekolah dengan baik, memberi dukungan keagamaan dan budi pekerti agar bisa
mewarisi nilai-nilai luhur budaya bangsa.

32

Anak-anak remaja mengalami perubahan mental dan fisik. Sebagian


memasuki masa puber yang aneh dan ingin mendapatkan informasi yang
diperlukan, masalah-masalah tersebut adalah bahan yang dapat dipecahkan
melalui forum Bina Keluarga Remaja. Anak-anak remaja di samping dilatih
dalam ketrampilan dengan mengajak mereka mengikuti kursus-kursus
ketrampilan dianjurkan pula untuk membentuk Gugus Depan Pramuka berbasis
pedesaan/kelurahan. Seluruh anak remaja dianjurkan ikut dalam gerakan
Pramuka itu untuk menanamkan rasa percaya diri dan solidaritas di antara
seluruh anak remaja. Begitu juga kepada mereka dapat diperkenalkan langkahlangkah untuk membentuk sifat kesatria yang sangat berguna untuk masa depan
mereka.
Orang tua dengan anak remaja harus menjadi prioritas pemberdayaan dalam
bidang ekonomi agar pendapatannya meningkat. Pendapatan yang lebih baik akan
memungkinkan orang tua memberikan pembinaan dan asuhan yang terbaik untuk
anak remajanya. remaja dewasa menjadi penggerak pembangunan lingkungan dan
kewirausahaan. Upaya yang dilakukan dalam kelompok ini adalah
meningkatkan lebih lanjut upaya penyadaran keluarga yang mempunyai anak
dewasa bahwa anak-anak mereka yang sudah dewasa perlu terus diarahkan
menjadi SDM yang handal, memiliki moral yang tetap terjaga dan terus
membina kualitasnya. Orang tua keluarga dewasa harus memberikan bimbingan
dan pengarahan bahwa anak-anak yang sudah dewasa adalah kekuatan
pembangunan yang produktif dan mampu menghasilkan keturunan yang makin
meningkat mutunya.
4.

BINA KELUARGA DEWASA (BKD)


Seperti juga untuk Kelompok BKR, untuk kelompok Bina Keluarga
Dewasa (BKD), ketiga Pokja harus pula membentuk Tim Kerja Bersama. Tim
terpadu itu mempunyai tugas untuk membantu mempersiapkan pendidikan dan
pelatihan ketrampilan, mengantar remaja dewasa memahami masalah reproduksi,
KB dan Kesehatan serta mempersiapkan Pelatihan ketrampilan bisa dilakukan
dengan menggabungkan kegiatan magang pada usaha-usaha ekonomi yang ada
di desanya. Mereka juga bisa dipersiapkan untuk bersama keluarga yang sudah
mempunyai usaha ekonomi yang mapan membentuk koperasi untuk perluasan
usaha. Koperasi bisa menjadi wahana membangun usaha bersama secara
gotong royong yang modalnya bisa saja dipinjam dari keluarga pengusaha
yang telah mapan, atau dari bank atau lembaga keuangan lain dengan agunan yang
dijamin oleh anggota yang lebih mampu. Dengan demikian remaja dewasa ini
dilatih dan dipimpin dengan disiplin yang tinggi untuk bekerja keras menggapai
masa depan yang lebih sejahtera.
Anak-anak muda dewasa tersebut, utamanya yang putus sekolah, atau
tidak sekolah sama sekali, harus mengikuti pemberantasan buta aksara,
mengikuti kursus Paket A, B, atau C sesuai dengan keadaannya. Remaja
dewasa itu diajak dan dibantu untuk mengembangkan Gerakan Pramuka
berbasis masyarakat sebagai forum pengembangan watak dan kepribadian
yang sangat dibutuhkan untuk masa depannya.

33

5.

