Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM KONSTITUSI

Tanggapan terhadap perkembangan dan perubahan isi konstitusi atau


UUD 1945
“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Konstitusi Tahun Ajaran 2020/2021”

Nama: Neng Ismayanti

NPM: 181000322

Kelas: H

Dosen Pengampu:

Dr. Dudi Warsudin, S.H.,M.H.

Ihsanul Maarif, S.H.,M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, sehingga MAKALAH
HUKUM KONSTITUSI “Tanggapan terhadap perkembangan dan perubahan isi konstitusi
atau UUD 1945” dapat disusun.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
kuliah Hukum Konstitusi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang perkembangan dan perubahan isi konstitusi atau UUD1945 bagi para pembaca dan
juga bagi penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwakarta, 19 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A.Latar Belakang....................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah...............................................................................................................2
C.Tujuan.................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A.Perkembangan dan Perubahan konstitusi di Indonesia.......................................................2
B.Perubahan Struktur, Fungsi dan wewenang Lembaga Negara Sebelum dan Sesudah
Amandemen UUD 1945.........................................................................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
A.Kesimpulan.......................................................................................................................13
B.Saran.................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya setiap negara mempunyai konstitusi, salah satu fungsinya
mencegah terjadinya penumpukan kekuasaan pada satu orang atau lembaga/badan.
Penumpukan dapat menimbulkan kekuasaan yang bersifat absolut, sehingga
menimbulkan kecenderungan tindakan sewenang-wenang oleh pemegang kekuasaan.
Konstitusi pada prinsipnya adalah suatu aturan yang mengandung norma-norma
pokok, yang yang berkaitan kehidupan negara. Konstitusi dapat mengalami perubahan
sesuai dinamika kehidupan masyarakat. Perubahan meliputi hal-hal berkaitan dengan
aturan tentang anatomi struktur kekuasaan, pembatasan kekuasaan, jaminan
perlindungan hak asasi manusia, kekuasaan kehakiman, dan pertanggungjawaban
kekuasaan kepada rakyat, dan sebagainya. Sampai saat ini, konstitusi yang berlaku di
Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945, telah mengalami empat kali perubahan.
Perubahan tersebut membawa pengaruh terhadap struktur dan fungsi lembaga negara
Republik Indonesia.
Sejak Proklamsai Kemerdekaan Indonesia tanggal 17Agustus 1945, dandiikuti
pengesahan UUD 1945 sebagai konstitusi pada tanggal 18 Agustus 1945, hingga kini
UUD 1945 sebagai konstitusi telah mengalami perkembangan dan perubahan-
perubahan, hal itu disebabkan karena perkembangan politik demokrasi yang selalu
berkembang dan berubah-ubah pula. kepentingan yang berubah-ubah juga menjadi
sebab berubahnya konstitusi, namun semuanya pasti mempunyai tujuan sama yaitu
menuju hukum yang dicita-citakan (Ius constituendum). Perkembangan konstitusi di
Indonesia sangatdipengaruhiolehsistempolitikpadawaktu tertentu, pada mulanya UUD
1945 dijadikan konstitusi, namun sempat tidak diberlakukan pada pemerintahan
Republik Indonesia Serikan dan masa sistem pemerintahan parlementer,
akhirnyaUUD1945sebagaikonstitusidiIndonesia deberlakukan kembali hingga kini
dan telah mengalami perubahan. Perkembangan konstitusi di Indonesia merupakan
hal yang menarik untuk dikaji,makadalamkesempataninipenulistertarik untuk
mengkaji dan menuangkannya dalam bentuk tulisan ini, dengan permasalahan sebagai
berikut : “Bagaimana tanggapan terhadap perkembangan dan perubahan isi konstitusi
atau UUD 1945”

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan dan Perubahan Konstitusi Di Indonesia?
2. Bagaimana Perubahan Struktur, Fungsi dan wewenang Lembaga Negara di
Indonesia Sebelum dan sesudah Amandemen UUD 1945?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Perkembangan dan perubahan konstitusi di indonesia
2. Untuk mengetahui Perubahan Struktur, Fungsi dan wewenang Lembaga Negara
Sebelum dan Sesudah Amandemen UUD 1945

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan dan Perubahan konstitusi di Indonesia


Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis, yaituconstituer
berartimembentuk, yang dimaksud ialah membentuk suatu negara, dalam bahasa
Inggris dipakai istilah constitution yang dalam bahasa Indonesia disebut konstitusi,
dalam praktek dapat berarti lebih luas dari pada pengertian Undang-Undang Dasar,
tetapi ada juga yang menyamakandenganUndang-UndangDasar.1
Secara terminologi,pengertian konstitusi tidak hanya dipahami sesederhana
itu, tetapi dapat dipahami secara lebih luas lagi, hal itu disebabkan karena semakin
kompleksnya permasalahan dalam suatu negara, maka pendekatannya dalam
memahami konstitusi bukan saja dilihat dari sudut pandang hukum, khusunya Hukum
Tata Negara saja, tetapi harus pula dipahahi dari sudut pandang ilmu politik. Karena
itu tidak mengherankan jika sebagian konstitusi akan lebih bermuatan politis
ketimbang bermuatan yuridis.
Berdasarkan definisi konstitusi menurut C.F. Strong, yang ditulis oleh Jazim
Hamidi, terdapat tiga unsur yang termuat dalam konstitusi, yaitu :
1. Prinsip-prinsip mengenai kekuasaan pemerintahan;
2. Prinsip-prinsip mengenai hak-hak mengenai warga negara; dan
3. Prinsip-prinsip mengenai hubungan antarawarganegaradenganpemerintah.2
1
Thaib, Dahlan. 2008. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2
Hamidi, Jazim. 2009. Hukum perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.

2
Konstitusi secara umum memiliki sifatsifat formil dan materiil. Konstitusi dalam
arti formil berarti konstitusi yang tertulis dalam suatu ketatanegaraan suatu negara,
Dalam pandanganinisuatukonstitusibarubermakna apabila konstitusi tersebut telah
berbentuk nakskah tertulis dan diundangkan, misalnya UUD 1945, Sedangkan
konstitusi materiil adalah suatu konstitusi jika orang melihat dari segi isinya, isi
konstitusi pada dasarnya menyangkut hal-hal yang bersifat dasar atau pokok
bagirakyat dan negara.3 Sifat konstitusi tertulis dituangkan dalam bentuk Undang-
Undang Dasar pada suatu negara, sedangkan konstitusi disamping memuat aspek
hukum juga memuat aspek politik yang lebih banyak lagi, yaitu politik pada masa
tertentu suatu negara.Pada suatu negara selalu mengalami perkembangan politik,
dengan demikian konstitusi pun juga selalu mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan politik suatu bangsa, demikian pula Indonesia telah mengalami
perkembangan konstitusi sejalan dengan perkembangan politik sejak kemerdekaan.
Konfigursi politik tertentu akan mempengaruhi perkembangan ketatanegaraan
suatu bangsa, begitu juga di Indonesia yang telah mengalami perkembangan politik
pada beberapa periode tentu akan mempengaruhi perkembangan ketatanegaraan
Indonesia. Perkembangan ketatanegaraan tersebut juga sejalan dengan perkembangan
dan perubahan konstitusidiIndonesiasepertidiuraikandalam pembehasan berikut ini :
a. Periode18Agustus1945sampaidengan 27 Desember 1949, masa berlakunya
Undang-Undang Dasar 1945. Pada masa periode pertama kali terbentuknya
Negara Republik Indonesia, konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang
pertama kali berlaku adalah UUD 1945 hasil rancangan BPUPKI, kemudian
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18Agustus 1945. Menurut UUD 1945
kedaulatan berada ditangan rakyatdandilaksanakanolehMPR yang merupakan
lembaga tertinggi negara.
Berdasarkan UUD 1945, MPR terdiri dari DPR, Utusan Daerah dan
Utusan Golongan. dalam menjalankan kedaulatanrakyat mempunyaitugasdan
wewenang menetapkan UUD, GBHN, memilih dan mengangkat Presiden dan
wakil Presiden serta mengubah UUD. Selain MPR terdapat lembaga tinggi
negara lainnya dibawah MPR, yaitu Presiden yang menjalankan pemerintahan,

