Anda di halaman 1dari 17

STEREOTIP, DESKRIMINASI DAN BULLYING

Nama Anggota Kelompok 3:


1) I Kadek Agus Darma Yasa (03)
2) I Kadek Harysusanta (05)
3) I Kadek Merta Jaya (06)
4) I Kadek Merta Widiana (07)
5) I Putu Urip Adi Pranata (12)
6) I Wayan Widia (13)
7) I Wayan Wisnu Saputra (14)
8) Made Semarabawa Dwi Parsiawan (15)
9) Ni Kadek Karmila (19)
10) Ni Kadek Rismayani (23)
11) Ni Kadek Sinta (24)
12) Ni Made Susilawati (32)

SMA NEGERI 1 BEBANDEM


TAHUN AJARAN 2024
Kata Pengantar

Dengan segala hormatnya, kami menyampaikan kata pengantar ini sebagai


bagian dari makalah yang berjudul "Stereotip, Diskriminasi, dan Bullying."
Dalam era yang dipenuhi dengan keberagaman sosial, budaya, dan etnis,
fenomena ini menjadi semakin relevan dan penting untuk dipahami serta
diperangi.
Makalah ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang dampak-dampak
negatif dari stereotip, diskriminasi, dan bullying terhadap individu maupun
kelompok dalam masyarakat. Dengan menganalisis akar masalah, mekanisme
terjadinya, serta konsekuensi dari fenomena ini, diharapkan makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang betapa merugikannya
perilaku-perilaku tersebut.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, bantuan, dan inspirasi dalam penyusunan makalah ini.
Tak lupa, penghargaan kami sampaikan kepada para peneliti, aktivis, dan
individu lainnya yang telah berjuang untuk mengatasi stereotip, diskriminasi, dan
bullying dalam berbagai bentuknya.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi
pembaca, serta menjadi pijakan untuk terus memperjuangkan masyarakat yang
lebih inklusif, adil, dan berempati. Terima kasih.

Bebandem, Maret
2024

Penulis

i
Daftar isi

Kata Pengantar............................................................................................................i
Daftar isi.....................................................................................................................ii
Bab I...........................................................................................................................1
Pendahuluan..............................................................................................................1
1.1 latar belakang Stereotip, Diskriminasi, dan Bullying...............................................1
1.2 rumusan masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
1.4 Manfaat...................................................................................................................2
Bab II..........................................................................................................................3
Pembahasan...............................................................................................................3
2.1 Stereotip.................................................................................................................3
2.2 Deskriminasi............................................................................................................4
2.3 Bullying....................................................................................................................8
Bab III.......................................................................................................................12
Penutup....................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan............................................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................................12

ii
Bab I
Pendahuluan

1.1 latar belakang Stereotip, Diskriminasi, dan Bullying


Stereotip, diskriminasi, dan bullying adalah fenomena sosial yang masih
menjadi permasalahan serius di berbagai lapisan masyarakat, termasuk dalam
konteks pendidikan dan lingkungan kerja. Stereotip merujuk pada persepsi atau
pandangan umum yang bersifat simplistik dan seringkali tidak akurat terhadap
suatu kelompok atau individu berdasarkan karakteristik tertentu seperti ras,
gender, agama, orientasi seksual, atau disabilitas. Stereotip ini dapat menjadi
dasar bagi perilaku diskriminatif, yaitu perlakuan tidak adil atau penolakan
terhadap individu atau kelompok berdasarkan perbedaan tersebut. Diskriminasi
dapat terjadi secara langsung, seperti pengucilan sosial atau pelecehan verbal,
maupun secara tidak langsung, misalnya dalam bentuk kebijakan atau praktik
yang merugikan satu kelompok tertentu.
Bullying, di sisi lain, merupakan perilaku agresif yang berulang-ulang dan
bertujuan untuk menyakiti atau merendahkan seseorang secara fisik, verbal, atau
sosial. Bullying bisa terjadi di sekolah, tempat kerja, atau bahkan dalam
lingkungan online (cyberbullying). Bentuk-bentuk bullying meliputi intimidasi,
ejekan, pemerasan, dan penyebaran rumor atau fitnah. Bullying tidak hanya
berdampak negatif pada korban secara psikologis dan emosional, tetapi juga
dapat mengganggu proses pembelajaran dan kinerja akademik korban, serta
berpotensi menyebabkan dampak jangka panjang seperti gangguan kesehatan
mental dan perilaku antisosial.
Dalam konteks pendidikan, stereotip, diskriminasi, dan bullying dapat
menciptakan lingkungan yang tidak kondusif bagi pertumbuhan, perkembangan,
dan kesejahteraan siswa. Individu yang menjadi target stereotip, diskriminasi,
atau bullying sering mengalami stres, depresi, penurunan harga diri, dan kesulitan
dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Selain itu, fenomena ini juga
dapat memperkuat ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam akses dan pelayanan
pendidikan, serta menghambat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan
yang menekankan pada inklusi, keadilan, dan kesejahteraan sosial.
Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi munculnya stereotip, diskriminasi, dan bullying, serta strategi
pencegahan dan penanggulangannya, menjadi sangat penting dalam upaya
menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, aman, dan mendukung bagi
semua individu. Penelitian dan kajian dalam bidang ini tidak hanya memberikan
wawasan yang lebih baik tentang dinamika sosial dan psikologis yang terlibat,
tetapi juga membantu mengidentifikasi intervensi yang efektif dalam

