Anda di halaman 1dari 12

1

SISTEM BUDAYA MASYARAKAT PEDESAN

DISUSUN
OLEH :

KELOMPOK 5

NAMA : MUSLIADI AIYAR


NPM : 1901010037
PRODI : AGROTEKNOLOGI
DOSPEN : NURSAYUTI
MATA KULIAH : SOSIOLOGI PEDESAAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS ALMUSLIM
FAKULTAS PERTANIAN
BIREUEN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan “Sistem budaya masyarakat desa”.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai


pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang telah banyak membantu sehingga pembuatan makalah ini
dapat berjalan lancar.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1. Kebudayaan dan Masyarakat Pedesaan................................................ 3
2.2. Pola Tindak Sistem Budaya Masyarakat Pedsaan................................ 4
2.3. Fungsi Sistem Budaya Pedesaan........................................................... 5
2.4. Proses Sistem Budaya Pedesaan........................................................... 5

BAB III. PENUTUP........................................................................................ 7


3.1. Kesimpulan .......................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan umat manusia pun
mengalami perubahan. Menurut para pemikir post modernis dekonstruksi, dunia tak
lagi berada dalam dunia kognisi, atau dunia tidak mempunyai apa yang dinamakan
pusat kebudayaan sebagai tonggak pencapaian kesempurnaan tata nilai kehidupan.
Hal ini berarti semua kebudayaan duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan yang
ada hanyalah pusat-pusat kebudayaan tanpa periferi. Sebuah kebudayaan yang
sebelumnya dianggap pinggiran akan bisa sama kuat pengaruhnya terhadap
kebudayaan yang sebelumnya dianggap pusat dalam kehidupan manusia modern.
Wajah kebudayaan yang sebelumnya dipahami sebagai proses linear yang
selalu bergerak ke depan dengan berbagai peyempurnaannya juga mengalami
peubahan. Kebudayaan tersebut tak lagi sekedar bergerak maju tetapi juga ke
samping kiri, dan kanan memadukan diri dengan kebudayaan lain, bahkan kembali
ke masa lampau kebudayaan itu sendiri.
Kebudayaan sebenarnya secara khusus dan secara teliti dipelajari oleh
antropologi budaya. Akan tetapi seorang yang memperdalam tentang sosiologi
sehingga memusatkan perhatiannya terhadap masyarakat, tidak dapat
menyampingkan kebudayaan dengan begitu saja. Karena dikehidupan nyata
keduanya tidak dapat dipisahkan dan selamanya merupakan dwi tunggal.
Sebagaimana telah diuraikan bahwa masyarakat adalah yang hidup bersama
yang menghasilkan kebudayaan dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak
memiliki kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.
Walaupun secara teoritis dan kepentingan analitis, kedua persoalan tersebut dapat
dibedakan dan dipelajari secara terpisah.
Masyarakat desa adalah komunitas yang tinggal di dalam satu daerah yang
sama, yang bersatu dan bersama-sama, memiliki ikatan yang kuat dan sangat
mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dikarenakan pada masyarakat desa tradisi itu

1
2

masih sangat kuat dan kental. Bahkan terkadang tradisi ini juga sangat
mempengaruhi perkembangan desa, karena terlalu tinggi menjunjung kepercayaan
nenek moyang mengakibatkan sulitnya untuk melakukan pembaharuan desa.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, dirumuskan beberapa
permasalahan antaranya sebagai berikut :
1. Apa pengertian Kebudayaan dan Masyarakat Pedesaan ?
2. Bagaimana Pola Tindak Sistem Budaya Masyarakat Pedsaan ?
3. Apa Fungsi Sistem Budaya Pedesaan ?
4. Bagaimana Proses Sistem Budaya pedesaan ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kebudayaan dan Masyarakat Pedesaan


