Makalah ini disusun guna melengkapi tugas Psikologi pendidikan yang diampu oleh
Arcivid Chorynia Ruby S.Psi. M.si.
Disusun oleh
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
belajar. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap
Salah satunya yaitu siswa atau pelajar. Siswa atau pelajar inilah yang nantinya
akan menjadi senjata utama demi terwujudnya pendidikan yang lebih maju dari
sebelumnya. Apabila pelajar masa kini bisa berkembang, kreatif, inovatif dan
solutif serta memiliki perilaku yang baik maka pendidikan masa kini tentunya akan
lebih maju. Begitu sebaliknya bahwa pelajar masa kini yang tidak seperti yang
pendidikan.
menjadi perhatian publik yang cukup serius, di samping menjadi permasalahan ini
juga menjadi tugas kita untuk menjadikan pelajar menjadi lebih maju. Salah satu
satu perilaku yang menjadi perhatian pada pelajar saat ini yaitu perilaku
hal biasa.
yang amanah, berakhlak mulia, bertindak berintegritas, percaya diri, dan mandiri.
hal penting dan mendasar yang harus dimiliki siswa. Namun kenyataannya masih
banyak siswa yang tidak bisa jujur di sekolah. Salah satunya adalah mencontek
saat ulangan yang meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
bukanlah hal baru, kebudayaan ini sudah mengakar dan menjadi bagian dari
sebuah ritual saat evaluasi pembelajaran. Dalam hal ini, jika kebudayaan
Kemandirian ini bisa berupa sikap tidak percaya kepada diri sendiri,
yang tinggi saat dihadapkan sebuah permasalahan. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Name et al., 2021)) pribadi yang mandiri, kreatif, dan berdiri diatas kaki sendiri
Menyontek dan menerapkan upaya efektif yang dapat digunakan sesuai dengan
kondisi saat ini. Salah satu contoh upaya mencegah kebudayaan Menyontek adalah
menghadapi segala persoalan dan permasalahan yang dialami oleh anak tersebut.
mencontek, menyalin jawaban, dan sebagainya, belum ada solusi pencegahan yang
efektif, perilaku tersebut masih saja terulang. Beberapa peserta didik mengakui
bahwa perilaku mencontek merupakan perilaku yang tidak terpuji, tidak baik dan
harus dihindari. Namun di sisi lain perilaku mencontek dianggap sebagai salah satu
jalan pintas untuk mendapatkan nilai baik yang di inginkan, dari pada mengambil
resiko mendapat nilai buruk atau tidak lulus mata pelajaran tertentu. Ketika peserta
pada peserta didik. Seperti diungkapkan dalam teori Bandura, peregangan moral
terjadi bila secara kognitif peserta didik memiliki alasan untuk membenarkan suatu
perilaku yang secara moral tidak dibenarkan, dan mereka tidak lagi merasakann ya
sebagai perilaku yang salah (Kris & Sri, 2010). Konsekuensi yang kurang tegas
dalam menindak perilaku academic dishonesty dapat menjadi salah satu faktor
anggapanya yaitu “tanpa usaha yang keras, nilai tinggi bisa diraih”.
B. RUMUSAN MASALAH
disekolah?
ISI
A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian perilaku
suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai tujuan baik disadari
karena merugikan tidak hanya bagi diri sendiri tetapi orang lain.
sebagai mengikuti sebuah ujian dengan melalui jalan yang tidak jujur,
bersifat normatif (yang diharapkan oleh orang lain) dan motivasi untuk
bersangkutan.
individu, tingkah laku, dan lingkungan. Dalam hal ini, faktor penentu
tingkah laku internal (a.l., keyakinan dan harapan), serta faktor penentu
yang terjadi diantara peserta didik di sekolah. Hal ini terjadi karena
yang dimaksud antara lain dalam bentuk (takut tidak naik kelas,
perilaku mencontek.
dengan baik
sekolah.
suatu permasalahan yang biasa baik oleh siswa maupun oleh guru.
a. Ketidakadilan Akademis:
di masa depan.
e. Kurangnya Kreativitas:
mereka sendiri.
g. Konsekuensi Hukum:
konsekuensi serius.
masyarakat.
dengan kurangnya motivasi intrinsik atau cara yang tidak sehat untuk
1. Motivasi Intrinsik:
perilaku mencontek.