1
mempromosikan keadilan, kesetaraan, dan penghargaan terhadap keberagaman
dalam masyarakat.
1.2 rumusan masalah
1. Apa itu stereotip, diskriminasi dan bullying?
2. Bagaimana penyebab terjadinya stereotip, deskriminasi dan bullying?
3. Bagaimana cara kita untuk mengatasi stereotip, diskriminasi dan
bullying?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu pengertian dari stereotip, deskriminasi dan
bulliyng
2) Untuk Mengetahui bagaimana cara kita mengatasi bila terjadi
stereotip, deskriminasi dan bullying
3) Untuk mengetahui bagaimana cara kita mengenali tindak terjadinya
stereotip, deskriminasi dan bulling di lingkungan sekitar kita
4) Untuk mengetahui tindakan stereotip, deskriminasi dan bullying untuk
pembuatan tugas makalah ini
1.4 Manfaat
1) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tetang bagaimana cara
kita dalam mengatasi adanya tindakan stereotip, diskriminasi dan
bullying di lingkungan sekiar kita.
2) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca
tentang betapa pentingnya hidup rukun dalam naungan bhineka
tunggal ika dan toleransi di Indonesia

2
Bab II
Pembahasan

2.1 Stereotip
Kata stereotip berasal dari gabungan dua kata Yunani, yaitu stereos yang
berarti padat-kaku dan typos yang bermakna model. Sehingga streotip dapat
dikatakan sebagai suatu bentuk hambatan yang ada di dalam komunikasi antar
budaya. Samovar & Porter dalam Ilyas mengemukakan bahwa stereotip ialah
persepsi atau kepercayaan yang dianut mengenai kelompok atau individu
berdasarkan pendapat dan sikap yang lebih dulu terbentuk. Dengan kata lain,
stereotip ialah penggeneralisasian pada individu yang ada pada suatu kelompok
tanpa informasi yang memadai dengan mengabaikan ciri individu-individu yang
berada pada kelompok tersebut. Streotip identik terhadap perbedaan, ras, etnis,
suku-suku, kelompok kepercayaan/agama sikap komunikasi yang sesuai streotip
jelas akan mngganggu teradinya komunikasi yang efektif serta harmonis
Faktor penyebab munculnya stereotip
Sama seperti semua hal, stereotip juga tidak muncul tiba-tiba. Seseorang
berani membuat stereotip berdasarkan dari pengalaman pribadinya sendiri,
biasanya pengalamannya buruk.
Namun selain pengalaman, stereotip juga bisa muncul karena beberapa faktor.
Berikut beberapa faktor penyebab munculnya stereotip pada seseorang!

1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal seorang anak.
Keluarga juga menjadi tempat seorang anak untuk tumbuh besar dan jadi dewasa.
Disisi lain, orang-orang dalam sebuah keluarga juga tanpa sadar menjadi guru
pertama bagi seorang anak.

Karena anak-anak adalah seorang peniru yang handal, maka dia akan meniru
segala hal yang dia pelajari dari keluarganya. Tanpa sadar, seorang anak juga
akan memegang teguh apa yang diberitahu oleh orangtuanya padanya.