BINA KELUARGA LANSIA (BKL)


Keluarga Lansia (Lanjut Usia) adalah keluarga yang mempunyai
anggota di atas usia enampuluh tahun. Para lansia yang masih sehat dan
segar bugar seyogyanya mendapat kesempatan untuk berkarya dalam
lingkungan rumah atau bekerja di luar dalam batas-batas kemampuan fisik
yang makin berkurang. Sebaliknya yang tidak mampu secara fisik dapat
memperoleh kesempatan untuk mendapatkan tempat yang terhormat dalam
lingkungan keluarga dan masyarakatnya.
6.

BINA KELUARGA PENYANDANG CACAT (BKPC)


Seperti juga untuk Kelompok BKL, untuk kelompok Bina Keluarga
Penyandang Cacat (BKPC), ketiga Pokja membentuk Tim Kerja Bersama. Tim
terpadu itu mempunyai tugas membantu mempersiapkan pendidikan dan pelatihan
ketrampilan, mengantar anggota yang menyandang cacat memahami masalah
reproduksi, KB dan Kesehatan serta mempersiapkan penyandang cacat
menjadi penggerak pembangunan lingkungan dan kewirausahaan.
Keluarga Cacat adalah keluarga yang salah seorang atau beberapa orang
anggotanya tidak saja mempunyai keterbatasan karena menyandang cacat fisik,
termasuk juga keluarga yang dianggap miskin dan memerlukan bantuan
fasilitasi dalam mengembangkan kemampuannya. Posdaya dapat bersama-sama
dengan organisasi yang mempunyai kemampuan pelatihan ketrampilan
memberikan dorongan dan dukungan agar keluarga yang mempunyai anak
penyandang cacat tidak putus asa. Apabila diperlukan
Posdaya
dapat
mengundang ahli-ahli yang biasanya hanya bekerja di panti dan tidak
berkunjung ke desa. Posdaya membantu pelatihan ketrampilan di
desa/kelurahan sehingga masa depan anak-anak penyandang cacat itu lebih
sejahtera.
Posdaya dapat pula merangsang pengembangan fasilitas kerja dan
usaha untuk penyandang cacat. Atau meminta perhatian pemerintah desa,
pemerintah kecamatan dan pemerintah kabupaten/kota untuk membuka
fasilitas yang memadai bagi penyandang cacat. Perhatian terhadap keluarga
penyandang cacat dalam jangka panjang akan menjadikan keluarga Indonesia
mampu memberi perhatian dengan cara mengembangkan kebersamaan yang
sejuk.
7.

MAJELIS TAKLIM
Majelis taklim dapat digunakan sebagai basis Posdaya dimana sebagai
sarana silaturahmi warga yang peduli terhadap pemberdayaan pembangunan
manusia dan lingkungan masyarakat agar lebih sejahtera dan mandiri. Contohnya:
Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) dan Kelompok Majelis Talim guna
meningkatkan kualitas iman dan takwa masyarakat baik anak-anak maupun
dewasa.
8.

TAMAN BACAAN
Salah satu program pendidikan sebagai tindak lanjut dan implementasi
program pemerintah yang turut mendukung keberhasilan pembangunan dunia

34

pendidikan adalah adanya pengembangan Taman Bacaan Masyarakat (TBM).


Pengembangan program pendidikan berupa program Pengembangan Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) adalah salah satu program pemerintah yang mengacu
pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat (4), tercantum bahwa satuan pendidikan non
formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Pada tahap pelaksanaan program TBM meliputi kegiatan: pemilihan tempat TBM,
pemilihan bacaan, pendampingan warga yang masih mengalami kesulitan
membaca, ciptakan suasana yang menyenangkan, selingi dengan pemberian
informasi sesuai kebutuhan masyarakat misalnya cara bercocok tanam, cara
membasmi penyakit/hama tanaman tertentu (sesuai dengan permasalahan
masyarakat).
9.

KOMPUDAYA

Kompudaya adalah pusat teknologi informasi yang dirancang khusus untuk


mengakses informasi, berkomunikasi dan mendapatkan layanan informasi bidang
pendidikan, kesehatan, lingkungan dan ekonomi dengan menggunakan sarana
teknologi informasi dan terkomunikasi berupa komputer dan akses internet
sebagai sarana sumberdaya belajar.

