c. Psikologi pendidikan merupakan bagian dari studi psikologi tentang faktor dan
proses yang berhubungan dengan pendidikan. Dari sana, kita bisa melihat bahwa ada
hubungan yang kuat antara psikologi pendidikan dan kegiatan belajar.
Psikologi pendidikan berfokus pada masalah kegiatan belajar, hal ini juga mengacu pada
kegiatan mengajar. Konsumen utama psikologi pendidikan adalah tenaga pendidik yakni
guru dan dosen. Mereka dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini dalam menjalankan
fungsinya untuk menciptakan tindakan proses belajar mengajar yang efektif.
2. Saya setuju, menurut saya psikologi bisa terjadi pada siswa yang membutuhkan
dukungan agar dapat melanjutkan sekolahnya dengan pikiran yang tenang.
Dan jika siswa mendapatkan ketenangan dalam pikiran dan perasaannya maka siswa
tersebut akan dengan baik mengmbangkan minat dan bakat mereka. Dengan tambahan
suntikan motivasi dari pihak sekolah dan keluarga kedapa siswa tersebut.
Pembahasan
Ilmu psikologi adalah salah satu bidang ilmu yang dapat dipelajari oleh manusia yang
digunakan untuk mengkaji permasalahan tentang perilaku manusia.
Dapat mempelajari penyebab serta perilaku manusia yang timbul dari dirinya sendiri.
Dapat membantu memberikan bentuan pada orang lain yang mengalami masalah dalam
pemikiran dan perasaannya.
3. Perilaku individu merupakan suatu perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu atau
cara ia bertindak terhadap suatu kegiatan dengan menggunakan keterlampilan atau otak
mereka. Adanya keterlampilan tidak terpisah dari latar belakang atau pengetahuan.
c. Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bersikap
dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran
terkait nilai nilai moral dan agama.
d. Perkembangan sosial emosional merupakan proses dimana anak belajar beradaptasi
untuk memahami situasi dan emosi dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya,
mendengarkan, mengamati dan meniru apa yang mereka lihat.
e. Displin
Sekolah yang mengajarkan pendidikan karakter melaporkan kinerja akademik yang lebih
tinggi, kehadiran yang lebih baik, pengurangan kekerasan, lebih sedikit masalah disiplin,
pengurangan penyalahgunaan zat, dan lebih sedikit vandalisme.
6. Kejenuhan belajar atau learning plateu adalah kondisi emosional yang terjadi pada
seseorang ketika merasa lelah, lesu atau bosan akibat meningkatnya tuntutan belajar
sehingga kurang bergairah, kurang antusias atau tidak mempunyai ketertarikan dalam
melakukan aktivitas belajar. Siswa yang kejenuhan belajar, menyebabkan kemampuan
berpikirnya tidak bekerja sebagaimana yang diharapkan, atau dalam kemajuan belajarnya
seakan-akan jalan di tempat.
Kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi mental siswa dalam rentang waktu
tertentu, yang merasa malas, bosan, lesu, tidak bersemangat, tidak bergairah untuk
melakukan aktivitas belajar. Kejenuhan belajar yang terjadi pada siswa disebabkan
karena siswa kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi, yakni salah satu
tingkatan keterampilan tertentu sebelum siswa sampai pada tingkat keterampilan
berikutnya. Kejenuhan belajar mempengaruhi jalannya proses belajar mengajar,
antara lain banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa dan tingginya absensi.
Pengertian lain kejenuhan belajar adalah suatu kondisi yang dialami siswa yang
mengganggu semangat, kegairahan belajar serta aktivitas belajar sehingga
efektivitas dan efisiensi yang dilaksanakan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan dan hasil yang diperoleh menjadi tidak optimal. Kejenuhan belajar juga
merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan baik dalam segi
minat, motivasi, kinerja maupun prestasinya. Siswa yang mengalami kejenuhan
belajar ditandai dengan kondisi merasa lelah secara emosional, merasa sinis
terhadap belajar serta penurunan prestasinya dalam belajar.
