Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA PENDIDIKAN

PERILAKU MENYONTEK

Dosen Pengampu:
Drs. Petrus Priyoyuwono M.Hum.

Disusun Oleh:
Amellia Febby Noer (17104241030)
Oktolita Elsanadia (17104241032)
Andri Fitra Hermawan (17104241033)
Erwida Maharani Putri (17104241035)
Cut Munika Bastia R. (17104241037)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

1|Page
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rezeki-Nya kepada kami
berupa kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir ini membuat penulis mampu
menulis sebuah karya tertulis berupa makalah yang mengangkat tentang bab
mencontek. Rasa syukur penulis ucapkan atas terselesaikannya karya ini . Tidak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan karya ini.

1. Dosen Pengampu Mata Kuliah Etika Pendidikan


2. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan dorongan untuk terus
berkarya
3. Teman teman tercinta yang selalu semangat dalam memotivasi dan
berkarya.

Semoga Allah memberikan ganti yang lebih baik dan melipat gandakan
pahala. Sungguh karya ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis harapkan
masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak guna menjadikan karya
tertulis berupa makalah ini lebih baik lagi. Semoga tulisan ini dapat memberikan
kebermanfaatan bagi kita semua dan menjadi sumbangan pemikiran untuk
perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 01 April 2019

Penulis

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menyontek merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak
sah untuk tujuan sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau
menghindari kegagalan akademis (Bower, 1967). Dampak menyontek menurut
penelitian Jayanti (2014) menyatakan bahwa perilaku menyontek akan
menghambat siswa untuk terbuka dengan model pembelajaran yang
menyebabkan akan muncul perilaku tidak yakin, tidak disiplin, tidak
bertanggung jawab, tidak mau membaca buku pelajaran tetapi rajin membuat
catatan-catatan kecil.
Menyontek adalah salah satu fenomena pendidikan yang sering dan
bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari–hari
tetapi jarang mendapat pembahasan dalam wacana pendidikan di Indonesia.
Kurangnya pembahasan mengenai menyontek mungkin disebabkan karena
kebanyakan pakar menganggap persoalan ini sebagai sesuatu yang sifatnya
sepele, padahal masalah menyontek sesungguhnya merupakan sesuatu yang
sangat mendasar. Masalah menyontek semakin canggih lagi, karena ada istilah
“ngakal tetapi berakal, menyontek pakai otak”. Maksudnya menyontek tidak
sama dengan menyalin pelajaran, ambil intinya saja, atau menggunakan kata-
kata lain yang maksudnya sama dengan yang ada di buku dan jawaban teman.
Dalam konteks kehidupan bangsa saat ini, tidak jarang kita mendengar
asumsi dari masyarakat yang menyatakan bahwa koruptor-koruptor besar,
mungkin adalah penyontek-penyontek berat ketika mereka masih berada di
bangku sekolah. Mereka yang terbiasa menyontek di sekolah, memiliki potensi
untuk menjadi koruptor, penipu, dan penjahat krah putih dalam masyarakat
nanti. Ada banyak alasan yang membuat siswa melakukan tindakan menyontek
diantaranya: takut mendapatkan nilai jelek, takut dimarahi orang tua, tidak
memahami materi yang diajarkan oleh guru dan lain sebagainya

3|Page
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Perilaku Menyontek” adalah:
1. Apakah Pengertian perilaku menyontek?
2. Bagaimana gejala dan bentuk menyontek itu?
3. Bagaimana menyontek bisa terjadi?
4. Apa dampak yang terjadi pada orang yang menyontek?
5. Bagaimana upaya penanggulangan perilaku menyontek?

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari makalah yang berjudul “Perilaku Menyontek” adalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian perilaku menyontek
2. Untuk menjelaskan gejala dan bentuk menyontek
3. Untuk mengetahui faktor penyebab seseorang menyontek
4. Untuk memaparkan dampak yang terjadi pada orang yang menyontek
5. Untuk mengetahi upaya penanggulangan perilaku menyotek