3
Triwulan Tutik, Titik. 2006. pokok-pokok Hukum Tata Negara. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.

3
DPR yang membuat Undang-Undang, Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
dan Mahkamah Agung (MA). Menyadari bahwa negara Indonesia baru saja
terbentuk, tidak mungkin semua urusan dijalankan berdasarkan konstitusi,
maka berdasarkan hasil kesepakatan yang termuat dalam Pasal 3 Aturan
Peralihan menyatakan :”Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden
dipilih oleh PPKI.”
Kemudian dipilihlah secara aklamasi Soekarno dan Moh. Hatta sebagai
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama kali. Dalam
menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh Komite Nasional, dengan sistem
pemerintahan presidensial artinya kabinet bertanggung jawab pada presiden.
Pada masa ini terbukti bahwa konstitusi belum dijalankan secara murni dan
konskwen, sistem ketatanegaraan berubah-ubah, terutama pada saat
dikeluarkannya maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945,
yang berisi bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebelum
terbentuknya MPR dan DPR diserahi tugas legislatif dan menetapkan GBHN
bersama Presiden, KNIP bersama Presiden menetapkan Undang-Undang,dan
dalam menjalankan tugas sehari-hari dibentuklah badan pekerja yang
bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat.4
b. Periopde 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, masa
berlakunya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (RIS).
Sebagai rasa ungkapan ketidak puasan bangsa Belanda atas
kemerdekaan Republik Indonesia, terjadilah kontak senjata (agresi) oleh
Belanda pada tahun 1947 dan 1948, dengan keinginan Belanda untuk
memecah belah NKRI menjadi negara federal agar dengan secara mudah
dikuasai kembali oleh Belanda, akhirnya disepakati untuk mengadakan
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda, dengan menghasilkan
tiga buah persetujuan antara lain : 1) Mendirikan Negara Republik Indonesia
Serikat; 2) Penyerahan kedaulatan Kepada Republik Indonesia Serikat; dan 3)
Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan Belanda
Pada tahun 1949 berubahlah konstitusi Indonesia yaitu dari UUD1945 menjadi
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS), maka berubah
pula bentuk Negara Kesatuan menjadi negara Serikat (federal), yaitu negara

4
Triwulan Tutik, Titik. 2006. pokok-pokok Hukum Tata Negara. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.

4
yang tersusun dari beberapa negara yang semula berdiri sendirisendiri
kemudian mengadakan ikatan kerja sama secara efektif, atau dengan kata lain
negara serikat adalah negara yangtersusun jamak terdiri darinegaranegara
bagian.
Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama dengan DPR dan Senat. Sistem pemerintahan
presidensial berubah menjadi parlementer, yang bertanggung jawab
kebijaksanaan pemerintah berada di tangan Menteri-Menteri baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada parlemen
(DPR), Namun demikian pada konstitusi RIS ini juga belum dilaksanakan
secara efektif, karena lembaga-lembaga negara belum dibentuk sesuai amanat
UUD RIS.
c. Periode17Agustus1950 samapidengan 5 Juli 1959, masa berlaku
UndangUndang Dasar Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950). Ternyata
Konstitusi RIS tidak berumur panjang, hal itu disebabkan karena isi konstitusi
tidak berakar dari kehendakrakyat,jugabukanmerupakan kehendak politik
rakyat Indonesia melainkan rekayasa dari pihak Balanda maupun PBB,
sehingga menimbulkan tuntutan untuk kembali ke NKRI.
Satu persatu negara bagian menggabungkan diri menjadi negara
Republik Indonesia, kemudian disepakati untuk kembali ke NKRI dengan
menggunakan UUD sementara 1950. Bentuk negara pada konstitusi ini adalah
Negara Kesatuan, yakni negara yang bersusun tunggal, artinya tidak ada
negara dalam negara sebagaimana halnya bentuk negara serikat. Ketentuan
Negara Kesatuan ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 yang
menyatakan Republik Indonesia merdeka dan berdaulat ialah negara hukum
yang demokrasi dan berbentuk kesatuan.
Pelaksanaan konstitusi ini merupakan penjelmaan dari NKRI
berdasarkan Proklamasi 17 Agustua 1945, serta didalamnya juga menjalankan
otonomi atau pembagian kewenangan kepada daerah-daerah di seluruh
Indonesia. Sistem pemerintahannya adalah sistem pemerintahan
parlementer,karena tugas-tugas ekskutif dipertanggung jawabkan oleh
Menteri-Menteri baik secara bersama-sama maupun sendirisendiri kepada
DPR. Kepala negara sebagai pucuk pimpinan pemerintahan tidak dapat
diganggu gugat karena kepala negara dianggap tidak pernah melakukan