Berikut definisi dan pengertian kejenuhan belajar dari beberapa sumber buku dan
referensi:
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991), kejenuhan belajar adalah kondisi emosional
ketika seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental maupun fisik sebagai akibat
tuntutan pekerjaan terkait dengan belajar yang meningkat.
Menurut Hakim (2002), kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang
saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan
timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau hidup tidak bergairah untuk melakukan
aktivitas belajar.
Menurut Anastasi (1993), kejenuhan belajar adalah suatu perasaan-perasaan pada
umumnya yang muncul dari ketegangan dan dari keadaan ketika siswa
mengerahkan usaha dalam belajar, sehingga ia mengalami rasa capek, lelah dan
mengantuk.
Menurut Syah (1995), kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang
digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil seakan-akan pengetahuan
dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuannya.
Menurut Yang dan Lian (2015), kejenuhan belajar adalah kondisi ketika siswa tidak
mempunyai ketertarikan atau kurang antusias untuk belajar tetapi mereka tidak dapat
melakukannya, mereka akan merasa sakit dan lelah pikirannya, keadaan yang
demikian disebut dengan kejenuhan belajar.
Aspek-aspek Kejenuhan Belajar
Sedangkan menurut Muna (2013), terdapat tiga aspek dalam kejenuhan belajar,
yaitu sebagai berikut:
b. Depersonalisasi/sinis (Depersonalization/cynisism)
Efikasi akademik ditandai dengan memunculkan masalah dalam hal rasa percaya
diri, keyakinan terhadap kemampuannya sehingga membuat siswa stres dan
tertekan. Siswa merasa menjadi orang yang tidak bahagia dan malang, tidak puas
terhadap hasil belajar yang didapatkannya, merasa tidak kompeten, rasa percaya
diri yang rendah dan merasa tidak berprestasi. Siswa dalam keadaan normal, ia
akan percaya bahwa dirinya bisa, dirinya mampu untuk berprestasi. Selain itu
mereka juga dapat mengambil manfaat dari proses belajarnya, serta tahu apa yang
seharusnya ia lakukan dalam proses belajarnya. Sementara siswa yang mengalami
kejenuhan belajar diindikasikan dengan perasaan pesimis siswa akan manfaat dari
belajar, berprestasi rendah, bahkan merasa dirinya sebagai siswa yang kurang
kompeten.
Menurut Hakim (2002), kejenuhan belajar ditandai dengan beberapa ciri atau
indikator, antara lain yaitu sebagai berikut:
Adapun menurut Nitisemito (1996), beberapa ciri atau indikator kejenuhan belajar
yang dialami oleh siswa adalah sebagai berikut:
1. Turunnya motivasi belajar. Siswa menjadi malas, kehilangan semangat dan tujuan
belajar dan tidak terdorong untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Sulit berkonsentrasi. Siswa sulit terfokus atau memutuskan perhatian, mudah
teralihkan dan suka melamun.
3. Berkurangnya energi, merasa lemah, cepat lelah. Siswa cepat merasa capek dan
seperti terkuras tenaganya.
4. Meningkatnya kesalahan. Siswa banyak melakukan kesalahan dalam mengerjakan
sesuatu, terutama yang berhubungan dengan belajarnya.
5. Kurang koordinasi. Siswa tidak dapat mengatur waktu dengan baik untuk berbagai
kegiatan sehari-hari.
6. Daya tangkap berkurang. Siswa menjadi lambat dalam menangkap materi
pelajaran, mengalami kesulitan dalam menangkap materi secara menyeluruh, materi
hanya dimengerti bagian per-bagian.
7. Tegang. Siswa tidak dapat merasa tenang atau santai dalam melakukan aktivitas
belajar.
8. Mudah marah, sensitif. Siswa menjadi mudah marah dan tersinggung oleh
gangguan kecil sekalipun, khususnya pada saat belajar.