4|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERILAKU MENYONTEK


Perilaku menyontek secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
penipuan atau melakukan perbuatan tidak jujur (Webster’s New World, dkk.,
dalam Hartanto, 2012). Indarto & Masrun (dalam Agustin dkk., 2013)
mendefinisikan menyontek sebagai perbuatan curang, tidak jujur, dan tidak
legal dalam mendapatkan jawaban pada saat tes. Purwadarminta (dalam
Purwono, 2014) menyatakan bahwa perilaku menyontek adalah mencontoh,
meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.
Menurut Alhadza (dalam Musslifah, 2015) perilaku menyontek atau cheating
adalah suatu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang yang merupakan
hasil belajar dari interaksi dengan lingkungannya.
Kemudian definisi yang lebih terperinci menurut Cizek (dalam Anderman
& Murdock, 2007) bahwa perilaku menyontek yaitu memberikan,
menggunakan ataupun menerima segala informasi, menggunakan materi yang
dilarang digunakan dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur ataupun
suatu proses untuk mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-
tugas akademik.
Laseti (dalam Kushartanti, 2009) mengemukakan menyontek adalah suatu
tindakan memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan suatu yang terbaik
walau dirinya tidak mampu. 14 Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti
menarik kesimpulan bahwa perilaku menyontek yaitu memberikan,
menggunakan ataupun menerima segala informasi, menggunakan materi yang
dilarang digunakan dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur ataupun
suatu proses untuk mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-
tugas akademik.

B. BENTUK-BENTUK MENYONTEK
Hetherington & Feldman (dalam Hartanto, 2012) mencoba mengelompokkan
empat bentuk menyontek, yaitu:

5|Page
a. Individual-opportunistic, dapat diartikan sebagai perilaku siswa mengganti
suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan
menggunakan catatan ketika guru keluar dari kelas. Individu memanfaatkan
kesempatan yang ada untuk melihat ataupun mengganti jawaban dengan
menggunakan catatan ataupun bertanya kepada orang lain.
b. Independent-planned, dapat diidentifikasi menggunakan catatan ketika tes
atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap maupun
dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsungnya
ujian. Dalam hal ini siswa telah merencanakan untuk menggunakan media
berupa catatan, buku atau handphone agar bisa digunakan saat ujian
berlangsung.
c. Social-active, adalah perilaku menyontek siswa dengan menyalin, melihat
atau meminta jawaban dari orang lain. Siswa melakukan perilaku tersebut
dengan cara berbisik, menggunakan kode, melihat 15 lembar jawaban orang
lain maupun melakukan chat (sms, whatsapp, bbm) dengan sesama teman.
d. Social-passive, adalah mengizinkan orang lain untuk melihat atau menyalin
jawabannya. Siswa membiarkan orang lain meniru jawaban yang sudah
dikerjakan. Fishbien & Ajzen (dalam Nurmayasari & Murusdi, 2015)
mengemukakan bahwa aspek menyontek dapat diperoleh dari bentuk
perilaku seseorang.

Terdapat empat aspek perilaku menyontek sebagai berikut:

1. Perilaku (behavior) Pada konteks menyontek, perilaku spesifik yang akan


diwujudkan merupakan bentuk-bentuk perilaku menyontek yaitu
menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian atau ulangan, mencontoh
jawaban siswa lain, memberikan jawaban yang telah selesai kepada siswa
lain dan mengelak dari aturan-aturan.
2. Sasaran (target) Objek yang menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat
digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu orang tertentu atau objek tertentu
(particular object), sekelompok orang atau sekelompok objek (a class of
object) dan orang atau objek pada umumnya (any object). Pada konteks

6|Page
menyontek objek yang menjadi sasaran perilaku dapat berupa catatan
jawaban, buku, telepon genggam, kalkulator maupun teman.
3. Situasi (situation) Situasi yang mendukung untuk dilakukannya suatu
perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan). Situasi
dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya perilaku. Pada konteks
menyontek perilaku tersebut dapat muncul jika siswa merasa berada dalam
situasi terdesak, misalnya: diadakan pelaksanaan ujian secara mendadak,
materi ujian terlalu banyak atau adanya beberapa ujian yang
diselenggarakan pada hari yang sama sehingga siswa merasa kurang
memiliki waktu untuk belajar. Situasi lain yang mendorong siswa untuk
menyontek adalah jika siswa merasa perilakunya tidak akan ketahuan,
meskipun ketahuan hukuman yang diterima tidak akan terlalu berat.
4. Waktu (time) terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu
periode atau tidak terbatas dalam satu periode, misalnya: waktu yang
spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam tertentu), periode tertentu (bulan
tertentu) dan waktu yang tidak terbatas (waktu yang akan datang).

