PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau mushola, di rumah
dan sebagainya (Djamarah, 2010: 31). Sementara Supardi (2014: 8), menjelaskan
2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan
terjemahan dari kata “guidance” yang berasal dari kata kerja”to guide”, yang
pengertian yang saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, untuk
memahami pengertian bimbingan, perlu dipertimbangkan beberapa pengertian
dipilihnya.
4. Pengertian yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Mathewson, 1969
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-
tujuan dengan tepat, dan menyusun rencana yang realistis sehingga mereka
suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada
dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan
sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di
sekolah.
lingkungan. Lingkungan yang paling awal dikenal dan terdekat oleh siswa adalah
dalamnya terjadi interaksi yang intern dengan orang tua. Orang tua secara
cenderung meniru hal-hal yang terjadi disekitarnya, maka orang tua merupakan
lingkungan ini siswa tidak hanya belajar pada tataran akademik tapi siswa juga
transisi siswa.
sangat penting dan tidak dapat diabaikan, karena melalui pendidikan siswa dapat
mental merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami
belajar siswa di sekolah. Seorang siswa yang memiliki kondisi fisik dan mental
yang baik dalam belajar akan mendapatkan kemudahan dalam memahami serta
mengajar. Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu,
semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi kegiatan belajar
seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain
gejala gangguan dan penyakit jiwa yang dimana bagi para penderitanya tidak
jiwa di dalam kehidupannya, tidak bisa bersikap dan merasakan dengan baik
pada berbagai situasi, dan tidak dapat mengevaluasi dalam setiap keputusan yang
diambil.
Orang yang mentalnya sehat memiliki sifat khas, antara lain mempunyai
jelas memiliki konsep diri yang sehat, memiliki koordinasi antara segenap
3. Masalah disiplin
Anak yang bermental sehat akan menunjukkan adanya disiplin secara
sadar terhadap aturan yang diberikan sekolah. Sebaliknya pelanggaran
disiplin yang dilakukan anak, biasanya merupakan adanya gejala
gangguan kesehatan mental. Gejala pelanggaran disiplin seperti
datang terlambat, berbuat seenaknya, mencuri, mencontek, dan
sebagainya dapat terjadi bukan karena anak tidak tahu aturan disiplin,
tetapi gejala itu dilakukan sebagai proses terhadap
ketidaksinambungan mentalnya.
Dari beberapa studi kasus menunjukkan bahwa pada umunya mereka
yang melanggar disiplin sekolah, disebabkan karena adanya gangguan
mental dalam dirinya, seperti cemas.
4. Masalah gangguan mental
Adanya gejala gangguan mental pada anak didik di sekolah juga
merupakan masalah-masalah kesehatan mental. Di sekolah sering
nampak rasa takut dan rasa cemas.
kesehatan jasmani dan bila pada hal ini mengalami gangguan maka akan dapat
membangun kesadaran hidup yang sehat baik jasmani maupun rohani. Kesehatan
dilingkungan sekolah kerap luput. Perlu perhatian serius dari segenap pihak
khususnya dari guru mata pelajaran serta guru bimbingan dan konseling di
sekolah terhadap masalah kesehatan mental siswa tak jarang masalah tersebut
Oleh karena itu, sekolah merupakan wadah yang tepat untuk siswa dalam
dalam belajar. Hal ini dapat diarahkan oleh layanan bimbingan dan konseling
kesehatan mental sangatlah penting. Guru mata pelajaran dan guru bimbingan
mental pada siswa. Disamping itu, mereka dapat memantau gejala gangguan
merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh guru atas tingkah laku yang
motivasi kepada siswa, sehingga siswa yang mempunyai problem atau masalah,
karena hal tersebut dapat menyebabkan siswa stress (terganggu dalam belajar),
bersangkutan, dan adanya Guru Bimbingan dan Konseling maka akan membantu
kerja sekolah dalam membina kesahatan mental dalam proses belajar siswa di
sekolah.
B. Identifikasi Masalah
1. Masalah kesehatan mental yang berpengaruh pada suasana hati siswa perlu
2. Masalah gangguan stress pasca trauma pada siswa perlu mendapat perhatian
khusus.
4. Kondisi fisik siswa yang berpengaruh pada kesehatan mental siswa perlu
dan konseling.
dijadwalkan.
terdapat beberapa masalah kesehatan mental yang di alami pada siswa, seperti
gangguan suasana hati siswa, gangguan stres pasca trauma yang di alami siswa,
gangguan lemahnya kontrol diri dan kondisi fisik siswa yang memengaruhi
D. Perumusan Masalah
Jakarta Timur ?