5
kesalahan, kemudian apabila DPR dianggap tidak representatif maka Presiden
berhak membubarkan DPR.5
d. Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 19 Oktober 1999, masa berlaku
UndangUndang Dasar 1945. Pada periode ini UUD 1945 diberlakukan
kembali dengan dasar dekritPrsidentanggal 5Juli tahun 1959. Berdasarkan
ketentuan ketatanegaraan dekrit presiden diperbolehkan karena negara dalam
keadaan bahaya oleh karena itu Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang
perlu mengambil tindakan untuk menyelamatkan bangsa dan negara yang
diproklamasikan 17 Agustus 1945.
Berlakunya kembali UUD 1945 berarti merubah sistem
ketatanegaraan, Presiden yang sebelumnya hanya sebagai kepala negara
selanjutnya juga berfungsi sebagaikepala pemerintahan, dibantu Menteri-
Menteri kabinet yang bertanggung jawab kepada Presiden. Sistem
pemerintahan yang sebelumnya parlementer berubah menjadi sistem
presidensial. Dalam praktek ternyata UUD 1945 tidak diberlakukan
sepenuhnya hingga tahun 1966. Lembaga-lembaga negara yang dibentuk baru
bersifat sementara dan tidak berdasar secara konstitusional, akibatnya
menimbulkan penyimpangan-penyimpangan kemudian meletuslah Gerakan 30
September1966 sebagai gerakan anti Pancasila yang dipelopori oleh
PKI,walaupun kemudian dapat dipatahkannya.
Pergantian kepemimpinan nasional terjadi pada periode ini, dari
Presiden Soekarno digantikan Soeharto, yang semula didasari oleh Surat
Perintah Sebelas Maret 1966 kemudian dilaksanakan pemilihan umum yang
kedua pada tahun 1972. Babak baru pemerintah orde baru dimulai, sistem
ketatanegaraan sudah berdasar konstitusi, pemilihan umun dilaksanakan setiap
5 tahun sekali, pembangunan nasional berjalan dengan baik, namun disisi lain
terjadi kediktaktoran yang luar biasa dengan alasan demi terselenggaranya
stabilatas nasional dan pembangunan ekonomni, sehingga sistem demokrasi
yang dikehendaki UUD 1945 tidak berjalan dengan baik. Keberadaan partai
politik dibatasi hanyatigapartaisaja,sehinggademokrasi terkesan mandul, tidak
ada kebebasan bagi rakyat yang ingin menyampaikan kehendaknya, walaupun
pilar kekuasaan negara seperti ekskutif, legislatif dan yudikatif sudah ada tapi

5
Radjab, Dasril. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

6
perannya tidak sepenuhnya, kemauan politik menghendaki kekuatan negara
berada ditangan satu orang yaitu Presiden, sehingga menimbulkan demontrasi
besar pada tahun 1998 dengan tuntutan reformasi,yangberujungpadapergantian
kepemimpinan nasional.
e. Periode 19 Oktober 1999 sampai dengan 10 Agustus 2002, masa berlaku
pelaksanaan perubahan UndangUndang Dasar 1945 Sebagai implementasi
tuntutan reformasi yang berkumandang pada tahun 1998, adalah melakukan
perubahan terhadap UUD 1945 sebagai dasar negaraRepublik Indonesia.Dasar
hukum perubahan UUD 1945 adalah Pasal 3 dan Pasal 37 UUD 1945 yang
dilakukan oleh MPR sesuai dengan kewenangannya, sehingga nilai-nilai dan
prinsip-prinsip demokrasi di Negara Kesatuan Rapublik Indonesia nampak
diterapkan dengan baik.
Dalam melakukan perubahan UUD 1945, MPR menetapkan lima
kesepakatan, yaitu : 1. Tidak mengubah Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia 1945; 2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; 3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial; 4. Penjelasan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat
hal-hal normatif akan dimaksukkan kedalam pasalpasal (batang tubuh); dan 5.
Melakukanperubahandengancara adendum.
Pada periode ini UUD 1945 mengalami perubahan hingga ke empat
kali, sehingga mempengaruhi proses kehidupan demokrasi di Negara
Indonesia. Seiring dengan perubahan UUD 1945 yang terselenggara pada
tahun 1999 hingga 2002, maka naskan resmi UUD1945 terdiri atas lima
bagian, yaitu UUD 1945 sebagai naskah aslinya ditambah dengan perubahan
UUD 1945 kesatu, kedua , ketiga dan keempat, sehingga menjadi dasar negara
yang fundamental/dasar dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
f. Periode 10 Agustus 2002 sampai dengan sekarang masa berlaku Undang-
Undang Dasar1945,setelah mengalami perubahan. Bahwa setelah mengalami
perubahan hingga keempat kalinya UUD 1945 merupakan dasar Negara
Republik Indonesia yang fundamental untuk menghantarkan kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia, tentu saja kehidupan
berdemokrasi lebih terjamin lagi, karena perubahan UUD 1945 dilakukan
dengan cara hatihati, tidak tergesa-gesa, serta dengan menggunakan waktu