2. Sekolah
Sekolah menjadi tempat kedua di mana seorang anak menghabiskan waktunya
dalam sehari. Di sekolah, kita bukan hanya bertemu dengan teman-teman
sepantaran namun juga guru-guru. Guru-guru ini juga akan membentuk pribadi
kita. Apa yang mereka ajarkan akan selalu diingat.

Termasuk soal stereotip ini juga. Di sekolah misalnya, guru-guru mengatakan


bahwa anak-anak yang duduk di depan akan lebih pintar ketimbang anak yang

3
duduk di belakang. Stereotip lainnya adalah, bahwa anak yang nilainya pas-pasan
bahkan jelek tidak akan sukses jika dewasa.
Nilai memang membantu kamu lulus. Nilai juga menjadi pertimbangan
perusahaan untuk memanggil seorang pelamar kerja melakukan interview.
Namun nilai juga bukan segalanya!

4. Media
Faktor lain yang memicu munculnya stereotip adalah media. Tidak dipungkiri
apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, dan apa yang kita baca, dapat
memengaruhi pikiran kita. Media jugalah yang juga membentuk pendapat kita
terhadap seseorang atau sebuah peristiwa

Berikut cara mengatasi stereotip

Meski sulit dihilangkan, penyematan stereotip terhadap kelompok tertentu


dapat diminimalisir dengan sosialisasi atau interaksi yang dilakukan secara
kontinu. Berikut beberapa cara mengatasi stereotip di masyarakat untuk
mencegah konflik.

1. Meningkatkan kualitas pendidikan


Pendidikan dapat menjadi cara efektif untuk mengatasi stereotip di masyarakat.
Pendidikan berperan dalam membentuk pola pikir dan pandangan seseorang
terhadap dunia. Pendidikan yang berfokus pada kesetaraan dan keberagaman
dapat membantu mengurangi stereotip di masyarakat.

2. Menumbuhkan toleransi dan empati


Rasa toleransi muncul karena adanya kesadaran bahwa setiap individu
dilahirkan berbeda-beda. Kesadaran ini akan membuat seseorang lebih mudah
menghargai perbedaan, baik berupa perbedaan fisik, sikap maupun pandangan.

3. Menggelar festival budaya


Mengadakan dialog dan festival budaya juga bisa menjadi upaya mengatasi
stereotip di masyarakat. Dengan adanya pertemuan dua budaya, masyarakat dapat
saling berinteraksi dan mengenal budaya satu sama lain. Pada akhirnya, tiap
kelompok masyarakat dapat meluruskan kesalahpahaman atas stereotip tertentu.

2.2 Deskriminasi

Jika kita mendengar istilah diskriminasi pasti yang terbayang di dalam ingatak
kita pertama kali adalah adanya suatu perlakuan yang tidak adil dan perlakuan
yang berbeda oleh sekelompok masyarakat. Hal itu sesuai dengan pengertian
diskriminasi yang diutarakan oleh Fulthono, et.al (2009:8), pada dasarnya
diskriminasi adalah pembedaan perlakuan. Diskriminasi adalah perlakuan yang

4
tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk membedakan perorangan,
atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-
atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan
kelas-kelas social. Istilah tersebut biasanya untuk melukiskan, suatu tindakan dari
pihak mayoritas yang dominan dalam hubungannya ddenganminoritas yang
lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak
bermoral dan tidak demokratis Dalam, rangka ini dapat juga kita kemukakan
definisi dari Doob dalam Liliweri (2005:18), lebih jauh mengakui bahwa
diskriminasi merupakan perilaku yang ditujukan untuk mencegah suatu
kelompok, atau membatasi suatu kelompok lain yang berusaha memiliki atau
mendapatkan sumber daya.

Secara teroritis, diskriminasi dapat dilakukan melalui kebijakan untuk


mengurangi, memusnahkan, menaklukkan, memindahkan, melindungi secara
legal, menciptakan pluralism budaya dan mengasimilasi kelompok lain.
Diskriminasi terjadi seringkali diawali dengan prasangka. Dengan prasangka, kita
membuat perbedaan antara kita dengan orang lain. Pembedaan ini terjadi karena
kita adalah makhluk social yang secara alami ingin berkumpul dengan orang
yangmemiliki kemiripan dengan kita. Prasangka seringkali didasari dengan
ketidakpahaman, ketidakpedulian pada kelompokk di luar kelompoknya ata
ketakutan atas perbedaan. Prasangka makin di perparah dengan cap buruk,
stereotip. Cap buruk ini lebih didasarkan pada berbagai fakta yang menjurus pada
kesamaan pola, sehingga kemudian kita sering menggeneralisasi seseorang atas
dasar kelompoknya. Cap buruk ini dipelajari seseorang dari pengaruh social
seperti masyarakat, tetangga, keluarga, orangtua, sekolah, media, dan sebagainya.
Diskriminasi terjadi ketika keyakinan atas cap buruk dan prasangka itu sudah
berubah menjadi aksi.

B. Jenis-jenis diskriminasi

Diskrimnasi adalah perlakuan buruk yang ditujukan terhadap kumpulan


manusia tertentu. Kami akan memaparkan jenis-jenis diskrimnasi yang sering
terjadi yaitu sebagai berikut:

a. Diskriminasi gender

Ketidakadilan gender yang merupakan akibatdariadanya system social dimana


salah satu jenis kelamin menjadi korban dan biasanya lebih sering dialami oleh
perempuan.

b. Diskriminasi Ras
Membedakan berdasarkan asal bangsa yang menganggap bahwa ras yang satu
lebih hebat dari ras yang lain.

c. Diskriminasi kasta
5
d. Diskriminasi agama
e. Diskriminsi kesehatan

C. Tipe - Tipe Diskriminasi

Menurut Pettigrew Liliweri, ada dua tipe diskriminasi yaitu:

a. Diskriminasi Langsung

Tindakan membatasi suatu wilayah tertentu, sperti pemukiman, jenis pekerjaan,


fasilitas umum dan semacamnya dan juga terjadi manakala pengambil keputusan
diarahkan oleh prasangka-prasangka terhadap kelompok tertentu

b. Diskriminasi Tidak Langsung

Diskriminasi tidak langsung dilaksanakan melalui penciptaan kebijakan


kebijakan yang menghalangi ras / etnik ternteu untuk berhubungan secara bebas
dengan kelompok ras / etnik lainnya yang mana aturan dan prosedur yang mereka
jalani mengandung bias diskriminasi yang tidak tampak dan mengakibatkan
kerugian sistematis bagi komunitas atau kelompok masyarakat tertentu

D. Sebab-sebab diskriminasi

Yahya mengemukakan sebab sebab diskrimnasi, yaitu:

a. Mekanisme pertahanan psikologi (projection). Seseorang memindahkan kepada


orang lain ciri-ciri yang tidak disukai tentanf dirinya kepada orang lain

b. Kekecewaan Setengah orang yang kecewa akan meletakan kekecewaan


mereka kepada "kambing hitam'

c. Mengalami rasa tidak selamat dan rendah diri Mereka yang merasa terancam
dan rendah diri untuk menenangkan diri maka mereka mencoba dengan
merendahkan orang atau kumpulan lain

d. Sejarah Ditimbulkan karena adanya sejarah pada masa lalu

e. Persaingan dan eksploitasi Masyarakat kini adalah lebih materialistic dan hidup
dalam persaingan, individu dan kumpulan bersaing diantara mereka untuk
mendapatkan kekayaan, kemewahan, dan kekuasaan.

f. Corak sosialisasi Diskriminasi juga adalah fenomena yang dipelajari dan


diturunkan dari satu generasi kepada generasi yang lain melalui proses sosialisai.
6
Seterusnya terbentuk suatu pandanagan stereotip tentang peranan sebuah bangsa
dengan yang llain dalam masyarakat, yaitu berkenaan dengan kelakuan, cara
kehidupan dan sebagainya. Melalui pandangan stereotip ini, kanak-kanak belajar
menghakimi seseorang atau suatu ide. Sikap prejudis juga dipelajadi melalui
proses yang sama.