E. Tujuan Penelitian
2. Sebagai bahan evaluasi dan bahan masukan bagi guru dalam membina
G. Sistematika Penulisan
sistematika penulisan.
saran.
BAB II
A. Landasan Teori
arti yang berbeda dalam penjelasannya. Pada Pemendikbut No. 81A tahun
lampiran IV peraturan menteri dan kebudayaan No. 81a tahun 2013 tentang
a. Pengertian Bimbingan
dipilihnya.
adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis
berkesinambungan.
kepada peserta didik agar tidak mengalami permasalahan yang berat dan
bijaksana dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah yang
mengganggu pikiran.
b. Pengertian Konseling
mengatakan bahwa :
konselor dank lien atau konseli (timbal balik atau kontak antara konselor
didik.
sebagai berikut :
kepada fungsi-fungsi tersebut agar hasil yang hendak dicapai secara jelas
masalah yang dihadapi oleh klien, sehingga pada akhirnya klien akan dapat
konseling, siswa akan memiliki kesadaran yang lebih mendalam, buka saja
tentang siapa mereka, tetapi juga dapat berdiri sendiri. apabila masalah telah
terpecahkan dank lien tidak lagi mempunyai masalah, maka klien tidak lagi
mempunyai masalah, maka klien tidak lagi ada hambatan dalam jiwanya atau
jelaslah bahwa guru bimbingan dan konseling berbeda dengan guru mata
pelajaran lainnya. Perbedaan ini terlihat dari bidang pelajaran yang diberikan.
pelajaran tententu dan focus hanya kepada 1 bidang pelajaran itu saja, maka
tidak dengan guru bimbingan dan konseling mempunyai tanggung jawab yang
inti yang harus dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling / konselor.
berikut :
a. Kompetensi Paedagogik
1) Mengetahui teori dan praktis pendidikan
Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan
proses pembelajaran.
Menguasai landasan budaya dalam praktis pendidikan.
2) Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta
perilaku konseli
Mengaplikasikan kaidah-kaidah perilaku manusia,
perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan
Mengaplikasikan kaidah-kaidah kepribadian, individualitas
dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran
pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan
Mengaplikasikan kaidah-kaidah keberbakatan terhadap
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan
Mengaplikasikan kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya
pendidikan
3) Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur,
jenis dan jenjang satuan pendidikan
Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan
jalur pendidikan formal, nonformal dan informal
Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan
jenis pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus
Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan
jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah, serta
tinggi.
b. Kompetensi Keperibadian
4) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa
Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan
toleran terhadap pemeluk agama lain
Berahklak mulia dan berbudi pekerti luhur
5) Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
individualitas dan kebebasan memilih
Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang
manusia sebagai mahkluk spiritual, bermoral, sosial,
individual dan berpotensi
Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu
pada umumnya dan konseli pada khususnya
Menjunjung tinggi berkat dan martabat manusia sesuai
dengan hak asasinya
Toleran terhadap permasalahan konseli
Bersikap demokratis
6) Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat
Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti
beribawa, jujur, sabra, ramah dan konsisten)
Menampilkan emosi yang stabil
Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan
perubahan
Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang
menghadapi stress dan frustasi
7) Menampilkan kinerja berkualitas tinggi
Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan
produktif
Bersemangat, berdisiplin dan mandiri
Berpernampilan menarik dan menyenangkan
Berkomunikasi secara efektif
c. Kompetensi Sosial
8) Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja
Memahami dasar, tujuan, organisasi dan pihak-pihak lain
(guru, wali kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite
sekolah/madrasah) di tempat bekerja
Mengkomunikasikan dasar, tujuan dan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain ditempat
bekerja
Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat
bekerja (seperti guru, orangtua, tenaga administrasi)
9) Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan
konseling
Memahami dasar, tujuan dan AD/ART organisasi profesi
bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan
profesi
Menaati kode etik profesi bimbingan dan konseling
Aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling
untuk pengembangan diri dan profesi
10) Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi
Mengkomunikasikan aspek-aspek professional bimbingan
dan konseling kepada organisasi profesi lain.