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, disimpulkan bahwa


bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Hetherington & Feldman (dalam
Hartanto, 2012) adalah individual-opportunistic, Independent-planned,
Socialactive, Social-passive, kemudian aspek-aspek perilaku menyontek
menurut Fishbien dan Ajzen (dalam Nurmayasari & Murusdi, 2015) adalah
Perilaku (behavior), Sasaran (target), Situasi (situation) dan Waktu (time).
Dalam 17 penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk-bentuk menurut
Hetherington & Feldman (dalam Hartanto, 2012) yaitu: individual-
opportunistic, independentplanned, social-active dan social-passive karena
definisi setiap bentuk memiliki penjelasan lebih operasional jika dibandingkan
dengan teori Fishbien dan Ajzen (dalam Nurmayasari & Murusdi, 2015),
sehingga akan lebih memudahkan peneliti dalam membuat indikator perilaku
yang nantinya akan digunakan sebagai alat ukur.

7|Page
C. FAKTOR PENYEBAB SESEORANG MENYONTEK
Faktor yang menjadi penyebab munculnya tindakan menyontek dari luar
diri peserta didik ialah sikap malas yang terukir dalam dirinya sehingga
ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab,
sehingga mengakibatkan akhlak yang buruk diantaranya khianat, melanggar
hak, bohong, dan menipu. Hal ini disebabkan karena pendidikan moral baik di
rumah maupun di sekolah kurang diterapkan dalam kehidupan peserta didik.
Sejalan dengan pendapat Syah ( 2003:145) bahwa lingkungan sosial sekolah
seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang peserta didik.
Para guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar,
misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi dorong yang positif
bagi kegiatan belajar peserta didik. Selanjutnya lingkungan sosial yang lebih
banyak mempengaruhi kegiatan ialah orang tua dan keluarga peserta didik itu
sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi
dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai
oleh peserta didik. Dan kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak,
dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini bukan saja anak
tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang,
terutama perilaku menyimpang yang berat.

D. DAMPAK YANG TERJADI PADA ORANG YANG MENYONTEK


Hampir setiap orang pernah merasakan sensasi menyontek di saat ujian,
dan ulangan ada pahit, getir, bahkan manis ketika berhasil memperoleh
jawaban yang diinginkan tanpa diketahui pengawas ujian. Menyontek
membutuhkan kreativitas, di zaman yang sudah maju ini orang seringkali
menyalahgunakan teknologi untuk melakukan hal-hal yang negatif yang pada
akhirnya akan mencelakakan dirinya sendiri. Menyontek bisa menggunakan
media cetak dan media elektronik yang akhir-akhir ini meresahkan pengawas.
Perilaku seperti ini hampir sama dilakukan oleh peserta didik yang menyontek

8|Page
saat ulangan harian matematika dengan cara menggunakan kalkulator saat
ulangan agar dapat mempermudah cara berhitung dan mudah mendapatkan
jawabannya. Perilaku menyontek yang dilakukan peserta didik saat ulangan
atau ujian, dapat mengikis kepribadian positif di dalam diri peserta didik,
menzalimi temannya sendiri, dan akan mengalami kerugian terhadap dirinya,
menyontek bisa mendapatkan nilai yang tinggi akan tetapi mengalami kesulitan
saat belajarnya dan kemungkinan tidak memahami soal-soal saat ulangan hal
ini disebabkan perilaku menyontek merupakan tindakan curang yang
mengabaikan kejujuran, mengabaikan usaha optimal seperti belajar tekun
sebelum ujian, serta mengikis kepercayaan diri peserta didik.
Banyak cara yang dilakukan peserta didik untuk menyontek saat ulangan
salah satunya adalah kerja sama dengan temannya, bawa kalkulator saat
ulangan matematika, bertanya kepada teman sebelahnya dan banyak cara yang
dilakukan oleh peserta didik agar bisa mendapatkan ketuntasan nilai. Maka dari
itu peserta didik tidak percaya diri terhadap potensi yang dimilikinya dan
mengambil salah satu cara ketidak jujuran. Peserta didik menganggap
menyontek merupakan cara yang bisa membantu nilainya untuk mencapai
ketuntasan. Sejalan dengan pendapat Eric, dkk ( dalam Hartanto, 2012) bahwa
keinginan memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara efisien keinginan
untuk memperoleh hasil yang baik terkadang tidak disertai dengan kemauan
berusaha, karena itu sering muncul keinginan untuk mendapat hasil dengan
cara yang singkat dan mudah yaitu dengan cara menyontek.