E. Cara menghindari diskriminasi

Berikut ini adalah cara menghindari diskriminiasi

a. Menyadari bahwa yang membedakan manusia di sisi Tuhan adalah kualitas


ketaqwaan mereka

b. Melihat keragaman ciptaan, bangsa, dan sukuk adalah suatu yang wajar
danniscaya

c. Tuhan tidak melihat kemuliaan seseorang dari penampilan luar

d. Membiasakan diti menghindari sifat-sifat saling merendahkan, saling mencela,


saling memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, saling berprasangka
jelek (saling curiga), saling mencari-cari kejelekan orang lain, saling
menggunjing

Supaya persaudaraan yang dijalani dapat tegak dan kokoh, maka diperlukan
juga,

a. Saling kenal mengenal dan tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas saja,
tapi lebih jauh lagi menyangkut latar belakang pendidikan, ide-ide, cita - cita,
serta problematika kehidupan yang dihadapi

b. Saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan masing


masing

c. Saling tolong menolong, dimana yang kuat menolong yang lebih, dan yang
yang memiliki kelebihina menolong yang kekurangan

d. Saling memberikan jaminan, sehingga menimbulkan tasa aman, tidak ada rasa
kekhawatiran dan kecemasan menghadapi hidup ini.

Diskriminsi akan menjadikan Indonesia ini menjadi terpecah belah. Jika itu
terjadi tentu akan menjadi bagian yang sangat penting karena akan hilang salah
satu bagian dari pancasila yaitu "Persatuan Indonesia'. Kasus diskriminasi
menjadi hal yang penting, jika Indonesia ini saling bersatu pastinya dalam
7
perkembangan untuk negara pun akan menjadi lebih baik. Untuk menjadikan
diskriminasi ini berkurang memang harus didasari dari diri sendiri, pola
pemikiran masing-masing masyarakatnya. Tidak lepas dari tergantung diri sendiri
tentu pemerintah harus membantu mendorong dengan tidak acuh soal hal ini.
Lebih menindak lanjuti kasus-kasus diskriminasi yang terjadi. Tidak bersikap
kaku dalam arti banyak sekali birokrasi dan syarat dalam penanganannya.
Seharusnya yang dilihat itu bukanlah masalah apa yang melatarbelakangi konflik
tersebut melainkan apa yang harus dilakukan untuk menyatukan suatu pola
pemikiran dari banyak masyarakat yang berbeda-beda mengingat persatuan itu
sangatlah penting. Semua ini bukan untuk mereka yang berkonflik, namun untuk
Indonesia.

2.3 Bullying

Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa inggris) yang berarti "banteng"
yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying biasa disebut bully.
Bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan
kekuatan/kekuasan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok. Pihak yang kuat
di sini tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara
mental.
Bullying adalah perilaku yang berulang dari waktu ke waktu yang secara nyata
melibatkan ketidak seimbangan kekuasaan, kelompok yang lebih kuat akan
menyerang yang lemah.

Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial yang terutama ditemukan


dikalangan anak-anak sekolah. Crick dan Bigbee mengatakan bahwa meskipun
tidak mewakili suatu tindak kriminal, bullying dapat menimbulkan efek negative
tinggi, yang dengan jelas membuatnya menjadi salah satu bentuk perilaku agresif.

Bullying terjadi ketika seseorang memilih orang lain yang memiliki kekuatan
yang lebih rendah atau lebih lemah dari pada dirinya. Hal ini terjadi berulang kali
dan dapat dilakukan baik dengan tujuan atau tanpa tujuan tertentu. Bullying dapat
dilakukan oleh individu atau kelompok.

Dalam hal ini sang korban bullying tidak mampu membela atau
mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik dan atau mental. Yang perlu
dan sangat penting kita perhatikan adalah bukan sekedar tindakan yang
dilakukan, tetapi dampak tindakan tersebut bagi si korban. Misal seorang siswa
mendorong bahu temannya dengan kasar. Bila yang didorong merasa
terintimidasi, apalagi bila tindakan tersebut dilakukan berulang-ulang, maka
perilaku bullying telah terjadi. Bila siswa yang didorong tak merasa takut atau
terintimindasi, maka tindakan tersebut belum dapat dikatakan bullying.

8
Bentuk-Bentuk Bullying

Dari beberapa kasus, bullying dapat terlihat dengan jelas, memiliki tujuan dan
bersifat fisik. Pada kasus yang lain, bullying terjadi secara tidak langsung dengan
cara meggunakan cara-cara non-fisik, seperti mengancam, mengisolasi,
memperolok dan mempermalukan korbannya. cyber bullying' merupakan dimensi
baru yang dapat dikategorikan sebagai bullying yang terjadi secara langsung
ataupun tidak langsung.14

Ada beberapa jenis dan wujud bullying dan secara umum, praktik-praktik
bullying dapat dikelompokkan ke tiga kategori: Bullying fisik, bullying non-fisik
(verbal), dan bullying mental/ psikologis.