Tabel 1. Matriks pembelajaran di kompudaya


Bidang

Content

Pendidikan PAUD
Kejar Paket

Sub Content
Agama, motivasi, lingkungan dan penguatan moral
Motivasi, pengembangan diri, penguatan mata pelajaran

Kesehatan Ibu dan Anak Metode pemberian ASI, cara mendidik anak, hubungan ibu dan an
ak

Ekonomi

Remaja

Kesehatan reproduksi remaja, kiat-kiat menjadi remaja yang sukse


s

Lansia

Sehat di umur senja, produktifitas lansia

Pemasaran

Transaksi syariah, model-model pemasaran

Produksi

Kelayakan usaha, produksi dan pasca paenen

Motivasi berwi Keahlian mengelola softskill, kekuatan mental, kekuatan berhubun


rausaha
gan dengan orang lain
Lingkungan Organik

Toga, kebun bergizi, pupuk dan kompos, biopori


35

An organik
Pengolahan limbah plastik
Sumber: http://p2sdm.ipb.ac.id/ibm-komputer-untuk-pemberdayaan-keluargakompudaya/?lang=id
E. Penutup
Upaya-upaya yang dilakukan melalui Posdaya dikembangkan secara
bertahap, dan terutama ditujukan untuk peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM/HDI). Untuk itu, kegiatan-kegiatan diprioritaskan pada empat
bidang yaitu: bidang pendidikan, kesehatan, kewirausahaan, dan lingkungan.
Dalam bidang pendidikan, melalui Posdaya telah dibentuk Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD). Dengan adanya PAUD di daerah pedesaan, maka disamping sejak
dini anak-anak telah mengenal pendidikan formal, para ibu muda juga mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan dirinya menghadiri berbagai macam kegiatan,
seperti: belajar membuat berbagai macam handy craft yang pada gilirannya
akan bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan. Disamping itu
ditingkatkan pula kegiatan seperti Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga
Remaja (BKR), dan Bina Keluarga Lansia (BKL).

Daftar Pustaka
Depdiknas. (2008). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD. Jakarta.
Suyono, H dan Rohadi H. 2009. Buku Pedoman Pedoman Pelaksanaan KKN
POSDAYA. Jakarta: Citra Kharisma Bunda.
Suyono, H dan Rohadi H. 2011. Buku Pedoman Pembentukan dan Pengembangan
Pos Pemberdayaan Keluarga POSDAYA. Jakarta: Balai Pustaka.
Yayasan Damandiri. 2010. Program Yayasan Damandiri.
http://www.damandiri.or.id/index.php/main/program(diunduh tanggal 17
November 2014).

36

PENGEMBANGAN POSDAYA BIDANG KESEHATAN


DAN LINGKUNGAN SERTA PEMECAHAN PERMASALAHANNYA

Oleh: Eko Retno Mulyaningrum, S.Pd., M.Pd.

A. Pendahuluan
Kesehatan warga merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan
masyarakat yang salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan hidup.
Masyarakat yang sehat tentunya dapat terpenuhi kecukupan sumber gizi dalam
makanannya. Namun tak dapat kita pungkiri bahwa ketersediaan pangan dalam
jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak
terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari

37

waktu ke waktu. Ke depan,melalui Pos Pemberdayaan keluarga (Posdaya),


setiap rumah tangga diharapkan dapat mengoptimalisasi sumberdaya yang
dimiliki,

termasuk

pekarangan,

dalam

menyediakan

pangan

bagi

keluarga. Oleh karena itu pengembangan Posdaya di bidang kesehatan dan


lingkungan di masyarakat merupakan hal yang essensial.
B. Pengembangan
Posdaya
Permasalahannya

Bidang

Kesehatan

dan

Pemecahan

Melalui Posdaya diupayakan agar bayi dan anak balita serta ibu hamil
secara teratur mengunjungi Posyandu dan Puskesmas atau bidan-bidan yang
telah tersebar di daerah pedesaan maupun perkotaan untuk mengurangi jumlah
kematian bayi dan ibu yang melahirkan. Disamping itu digiatkan pula
kegiatan-kegiatan untuk menumbuhkan perilaku hidup yang bersih dan
sehat.Kegiatan-kegiatan Posdaya di Bidang Kesehatan antara lain yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).