1. Paksaan untuk membuktikan bahwa dirinya layak untuk orang lain. Hal ini membuat
individu bekerja keras untuk membuat orang lain melihat potensi dirinya.
2. Individu bekerja keras agar orang lain tidak mengubah pandangan terhadap dirinya
dan agar orang lain tidak lari dari dirinya.
3. Terlalu kerasnya mereka bekerja. Hal ini membuat individu mulai mengesampingkan
kebutuhan-kebutuhan pokok mereka, seperti makan, tidur, dan bersantai ria dengan
keluarga dan teman-teman. 4. Munculnya gejala-gejala fisik pada individu yang
disebabkan karena perubahan gaya hidup yang dilakukan.
4. Keinginan untuk mendapatkan nilai-nilai yang lebih baik dari lingkungan sosialnya
sehingga mereka akan sibuk untuk hal tersebut dan mengesampingkan kebutuhan
pokok dan hubungannya dengan orang-orang terdekat.
5. Munculnya perasaan yang seharusnya tidak dimiliki, seperti mulai tidak mempunyai
toleransi dengan orang lain, tidak mempunyai perasaan simpati atas masalah orang
lain, terlalu agresif dan selalu menyalahkan orang lain atas masalah yang ada.
6. Mengisolasi diri atau menarik diri dari dari kehidupan sosial karena terlalu kerasnya
mereka bekerja.
7. Mulai muncul perasaan malu, takut dan apatis karena terlalu kerasnya pekerjaan dan
tekanan yang dimiliki.
8. Individu mulai kehilangan jati dirinya karena mereka beranggapan bahwa mereka
telah menjadi mesin orang lain.
9. Kekosongan-kekosongan yang mulai muncul dari dalam diri membuat individu mulai
putus asa yang membuat individu mulai melakukan pelarian dengan berbagai
macam hal mulai dari seks bebas, merokok, meminum minuman keras dan hal-hal
negatif lainnya.
10. Perasaan terpuruk yang mulai dirasakan seperti ketidakpedulian, keputus-asaan,
kelelahan dan mengabaikan masa depan.
11. Jika individu ini sudah mulai jenuh akan kegiatannya maka mereka akan mencoba
melarikan diri dari hal tersebut yang terkadang disertai dengan perasaan ingin
membunuh dirinya sendiri karena situasi yang ada sekarang.
Adapun menurut Fraser (2009), kejenuhan belajar terjadi melalui tiga proses atau
tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap kecemasan
Ditandai dengan muka pucat, keluar keringat dingin, darah mengalir cepat. Kondisi
ini melukiskan reaksi tubuh untuk lari atau melawan.
b. Tahap perlawanan
Menurut Hakim (2002), terdapat beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi atau
menjadi penyebab terjadinya kejenuhan belajar, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Kesibukan monoton
Kemonotonan sering kali merupakan salah satu sebab kebosanan. Melakukan hal
yang sama secara berulang-ulang tanpa beberapa perubahan juga dapat membuat
jenuh. Sebab paling umum di balik timbulnya rasa jenuh adalah kesibukan yang
monoton. Seseorang yang mengerjakan sesuatu berulang, dengan proses yang
sama, suasana yang sama, hasil yang sama, dalam kurun waktu yang lama.
Apabila seseorang terlalu lama belajar tanpa istirahat, maka dengan sendirinya
kelelahan akan bertambah sehingga siswa tidak dapat menerima pelajaran dengan
baik. Selain menimbulkan rasa kelelahan, juga dapat menimbulkan rasa kebosanan.
Kondisi seperti ini dapat juga terjadi sebaliknya, yaitu rasa bosan yang
mengakibatkan kelelahan. Pada siang hari kelelahan mulai memuncak sehingga
perlu menyediakan waktu istirahat sebelum memulai belajar. Dengan istirahat
tersebut diharapkan mereka akan belajar kembali dengan keadaan yang lebih segar.
Sering kali siswa tidak menyadari bahwa cara belajar mereka sejak sekolah dasar
hingga perguruan tinggi tidak berubah-ubah. Siswa yang dalam sepertiga waktunya
sudah disita untuk belajar di dalam gedung sekolah dan aktivitas yang diberikan pun
sifatnya monoton tanpa variasi, maka lama-kelamaan akan menimbulkan rasa
kebosanan.
Ruang kelas yang gelap dan tidak cukup ventilasi, suasana yang ramai dan tidak
tenang dan sebagainya, akan berpotensi menimbulkan keletihan dan kebosanan
dalam belajar. Selain itu belajar hanya di tempat tertentu dengan kondisi ruang,
seperti letak meja, kursi kondisi ruang yang tidak berubah-ubah dapat menimbulkan
kejenuhan belajar.
Suasana yang diperlukan oleh siswa tentu saja suasana yang menimbulkan
ketenangan berpikir. Sangat perlu diketahui bahwa setenang apapun lingkungan
tempat belajar, bila suasananya tidak berubah-ubah sejak lama, mungkin saja dapat
menimbulkan kejenuhan belajar. Jadi setenang apapun ruang belajarnya, belum
tentu dapat selalu menunjang keberhasilan belajar.
f. Kegagalan beruntun
Penyebab lain kejenuhan adalah kegagalan yang beruntun. Seseorang siswa yang
pernah mengalami kegagalan dalam meraih prestasi di sekolah padahal ia telah
belajar dan berusaha tetapi tetap gagal. Maka siswa tersebut pasti akan mengalami
kejenuhan dalam belajar.
g. Kurangnya penghargaan
Sebab lain yang memicu kejenuhan adalah penghargaan kecil terhadap prestasi dan
pengorbanan yang telah dilakukan. Di dunia belajar, betapa banyak kita saksikan
pelajar-pelajar yang kecewa terhadap guru atau lembaga penyelenggara pendidikan.
h. Ketegangan berkepanjangan
i. Perlakuan buruk
Sebab lain yang kerap kali menimbulkan kejenuhan adalah perlakuan buruk. Hal
tersebut juga bisa terjadi pada siswa yang mendapat perlakuan buruk dari gurunya
pada salah satu bidang studi, tentunya siswa tersebut akan merasa jenuh, bosan,
dan malas terhadap mata pelajaran itu.
Kejenuhan juga akan muncul ketika seseorang menekuni yang tidak diinginkan.
Demikian pula dengan siswa yang sejak awal tidak menyukai atau tidak minat pada
mata pelajaran tertentu ia akan selalu merasa jenuh dan bosan terhadap mata
pelajaran tersebut.
Menurut Hakim (2002), terdapat beberapa cara atau metode yang dapat digunakan
untuk mengatasi kejenuhan dalam belajar, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Belajar dengan cara atau metode yang bervariasi. Belajar dengan metode yang
monoton akan menyebabkan kejenuhan dalam belajar, untuk itu kita di tuntut untuk
menggunakan metode yang bervariasi agar tidak bosan, dengan cara mengubah
metode yang biasa kita gunakan dengan metode baru dan seterusnya akan a
Melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan. Belajar adalah salah satu kegiatan mental
yang sangat melelahkan dan sangat menyita banyak energi, kelelahan yang berlarut-
larut akan mengakibatkan kejenuhan, untuk itu perlu adanya istirahat yang cukup
sebagai alternatif dalam mengembalikan atau memulihkan energi yang banyak
tersita/terkuras saat belajar.
Hindari adanya ketegangan mental saat belajar. Ketegangan mental akan membuat
aktivitas belajar akan terasa jauh lebih berat dan melelahkan dan berujung pada
kejenuhan belajar. Ketegangan mental dapat dihindari dengan jalan belajar santai
artinya belajar dengan sikap rileks dan bebas dari ketegangan.