2.1.1. Kebudayaan
Kata "Kebudayaan" bersal dari bahasa sangsekerta yang merupakan
jamak kata "buddhi" yang berarti budi dan akal. Kebudayaan diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama
artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin colore yang artinya
mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti
tersebut, yaitu celore kemudian colture diartikan sebagai daya dan kegiatan
manusia untuk mengubah alam.
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan mencakup semuanya yang
didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala suatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku
yang normative. Artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir.
2.1.2. Masyarakat Pedesaan
Masyarakat desa merupakan kelompok manusia atau individu yang secara
bersama-sama tinggal di suatu tempat dan saling berhubungan. Biasanya, di dalam
masyarakat desa akan terjadi interaksi yang dilakukan secara teratur atau terstruktur.
1. ciri ciri masyarakat desa adalah sebagai berikut :
2. Hubungan warganya sangat erat
3. pada umumnya hidup dari hasil pertanian
4. sistem kehidupan kelompok berdasarkan sistem kekeluargaan
5. cara bertani belum mengenal mekanisme pertanian
6. orang yang berusia tua memegang peranan penting pada tradisi d sebut
pimpinan formal

3
4

7. sistem pengendali sosial sangat kuat sehingga perkembangan jiwa


individu sangat sukar di kembangkan
8. rasa persaudaraan yang sangat kuat antara masyarakat
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki hak untuk mengurus
rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat yang diakui
Pemerintahan Nasional berada di Daerah Kabupaten.

2.2. Pola Tindak Sistem Budaya Masyarakat Pedsaan


1. Gotong Royong
Persatuan dan kesatuan hanya terwujud melalui gotong royong, suatu sikap
kebersamaan dan tenggang rasa, baik dalam suka maupun duka, kehidupan
keluarga dan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan gotong royong
itu setiap orang menemui dirinya dalam persatuan dan kesatuan dalam
pribadi/keluarga maupun masyarakat.
2. Prasaja
Keadilan sosial bagi seluruh masyarakat tidak akan terwujud apabila
kehidupan yang sederhana, hemat, cermat, disiplin, profesional dan tertib tidak
dilaksanakan. Kesederhanaan itu bahkan memudahkan terjadinya gotong royong
yang mewujudkan kesatuan dan persatuan.
3. Musyawarak untuk Mufakat
Mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan golongan atau
perorangan dapat menemui perbedaan yang tidak dapat diakhiri dengan
perpecahan dan perpisahan, maupun pertentangan. Agar persatuan dan kesatuan
tetap terbina, maka musyawarah untuk mufakat tentang kepemimpinan,
pengelolaan dan pengenalian adalah syarat mutlak.
4. Kesatria
Persatuan dan kesatuan, maupun keadilan sosial tidak dapat terwujud
tanpa keberanian, kejujuran, kesetiaan, pengabdian dan perjuangan yang
tidak mengenal menyerah demi kehidupan bersama. Dengan kesatria, cinta
terhadap tanah air, bangsa dan negara maupun sikap perjuangan dan profesional
dapat berlangsung sepanjang masa.
5

5. Dinamis
Kehidupan pribadi/keluarga, bangsa dan negara juga bersifat dinamis sesuai
dengan zaman, sehingga waktu sangat penting dalam rangka persatuan dan
kesatua, maupun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.3. Fungsi Sistem Budaya Pedesaan


1) Dalam Berkeluarga
Keluarga adalah lahan pembibitan manusiaseutuhnya. Keluarga adalah
organisasi alam yang penuh kasih sayang. Karena itu, dengan asas, pola pikir,
pola tindak, tata sosial (keluarga) dan tata nilai sistem sosial budaya Indonesia
harus ditanan dalam berkeluarga agar seseorang itu dapat berperan optimal dalam
masyarakat.
2) Dalam Bermasyarakat
Dalam bermasyarakat, baik pribadi atau keluarga itu berkelompok dalam
golongan atau organisasi sosial kemasyarakatan. Organisasi sosial
kemasyarakatan ini adalah lahan pengkaderan, sebagai keluarga buatan,
gotong royong buatan, yang penuh perbedaan kepentingan. Pola pikir, pola
tindak, tata laku, tata sosial (organisasi), dan tata nilai sistem sosial budaya
Indonesia tersebut harus dihayati dab diamalkan dalam bermasyarakat agar
pribadi atau organisasi itu dapat berperan optimal dalam berbangsa dan
bernegara.
3) Dalam Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penyelenggaraan negara dan
pemerintahan harus mengutamakan kepentingan umum. Organisasi negara
merupakan lahan pengabdian yang penuh pengabdian terhadap masyarakat dan
bangsa sebagai pemimpin bangsa dan negara