Memahami peran organisasi profesi lain dan
memanfaatkannya untuk suksesnya pelayanan bimbingan
dan konseling
Bekerja dalam tim bersama tenaga profesional dan profesi
lain
Melaksanakan referral kepada ahli profesi lain sesuai
dengan keperluan
d. Kompetensi Profesional
11) Menguasai konsep dan praktis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan dan masalah konseli
Menguasai hakikat asesmen
Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan
pelayanan bimbingan dan konseling
Menyusun dan mengembangkan instrument asesmen untuk
keperluan bimbingan dan konseling
Mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan
masalah-masalah konseli
Memilih dan mengadministasikan teknik asesmen
mengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan
pribadi konseli
Memilih dan mengadministrasikan instrument untuk
mengungkapkan kondisi actual konseli berkaitan dengan
lingkungan
Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam
pelayanan bimbingan dan konseling
Menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan
dan konseling dengan tepat
Menampilkan tanggung jawab professional dalam praktik
asesmen
12) Menguasai kerangka teoritik dan praktis bimbingan dan konseling
Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan
konseling
Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling
Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan
konseling
Mengaplikasikan pendekatan/ model/ jenis pelayanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
Mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan
bimbingan dan konseling
13) Merancang program Bimbingan dan Konseling
Menganalisis kebutuhan konseli
Menyusun program bimbingan dan konseling yang
berkelanjutn berdasar kebutuhan peserta didik secara
komperhensif dengan pendekatan perkembangan
Menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan
konseling
Merencanakan saranan dan biaya penyelenggaraan
program bimbingan dan konseling
14) Menguasai konsep dan praktis penelitian dalam bimbingan dan
konseling
Memahami berbagai jenis dan metode penelitian
Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling
Melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling
Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan
konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan
bimbingan dan konseling.
konseling dituntut mempunyai sifat-sifat dan kepribadian yang lebih baik dan
berbeda dari individu yang lainnya. Seorang guru bimbingan dan konseling
oleh pengetahuan secara teori dan praktik. Sikap bijaksana sangat diperlukan
bagi seorang guru bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik
didiknya adalah remaja. Masa remaja disebut masa dengan masa peralihan.
Dimana dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan
terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, dalam hal ini remaja
Hal-hal yang telah dijelaskan di atas, dapat menjadi salah satu penyebab
PGRI 16, Jakarta Timur yang telah penulis jelaskan pada bagian latar belakang
penelitian ini.
maka guru bimbingan dan konseling harus menjalankan tugas dan tanggung
Jiwa sosial dan dedikatif amat diperlukan oleh guru bimbingan dan
8. Kesehatan Mental
ketenangan hidup.
2006:9)sebagai berikut :
secara baik dan mampu mengontrol emosi serta dirinya dalam suatu
berikut :
a. Aspek Fisik
1) Perkembangannya normal
2) Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya
3) Sehat, tidak sakit-sakitan
b. Aspek Psikis
1) Respek terhadap diri sendiri dan orang lain
2) Memiliki rasa humor
3) Memiliki respon emosional yang wajar
4) Mampu berpikir realistik dan objektif
5) Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis
6) Bersikap lreatif dan inovatif
7) Bersifat terbuka dan fleksibel
8) Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan
pendapat dan bertindak.
c. Sosial
1) Memiliki perasaan dan rasa kasih saying (affection)
terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan
pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan
pertolongan
2) Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat,
penuh cinta kasih dan persahabatan
3) Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang
kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku
atau warna kulit
d. Moral – Religius
1) Beriman kepada Tuhan, dan taat mengamalkan ajaran-
Nya
2) Jujur, amanah (bertanggung jawab) dan ikhlas dan
beramal
ideal, atau meerupakan standar yang relatif sangat tinggi, dan seorang yang
normal pun tidak akan bisa diharapkan memenuhi secara mutlak, kriteria
tadi. Sebab, setiap individu pasti punya kekurangan dan kelemahan dalam
anggap sebagai tanda kesehatan sebab cinta menunjukkan diri positif. Cinta
mendorong individu untuk berdamai, rukun, saling kasih mengasihi dan
Jika dilihat dari pendapat para ahli yang dijelaskan diatas, nampak
saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Tetapi penulis memilih
pendapat dari Abdul Mujib dan Jusuf Mudakir Karena adanya rasa cinta di
dan saling menghormati. Sehingga tidak ada rasa dendam ataupun iri hati
yang mampu memenuhi tugas dinyatakan dalam tiga tugas hidup yaitu: (a)
merupakan tugas hidup pertama, paling utama, dan menjadi titik sentral
makna dan tujuan hidup, optimism, antisipasi masa depan dan nilai-nilai
mengatur diri sendiri agar mampu hidup secara baik dan sehat. Tugas
(6) nutrisi, (7) olahraga, (8) pemeliharaan diri, (9) manajemen stress, (10)
satu dengan yang lain atas dasar keakraban dan saling pengertian hasil dari
maupun non-material.
berikut :
1. Neurasthenia
Penyakit neurasthenia adalah penyakit payah. Orang yang
diserang akan merasa antara lain : seluruh bada letih, tidak
bersemangat , lekas merasa payah, walaupun sedikit tenaga
yang dikeluarkan. Penyebab penyakit ini antara lain: karena
terlalu sering melakukan onami (masturbasi), terlalu lama
menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan, terlalu
banyak mengalami kegagalan hidup.