3. Tingkat Keterlibatan:
mencontek.
perilaku mencontek.
3. Penentuan Konsistensi:
4. Pentingnya Konsistensi:
kepatutan mencontek.
bandura
mencontek:
1. Pemodelan (Modeling):
2. Reinforcement:
4. Self-Efficacy:
perilaku tersebut.
tersebut.
6. Proses Kognitif:
Teori Bandura menekankan pada proses kognitif individu,
adalah cara yang efektif untuk mencapai tujuan tanpa terlalu banyak
usaha.
1. Kebutuhan Fisiologis:
2. Kebutuhan Keamanan:
3. Kebutuhan Sosial:
perilaku tersebut.
4. Kebutuhan Penghargaan:
mencapai potensi penuh dan menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif yaitu metode
yang digunakan untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat populasi (Suryabrata, 2012). Metode kualitatif deskriptif
merupakan metode yang digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki,
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang,
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode ini memusatkan
dalam bentuk penelitian pemusatan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan
Subyek kasus penelitian ini adalah dua orang peserta didik. Adapun kriteria subyek
kasus adalah laporan dari teman-teman dan beberapa guru mata pelajaran tentang perilaku
menyontek yang sering dilaukan baik pada saat mengerjakan tugas maupun pada saat
dan studi dokumentasi. Adapun alatnya adalah pedoman wawancara, pedoman observasi
(catatan anekdot) dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul dianalisis secara kualitatif.
Dari hasil analisis ini akan dibuat sebuah rancangan program untuk mengubah perilaku
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah, karakteristik subjek 1 yang menyontek pada saat ulangan matematika
cenderung tidak tenang, sering melihat kiri kanan, dan menoleh ke belakang, sambil
menanyakan jawaban ke teman lain (sebelah). Selain itu karakteristik yang ditunjukkan
subjek subyek 2 adalah subjek cenderung tidak tenang, sering melakukan gerakangerakan
Melalui hasil analisis data yang diperoleh, adapun faktor-faktor internal yang
menyebabkan siswa mencontek pada subyek 1 yaitu: (1) Perasaan panik pada saat ulangan
dimulai, maka subjek merasa takut tidak tuntas dan malu terhadap teman yang lain (2)
Takut mengecewakan orang tua. Dan faktor internal pada subjek 2 yaitu:
(2) Adanya perasaan malu kalau remedial. sehingga dapat dengan mudah menyontek saat
ulangan agar bisa mencukupi nilai kriteria ketuntasan minimum dan merasa bahwa itu
Selain faktor internal, ada juga faktor eksternal yang menyebabkan peserta didik
menyebabkan subjek 1 menyontek adalah: (1) Terpengaruh oleh teman yang biasanya
menyontek (2) Teman-teman disekitar rumahnya kurang minat mata pelajaran matematika
dan (3) Harapan yang besar dari orang tua terhadap dirinya untuk mendapatkan nilai yang
tinggi, harapan orang tua yang terlalu besar menjadi tekanan sehingga mempermudah
mendapat nilai tinggi dengan cara menyontek bukan hasil dari diri sendiri. Adapun faktor
eskternal subyek kasus II yaitu: (1) Banyak peserta didik yang berprestasi di kelasnya (2)
Tuntutan orang tua agar anaknya masuk ke fakultas kedokteran. Dari hasil yang diperoleh
di atas adapun rancangan yang dibuat dengan tujuan untuk perubahan perilaku mencontek
perilaku menyontek yang dilakukan subjek karena ada beberapa hal yaitu,
menyontek. Dari hasil tersebut ada beberapa pihak yang terlibat dan dapat
antara lain, subjek yang diteliti, orang tua, guru, dan teman-teman (lingkungan
sekolah).