7
yang cukup, tidak seperti yang dilakukan BPUPKI pada saat merancang UUD
waktu itu, yaitu sangat tergesa-gesa dan masih dalam suasana dibawah
penjajahan Jepang.
Pada awalnya gagasan untuk melaksanakan perubahan/amandemen
UUD 1945 tidak diterima oleh kekuatan politik yang ada, walaupun
perdebatan tentang perubahan UUD 1945 sudah mulai hangat pada tahun 1970
an. Pada saat reformasi, agenda yang utamaadalahmelaksanakanperubahan
UUD 1945, yaitu telah terselenggara pada Sidang Umum MPR tahun 1999
dan berhasil menetapkan perubahan UUD 1945 yang pertama, kemudian
disusul perubahan kedua, ketiga hingga keempat.
Dahulu setiap gagasan amandemen UUD 1945 selalu dianggap
salahdandianggapbertendensisubversi atas negara dan pemerintah, tetapi
dengan adanya perubahan pertama ditahun 1999, mitos tentang kesaktian dan
kesakralan konstitusi itu menjadi runtuh.6 Nuansa demokrasi lebih terjamin
padamasaUUD1945setelahmengalami perubahan. Keberadaan lembaga negara
sejajar, yaitu lembaga ekskutif (pemerintah), lembaga legislatif (MPR,
yangterdiridariDPRdanDPD),lembaga Yudikatif (MA,MKdan KY),dan
lembaga auditif (BPK).
Kedudukan lembaga negara tersebut mempunyai peranan yang lebih
jelas dibandingkan masa sebelumnya. Masa jabatan presiden dibatasi hanya
dua periode saja, yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Pelaksanaan
otonomi daerah terurai lebih rinci lagi dalam UUD 1945 setelah perubahan,
sehingga pembangunan disegala bidang dapat dilaksanakan secara merata di
daerah-daerah. Pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara demokratis,
kemudian diatur lebih lanjut dalam UU mengenai pemilihan kepala daerah
secara langsung, sehingga rakyat dapat menentukan secara demokrtis akan
pilihan pemimpin yang sesuai dengan kehendak rakyat. Jaminan terhadap
hak-hak asasi manusia dijamin lebih baik dan diurai lebih rinci lagi dan UUD
1945, sehingga kehidupan demokrasi lebih terjamin. Keberadaan partai politik
tidak dibelenggu seperti masa sebelumnya, ada kebebasan untuk mendirikan
partai politikdenganberasaskansesuaidengan

6
MD, Muh, Mahfud. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi Tentang Interaksi politik dan
Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.

8
kehendaknyaasalkantidakbertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, serta
dilaksanakannya pemilihan umum yang jujur dan adil.

B. Perubahan Struktur, Fungsi dan wewenang Lembaga Negara Sebelum


dan Sesudah Amandemen UUD 1945
 Sebelum Amandemen UUD 1945
Menurut ketentuan UUD 1945 susunan lembaga-lembaga negara
Republik Indonesia terdiri dari MPR, DPR, Presiden, BPK, DPA dan MA.
Sebelum dilakukan perubahan UUD 1945, lembaga negara di Indonesia terdiri
dari: MPR, DPR, Presiden, DPA, BPK, dan MA. Tugas dan wewenang
lembaga-lembaga negara tersebut diatur berdasarkan Ketetapan MPR No.
III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan antara Lembaga Tertinggi
Negara dan Lembaga Tinggi Negara.
Menurut Ketetapan MPR tersebut MPR adalah Lembaga Tertinggi
Negara sedangkan DPR, Presiden, DPA, MA, BPK adalah Lembaga Tinggi
Negara. Majelis Permusyawaratan Rakyat mempunyai fungsi dan wewenang,
yaitu; (1) menjalankan kedaulatan rakyat sepenuhnya, (2) mengubah dan
menetapkan UUD, (3) menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN),
(4) memilih dan mengangkat Presiden dan/atau Wakil Presiden. Sedangkan
keanggotaan MPR terdiri atas DPR, utusan daerah, dan utusan golongan.
Presiden mempunyai fungsi dan wewenang, yaitu: (1) memegang kekuasaan
pemerintahan negara, (2) memegang kekuasaan membentuk UU dengan
persetujuan DPR, (3) menetapkan Peraturan Pemerintah, (4) memegang
kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara, (5) menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
internasional (dengan negara lain), (6) menyatakan keadaan bahaya, (7)
mengangkat duta dan konsul, (8) memberi grasi dan rehabilitasi, (9) memberi
gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan, (10) menetapkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang dalam hal ikhwal kegentingan
memaksa.
Dewan Perwakilan Rakyat, mempunyai fungsi dan wewenang, yaitu:
(1) memberikan atau tidak memberikan persetujuan atas rancangan Undang-
undang, (2) mengajukan rancangan Undang-undang, (3) memberikan atau