2. Hysteria
Histeria terjadi akibat ketidakmampuan seseorang
menghadapi kesukaran-kesukaran, tekanan perasaan,
kegelisahan, kecemasan dan pertentangan batin.
Macam-macam hysteria :
a. Lumpuh hysteria yaitu kelumpuhan salah satu anggota
fisik. Penyebab hysteria ini adalah adanya tekanan
pertentangan batin yang tidak dapat diatasi.
b. Cramp hysteria yaitu cramp yang terjadi pada sebagian
anggota fisik. Penyebab dari hysteria ini adanya tekanan
perasaan, kegelisahan, kecemasan yang dirasakan akibat
kebosanan menghadapi pekerjaan-pekerjaannya.
c. Kejang hysteria yaitu badan keseluruhannya menjadi
kaku, tidak sadar akan diri, kadang-kadang sangat keras
disertai dengan teriakan-teriakan dan keluhan-keluhan
tetapi air mata tidak keluar. Penyebabnya adalah emosi
sangat tertekan, seperti tersinggung, sedih dan rasa
penyesalan.
3. Psychastenia
Psychastenia adalah semacam gangguan jiwa yang bersifat
paksaan yang berarti kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap
dalam keadaan integrase yang normal. Gejala-gejala penyakit
ini adalah :
a. Phobia yaitu rasa takut yang tidak masuk akal dan
menyebakan penderitanya sangat merasa cemas.
b. Obsesi yaitu gejala gangguan jiwa, dimana si penderita
dikuasai oleh pikiran yang tidak bias dihindari.
c. Kompulsi yaitu gangguan jiwa yang menyebabkan
melakukan sesuatu, baik masuk akal ataupun tindakan
itu tidak dilakukannya, maka si penderita akan merasa
gelisah dan cemas. Kegelisahan dan kecemasan itu baru
hilang apabila tindakan itu dilakukan.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa yang dapat berkontribusi terhadap tingkat kesehatan
sebagai berikut :
1. Faktor biologis
Berbagai penelitian telah memberikan kesimpulan bahwa
faktor biologis memberikan kontribusi besar bagi kesehatan
mental. Beberapa aspek biologis yang secara langsung
berpengaruh terhadap kesehatan mental, diantaranya : otak,
system endokrin, genetik sensori, kondisi ibu hamil.
2. Faktor ibu
Selama masa kehamilan secara bermakna mempengaruhi
kesehatan mental anak. Selama berada dalam kadungan,
kesehatan janin dintentukan oleh kondisi ibu. Faktor-faktor
ibu yang turut mempengaruhi kesehata mental anakanya
adalah : usia, nutrisi, radiasi, obat-obatan, penyakit yang di
derita, stress dan komplikasi.
3. Aspek psikis
Manusia merupakan suatu kesatuan dengan system biologis.
Sebagai sub system dari eksistensi manusia, maka aspek
psikis selalu berinteraksi dengan keseluruhan aspek
kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat
dipisahkan dari aspek yang lain dalam kehidupan manusia.
4. Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental
seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi
yaitu orang yang mengeksploitasi dan mewujudkan segenap
kemampuan, bakat, ketrampilannya sepenuhnya, akan
mencapai pada tingkat apa yang disebut dengan tingkat
pengalaman.
5. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap
kesehatan mental. Lingkungan sosial tertentu dapat menopang
bagi kuatnya kesehatan mental sehingga membentuk
kesehatan mental yang positif dan sebaliknya aspek lain
kehidupan sosial itu dapat pula menjadi penyebab yang
mengganggu kesehatan mental.
6. Interaksi manusia dengan lingkungan
Interaksi manusia dengan lingkungan berhubungan dengan
kesehatannya. Kondisi lingkungan yang sehat akan
mendukung kesehatan manusia itu sendiri, dan sebaliknya
kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat mengganggu
kesehatannya termasuk dalam konteks kesehatan mentalnya.
yang akan dating tercapai dengan baik, yaitu dengan selalui berusaha
sebagai berikut :
lingkungannya
dengan penelitian yang dilakukan tentang efektivitas guru bimbingan dan konseling
dalam membina kesehatan mental siswa di SMK PGRI 16 Cipayung, Jakarta Timur,
siswa disekolah.