B. Pendidikan Integritas
tapi harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakjujuran saat ini, akan
berakibat buruk pada masa yang akan datang karena perilaku ini menunjukkan
bahwa seorang pribadi memiliki tingkat integritas pribadi yang rendah. Maka dari
itu Pendidikan Integritas muncul sebagai suatu kebutuhan terhadap tantangan yang
dihadapi siswa saat ini sebab tanpa prinsip dasar integritas tidaklah mungkin
mengundang dan memfasilitasi siswa untuk selalu berbuat secara jujur, moral dan
beretika, dalam ujian (tidak “menyontek, melakukan plagiat, titip absen, dll”).
C. Pendidikan Karakter
martabat luhur sebagai manusia. Melalui lembaga pendidikan manusia secara utuh
sosialnya. Karena itu sekolah harus secara jelas memiliki kurikulum yang memuat
yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga,
Enam jenis karakter yang menjadi acuan seperti yang terdapat dalam The
a. Trustworthiness,
bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi: berintegritas, jujur, dan loyal.
b. Fairness,
bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak
c. Caring,
bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian
d. Respect,
e. Citizenship,
bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli
KESIMPULAN
Menyontek adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang. Ia
bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi sesuatu yang lebih merupakan hasil
seseorang, akan tetapi yang paling penting adalah penciptaan kondisi positif pada setiap
faktor yang menjadi sumber terjadinya menyontek, yaitu pada faktor siswa, lingkungan,
sistem evaluasi dan pada diri guru. Oleh karena itu dengan maraknya perilaku menyontek
pada siswa yang akan merusak potensi dan masa depan mereka, maka perlu segera
dilakukan review atau reformulasi sistem atau cara pengujian, penyelenggaraan tes yang
berlangsung; baik yang diselenggarakan secara massal oleh suatu badan atau kepanitiaan
maupun yang diselenggarakan secara individual oleh setiap guru. Hal di atas dapat
ditangani dan segera diminimalisisr, maka paradigma yang harus dibangun terlebih dahulu
adalah, dengan menumbuhkan budaya jujur dikalangan siswa dengan menciptakan strategi
Faktor terjadinya perilaku menyontek, antara lain yaitu kepercayaan diri, efikasi
diri, dan juga prokrastinasi pada pelajar. Hal ini menjadi factor yang melatarbelakangi
terjadinya kegiatan menyontek pada saat ujian ataupun pada tugas harian. Menyontek
pada ujian dapat berupa bertanya pada teman terdekat, melirik jawaban teman,
menggunakan kertas untuk menuliskan catatan, ataupun juga melihat pada smartphone.
Hal ini berhubungan erat dengan kemampuan pelajar dalam menangkap sebuah keilmuan
DAFTAR PUSTAKA
Andiwatir, A., & Khakim, A. (2019). Analisis Perilaku Menyontek dan Rancangan
Perubahannya pada Siswa SMP. Jurnal Psikologi Ilmiah, 11(2), 88–97.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI
Astuti, Y., Herminingsih, A., & Suprapto. (2016). PERSEPSI MAHASISWA
TERHADAP PERILAKU MENYONTEK (Studi Kasus Program Studi Manajemen
S1 FEB-UMB Jakarta). Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Sosial, 5(3), 354–362.
Name, C., Name, T., Revd, R. T., Lungile, L., World Economic Forum, Fitzpatrick, T.,
Modeling, L. M., Measurement, F., Snowrift, O. N., Environmental, A. R., Regional,
S. S., Power, E., Limited, G. C., Influence, T. H. E., Snow, O. F., On, F., Around, S.,
Embankment, T. H. E., Wind, I. N., … End, F. Y. (2021). perilaku membolos. Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(2), 6.