ETIKA PENDIDIKAN
PERILAKU MENYONTEK
Dosen Pengampu:
Drs. Petrus Priyoyuwono M.Hum.
Disusun Oleh:
Amellia Febby Noer (17104241030)
Oktolita Elsanadia (17104241032)
Andri Fitra Hermawan (17104241033)
Erwida Maharani Putri (17104241035)
Cut Munika Bastia R. (17104241037)
1|Page
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rezeki-Nya kepada kami
berupa kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir ini membuat penulis mampu
menulis sebuah karya tertulis berupa makalah yang mengangkat tentang bab
mencontek. Rasa syukur penulis ucapkan atas terselesaikannya karya ini . Tidak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan karya ini.
Semoga Allah memberikan ganti yang lebih baik dan melipat gandakan
pahala. Sungguh karya ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis harapkan
masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak guna menjadikan karya
tertulis berupa makalah ini lebih baik lagi. Semoga tulisan ini dapat memberikan
kebermanfaatan bagi kita semua dan menjadi sumbangan pemikiran untuk
perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menyontek merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak
sah untuk tujuan sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau
menghindari kegagalan akademis (Bower, 1967). Dampak menyontek menurut
penelitian Jayanti (2014) menyatakan bahwa perilaku menyontek akan
menghambat siswa untuk terbuka dengan model pembelajaran yang
menyebabkan akan muncul perilaku tidak yakin, tidak disiplin, tidak
bertanggung jawab, tidak mau membaca buku pelajaran tetapi rajin membuat
catatan-catatan kecil.
Menyontek adalah salah satu fenomena pendidikan yang sering dan
bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari–hari
tetapi jarang mendapat pembahasan dalam wacana pendidikan di Indonesia.
Kurangnya pembahasan mengenai menyontek mungkin disebabkan karena
kebanyakan pakar menganggap persoalan ini sebagai sesuatu yang sifatnya
sepele, padahal masalah menyontek sesungguhnya merupakan sesuatu yang
sangat mendasar. Masalah menyontek semakin canggih lagi, karena ada istilah
“ngakal tetapi berakal, menyontek pakai otak”. Maksudnya menyontek tidak
sama dengan menyalin pelajaran, ambil intinya saja, atau menggunakan kata-
kata lain yang maksudnya sama dengan yang ada di buku dan jawaban teman.
Dalam konteks kehidupan bangsa saat ini, tidak jarang kita mendengar
asumsi dari masyarakat yang menyatakan bahwa koruptor-koruptor besar,
mungkin adalah penyontek-penyontek berat ketika mereka masih berada di
bangku sekolah. Mereka yang terbiasa menyontek di sekolah, memiliki potensi
untuk menjadi koruptor, penipu, dan penjahat krah putih dalam masyarakat
nanti. Ada banyak alasan yang membuat siswa melakukan tindakan menyontek
diantaranya: takut mendapatkan nilai jelek, takut dimarahi orang tua, tidak
memahami materi yang diajarkan oleh guru dan lain sebagainya
3|Page
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Perilaku Menyontek” adalah:
1. Apakah Pengertian perilaku menyontek?
2. Bagaimana gejala dan bentuk menyontek itu?
3. Bagaimana menyontek bisa terjadi?
4. Apa dampak yang terjadi pada orang yang menyontek?
5. Bagaimana upaya penanggulangan perilaku menyontek?
4|Page
BAB II
PEMBAHASAN
B. BENTUK-BENTUK MENYONTEK
Hetherington & Feldman (dalam Hartanto, 2012) mencoba mengelompokkan
empat bentuk menyontek, yaitu:
5|Page
a. Individual-opportunistic, dapat diartikan sebagai perilaku siswa mengganti
suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan
menggunakan catatan ketika guru keluar dari kelas. Individu memanfaatkan
kesempatan yang ada untuk melihat ataupun mengganti jawaban dengan
menggunakan catatan ataupun bertanya kepada orang lain.
b. Independent-planned, dapat diidentifikasi menggunakan catatan ketika tes
atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap maupun
dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsungnya
ujian. Dalam hal ini siswa telah merencanakan untuk menggunakan media
berupa catatan, buku atau handphone agar bisa digunakan saat ujian
berlangsung.
c. Social-active, adalah perilaku menyontek siswa dengan menyalin, melihat
atau meminta jawaban dari orang lain. Siswa melakukan perilaku tersebut
dengan cara berbisik, menggunakan kode, melihat 15 lembar jawaban orang
lain maupun melakukan chat (sms, whatsapp, bbm) dengan sesama teman.
d. Social-passive, adalah mengizinkan orang lain untuk melihat atau menyalin
jawabannya. Siswa membiarkan orang lain meniru jawaban yang sudah
dikerjakan. Fishbien & Ajzen (dalam Nurmayasari & Murusdi, 2015)
mengemukakan bahwa aspek menyontek dapat diperoleh dari bentuk
perilaku seseorang.
6|Page
menyontek objek yang menjadi sasaran perilaku dapat berupa catatan
jawaban, buku, telepon genggam, kalkulator maupun teman.
3. Situasi (situation) Situasi yang mendukung untuk dilakukannya suatu
perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan). Situasi
dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya perilaku. Pada konteks
menyontek perilaku tersebut dapat muncul jika siswa merasa berada dalam
situasi terdesak, misalnya: diadakan pelaksanaan ujian secara mendadak,
materi ujian terlalu banyak atau adanya beberapa ujian yang
diselenggarakan pada hari yang sama sehingga siswa merasa kurang
memiliki waktu untuk belajar. Situasi lain yang mendorong siswa untuk
menyontek adalah jika siswa merasa perilakunya tidak akan ketahuan,
meskipun ketahuan hukuman yang diterima tidak akan terlalu berat.
4. Waktu (time) terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu
periode atau tidak terbatas dalam satu periode, misalnya: waktu yang
spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam tertentu), periode tertentu (bulan
tertentu) dan waktu yang tidak terbatas (waktu yang akan datang).
7|Page
C. FAKTOR PENYEBAB SESEORANG MENYONTEK
Faktor yang menjadi penyebab munculnya tindakan menyontek dari luar
diri peserta didik ialah sikap malas yang terukir dalam dirinya sehingga
ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab,
sehingga mengakibatkan akhlak yang buruk diantaranya khianat, melanggar
hak, bohong, dan menipu. Hal ini disebabkan karena pendidikan moral baik di
rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan peserta didik.
Sejalan dengan pendapat Syah ( 2003:145) bahwa lingkungan sosial sekolah
seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang peserta didik.
Para guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar,
misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi dorong yang positif
bagi kegiatan belajar peserta didik. Selanjutnya lingkungan sosial yang lebih
banyak mempengaruhi kegiatan ialah orang tua dan keluarga peserta didik itu
sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi
dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai
oleh peserta didik. Dan kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak,
dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini bukan saja anak
tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang,
terutama perilaku menyimpang yang berat.
8|Page
saat ulangan harian matematika dengan cara menggunakan kalkulator saat
ulangan agar dapat mempermudah cara berhitung dan mudah mendapatkan
jawabannya. Perilaku menyontek yang dilakukan peserta didik saat ulangan
atau ujian, dapat mengikis kepribadian positif di dalam diri peserta didik,
menzalimi temannya sendiri, dan akan mengalami kerugian terhadap dirinya,
menyontek bisa mendapatkan nilai yang tinggi akan tetapi mengalami kesulitan
saat belajarnya dan kemungkinan tidak memahami soal-soal saat ulangan hal
ini disebabkan perilaku menyontek merupakan tindakan curang yang
mengabaikan kejujuran, mengabaikan usaha optimal seperti belajar tekun
sebelum ujian, serta mengikis kepercayaan diri peserta didik.
Banyak cara yang dilakukan peserta didik untuk menyontek saat ulangan
salah satunya adalah kerja sama dengan temannya, bawa kalkulator saat
ulangan matematika, bertanya kepada teman sebelahnya dan banyak cara yang
dilakukan oleh peserta didik agar bisa mendapatkan ketuntasan nilai. Maka dari
itu peserta didik tidak percaya diri terhadap potensi yang dimilikinya dan
mengambil salah satu cara ketidak jujuran. Peserta didik menganggap
menyontek merupakan cara yang bisa membantu nilainya untuk mencapai
ketuntasan. Sejalan dengan pendapat Eric, dkk ( dalam Hartanto, 2012) bahwa
keinginan memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara efisien keinginan
untuk memperoleh hasil yang baik terkadang tidak disertai dengan kemauan
berusaha, karena itu sering muncul keinginan untuk mendapat hasil dengan
cara yang singkat dan mudah yaitu dengan cara menyontek.