9
tidak memberikan persetujuan atas Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang (perpu). Selanjutnya, Badan Pemeriksa Keuangan, mempunyai fungsi
dan wewenang, yaitu ; memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara,
yang hasil pemeriksaannya itu diberitahukan kepada DPR. Seterusnya,
Mahkamah Agung, menjalankan kekuasaan kehakiman dengan badan-badan
lain kehakiman menurut Undang-undang.
Kekuasaan Kehakiman pada masa Orde Baru diatur dalam UU No. 14
Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman, dimana susunan
kekuasaan kehakiman terdiri dari Mahkamah Agung, Peradilan Umum,
Peradilan Militer, Peradilan Agama dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Sedangkan, Dewan Pertimbangan Agung, mempunyai fungsi dan wewenang,
yaitu: (1) berkewajiban meberi jawaban atas pertanyaan Presiden, (2)
memajukan usul kepada pemerintah. Terlihat bahwa fungsi dan wewenang
lembaga negara sebelum amandemen UUD 1945 ini, hanya mengatur hal-hal
yang pokok-pokok saja. Detail atau rincian lebih lanjut dibuat dalam bentuk
Undang-undang yang merupakan peraturan operasional dari UUD.

 Setelah Amandemen UUD 1945


Dengan adanya perubahan Undang-Undang Dasar 1945 menyebabkan
terjadinya perubahan struktur, fungsi dan wewenang kelembagaan negara di
Indonesia. Komposisi kelembagaan negara ada yang tetap, ada yang baru, dan
ada yang dihapuskan. Lembaga negara yang tetap ada yaitu ; Majelsi
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden,
Mahkamah Agung (MA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Lembaga
negara yang baru yaitu: Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah
Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY). Sedangkan Lembaga negara yang
dihapuskan pada adalah Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Dengan demikian komposisi Lembaga Negara setelah dilakukan
amandemen keempat UUD 1945 adalah MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK,
MA, MK, KY. Selanjutnya berkaitan dengan fungsi dan wewenang masing-
masing Lembaga Negara sebagai berikut. Setelah terjadi perubahan UUD
1945 MPR mempunyai wewenang berdasarkan Pasal 1 dan pasal 2 yaitu: (1)
mengubah dan menetapkan UndangUndang Dasar, (2) melantik Presiden

10
dan/atau Wakil Presiden, (3) hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.
Begitupula terdapat perubahan dalam komposisi keanggotaan MPR terdiri dari
anggota DPR dan DPD, yang sebelumnya terdiri dari anggota DPR, utusan
daerah, utusan golongan. Presiden mempunyai kekuasaan pemerintahan
negara, wewenang berdasarkan Pasal 4, Pasal 10-16, antara lain: (1)
mengajukan Rancangan Undang-undang (RUU) kepada DPR, (2)
mengesahkan RUU menjadi UU dengan mengundangkannya ke dalam
Lembaran Negara, (3) memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, (4) menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian internasional (dengan negara lain), (5) menyatakan
keadaan bahaya, (6) mengangkat duta dan konsul dengan memperhatikan
pertimbangan DPR, (7) memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan MA, (8) memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (9) memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan, (10) membentuk dewan pertimbangan, (11) menetapkan
Peraturan Pemerintah, (12) menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang dalam hal ikhwal kegentingan memaksa. Setelah amandemen
UUD 1945, terdapat perluasan wewenang DPR berdasarkan Pasal 20-22 B,
yaitu: (1) memegang kekuasaan membentuk undang-undang. (2) Setiap
rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama. (3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat
persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan Dewan. (4) Presiden mengesahkan rancangan undang-
undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang. (5)
Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan
undang-undang tersebut disetujui, rancangan undangundang tersebut sah
menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
Berdasarkan Pasal 22 C-22 D, Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
memiliki kewenangan sebagai berikut: (1) dapat mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat rancangan undangundang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya

11
ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah (2) ikut membahas
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan
kepada DPR atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan dan agama, (3) dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti. Badan Pemeriksa Keuangan, mempunyai wewenang
berdasarkan Pasal 23 E-23 G, yaitu: untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan negara.
Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya (Pasal 23 E ayat (3) UUD
1945, amandemen ketiga). Kemudian, hasil pemeriksaan tersebut
ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan
undang-undang. Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara,
dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Pada saat ini BPK belum lagi
terdapat di setiap provinsi . Mahkamah Agung mempunyai wewenang
berdasarkan Pasal 24 - 24A , yaitu: (1) kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, (2)
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara. Selanjutnya, Mahkamah Agung berwenang
mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap undang-undang dasar, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.

12
Komisi Yudisial, berwenang berdasarkan Pasal 24 B, yaitu:
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain
dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim. Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai
hakim agung oleh Presiden. Mahkamah Konstitusi mempunyai wewenang
berdasarkan Pasal 24 C, bahwa: (1) Mahkamah Konstitusi berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum (2) Mahkamah Konstitusi wajib
memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-
Undang Dasar. Terlihat bahwa fungsi dan wewenang lembaga negara
sesudah amandemen UUD 1945 ini, tidak hanya mengatur hal-hal yang
pokok-pokok saja, tetapi sudah dibuat secara detail atau terperinci.
Seyogianya detail atau rincian lebih lanjut fungsi dan wewenang
lembaga negara tersebut, dibuat dalam bentuk undangundang yang merupakan
peraturan operasional dari UUD. Hal ini sesuai dengan maksud dan pengertian
seperti yang dikemukakan para ahli di atas, bahwa UUD mengatur hal-hal
yang fundamental tentang kehidupan bernegara. Tetapi, karena krisis
kepercayaan masyarakat terhadap sistem kenegaraan akibat pengalaman di
masa Orde Baru, karena dominasi kekuasaan eksekutif, yang menyebabkan
tidak dapat berfungsi secara efektif lembaga negara lain, seperti DPR,
sehingga negara perubahan UUD 1945 memasukkan secara detail fungsi dan
wewenang lembaga-lembaga tersebut ke dalam UUD 1945.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Konstitusi di Indonesia selalu mengalami
perubahan,yangpertamakaliberlakuadalah UUD 1945, kemudian disusul UUD RIS
pada tahun1949merupakankonstitusikeduayang mengakibatkan bentuk Negara

13
Kesatuan berubahmenjadiNegaraSerikat.UUDS1950 merupakan konstitusi yang
ketiga, walaupun kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi
sistem pemerintahannya adalah Parlementer sampai dikeluarannya Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali ke UUD 1945 yang berlaku hingga
reformasi yang menghantarkan amandemen UUD 1945 ke empat kali dan berlaku
sampai sekarang.
2. Perubahan UUD 1945 telah membawa implikasi terjadi perubahan terhadap
struktur kelembagaan tinggi negara. Perubahan ini mempunyai implikasi
terjadinya pergeseran kekuasaan lembaga negara, ada lembaga negara baru, dan
ada lembaga negara yang tetap ada serta ada lembaga negara yang dihapuskan.
Perubahan UUD 1945 tersebut dimaksudkan untuk terdapat check and balances
antara eksekutif, legislatif dan yudikatif.

B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

14
DAFTAR PUSTAKA
Thaib, Dahlan. 2008. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hamidi, Jazim. 2009. Hukum perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publiser.
Triwulan Tutik, Titik. 2006. pokok-pokok Hukum Tata Negara. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publiser.
Radjab, Dasril. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
MD, Muh, Mahfud. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Studi Tentang
Interaksi politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum perubahan)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat
Undang-Undang Dasar Sementara 1950
Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum perubahan)
Undang-Undang Dasar 1945 (setelah mengalami perubahan sampai keempat kalinya)

15

Anda mungkin juga menyukai