Pos Bimbingan Terpadu (Posbindu) Lansia.
Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Desa/RW Siaga.
Pusat Informasi Kesejahteraan Keluarga Reproduksi Remaja (PIK_KRR).
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Kegiatan kesehatan lainnya.
Jika terjadi permasalahan dalam pengembangan Posdaya bidang

kesehatan, maka perlu adanya pendekatan kepada masyarakat dan pihak-pihak


lain yang terkait, karena kegiatan Posdaya bidang kesehatan akan terlaksana
dengan baik dengan adanya dukungan tenaga, dana dan sarana. Sumber-sumber
dukungan tersebut adalah tenaga KB-Kesehatan antara lain Pimpinan dan Staf
Dinas Kesehatan atau Badan KB tingkat Kabupaten/Kota, Pimpinan dan staf
Puskesmas,

Petugas

(PPLKB)/Penyuluh

Pengawas

Lapangan

Lapangan

Keluarga

Keluarga

Berencana

Berencana

(PLKB),

Puskesmas/Bidan Desa,Pembantu Bidan/Perawat, dan Kader Posyandu.

38

Bidan

Masyarakatpun perlu untuk diingatkan kembali bahwa sasaran kegiatan


yang dituju dalam Posdaya adalah terselenggaranya upaya bersama agar setiap
keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga.
Dalam rangka pelaksanaan MDGs, pengembangan fungsi keluarga tersebut
salah satunya diarahkan kepada fungsi KB dan kesehatan. Dengan demikian
melalui upaya bersama akan menjadikan Posdaya sebagai wahana untuk
membantu pemberdayaan keluarga yang memungkinkan setiap keluarga bisa
saling belajar dari keluarga lain, atau dari narasumber yang didatangkan secara
khusus ke Posdaya. Melalui pemberdayaan tersebut diharapkan setiap keluarga
mampu menjadi subyek yang secara mandiri membangun seluruh anggota
keluarganya. Secara bertahap untuk mencapai sasaran pemberdayaan keluarga
melalui Posdaya dapat ditempuh melalui langkah-langkah dengan materi
muatan sebagai berikut:
1. Pemberdayaan Fungsi KB dan Kesehatan.
2. Sasaran utamanya adalah keluarga muda, yaitu keluarga yang baru
menikah, keluarga dengan anak batita atau keluarga dengan anak balita,
keluarga dengan isteri sedang mengandung, keluarga dengan istri yang
baru saja melahirkan dan keluarga dengan isteri yang sedang menyusui.
3. Keluarga muda dengan anak-anak di bawah usia 15 Tahun
4. Tujuannya adalah agar setiap keluarga melakukan pembinaan ibu hamil,
ibu menyusui, memelihara bayi usia antara 0 sampai 1 tahun dengan baik,
melalui imunisasi, makanan bergizi dan segala keperluan untuk tumbuh
kembang secara optimal.
5. Keluarga muda yang mempunyai anak batita dananak balita dengan tujuan
agar dalam pemeliharaan anak-anak tersebut memperhatikan makanan dan
dinamika tumbuh kembang anak-anak tersebut, antara lain dengan
bergabung dalam kegiatan Posdaya bidang Pendidikan yaitu Bina
Keluarga Balita (BKB) atau PAUD.
6. Posdaya diharapkan ikut mendukung atau mensponsori penyegaran atau
revitalisasi Posyandu. Kalau Posyandu belum ada dianjurkan Pokja KB
dan Kesehatan merangsang pembentukan Posyandu.

39

7. Posdaya diharapkan ikut juga mendukung atau mensponsori praktek bidan


untuk melayani anggota umumnya dan keluarga muda pada khususnya.
8. Apabila di suatu daerah cakupan kegiatan dan sasaran sudah maju, maka
Posdaya bisa ikut membantu Posdaya atau Posyandu lain yang ada di
desa/dukuh tetangganya.
9. Para kader atau pembinan Posdaya bisa mengundang atau mengunjungi
Posdaya atau Posyandu di desa lain untuk melihat, memperbandingkan
untuk memicu program dan kegiatannya. Kegiatan tersebut dinamakan
Observation and Study Tour (OST) Posdaya.
C. Pengembangan Posdaya
Permasalahannya

Bidang

Lingkungan

dan

Pemecahan

Tujuan pengembangan bidang lingkungan dalam Posdaya adalah agar


setiap keluarga dapat memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan
halaman atau tanah kosong dengan menanam tanaman yang berguna untuk
memelihara kelestarian alam, merawat lingkungan dan memperbesar manfaat
untuk peningkatan gizi atau pendapatan keluarga. Kegiatan-kegiatan Posdaya
di bidang lingkungan antara lain yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sanitasi Lingkungan.
Penghijauan Lingkungan.
Kebun Bergizi.
Bank Sampah.
Pembuatan Pupuk Kompos.
Kegiatan Lingkungan lainnya.
Dalam upaya memperbaiki lingkungan hidup daerah pedesaan maupun

perkotaan salah satu program yang paling gencar digalakkan oleh Posdaya
yaitu kebun bergizi. Masyarakat didorong untuk memanfaatkan petak-petak
tanahnya yang kurang produktif yang berada disekitar rumahnya untuk
ditanami tanaman yang bermanfaat, seperti: terung-terungan, cabe, tomat,
bayam, kecipir serta tanam-taman obat, misalnya: jahe, kunyit, kencur dan
seterusnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalamupaya pemberdayaan lingkungan
hidup dan keluarga bergizi antara lain yaitu:
40

1.

Sasaran utamanya adalah pemeliharaan, penyegaran, pengembangan dan


pemanfaatan lingkungan sekitar rumah atau di lingkungan alam lainnya,
termasuk pemeliharaan sanitasi dan pemanfaatan tanah-tanah kosong,
lahan tidur di sekitar rumah atau lingkungan desa.

2.

Tujuannya adalah agar setiap keluarga dapat memelihara, mengembangkan


dan memanfaatkan halaman atau tanah kosong dengan menanam tanaman
yang berguna untuk memelihara kelestarian dalam, merawat lingkungan
dan memperbesar manfaat
untuk peningkatan gizi atau pendapatan keluarga.

3.

Sasaran lain adalah kerjasama dari seluruh anggota Posdaya untuk mencari
cara agar penduduk anggota Posdaya memperoleh akses tanpa hambatan
dari fasilitas keagamaan, sekolah, tempat kursus-kursus ketrampilan,
sarana pelayanan KB dan kesehatan, pasar atau tempat berjualan, dan
akhirnya juga lingkungan yang merangsang pemasaran produk-produk

4.

yang dihasilkan anggotanya.


Posdaya hendaknya mensponsori pengembangan kelompok bermain untuk
anak-anak, sehingga ada hubungan yang harmonis antar anak-anak sebagai
awal dari hubungan antar keluarga yang akrab.Pemeliharaan dan
pengembangan lingkungan diusahakan menuju terciptanya suasana sejuk
dan nyaman, sehingga kehidupan keluarga bisa makin marak dan serasi
penuh ketentraman dankedamaian.
Kegiatan-kegiatan

Posdaya

selain

dari

keempat

bidang

utama

(Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan, dan Lingkungan), ada pula kegiatan


Pengembangan IPTEK yang sangat erat kaitannya dengan bidang lingkungan
hidup*. Kegiatan Pengembangan IPTEK Posdaya antara lain yaitu:
1.

Teknologi Informasi.

2.

Pengembangan IPTEK di bidang Pertanian dan Peternakan*.

3.

Pengolahan Hasil Pertanian.

4.

Pengembangan

Teknologi

Lingkungan

sebagainya)*.

41

(biopori,

kompos,

dan

5.

Bidang Agama.

6.

Bidang Seni Budaya.


Jika terjadi permasalahan dalam pengembangan Posdaya di bidang

Lingkungan hidup, sebaiknya kelompok mahasiswa dapat mengidentifikasi


potensi yang ada lingkungan secara tepat kemudian melakukan pendekatan
dengan cara diskusi bersama ketua Posdaya atau tokoh masyarakat setempat
terlebih dahulu untuk memperkenalkan suatu rancangan model yang riil dalam
pemberdayaan lingkungan hidup. Kemudian mahasiswa bersama dengan ketua
Posdaya atau tokoh masyarakat mengundang warga untuk mengaplikasikan
rencana tersebut secara bergotong-royong. Beberapa teknik yang dapat menjadi
alternatif untuk pengembangan Posdaya di bidang Lingkungan Hidup yaitu
antara lain:
1. Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan
Lestari (RPL)seperti yang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian. RPL
adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif
untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana
yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga
yang berkualitas dan beragam. Apabila RPL dikembangkan dalam skala
luas, berbasis dusun (kampung), desa, atau wilayah lain yang
memungkinkan, penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) disebut
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL). Selain itu, M-KRPL
juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa,
dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan
terbuka

hijau,

serta

mengembangkan

pengolahan

dan

pemasaran

hasil.Prinsip dasar KRPL adalah: (i) pemanfaatan pekarangan yang ramah


lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan, (ii)
diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (iii) konservasi
sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan (iv) menjaga
kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v) peningkatan

42

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Model budidaya tanaman dan


jenis komoditas tanaman disesuaikan dengan kelompok lahan (tipe
perumahan).
2. Tabulampot (Tanaman Buah dalam Pot) dan Budidaya Tanaman Vertikultur
di lahan sempit perkotaan. Tujuannya adalah mendapatkan populasi
tanaman per satuan luas lebih banyak dan pengaturan tanaman dalam
rangka meningkatkan nilai estetika.
3. Aquaponik, yaitu teknik budidaya tanaman yang terintegrasi dengan kolam
ikan. Cara mengaplikasikannya dengan memanfaatkan secara terus
menerus air dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari
tanaman ke kolam ikan. Dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan
air yang optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan
sistem re-sirkulasi. Teknologi aquaponik dapat mengatasi permasalahan
mahalnya pupuk untuk tanaman karena kotoran dari ikan langsung dapat
disirkulasikan menjadi pupuk bagi tanaman. Selain itu teknik ini juga
mengatasi permasalahan budidaya ikan khususnya untuk lahan yang
sempit. Jenis tanaman yang biasanya dibudidayakan dalam teknologi ini
berupa sayuran, misalnya sawi, kangkung, bayam, dan lain-lain. Teknik
aquaponik ini memperkuat fungsi Posdaya melalui program ekonomi
biru/blue economy. Konsep ekonomi biru adalah pengembangan ekonomi
di bawah langit biru yang dikembangkan hampir tanpa modal, tanpa
pengalaman khusus, tetapi dengan kreatifitas memanfaatkan sumber daya
dan kearifan lokal tanpa meninggalkan sisa karena bahan baku yang diolah
selalu dipergunakan untuk proses produksi berikutnya.
Daftar Pustaka
Badan Ketahanan Pangan. 2013. Pengembangan Kebun Bergizi dengan
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL). Jakarta: Kementrian
Pertanian.
Suyono, H dan Rohadi H. 2011. Buku Pedoman Pembentukan dan
Pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga POSDAYA. Jakarta: Balai Pustaka.

43

Yayasan Damandiri. 2010. Program Yayasan Damandiri.


http://www.damandiri.or.id/index.php/main/program(diunduh tanggal 17
November 2014).
Yayasan Damandiri Kerjasama dengan LPM/LPPM Universitas/Pemda.
2013. Petunjuk Teknis Pendataan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya).
Jakarta: Yayasan Damandiri.

44

Anda mungkin juga menyukai