2.4. Proses Sistem Budaya Pedesaan


Memang tidak dapat disangkal bahwa masyrakat emmpunyai
bentuk-bentuk struktural, yang dinamakan struktur sosial yang bersifat
statis dan bentuk dinamika masyarakat disebut proses sosial dan
perubahan-perubahan sosial yang bersifat dinamis. Masyarakat yang
6

mempunyai bentuk-bentuk strukturalnya, sperti kelompok-kelompok sosial


dan budaya, lembaga sosial dan tentu yang menyebabkan pola-pola perilaku
yang berbeda, tergantung dari setiap situasi yang dihadapi. Perubahan dan
perkembangan masyarakat yang mewujudkan sgi dinamikanya disebabkan
oleh warganya mengadakan hubungan satu dengan yang lainnya, baik
dalam bentuk orang perorangan maupun kelompok sosial. Sebelum
hubungan tersebut mempunyai bentuk yang konkret, terlebih dahulu
akan dialami suatu proses ke arah bentuk konkret yang sesuai nilai-nilai
sosial dan budaya dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara pelbagai
segi kehidupan bersama.
Apabila menelaah pernyataan tersebut, maka proses sistem sosial
budaya Indonesia mempunyai suatu derajat dinamika tertentu yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembangunan nasioanal
sebagai pengamalan pancasila, yang hakikatnya adalah pembangunan
seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, proses sistem sosial budaya
Indonesia berjalan beriringan dengan pembangunan itu sendiri, bahkan proses
sistem sosial budaya Indonesia dapat berjalan mendahului proses
pembangunan nasional guna menyiapkan manusia dan masyarakat untuk
secara mental dapat menerima pembaharuan sebagai hasil pembangunan
nasional.
Apabila masyrakat dan manusia telah disiapkan untuk dapat emnerima
pembangunan, maka proses selanjutnya adalah menyiapkan manusia
untuk mampu berperan dalam pembangunan dan dengan memiliki kualitas
berikut :
a. Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berbudi pekerti luhur;
c. Berkepribadian;
d. Bekerja keras;
e. Berdisiplin;
f. Tangguh;
7

g. Bertanggungjawab;
h. Mandiri;
i. Cerdas dan terampil;
j. Sehat jasmani dan rohani
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Masyarakat desa adalah komunitas yang tinggal di dalam satu daerah yang
sama, yang bersatu dan bersama-sama, memiliki ikatan yang kuat dan sangat
mempengaruhi satu sama lain. Masyarakat desa merupakan kelompok manusia atau
individu yang secara bersama-sama tinggal di suatu tempat dan saling berhubungan.
Biasanya, di dalam masyarakat desa akan terjadi interaksi yang dilakukan secara
teratur atau terstruktur.
Apabila menelaah pernyataan tersebut, maka proses sistem sosial budaya
Indonesia mempunyai suatu derajat dinamika tertentu yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari proses pembangunan nasioanal sebagai pengamalan pancasila,
yang hakikatnya adalah pembangunan seluruh rakyat Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Transformasi Sosial Budaya Dalam pembangunan Nasional,


Anonymous,a,2012(http://UNBREKABLE/masyarakatpedesaan/2012)
Anthropology in Indonesia: A Bibliographical Review. ‘sGravenhage Martinus
Nijhooff. 1977 Sistem Gotong Royong Dan Jiwa Gotong Royong. Berita
Antropologi   IX/30: him. 4-16.
Astrid S , Susanto, Dr, Phill. Pengantar Sosiologi , Bira Cipta , 1983 .
Koentjaraningrat 1961 Some Social-Anthropological Observations on Gotong-
Royong Practices in Two Villages of Central Java. Ithaca, N.Y. Cornell
University Modern Indonesia Project. Monograph Series.1967Tjelapar: A
Village in South Central Java, Villages in Indonesia. Koentjaraningrat editor.
Ithaca, N.Y., Cornell Univesity Press.
Hasibuan, Sofia Rangkuti, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia
Hasan, Fuad, Aspek Sosial Budaya dalam Pembangunan Pedesaan, Jakarta,Perum
Balai Pustaka, 1992
Non-Farming Occupations in Village Communities. Masyarakat Indonesia, I: him.
45-61.

Anda mungkin juga menyukai