E. CONTOH KASUS MENCONTEK


JAKARTA - Sistem Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) ternyata tidak
luput dari tindak kecurangan. Upaya mewujudkan pelaksanaan ujian nasional yang
berintegritas dan jujur ternyata masih menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh
pemangku kepentingan pendidikan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, menyayangkan masih
adanya perilaku curang dalam pelaksanaan UNBK jenjang SMP 2018. “Itu kejadian
yang sangat disayangkan, sudah ditelusuri jejak elektroniknya. Akan kita ambil
tindakan terhadap siapa saja yang ikut bertanggung jawab,” tegas Muhadjir saat
dihubungi di Jakarta, Selasa (24/4).

9|Page
Sejumlah foto berisi soal Matematika yang diujikan dalam UNBK beredar
melalui Line Square di media sosial, Selasa (24/4). Gambar soal UNBK tersebut
diambil dengan menggunakan telepon genggam yang dibawa siswa ke dalam ruang
ujian.
Auditor Utama Inspektorar Jenderal (Itjen) Kemdikbud, Fuad Wiyono,
mengatakan hasil investigasi menunjukkan adanya kesengajaan dari pihak pengawas
untuk melonggarkan pengawasan di dalam ruang ujian, sehingga siswa dengan leluasa
dapat membawa handphone ke dalam ruang ujian.
“Saya tidak habis pikir pada pengawas-pengawas itu, jadi modusnya sama, siswa
bawa handphone dua. Satu handphone dikumpulkan, satunya lagi dibawa masuk,”
sebut Fuad.
Kecurangan ini sangat disesalkan, meski secara teknis dapat dilokalisir karena
menggunakan variasi soal yang beragam. Sebab, kecurangan terjadi di tengah semua
pihak, terutama Kemdikbud, begitu gencar untuk menggaungkan pelaksanaan UN
yang berintegritas dan jujur.
“Di saat kita sedang menegakkan integritas, apa artinya prestasi hebat tapi
integritas jatuh. Ternyata sudah dibuat UNBK, kecurangannya juga makin canggih,”
jelas Fuad.
Fuad mengatakan, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan Pusat Penilaian
Pendidikan (Puspendik), Posko UN, dan para tim di lapangan untuk menginvestigasi
kecurangan ini. Ia mengungkapkan, kecurangan yang berupa memfoto dan
menyebarkan soal ujian ini sudah terjadi sejak Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis komputer di Bandung, beberapa waktu lalu.
Kemudian, kecurangan berulang pada pelaksanaan UNBK di jenjang SMK dua
pekan lalu. “Lalu pagi tadi (Selasa) terjadi lagi,” sesal Fuad.
Dengan menyusuri jejak digital, tim investigasi itjen berhasil menemukan siswa
yang memfoto dan mengunggah foto soal tersebut ke grup di Line Square. “Akhirnya,
siswa yang melakukan itu mengaku, menangis, dan minta maaf,” ujar Fuad.
Soal-soal UNBK juga beredar melalui majalah Provoks. Majalah itu merupakan
majalah langganan anak-anak sekolah. “Ada tim khusus, kami sedang melacak kira-
kira bobolnya di mana, apakah bimbel atau saat naskah dibuat (untuk USBN),”
terangnya.
Fuad mengimbau siswa agar jangan nekat mengulangi kecurangan serupa. Sebab
jika sampai kedapatan curang, maka hasil UNBK siswa akan diblok dan siswa harus
mengulang lagi.

10 | P a g e
“Pengawas dan kepala ekolah yang membiarkan, sanksinya harus lebih berat dua
kali lipat dari itu karena memberi kelonggaran,” tegas Fuad.