9|Page
Sejumlah foto berisi soal Matematika yang diujikan dalam UNBK beredar
melalui Line Square di media sosial, Selasa (24/4). Gambar soal UNBK tersebut
diambil dengan menggunakan telepon genggam yang dibawa siswa ke dalam ruang
ujian.
Auditor Utama Inspektorar Jenderal (Itjen) Kemdikbud, Fuad Wiyono,
mengatakan hasil investigasi menunjukkan adanya kesengajaan dari pihak pengawas
untuk melonggarkan pengawasan di dalam ruang ujian, sehingga siswa dengan leluasa
dapat membawa handphone ke dalam ruang ujian.
“Saya tidak habis pikir pada pengawas-pengawas itu, jadi modusnya sama, siswa
bawa handphone dua. Satu handphone dikumpulkan, satunya lagi dibawa masuk,”
sebut Fuad.
Kecurangan ini sangat disesalkan, meski secara teknis dapat dilokalisir karena
menggunakan variasi soal yang beragam. Sebab, kecurangan terjadi di tengah semua
pihak, terutama Kemdikbud, begitu gencar untuk menggaungkan pelaksanaan UN
yang berintegritas dan jujur.
“Di saat kita sedang menegakkan integritas, apa artinya prestasi hebat tapi
integritas jatuh. Ternyata sudah dibuat UNBK, kecurangannya juga makin canggih,”
jelas Fuad.
Fuad mengatakan, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan Pusat Penilaian
Pendidikan (Puspendik), Posko UN, dan para tim di lapangan untuk menginvestigasi
kecurangan ini. Ia mengungkapkan, kecurangan yang berupa memfoto dan
menyebarkan soal ujian ini sudah terjadi sejak Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis komputer di Bandung, beberapa waktu lalu.
Kemudian, kecurangan berulang pada pelaksanaan UNBK di jenjang SMK dua
pekan lalu. “Lalu pagi tadi (Selasa) terjadi lagi,” sesal Fuad.
Dengan menyusuri jejak digital, tim investigasi itjen berhasil menemukan siswa
yang memfoto dan mengunggah foto soal tersebut ke grup di Line Square. “Akhirnya,
siswa yang melakukan itu mengaku, menangis, dan minta maaf,” ujar Fuad.
Soal-soal UNBK juga beredar melalui majalah Provoks. Majalah itu merupakan
majalah langganan anak-anak sekolah. “Ada tim khusus, kami sedang melacak kira-
kira bobolnya di mana, apakah bimbel atau saat naskah dibuat (untuk USBN),”
terangnya.
Fuad mengimbau siswa agar jangan nekat mengulangi kecurangan serupa. Sebab
jika sampai kedapatan curang, maka hasil UNBK siswa akan diblok dan siswa harus
mengulang lagi.
10 | P a g e
“Pengawas dan kepala ekolah yang membiarkan, sanksinya harus lebih berat dua
kali lipat dari itu karena memberi kelonggaran,” tegas Fuad.
11 | P a g e
5. Memberikan sanksi yang setimpal dengan kecurangan yang dilakukan siswa.
Dengan memberikan sanksi yang setimpal diharapkan dapat menekan
kebiasaan menyontek pada siswa. Namun sanksi yang diberikan diusahakan
berdampak positif, yang mengarahkan siswa untuk sadar akan kesalahannya.
6. Perbarui Teknologi
Pada zaman sekarang hampir semua tes menggunakan sistem online yakni
dengan komputer maka pembaruan teknologi diperlukan supaya soal tidak
bocor dan membuat siswa jadi tertarik untuk menyontek ,pemerhati
pendidikan dari Eduspecs Indonesia, Indra Charismiadjipun turut
menyarankan agar teknologi UNBK maupun jenis tes lain yang
diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) di-
tingkatkan. Sebab, saat ini masih menggunakan teknologi lama yakni masih
pakai server kabel dan harus segera diganti menjadi server nirkabel
atau wireless yang lebih efektif dan efesien.
12 | P a g e
BAB IV
PENUTUPAN
KESIMPULAN
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
14 | P a g e