NIM : 022131008
1. Memahami diri sendiri: Psikologi membantu kita memahami pikiran, perasaan, dan
perilaku kita sendiri. Dengan pemahaman ini, kita dapat mengenali kekuatan dan
kelemahan kita, mengelola emosi dengan lebih baik, dan mengambil keputusan yang
lebih bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.
2. Meningkatkan hubungan interpersonal: Psikologi membantu kita memahami orang
lain dengan lebih baik. Dengan memahami motivasi, emosi, dan perilaku orang lain,
kita dapat membangun hubungan yang lebih baik
3. Meningkatkan kesehatan mental: Psikologi memberikan wawasan tentang kesehatan
mental dan cara-cara untuk menjaga keseimbangan emosional. Dengan memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental, kita dapat mengambil langkah-
langkah untuk mengurangi stres, mengatasi kecemasan, dan meningkatkan
kesejahteraan secara keseluruhan.
4. Meningkatkan kinerja dan produktivitas: Psikologi dapat diterapkan dalam konteks
pekerjaan dan bisnis. Dengan memahami motivasi, kepuasan kerja, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja, kita dapat meningkatkan produktivitas, memotivasi tim,
dan mencapai tujuan organisasi dengan lebih efektif.
5. Membantu dalam pendidikan dan pengembangan diri: Psikologi memberikan
pemahaman tentang bagaimana orang belajar, memproses informasi, dan
mengembangkan keterampilan. Dengan memahami prinsip-prinsip psikologi ini, kita
dapat meningkatkan metode pembelajaran, mengoptimalkan potensi diri, dan
mencapai tujuan pendidikan dengan lebih baik.
6. Membantu dalam bidang kesehatan fisik: Psikologi juga berperan dalam kesehatan
fisik. Pemahaman tentang hubungan antara pikiran dan tubuh dapat membantu dalam
mengelola stres, meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan, dan mempromosikan
gaya hidup sehat secara keseluruhan.
B. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
C. PSIKOLOGI BELAJAR
Belajar merupakan perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil
pengalaman dan bukan hasil dari perkembangan. Belajar selalu melibatkan tiga hal
yaitu:
1. adanya perubahan tingkah laku
2. sifat perubahannya relatif permanen
3. perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses
kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya.
Teori belajar klasik dapat dibagi menjadi empat yakni:
1. teori belajar disiplin mental theistik, menurut teori ini individu memiliki sejumlah
daya mental seperti pikiran, ingatan, perhatian, dan sebagainya. Masing-masing daya
dapat ditingkatkan kemampuannya melalui latihan. Jadi, teori ini memandang
mental seperti urat daging yang dapat ditingkatkan kekuatannya melalui latihan daya
2. teori belajar disiplin mental humanistik, sangat memperhatikan tentang dimensi
manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya dengan menitikberatkan pada
kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan pilihannya, nilai-nilai,
tanggung jawab personal, otonomi, tujuan, dan pemaknaan
3. teori belajar naturalis atau aktualisasi, memandang setiap anak memiliki potensi dan
harus dikembangkan, tetapi bukan oleh pendidik, melainkan oleh anak itu sendiri.
Pendidik perlu menciptakan situasi permisif atau rileks, sehingga anak-anak dapat
berkembang secara alami atau natural; dan
4. teori belajar apersepsi, memandang bahwa jiwa manusia merupakan suatu struktur.
Semakin banyak belajar, semakin banyak pula struktur baru yang terbentuk. Teori
belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, yaitu untuk menghafal perkalian dan
melatih soal-soal (disiplin mental).
Belajar selalu melibatkan tiga hal, yaitu: (1) adanya perubahan tingkah laku;
(2) sifat perubahannya relatif permanen; dan (3) perubahan tersebut disebabkan oleh
interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-
perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya. Winkel (1997:193) berpendapat
bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
relatif konstan dan berbekas. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja,
namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan
masyarakat. Sementara itu Irwanto (1997:105) mengemukakan belajar merupakan
proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka
waktu tertentu. Hal senada dikemukakan oleh Mudzakir (1997:34) yang berpendapat
belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di
dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, dan keterampilan.
Siswa di dalam belajar, menurut Cronbach mengalami sendiri proses dari tidak
tahu menjadi tahu, karena belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan
dalam mengalami sendiri, dengan mengunakan pancainderanya
(Suryabrata,1998:231). Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja,
tetapi juga berlaku bagi indera yang lain. Belajar merupakan suatu perubahan dalam
tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarahkan kepada tingkah laku yang
lebih baik. Belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan
atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan
fisik yang terjadi pada disi seorang bayi sampai pada tahap remaja. Untuk dapat
disebut belajar, perubahan itu harus relatif tetap dan mantap, harus merupakan akhir
daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Rentang waktu berlangsungnya
sulit ditentukan dengan pasti. Hal ini berarti harus mengenyampingkan perubahan-
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi,
ketajaman perhatian, atau kepekaan seseorang yang hanya berlangsung sementara.
E. PSIKOLOGI SOSIAL
Kesiapan belajar merujuk pada kondisi psikologis dan kognitif individu yang
mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar dengan efektif. Berikut adalah
beberapa contoh aspek individu yang berkontribusi pada kesiapan belajar:
1. Motivasi: Motivasi adalah dorongan internal yang mendorong individu untuk
mencapai tujuan dan melakukan tindakan tertentu. Motivasi yang tinggi dapat
meningkatkan kesiapan belajar karena individu akan lebih termotivasi untuk
menghadapi tantangan dan mencapai hasil yang diinginkan.
2. Minat: Minat adalah ketertarikan atau kecenderungan individu terhadap topik atau
subjek tertentu. Ketika individu memiliki minat yang tinggi terhadap subjek yang
dipelajari, mereka cenderung lebih siap dan termotivasi untuk belajar dan
mengembangkan pemahaman yang lebih dalam.
3. Pengetahuan dan pengalaman sebelumnya: Pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya memainkan peran penting dalam kesiapan belajar. Individu yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yang relevan dengan subjek
yang dipelajari akan lebih mudah memahami dan mengaitkan informasi baru
dengan pengetahuan yang sudah ada.
4. Keterampilan kognitif: Keterampilan kognitif, seperti kemampuan berpikir kritis,
pemecahan masalah, dan analisis, dapat mempengaruhi kesiapan belajar. Individu
yang memiliki keterampilan kognitif yang baik akan lebih mampu mengelola
informasi, memprosesnya secara efektif, dan mengembangkan pemahaman yang
lebih mendalam.
5. Kemandirian: Kemandirian adalah kemampuan individu untuk mengatur diri
sendiri, mengatur waktu, dan mengelola tugas-tugas belajar. Individu yang
mandiri cenderung lebih siap untuk belajar karena mereka dapat mengatur diri
sendiri, mengidentifikasi tujuan belajar, dan mengambil inisiatif dalam proses
pembelajaran.
6. Keyakinan diri: Keyakinan diri adalah keyakinan individu terhadap kemampuan
mereka untuk berhasil dalam tugas-tugas belajar. Individu yang memiliki
keyakinan diri yang tinggi akan lebih siap untuk belajar karena mereka merasa
yakin bahwa mereka dapat mengatasi tantangan dan mencapai hasil yang
diinginkan.
Contoh-contoh di atas mencakup beberapa aspek individu yang berkontribusi
pada kesiapan belajar. Setiap individu memiliki kombinasi unik dari faktor-faktor ini,
dan pemahaman tentang aspek-aspek individu ini dapat membantu dalam merancang
strategi pembelajaran yang efektif.