Anda di halaman 1dari 11

Nama : Khoirul Rhodhiyah Alting

NIM : 022131008

Matkul : Psikologi Pendidikan

Prodi : Tadris Matematika

A. PENTINGNYA MEMAHAMI PSIKOLOGI

Belajar dengan cara menyenangkan bagi siswa, seharusnya mendapat perhatian


lebih dari para pendidik. Sebagian besar guru mengajar dengan metode ceramah dan
menjejali anak dengan materi pelajaran untuk mengejar target kurikulum. Akibatnya
hasil pembelajaran kurang signifikan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan sesuai
kurikulum. Sebaiknya para tenaga pendidik mulai mengembangkan diri agar beberapa
kompetensi guru profesional dimiliki sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan
mutu pembelajaran.

Psikologi dibutuhkan diberbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan


memahami kejiwaan seseorang. Psikologi juga merupakan suatu disiplin ilmu berobjek
formal perilaku manusia, yang berkembang pesat sesuai dengan perkembangan perilaku
manusia dalam berbagai latar.

Psikologi perkembangan menjadi kajian yang penting dalam rangka memahami


proses perkembangan peserta didik. Psikologi pengajaran berupaya mengkaji perilaku
orang yang terlibat dalam proses pembelajaran, yakni guru dan siswa. Perilaku guru dan
siswa memiliki relasi yakni perilaku guru akan menentukan perilaku siswa. Sehingga
dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seharusnya anak-anak belajar,

Contohnya pentingnya memahami psikologi :

1. Memahami diri sendiri: Psikologi membantu kita memahami pikiran, perasaan, dan
perilaku kita sendiri. Dengan pemahaman ini, kita dapat mengenali kekuatan dan
kelemahan kita, mengelola emosi dengan lebih baik, dan mengambil keputusan yang
lebih bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.
2. Meningkatkan hubungan interpersonal: Psikologi membantu kita memahami orang
lain dengan lebih baik. Dengan memahami motivasi, emosi, dan perilaku orang lain,
kita dapat membangun hubungan yang lebih baik
3. Meningkatkan kesehatan mental: Psikologi memberikan wawasan tentang kesehatan
mental dan cara-cara untuk menjaga keseimbangan emosional. Dengan memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental, kita dapat mengambil langkah-
langkah untuk mengurangi stres, mengatasi kecemasan, dan meningkatkan
kesejahteraan secara keseluruhan.
4. Meningkatkan kinerja dan produktivitas: Psikologi dapat diterapkan dalam konteks
pekerjaan dan bisnis. Dengan memahami motivasi, kepuasan kerja, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja, kita dapat meningkatkan produktivitas, memotivasi tim,
dan mencapai tujuan organisasi dengan lebih efektif.
5. Membantu dalam pendidikan dan pengembangan diri: Psikologi memberikan
pemahaman tentang bagaimana orang belajar, memproses informasi, dan
mengembangkan keterampilan. Dengan memahami prinsip-prinsip psikologi ini, kita
dapat meningkatkan metode pembelajaran, mengoptimalkan potensi diri, dan
mencapai tujuan pendidikan dengan lebih baik.
6. Membantu dalam bidang kesehatan fisik: Psikologi juga berperan dalam kesehatan
fisik. Pemahaman tentang hubungan antara pikiran dan tubuh dapat membantu dalam
mengelola stres, meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan, dan mempromosikan
gaya hidup sehat secara keseluruhan.

Dalam keseluruhan, pemahaman psikologi membantu kita dalam berbagai aspek


kehidupan, baik itu dalam hubungan pribadi, kesehatan mental, kinerja kerja, pendidikan,
dan kesehatan fisik. Dengan memahami psikologi, kita dapat mengambil langkah-
langkah yang lebih bijaksana dan efektif dalam menghadapi tantangan dan mencapai
kehidupan yang lebih baik.

B. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau


organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya. Ada tiga pendekatan
tentang perkembangan yaitu:
1. pendekatan pentahapan, perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan
tertentu, yakni pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-
ciri tahapan yang lain
2. pendekatan diferensial, pendekatan ini memandang setiap individu memiliki
persamaan dan perbedaan masing-masing, dengan adanya pendekatan diferensial
inilah yang menyebabkan orang-orang membuat suatu kelompok berdasarkan
persamaan yang dimiliki setiap individu; dan
3. pendekatan ipsatif, pendekatan ini melihat karakteristik dan perkembangan seseorang
secara individual.