F. UPAYA PENANGGULANGAN PERILAKU MENYONTEK


Berdasarkan contoh kasus yang telah dipaparkan, dapat dilakukan upaya untuk
penanggulangan perilaku menyontek seperti:
1. Meningkatkan ketegasan guru
Guru sebagai factor penentu dalam mengatasi kebiasaan menyontek pada
siswa. Jika ada siswa yang ketahuan menyontek diharapkan seorang guru
akan memberi sanksi yang tegas, sehingga kebiasaan menyontek dapat
diberantas hingga tuntas
2. Menambah wawasan pengetahuan siswa
Penambahasan wawasan siswa dapat dilakukan dengan penambahan
bimbingan belajar (bimbel).Diharapkan dengan bertambanya pengetahuan
siswa, dapat menjadi percaya diri dan yakin dengan kemampuan yang
dimilikinya sehingga dapat mengurangi kebiasaan menyontek pada siswa.
3. Memperbaiki Pandangan Orangtua terhadap Prestasi Akademis
Cara mengatasi anak yang suka mencontek pertama adalah mengubah cara
pandang orangtua karena sebagian besar penyebab utama anak suka
menyontek adalah tuntutan orangtua yang berlebihan terhadap prestasi
akademis.Karena hal ini, anak menjadi tertekan dan berupaya memberikan
yang terbaik bagi orangtuanya meskipun harus menggunakan kecurangan.
4. Memberikan reward/penghargaan
Penghargaan diberikan kepada siswa yang konsisten untuk jujur. Hal ini
dapat memicu semangat siswa untuk berlomba-lomba untuk jujur. Selain
untuk siswa penghargaan juga diberikan kepada pendidik yang konsisten
dalam menerapkan peraturan yang tidak membolehkan siswa untuk
menyontek.Sehinggadengan adanya penghargaan ini diharapkan dapat
mengurangi kebiasaan menyontek pada siswa.

11 | P a g e
5. Memberikan sanksi yang setimpal dengan kecurangan yang dilakukan siswa.
Dengan memberikan sanksi yang setimpal diharapkan dapat menekan
kebiasaan menyontek pada siswa. Namun sanksi yang diberikan diusahakan
berdampak positif, yang mengarahkan siswa untuk sadar akan kesalahannya.
6. Perbarui Teknologi
Pada zaman sekarang hampir semua tes menggunakan sistem online yakni
dengan komputer maka pembaruan teknologi diperlukan supaya soal tidak
bocor dan membuat siswa jadi tertarik untuk menyontek ,pemerhati
pendidikan dari Eduspecs Indonesia, Indra Charismiadjipun turut
menyarankan agar teknologi UNBK maupun jenis tes lain yang
diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) di-
tingkatkan. Sebab, saat ini masih menggunakan teknologi lama yakni masih
pakai server kabel dan harus segera diganti menjadi server nirkabel
atau wireless yang lebih efektif dan efesien.

12 | P a g e
BAB IV
PENUTUPAN

KESIMPULAN

Menyontek adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi mental


seseorang. Ia bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi sesuatu yang lebih
merupakan hasil belajar/pengaruh yang didapatkan seseorang dari hasil interaksi
dengan lingkungannya. Mencegah menyontek tidaklah cukup dengan sekedar
mengintervensi aspek kognitif seseorang, akan tetapi yang paling penting adalah
penciptaan kondisi positif pada setiap faktor yang menjadi sumber terjadinya
menyontek, yaitu pada faktor siswa, pada lingkungan, pada sistem evaluasi dan
pada diri guru. Oleh karena setiap orang berpotensi untuk melakukan menyontek
dan terdapatnya gejala kecenderungan semakin maraknya praktek menyontek di
dunia pendidikan, maka perlu segera dilakukan review atau reformulasi sistem
atau cara pengujian, penyelenggaraan tes yang berlangsung selama ini baik yang
diselenggarakan secara massal oleh suatu badan atau kepanitiaan maupun yang
diselenggarakan secara individual oleh setiap guru.

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2011) Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran.


Bandung : PT. Refika Aditama.
Irawati. (2015). Studi Kasus Perilaku Menyontek Peserta Didik Kelas X MIA 3.
Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Vegawati, Dian., Oki, Dwita.,P.S., Noviani, Dewi, Rina. 2004. Perilaku
Mencontek di Kalangan Mahasiswa

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai