Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI KEPERAWATAN

“ KONSEP BELAJAR ”

DOSEN PEMBIMBING

LANGEN NIDHANA MEISYALLAH, S.Psi, M.kes

DISUSUN OLEH KEL. 8 :

 Prenty Apriani
 Nur laila
 Nur azlin

JURUSAN SI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan hidayahnya, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memnuhi tugas matakuliah psikologi keperawatan dengan judul “konsep belajar“

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak dengan memberikan do'a, saran,dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu,kami mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang dapat membangun kearah yang
lebih baik. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

Bangkinang, 19 mei 2022

Penulis

2
Daftar isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
Daftar isi................................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................................................................4
B. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH.............................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
Pembahasaan........................................................................................................................................5
1. Pengertian konsep belajar.........................................................................................................5
2. Jenis-jenis metode belajar.........................................................................................................6
3. Factor-faktor yang mempengaruhi proses belajar...................................................................10
4. Belajar efektif diperguruan tinggi............................................................................................12
BAB lll..................................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................................13
 Kesimpulan..............................................................................................................................13
 Saran........................................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Belajar merupakan kegiatan yang tidak asing lagi di kalangan kita. Seperti di era sekarng
ini, belajar seolah-olah dianggap sebagai tuntutan yang wajib bagi setiap orang. Tidak hanya
bagi mereka yang masih muda, akan tetapi mereka yang sudah dewasa atau terbilang sudah
tua dituntut untuk belajar agar mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan zaman.
Belajar dalam seyogianya dijalankan selama hayat di kandung badan atau bisa dikatakan
seumur hidup. Berkaitan dengan kegiatan belajar di tengah-tengah masyarakat mengemuka
ungkapan “masa muda adalah masa belajar”. Ungkapan tersebut dimaksudkan bahwa setiap
orang muda sudah semestinya mempersiapkan diri untuk memperoleh segala sesuatu yang
berguna bagi hidupnya di kemudian hari.
Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan beberapa hal mengenai konsep
belajar yang meliputi, definisi belajar, faktor belajar, proses dan fase belajar, teori-teori
belajar serta macam-macam perwujudan perilaku belajar.

B. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH


1. dapat menjelaskan tentang pengertian konsep belajar
2. Jenis-jenis konsep belajar
3. Factor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
4. Belajar efektif di perguruan tinggi

4
BAB II
Pembahasaan

1. Pengertian konsep belajar


Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar
merupakan suatu proses. Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan pada
perilaku individu, tetapi tidak semua perubahan pada perilaku individu terjadi
karena belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Skinner (dalam Muhibbin
Syah, 2010:88), bahwa “Belajar merupakan suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif”. Ini berarti bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Menurut Slameto (2010:2), mengemukakan bahwa ”Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tinkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi
dengan lingkungannya”.
Lebi lanjut lagi dikemukakan oleh Muhibbin Syah (2010:90), “Belajar dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkunganya
yang melibatkan proses kognitif”. Oleh karenanya, pemahaman yang benar
mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak
diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau
ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil
pembelajaran yang dicapai peserta didik.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar


adalah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dan interaksi dengan
lingkungannya baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor
demi memperoroleh tujuan tertentu.

5
2. Jenis-jenis metode belajar
1) Metode Experimental
Yang dimaksud dengan eksperimen dalam ilmu psikologi dapat
didefinisikan sebagai sebuah pengamatan yang dilakukan dengan telitir
terhadap gejala-gejala jiwa yang ditimbulkan secara sengaja. Hal yang
dimaksudkan adalah menguji hipotesa pembuat eksperimen mengenai
reaksi individu maupun kelompok di dalam kondisi-kondisi tertentu.
Sehingga tujuan dari contoh metode eksperimen adalah untuk dapat
mengetahui sifat-sifat umum dari gejala kejiwaan. Mulai dari pikiran,
kemauan, perasaan, ingatan, dan lainnya. Kelebihan dari metode
eksperimen ini dapat melakukan pengontrolan dengan ketat kepada
faktor-faktor yang memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
Adapunlangkah-langkah yang digunakan dalam metode penelitian ilmiah
ini adalah:
 Adanya masalah atau problem
 Mengumpulkan teori maupun konsep yang berkaitan dengan
problem
 Mencari hipotesis
 Diuji dengan cara empiris sesuai dengan data-data yang ada di
lapangan
 Menampilkan kesimpulan secara general

2) Metode Questionare
Metode ini merupakan rangkaian dari pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan topik-topik pada ilmu psikologis, sosial, maupun
pendidikan yang mana ditujukan pada sebuah kelompok individu dengan
objek agar mendapatkan data-data dengan fokus memperhatikan
masalah-masalah tertentu dan kadang-kadang juga digunakan untuk hal-
hal yang sifatnya diagnostik ataupun untuk menilai kepribadian.
Keunggulan dari metode ini dalam proses belajar antara lain adalah:
 Tidak memakan banyak biaya
 dengan menggunakan metode ini, akan banyak data yang
dapat dikumpulkan dalam waktu singkat.

3) Metode klinis
Menurut James Drawer, dalam The Penguin Dictionary of Psychology
mengistilahkan “clinic” sebagai sebuah tempat diagnosa serta

6
pengobatan untuk berbagai gangguan fisik, kelakuan, dan perkembangan.
Sehingga dapat diartikan jika metode klinis merupakan metode yang
digunakan dalam ilmu psikologi untuk menyelidiki secara teliti sejumlah
individu yang mana memiliki gangguan atau kelainan dalam batas waktu
yang cukup lama.
Ada beberapa macam-macam cara yang digunakan dalam metode klinis
untuk dapat menyelesaikan sebuah masalah, antara lain adalah:
 Studi kasus klinis, yang digunakan untuk dapat menyelesaikan
masalah selain masalah kesukaran belajar, gangguan emosional,
ataupun masalah kenakalan remaja yang kemudian dianalisis serta
diintepretasikan untuk dapat menemukan penyebab-penyebab
yang memicu permasalahan tersebut.
 Studi kasus perkembangan, digunakan untuk dapat mengetahui
bagaimana perkembangan dari sebuah aspek ke aspek tertentu
lainnya. Misalnya saja bagaimana perkembangan emosi pada anak
berusia 6-9 tahun, sehingga nantinya didapatkan metode
pengajaran yang tepat yang tidak akan menimbulkan banyak
kecemasan.

` Dalam metode klinis juga menggunakan 2 pendekatan, yaitu:

 Pendekatan longitudinal, yang digunakan dalam jangka waktu yang


tertentu dengan subjek yang sama. Misalnya saja mengamati anak-
anak tersebut dalam waktu 3 tahun dari usia anak6-9 tahun.
 Pendekatan cross-sectional, yang dilakukan dengan menggunakan
sampel-sampel yang mewakilkan dari usia-usia anak yang akan diteliti.
Misalnya saja akan digunakan sekelompok anak-anak berusia 6 tahun
untuk dapat mengetahui kondisi emosi dari anak-anak berusia 6
tahun. Menggunakan sekelompok anak-anak berusia 7 tahun untuk
dapat mengetahui kondisi emosional dari anak-anak berusia 7 tahun,
dan seterusnya.

4) Metode case study


Metode case study merupakan sebuah catatan mengenai pengalaman
seseorang, mulai dari penyakit yang pernah dialami, lingkungan,
pendidikan, perawatan, hingga fakta-fakta umum yang relevan untuk
masalah-masalah tertentu yang berkaitan dalam sebuah kasus medis.
Metode ini dapat memberikan hasil yang baik jika observasi dan
pengambilan data-data dilakukan dengan baik. Dalam melakukan
obeservasi, biasanya akan didata lebih kepada tingkah laku bukannya
interpretasi yang berasal dari kelakuan tersebut.

7
5) Metode introsfeksi
Metode introspeksi merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan
mengamati ke dalam diri sendiri dan melihat kondisi mental dalam waktu
tertentu. Metode ini digunakan dan dikembangkan di dalam ilmu
psikologi yang dilakukan kelompok strukturaklisme. Kelompok ini
mendefinsikan psikologi sebagai sebuah ilmu yang mempelajari mengenai
pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh sadar individu. Menurut
merek, introspeksi digunakan untuk dapat mengetahui proses mental
yang ada di dalam diri seseorang. Mulai dari perasaan, pikiran, dan motif-
motif yang ada di dalam diri seseorang dalam waktu tertentu. Melalui
metode ini, individu mengamati proses mental yang ada, menganalisis
dan melaporkan mengenai perasaan yang ada di dalam dirinya.

6) Metode ekstropesi
Metode ekstropeksi merupakan metode yang digunakan untuk
mempelajari gejala-gejala kejiwaan dalam diri seseorang melalui cara
mempelajari peristiwa di dalam jiwa orang lain dan kemudian diteliti
secara sistematis. Metode yang dilakukan secara sengaja dan sistematis
yang dilakukan lebih dari satu orang. Arti sengaja disini merupakan
pengamatan dilakukan secara sadar dengan memiliki tujuan yang jelas.
Sedangkan sistematis berarti pengamatan dilakukan dengan terencana
dan menggunakan cara-cara tertentu yang sudah dipersiapkan. Sehingga
dnegan kata lain, pengamatan yang dilakukan dikendalikan dengan
cermat dan hati hati lebih dari satu orang. Itulah mengapa pengamatan
ini dikenal sebagai pengamatan yang objektif.

Melalui metode ini akan didapatkan laporan-laporan tertulis yang


menghasilkan informasi yang lebih objektif, apalagi jika dilakukan oleh
orang-orang yang memang sudah terampil dan terlatih. Studi observasi
sudah banyak dilakukan pada hubungan-hubungan sosial yang ada pada
anak-anak dengan kondisi situasi permainan yang bebas. Penggunaan
metode ini dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa kesulitan belajar
pada anak, sehingga didapatkan cara mengatasi anak susah belajar.

7) Metode proyeksi

Merupakan metode yang mana digunakan pada penelitian pada seorang


peserta didik dengan cara memberikan gambaran-gambaran atau tulisan
ataupun bentuk khas semisal game sehingga nantinya dapat

8
diterjemahkan untuk mengetahui proyeksi perilaku yang diperlihatkan
oleh peserta didik.

8) Metode genetic

Metode ini juga disebut sebagai metode perkembangan yang mana


merupakan teknik observasi yang dipergunakan untuk dapat meneliti
tentang masa pertumbuhan fisik dan mental seseorang dan kaitannya
dengan anaka-naka lainnya serta orang dewasa, yaitu perkembangan
sosialnya. Setelah itu dicatat secara cermat. Pendekatannya dapat
dilakukan dengan menempuh 1-2 pendidikan sekaligus, baik iut cross
sectional dan longitudinal. Perbedaan dari kedua pendekatan ini adalah
jika pendekatan cross sectional digunakan untuk mendapatkan data-data,
misalnya saja seperti pertumbuhan kecerdasan, perasaan anak, hingga
gerak anak.

Sedangkan untuk pendekatan longitudinal digunakan seseorang maupun


kelompok mulai dari lahir hingga seterusnya. Sekalipun keduanya akan
menghasilkan data-data yang valid, khususnya yang berkaitan dengan
perubahan dalam pertumbuhan pada umumnya, namun kedua pendekatan
ini memiliki kelemahan tersendiri. Terutama untuk pendekatan
longitudinal yang dianggap kurang praktis bahkan terkadang sangat sulit
untuk dilakukan.

9) Metode tes

Metode lainnya yang digunakan dalam proses belajar adalah metode tes,
bahkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan di dunia pendidikan
metode ini memang seringkali digunakan. Dalam metode ini akan diajukan
beberapa pertanyaan yang sudah dirancang untuk harus dijawab oleh
peserta didik dan kemudian akan diamati kondisi psikologisnya. Tes yang
dilakukan tentunya dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu dan
biasanya dimanfaatkan untuk kebutuhan yang praktis.

9
3. Factor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
a) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang
termasuk kedalam faktor ini adalah:
o Faktor jasmani, yaitu meliputi:
 Faktor Kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap
badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit.
Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang
terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat.

 Cacat Tubuh. Yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik


atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

o Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat,


bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
 Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapai dan menyesuaikan kedalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat.

 Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang


dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu
obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat
menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika
bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka
timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

 Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk


memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat

10
besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak
ada daya tarik baginya.

 Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu


baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesuai
belajar dan berlatih. Jadi jelaslah bahwa bakat itu
mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari
siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih
baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih
giat lagi dalam belajarnya itu.

 Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan


dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu
sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.

 Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam


pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah
siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan
belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus
menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.

 Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau


bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan
juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan
berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu
perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa
belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil
belajarnya akan lebih baik.

o Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan


rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan
dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang.

11
b) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang
termasuk kedalam faktor eksternal adalah:
o Faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
o Faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa , relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah pelajaran dan
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah.

o Faktor Masyarakat. Masyarakat sangat berpengaruh terhadap


belajar siswa karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.
Seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media yang juga
berpengaruh terhadap positif dan negatifnya, pengaruh dari
teman bergaul siswa dan kehidupan masyarakat disekitar siswa
juga berpengaruh terhadap belajar siswa.

4. Belajar efektif diperguruan tinggi


Cara belajar efektif di perguruan tinggi adalah dengan menitikberatkan kepada cara
atau metode belajar di mahasiswa.
1. Metode yang paling ampuh adalah metode problem solving atau pemecahan
masalah yaitu dengan mengetahui permasalahan yang sudah diidentifikasi
utnuk dicarikan solusinya disambung dengan belajar diskusi masalah-masalah
ilmu terkait yang sedang dipelajari untuk didiskusikan.
2. Belajar diperguruan tinggi harus diikuti dengan membaca rutin dan tidak
harus lebih 2 jam dalam satu waktu tertentu.
3. Sering mengkaitkan teori asosiasi, sebab akibat dan analisa efektif
4. Penguasaan bahasa asing
5. Penggunaan kepustakaan
6. Konsentrasi yang baik, hindari rasa jenuh, bosan, malas dalam belajar
7. Perlu relaksasi dan planning program yang tepat serta pengambilan
keputusan yang lebih cepat

12
BAB lll
PENUTUP

 Kesimpulan
1. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari
untuk meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai
sejumlah pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar di bedakan menjadi dua yakni
: faktor internal dan faktor eksternal.
3. Fase-fase dalam proses belajar menurut Jerome S Brunner adalah: fase
informasi, fase transformasi, dan fase evaluasi, sedangkan menurut Wittig
adalah: acquisition, storage, retrieval.
4. Beberapa teori belajar adalah teori conditioning yang dibagi menjadi teori
conditioning klasik dan teori conditioning operant, yang berikutnya adalah
teori psikologi gestalt.
5. Macam-macam perwujudan perilaku belajar yaitu kebiasaan, keterampilan,
pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis,
sikap, inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku afektif.

 Saran
1. Kepada pemerintah hendaknya memberikan dukungan penuh terhadap proses
belajar mengajar dengan menyediakan sarana dan prasarana yang layak yang
dapat digunakan untuk menunjang keberhasilan proses belajar.
2. Kepada para guru hendaknya memperhatikan anak didiknya sejak dini,
sehingga ketika anak tersebut mengalami masalah dalam belajar akan segera
dapat melakukan tindakan secepatnya untuk mengatasi masalah belajar anak
tersebut sehingga tidak berlanjut. Dan hendaknya seorang guru bisa kreatif
menciptakan kegiatan belajar yang efektif, efisien tidak monoton sehingga
dapat menumbuhkan semangat dan kreativitas anak.

13
3. Kepada para orang tua hendaknya memberikan perhatian, dukungan dan
motivasi-motivasi yang sebaik-baiknya yang dapat menumbuhkan semangat
anak dalam kegiatan belajarnya.

14

Anda mungkin juga menyukai