Contoh dari psikologi perkembangan :

1. Perkembangan motorik: Psikologi perkembangan mempelajari bagaimana anak-anak


mengembangkan keterampilan motorik mereka, seperti merangkak, berjalan, dan
berlari. Ini melibatkan pemahaman tentang tahapan perkembangan motorik yang
normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak.
2. Perkembangan kognitif : Psikologi perkembangan mempelajari perkembangan
kognitif anak, termasuk kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan memahami
dunia di sekitar mereka.
3. Perkembangan sosial dan emosional: Psikologi perkembangan mempelajari
bagaimana anak-anak mengembangkan hubungan sosial, emosi, dan identitas
mereka. Ini melibatkan pemahaman tentang perkembangan hubungan dengan orang
tua, teman sebaya, dan bagaimana anak-anak mengelola emosi mereka.
4. Perkembangan bahasa : Psikologi perkembangan mempelajari bagaimana anak-anak
mengembangkan kemampuan bahasa mereka, mulai dari mengucapkan kata-kata
pertama hingga memahami dan menggunakan bahasa dengan lebih kompleks. Ini
melibatkan pemahaman tentang tahapan perkembangan bahasa dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
5. Perkembangan moral: Psikologi perkembangan mempelajari perkembangan moral
anak, termasuk pemahaman tentang benar dan salah, empati, dan nilai-nilai moral.
6. Perkembangan identitas : Psikologi perkembangan mempelajari bagaimana remaja
dan dewasa muda mengembangkan identitas mereka, termasuk pemahaman tentang
diri, nilai-nilai, dan tujuan hidup.

C. PSIKOLOGI BELAJAR
Belajar merupakan perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil
pengalaman dan bukan hasil dari perkembangan. Belajar selalu melibatkan tiga hal
yaitu:
1. adanya perubahan tingkah laku
2. sifat perubahannya relatif permanen
3. perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses
kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya.
Teori belajar klasik dapat dibagi menjadi empat yakni:
1. teori belajar disiplin mental theistik, menurut teori ini individu memiliki sejumlah
daya mental seperti pikiran, ingatan, perhatian, dan sebagainya. Masing-masing daya
dapat ditingkatkan kemampuannya melalui latihan. Jadi, teori ini memandang
mental seperti urat daging yang dapat ditingkatkan kekuatannya melalui latihan daya
2. teori belajar disiplin mental humanistik, sangat memperhatikan tentang dimensi
manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya dengan menitikberatkan pada
kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan pilihannya, nilai-nilai,
tanggung jawab personal, otonomi, tujuan, dan pemaknaan
3. teori belajar naturalis atau aktualisasi, memandang setiap anak memiliki potensi dan
harus dikembangkan, tetapi bukan oleh pendidik, melainkan oleh anak itu sendiri.
Pendidik perlu menciptakan situasi permisif atau rileks, sehingga anak-anak dapat
berkembang secara alami atau natural; dan
4. teori belajar apersepsi, memandang bahwa jiwa manusia merupakan suatu struktur.
Semakin banyak belajar, semakin banyak pula struktur baru yang terbentuk. Teori
belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, yaitu untuk menghafal perkalian dan
melatih soal-soal (disiplin mental).

Contoh dari psikologi belajar :

1. Pembelajaran klasik: Contoh pembelajaran klasik adalah kondisioning klasik yang


dikemukakan oleh Ivan Pavlov. Dalam eksperimen Pavlov, anjing diajari untuk
mengaitkan bunyi lonceng dengan makanan sehingga mereka mulai mengeluarkan
air liur ketika mendengar bunyi lonceng saja.
2. Pembelajaran operant: Contoh pembelajaran operant adalah teori penguatan yang
dikemukakan oleh B.F. Skinner. Dalam eksperimen Skinner, tikus diberi penguatan
positif berupa makanan setelah menekan tuas, sehingga mereka belajar untuk terus
menekan tuas untuk mendapatkan makanan.
3. Pembelajaran sosial: Contoh pembelajaran sosial adalah teori pembelajaran sosial
yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Dalam eksperimen Bandura, anak-anak
meniru perilaku agresif yang mereka lihat dalam model, menunjukkan pentingnya
pengaruh sosial dalam pembelajaran.
4. Pembelajaran kognitif: Contoh pembelajaran kognitif adalah teori pembelajaran
kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget. Dalam eksperimen Piaget, anak-anak
diberi tugas untuk memecahkan masalah dan melalui proses asimilasi dan
akomodasi, mereka mengembangkan pemahaman baru tentang dunia di sekitar
mereka.
5. Pembelajaran melalui pengalaman: Contoh pembelajaran melalui pengalaman
adalah teori pembelajaran pengalaman yang dikemukakan oleh David Kolb.
Menurut Kolb, pembelajaran terjadi melalui siklus pengalaman yang melibatkan
pengamatan, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimen.
6. Pembelajaran melalui penguatan: Contoh pembelajaran melalui penguatan adalah
teori penguatan yang dikemukakan oleh Edward Thorndike. Dalam eksperimen
Thorndike, kucing ditempatkan dalam kotak yang hanya bisa dibuka dengan
menekan tuas, dan mereka belajar untuk menekan tuas setelah beberapa kali
mencoba dan mendapatkan penguatan berupa makanan.