1) Bullying fisik, ini adalah jenis bullying kasat mata. Siapa pun bisa melihatnya
karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullyin dan korbannya. Contohnya,
menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar
dengan barang, menghukum dengan berlari keliling lapangan, menghuum dengan
cara push-up, menolak.

2) Bullying verbal, ini jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa
tertangkap indra pendengaran kita. Contoh, memaki, menghina,
menjuluki,meneriaki, mempermalukan didepan umum,menuduh,
memfitnah,menolak. menyoraki, menbar gossip.

3) Bullying mental/ psikologis, ini bullying yang berbahaya karena tidak


tertangkap mata atau telinga kita jika kita tidak cukup awas mendeteksinya.
Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan diluar radar pemantauan kita. Contoh,
memandang sinis, memandang penuh ancaman, mempermalukan didepan umum,
mendiamkan, mengucilkan, memandang yang merendahkan. memelototi, dan
mencibir.

Beberapa bentuk bullying juga menurut Goodwin adalah:

1) Fisik merupakan tindakan memukul, mendorong, membakar, menendang atau


tindakan lain yang dapat menyebabkan rasa sakit atau luka pada orang lain.

2). Verbal dengan memberikan julukan yang negative, mengolok- olok,


merendahkan, mempermalukan, menggoda, ucapan yang sarkastik, menghina
kekerasan seksual, bersifat rasis atau seksis.

3) Sosial atau emosional yaitu perilaku yang bersifat mengisolasi dan


memisahkan korban, termasuk di dalamnya: menyebarkan rumor yang

9
menjelekkan korban dalam berbagai kegiatan, seperti games, olahraga atau
kegiatan berkelompok lainnya.

4) Cyber-bullying yaitu penggunaan teknologi digital, seperti kamera, telepon


genggam dan internet, untuk melakukan bullying atau mengancam orang lain.

5). Taktik terror yaitu dengan mengancam, mempermainkan pikiran orang lain,
kekerasan, memberikan hukuman, berbagai ucapan yang menyinggung perasaan
dan tekanan dari teman-teman sebaya yang bertujuanuntuk menyakiti korban.

6) Perilaku yaitu meminta uang setiap hari (mentarget) hal ini dapat mendorong
korban utuk mencuri uang dari orang-orang di rumah, sehingga sulit untuk
meyakinkan orangtua mengenai kondisi yang sebenarnya terjadi. Orangtua
beranggapan bahwa anaknya adalah seorang pencuri.

7) Seksual yaitu dapat dilakukan dalam bentuk ancaman fisik atau verbal yang
bersifat seksual atau dalam bentuk perilaku.

D. Dampak Bullying

Setiap korban bullying pasti memiliki cerita yang berbeda untuk dibagikan.
Dampak dari bullying dapat berwujud dalam berbagai macam bentuk yang
negative, dapat menyebabkan stress yang mengarah pada kecemasan, kesepian,
menarik diri, bertindak agresif dan depresi. Anak-anak yang terlahir dengan
kondisi mudah cemas akan sangat rentan untuk mengalami gangguan kecemasan
atau fobia. Korban bullying yang mengalami perlakuan serupa secara terus-
menerus akan memiliki akibat yang bersifat seumur hidup. Efek yang sering kali
muncul pada anak-anak korban bullying adalah terbentuknya "mentalitas
korban", dimana mereka merasa seakan-akan seluruh dunia melawan mereka dan
kondisi ini dapat terbawa hingga mereka menginjak usia dewasa.

Seseorang yang dibully tentunya akan mengalami trauma, saat pertama kali
dibully kebanyakan dari mereka para korban hanya diam, menahan bahkan
menyembunyikan apa yang dialaminya dari orang sekitar. Mereka takut
melaporkan kejadian buruk itu, bahkan ketakutan jika melapor karena takut
mereka para korban yang disalahkan.

Berikut ini dampak bullying bagi sang korban menurut Suryani:

a) Depresi

b) Rendahnya kepercayaan diri/minder

10
c) Pemalu dan penyendiri

d) Merosotnya prestasi akademik

e) Merasa terisolasi dalam pergaulan

Cara Mengatasi Bullying


Ada beberapa tanda-tanda bullying yang kerap ditunjukkan oleh korbannya.
Biasanya, korban akan mengalami beberapa perubahan mulai dari perubahan
suasana hati, perubahan fisik, hingga perubahan pola tidur. Jika kerabat, keluarga,
atau anak mengalami hal tersebut, sebaiknya jangan tinggal diam. Tanyakan
langsung pada korban mengenai masalah yang terjadi. Jika tanda-tanda tersebut
menjadi gejala dari bullying, sebaiknya atasi bullying dengan langkah-langkah
berikut:
1) Berikan perlindungan yang aman
2) Jangan bertindak kasar
3) Selalu damping korban
4) Buatlah komunikasi yang baik
5) Lakukan komunikasi terpisah dengan pelaku bullying
6) Berikan edukasi pada pelakunya
7) Jangan ragu bertindak tegas sesuai ketentuan hukum

11
Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Ketiga fenomena tersebut memiliki dampak yang serius pada individu dan
masyarakat secara luas. Stereotip, sebagai pola pikir atau keyakinan umum
tentang karakteristik tertentu dari sebuah kelompok, dapat menyebabkan
prasangka dan penilaian yang tidak adil terhadap individu berdasarkan
karakteristik yang mereka miliki. Hal ini sering kali mengarah pada diskriminasi,
di mana individu atau kelompok mengalami perlakuan yang tidak adil atau
dikecualikan dari kesempatan yang sama karena perbedaan yang tidak relevan,
seperti ras, gender, agma, atau orientasi seksual.
Diskriminasi, dalam bentuk apapun, merugikan individu dan masyarakat
dengan menghambat kemajuan ekonomi, sosial, dan psikologis. Ini dapat
menciptakan ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan, pekerjaan,
perumahan, layanan kesehatan, dan kesempatan lainnya, yang pada gilirannya
memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi.
Bullying, sebagai ekspresi ekstrem dari diskriminasi, tidak hanya menciptakan
dampak psikologis yang merusak bagi korban, tetapi juga berpotensi berdampak
jangka panjang pada kesejahteraan mereka. Perlakuan yang merendahkan,
intimidasi, dan kekerasan fisik atau verbal dapat mengakibatkan masalah
kesehatan mental, rendahnya harga diri, dan bahkan dalam kasus yang paling
ekstrem, menyebabkan pikiran bunuhdiri.
Untuk mengatasi stereotip, diskriminasi, dan bullying, penting untuk
melibatkan pendidikan yang inklusif dan memberdayakan, serta promosi
kesadaran yang berkelanjutan tentang keragaman dan persamaan. Ini melibatkan
upaya kolektif dari pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat sipil,
dan individu untuk memperkuat hukum yang melindungi hak asasi manusia,
mendorong sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan, serta
memberikan dukungan dan perlindungan kepada korban.
Dengan mengadopsi pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, kita dapat
menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, adil, dan berempati bagi semua
individu, di mana stereotip, diskriminasi, dan bullying tidak lagi memiliki tempat.

3.2 Saran
Berangkat dari pembahasan di atas, berikut beberapa saran yang dapat dilakukan:

1. Masyarakat perlu diberi pendidikan tentang bahaya stereotip dan dampak


negatif diskriminasi. Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan sekolah dan
melalui media massa.

12
2. Perlu ada kampanye yang lebih luas untuk melawan perundungan di
lingkungan sekolah dan masyarakat agar dapat membantu menciptakan
lingkungan yang lebih aman dan inklusif bagi semua individu.

3. Pemerintah perlu terus menerus mengembangkan kebijakan inklusif yang


mengakomodasi keberagaman masyarakat, seperti kebijakan yang mempermudah
akses dan layanan bagi semua kelompok, tanpa diskriminasi.

4. Setiap individu harus diingatkan tentang pentingnya kesetaraan hak dan


penghargaan terhadap semua individu, tanpa memandang latar belakang atau
identitas mereka.

5. Setiap anggota masyarakat perlu berperan dalam mengenali dan melaporkan


tindakan diskriminatif dan perundungan, sehingga tindakan preventif dapat
diambil.

13

Anda mungkin juga menyukai