Tawuran Antar Pelajar Vol.4 No.6 2013 Shudra Elhemil menjelaskan bahwa
konseling dan guru mata pelajaran dapat mencegah tawuran di SMK Negeri
baik. Upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dan guru
3. Dalam jurnal Bimbingan dan Konseling dengan Upaya Guru Bimbingan dan
hal tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil yang diperoleh
memiliki peran dalam membina kesehatan mental siswa. Dan peneliti ingin
Timur”
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu variable bebas dan variable
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Guru Bimbingan dan Konseling,
sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kesehatan Mental Siswa. Guru
yaitu, memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik. Dapat
dikatakan guru bimbingan dan konseling sangat berpengaruh dan mempunyai peran
dalam membina kesehatan mental siswa di sekolah. Guru bimbingan dan konseling
juga harus tetap membina kesehatan mental siswa yang sehat dan mental siswa yang
tidak sehat agar setelah dilakukan pembinaan dengan menggunakan jenis layanan dan
bimbingan dalam bimbingan dan konseling seluruh mental siswa dapat dikatakan
sehat.
Membina Kesehatan
Mental Siswa di Sekolah
ini adalah mengumpulkan data dan informasi tentang fenomena dan kondisi
yang erat hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Pendekatan ini
akan lebih lengkap, lebih mendalam dan bermakna sehingga tujuan penelitian
ada yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.
C. Teknik Penelitian
tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan teknis analisis data.
1. Tahap Persiapan
tidak.
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Analisis
D. Subjek Penelitian
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
“sempel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
E. Instrumen Penelitian
wawancara.
1. Observasi
yaitu :
2. Wawancara
masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua
(2013:160)
ditanyakan.
1) Siswa
Tabel 3.1
Tabel 3.2
No lembar
No Variabel Indikator
wawancara
1 Pengetahuan Terhadap a. Waktu Mengajar 1
Sekolah
b. Pengetahuan terhadap
Sekolah dan Kegiatan 4, 6
Sekolah
Pendidikan Guru a. Latar Belakang
2 Bimbingan dan 2, 3
Pendidikan
Konseling
Pembinaan Kesehatan d. Pembinaan Kesehatan 7, 8, 9, 10, 11, 12,
3
Mental Siswa Mental Siswa 15
e. Evaluasi 5, 13
3) Kepala Sekolah
Tabel 3.3
No Lembar
No Variabel Indikator
Wawancara
Pemahaman terhadap
Sekolah dan Guru a. Pemahaman Struktur
1 1
Bimbingan dan Organisasi Sekolah
Konseling
b. Kualifikasi Guru 2
Bimbingan dan Konseling
Layanan Guru
a. Pelaksanaan Layanan
2 Bimbingan dan 3, 6, 8
Bimbingan dan Konseling
Konseling
b. Peran Guru Bimbingan 4, 5, 7, 9, 10
dan Konseling
informan atau dokumen dan materi visual yang dapat menjawab pertanyaan
serta aktivitas subjek penelitian tersebut. Selain itu, peneliti juga perlu
mempersiapkan pedoman wawancara ketika mengajukan pertanyaan dan
juga perlu memberikan komentar tentang nilai dan reliabilitas sumber yang
sebagai berikut :
penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti. Maka di dalam penelitian ini,
teknik analisa data yang peneliti lakukan yaitu “setelah data terkumpul
berikut :
1. Angket (Kuisoner)
berikut :
FJ
P= N
X 100 %
Keterangan :
2. Observasi
Data yang diperoleh melalui observasi daftar ceklist yang telah dilakukan
sejenis yang Ya dan Tidak kedalam tabulasi (tabel 1) dan kemudian data
f
P = N x 100 %
Keterangan :
n = Jumlah aitem
N =nxK
3. Wawancara
Hasil angket dan observasi juga akan diperkuat dengan hasil wawancara
yang telah dilakukan peneliti kepada kepala sekolah dan guru bimbingan
Abdul Muzib dan Jusuf Mudzakir. (2002). Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Dewa Ketut Sukardi. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Hidayat, Rahmat Dede dan Herdi. 2013. Bimbingan dan konseling Kesehatan Mental
di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prayitno dan Erman. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. jakarta: Rineka
Cipta.
Sangadji dan Erta. (2010). Metode Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian.
Yogyakarta: ANDI.
Semiun Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Zakiah Daradjat. (2001). Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.