Contoh-contoh di atas mencakup beberapa teori dan konsep dalam psikologi


belajar. Psikologi belajar membantu kita memahami proses pembelajaran manusia,
baik dalam konteks pendidikan formal maupun pembelajaran sepanjang hidup.

D. ALIRAN PSIKOLOGI BELAJAR

Belajar selalu melibatkan tiga hal, yaitu: (1) adanya perubahan tingkah laku;
(2) sifat perubahannya relatif permanen; dan (3) perubahan tersebut disebabkan oleh
interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-
perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya. Winkel (1997:193) berpendapat
bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
relatif konstan dan berbekas. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja,
namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan
masyarakat. Sementara itu Irwanto (1997:105) mengemukakan belajar merupakan
proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka
waktu tertentu. Hal senada dikemukakan oleh Mudzakir (1997:34) yang berpendapat
belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di
dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, dan keterampilan.
Siswa di dalam belajar, menurut Cronbach mengalami sendiri proses dari tidak
tahu menjadi tahu, karena belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan
dalam mengalami sendiri, dengan mengunakan pancainderanya
(Suryabrata,1998:231). Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja,
tetapi juga berlaku bagi indera yang lain. Belajar merupakan suatu perubahan dalam
tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarahkan kepada tingkah laku yang
lebih baik. Belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan
atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan
fisik yang terjadi pada disi seorang bayi sampai pada tahap remaja. Untuk dapat
disebut belajar, perubahan itu harus relatif tetap dan mantap, harus merupakan akhir
daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Rentang waktu berlangsungnya
sulit ditentukan dengan pasti. Hal ini berarti harus mengenyampingkan perubahan-
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi,
ketajaman perhatian, atau kepekaan seseorang yang hanya berlangsung sementara.

Contoh dari aliran psikologi belajar yaitu :


1. Behaviorisme : Behaviorisme berfokus pada pembelajaran yang terjadi melalui
penguatan dan hukuman, serta asosiasi antara stimulus dan respons.
2. Kognitivisme : Aliran kognitivisme menekankan pentingnya proses kognitif dalam
pembelajaran. Kognitivisme berfokus pada pemahaman, pengolahan informasi, dan
konstruksi pengetahuan baru melalui asimilasi dan akomodasi.
3. Konstruktivisme : Aliran konstruktivisme menekankan bahwa pembelajaran adalah
proses aktif di mana individu secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman
mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain.
4. Humanistik : Aliran humanistic menekankan pentingnya pengalaman subjektif,
kebutuhan individu, dan pertumbuhan pribadi dalam pembelajaran. Humanistik
berfokus pada pengembangan potensi manusia, otonomi, dan penghargaan diri.
5. Sosial-kognitif : Aliran sosial-kognitif menekankan pentingnya interaksi sosial,
pengamatan, dan pemodelan dalam pembelajaran. Sosial-kognitif berfokus pada
bagaimana individu belajar melalui pengamatan dan peniruan perilaku orang lain.
6. Pembelajaran berbasis otak : Aliran pembelajaran berbasis otak, yang melibatkan
penelitian tentang fungsi otak dan neurosains, menekankan pentingnya pemahaman
tentang bagaimana otak memproses informasi dan bagaimana itu mempengaruhi
pembelajaran dan perkembangan kognitif.

Contoh-contoh di atas mencakup beberapa aliran utama dalam psikologi belajar.


Setiap aliran memiliki pendekatan dan teori yang berbeda dalam memahami dan
menjelaskan proses pembelajaran manusia.

E. PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari kejiwaan seseorang di


masyarakat yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk
mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu.
Berkembangnya kasih sayang ini menurut Freedman (1981) disebabkan oleh dua hal
yaitu: (1) karena pembawaan atau genetika. Pembawaan kasih sayang ini sebagai
perangkat yang penting untuk mempertahankan hidup sang bayi; dan (2) karena
belajar. Mereka belajar semua aturan berperilaku. Anak-anak cinta kepada orang tua
sebab mereka memberi makan dan kehangatan dan juga sebaliknya.
Dalam konsep pembentukan kesan ada kecenderungan bahwa orang-orang
membentuk kesan terhadap orang lain dalam pertemuan sekejap saja. Melihat orang
atau gambarannya, seseorang cenderung membuat keputusan. Pembentukan kesan
pertama terhadap orang lain ditentukan oleh: (1) kepribadian orang yang diamati; (2)
perilaku orang tersebut; dan (3) latar belakang situasi. Dalam dunia pendidikan, hal
ini perlu diperhatikan. Para pendidik harus mampu membangkitkan kesan pertama
yang positif dan tetap positif untuk hari-hari selanjutnya, karena hal ini sangat
penting bagi kemauan dan semangat belajar anak-anak.
Orang-orang dalam mencapai persepsi tentang dirinya sendiri adalah sama
caranya dalam menemukan atau melihat persepsi orang lain. Gagne (1979)
menyatakan persepsi diri sendiri berkaitan dengan sikap dan perasaan, sikap adalah
keadaan internal individu yang mempengaruhi tindakannya terhadap objek, orang atau
kejadian. Selain itu kenyataan menunjukkan bahwa para siswa pada umumnya sangat
percaya kepada petunjuk dan nasihat pendidik di sekolah. Hal ini berpengaruh
terhadap identifikasi atau imitasi siswa terhadap perilaku pendidiknya.

Contoh dari psikologi social adalah :

1. Konformitas: Konformitas adalah kecenderungan individu untuk menyesuaikan


perilaku, keyakinan, dan nilai-nilai mereka dengan norma sosial yang ada. Contoh
konformitas adalah ketika seseorang mengikuti mode atau tren yang sedang
populer untuk merasa diterima oleh kelompok sosialnya.
2. Kepatuhan: Kepatuhan adalah kecenderungan individu untuk mengikuti perintah
atau instruksi dari orang yang memiliki otoritas atau kekuasaan. Contoh
kepatauhan adalah ketika seseorang mengikuti perintah atasan di tempat kerja
meskipun mereka tidak setuju atau merasa tidak nyaman.
3. Prejudice dan diskriminasi: Prejudice adalah sikap negatif atau stereotip terhadap
individu atau kelompok berdasarkan karakteristik seperti ras, agama, atau gender.
Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil atau tidak setara terhadap individu
atau kelompok berdasarkan karakteristik tersebut. Contoh prejudice dan
diskriminasi adalah ketika seseorang menganggap suatu kelompok tertentu lebih
rendah atau tidak pantas mendapatkan hak yang sama.
4. Pengaruh sosial: Pengaruh sosial adalah proses di mana individu dipengaruhi oleh
orang lain dalam pemikiran, sikap, dan perilaku mereka. Contoh pengaruh sosial
adalah ketika seseorang mengadopsi kebiasaan atau preferensi teman-teman
mereka, atau ketika seseorang mengubah sikap mereka untuk mencocokkan
dengan mayoritas.
5. Identitas sosial: Identitas sosial adalah bagaimana individu mengidentifikasi diri
mereka dalam konteks kelompok sosial tertentu. Contoh identitas sosial adalah
ketika seseorang mengidentifikasi diri sebagai anggota suatu agama, etnisitas, atau
kelompok sosial tertentu, dan merasa memiliki koneksi dan solidaritas dengan
kelompok tersebut.
6. Perilaku prososial: Perilaku prososial adalah perilaku yang bertujuan untuk
membantu atau memberikan manfaat kepada orang lain tanpa mengharapkan
imbalan. Contoh perilaku prososial adalah membantu seseorang yang sedang
kesulitan, menyumbangkan waktu atau sumber daya untuk amal, atau memberikan
dukungan emosional kepada teman yang sedang mengalami kesulitan.

Contoh-contoh di atas mencakup beberapa topik yang dipelajari dalam


psikologi sosial. Psikologi sosial membantu kita memahami bagaimana individu
berinteraksi dengan orang lain, bagaimana norma sosial dan pengaruh sosial
mempengaruhi perilaku, dan bagaimana identitas sosial membentuk persepsi dan
sikap kita terhadap orang lain.

F. KESIAPAN BELAJAR DAN ASPEK-ASPEK INDIVIDU


Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk
mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Sedangkan kesiapan
kognisi bertalian dengan pengetahuan, pikiran dan kualitas berfikir seseorang dalam
menghadapi situasi belajar yang baru. Kemampuan tersebut bergantug pada tingkat
kematangan intelektual. Contoh kematangan intelektual antara lain adalah tingkat-
tingkat perkembangan kognisi, berkaitan dengan latar belakang di atas, Ausubel
mengatakan faktor yang paling penting mempengaruhi belajar adalah apa yang sudah
diketahui oleh anak-anak. Bagaimana dengan kesiapan afeksi? Connell (1974)
berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan motivasi atau kesiapan afeksi belajar
dikelas bergantung pada motif atau kebutuhan prestasi, orientasi motivasi itu sendiri
dan faktor-faktor situasional yang mungkin dapat membangun motivasi.
Ciri-ciri motivasi yang mendorong untuk berprestasi adalah: (1) mengejar
kompetensi; (2) usaha mengaktualisasi diri; dan (3) usaha berprestasi.
Perkembangan seutuhnya adalah perkembangan individu yang memenuhi tiga
kriteria yakni: (1) semua potensi berkembang secara proporsional, berimbang, dan
harmonis; (2) berkembang secara optimal; dan (3) berkembang secara integratif.
Setiap pendidik harus mengetahui dan memahami perkembangan psikologi peserta
didik, agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan optimal serta menambah
wawasan peserta didik untuk bisa diterapkan dimasa yang akan datang dan bersifat
permanen.
Contoh dari kesiapan belajar dan aspek-aspek individu yaitu :

Kesiapan belajar merujuk pada kondisi psikologis dan kognitif individu yang
mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar dengan efektif. Berikut adalah
beberapa contoh aspek individu yang berkontribusi pada kesiapan belajar:
1. Motivasi: Motivasi adalah dorongan internal yang mendorong individu untuk
mencapai tujuan dan melakukan tindakan tertentu. Motivasi yang tinggi dapat
meningkatkan kesiapan belajar karena individu akan lebih termotivasi untuk
menghadapi tantangan dan mencapai hasil yang diinginkan.
2. Minat: Minat adalah ketertarikan atau kecenderungan individu terhadap topik atau
subjek tertentu. Ketika individu memiliki minat yang tinggi terhadap subjek yang
dipelajari, mereka cenderung lebih siap dan termotivasi untuk belajar dan
mengembangkan pemahaman yang lebih dalam.
3. Pengetahuan dan pengalaman sebelumnya: Pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya memainkan peran penting dalam kesiapan belajar. Individu yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yang relevan dengan subjek
yang dipelajari akan lebih mudah memahami dan mengaitkan informasi baru
dengan pengetahuan yang sudah ada.
4. Keterampilan kognitif: Keterampilan kognitif, seperti kemampuan berpikir kritis,
pemecahan masalah, dan analisis, dapat mempengaruhi kesiapan belajar. Individu
yang memiliki keterampilan kognitif yang baik akan lebih mampu mengelola
informasi, memprosesnya secara efektif, dan mengembangkan pemahaman yang
lebih mendalam.
5. Kemandirian: Kemandirian adalah kemampuan individu untuk mengatur diri
sendiri, mengatur waktu, dan mengelola tugas-tugas belajar. Individu yang
mandiri cenderung lebih siap untuk belajar karena mereka dapat mengatur diri
sendiri, mengidentifikasi tujuan belajar, dan mengambil inisiatif dalam proses
pembelajaran.
6. Keyakinan diri: Keyakinan diri adalah keyakinan individu terhadap kemampuan
mereka untuk berhasil dalam tugas-tugas belajar. Individu yang memiliki
keyakinan diri yang tinggi akan lebih siap untuk belajar karena mereka merasa
yakin bahwa mereka dapat mengatasi tantangan dan mencapai hasil yang
diinginkan.
Contoh-contoh di atas mencakup beberapa aspek individu yang berkontribusi
pada kesiapan belajar. Setiap individu memiliki kombinasi unik dari faktor-faktor ini,
dan pemahaman tentang aspek-aspek individu ini dapat membantu dalam merancang
strategi pembelajaran yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai