Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

TEORI BELAJAR DAN APLIKASI KOGNITIVSME

Dosen pembimbing: Desy Ayu Ningrum

DISUSUN OLEH:
Fakun Khairi
Firas Intishar
Fauzan

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU ALQURAN (PTIQ) JAKARTA

2018 M/1440 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini, walaupun kami banyak mengalami kesulitan terutama disebabkan
kurangnya ilmu pengetahuan. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangan. Kami menyadari dengan sepenuh hati
bahwa tersusunnya makalah ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun
juga berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang
mendalam kepada yang terhormat kepada ibu dosen mata kuliah psikologi belajar yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam penyusunan makalah ini.

Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan atas segala kontribusi yang sangat membantu. Dan
semua pihak , baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per
satu. kami bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca sebagai bahan
pertimbangan yang memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat
penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi
dan bermanfaat bagi pembaca dan rekan mahasiswa.

Jakarta, 08 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan makalah........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. Pengertian teori belajar kognitivisme.......................................................................................2
B. Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran....................................................................4
C. Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran...............................................................5
D. Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum...................................................................7
E. Sistem Assessment Teori Kognitivisme...................................................................................8

BAB III PENUTUP............................................................................................................................11


A. Kesimpulan.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus makhluk ciptaan tuhan yang maha esa yang
paling sempurna diantara makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali dengan akal sehat dan juga
otak, sehingga manusia dapat menggunakan akal tersebut untuk berfikir sebelum melakukan
sesuatu, sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan yang dia miliki.

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak
terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan
atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat
ataupun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi
pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajardan berinteraksi
dengan sumber belajar dan lingkungan.

Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia
nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama
lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat
diatas Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide,
konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.

Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan
di kelas maupun di luar kelas.

Teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak ditemukan teori belajar yang menitik beratkan pada
perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran.

B. Rumusan masalah
Adapun beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1
1. Bagaimana Pengertian Teori Belajar Kognitivisme?
2. Apa Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran?
3. Bagaimana Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran?
4. Bagaimana Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum?
5. Bagaimana System Assessment?
C. Tujuan makalah
Berikut adalah beberapa tujuan pembuatan makalah:
1. Dapat Mengetahui Pengertian Teori Belajar Kognitivisme.
2. Dapat Mengetahui Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran.
3. Dapat Mengetahui Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran.
4. Dapat Mengetahui Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum.
5. Dapat Mengetahui System Assessment.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian teori belajar kognitivisme
Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan dengan
“knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolehan
penataan, penggunaan pengetahuan.1
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu
sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa
Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam
teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri seseorang
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan
terpatah-patah, terpisah pisah,tetapi melalui proses mengalir, bersambung dan menyeluruh.
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terus-
menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori
kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi
mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah

1
Munif chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2014), hal 65

2
laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media yang konkret karena
anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak.
Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses belajar daripada
hasil belajar, yaitu:
1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses berfikir
yang sangat kompleks.2
2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik, belajar dipandang
sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan pengetahuan baru
kedalam struktur berfikir yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa.
Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah,
mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sehingga, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukkan keberhasilan
mempelajari informasi pengetahuan yang baru.3
Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha
itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari
informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Para psikolog pendidikan kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi atau pengetahuan yang baru.
Berikut adalah pengertian teori belajar kognitiv menurut para ahli:
1. Robert M. Gagne
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan
informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar dipandang
sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia.
2. Jean Piaget
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
 Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah
ada.
 Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
 Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
2
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar, Bandung: PT Rosda
Karya, Hal 75
3
Muhaimin, Sutia’ah, Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,
Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hal. 198

3
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada
tahap satu dengan tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka
semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan
persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan
tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Pada
prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat
sebagai tingkah laku (tidak selalu dapat diamati).4

B. Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran


Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
Didalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk
menyediakan pengalaman-pengalaman belajar. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Tujuan
pembelajaran adalah membantu pada siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan
pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang
dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan perilaku siswa.5
Tujuan teori psikologi untuk membentuk hubungan yang teruji, yang teramalkan dari
tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka secara spesifik sesuai dengan situasi
psikologisnya. Untuk dapat memahami atau memprediksi suatu perilaku, kita harus memperhatikan
orang tersebut dengan lingkungan psikologisnya sebagai pola dari fakta dan fungsi-fungsi yang
saling membutuhkan.
Teori kognitif dikembangkan terutama untuk membantu guru memahami muridnya.
Ternyata, hal ini juga dapat membantu guru memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Menurut
teori kognitif, belajar diartikan sebagai proses interaksional seseorang memperoleh pemahaman
baru atau struktur kognitif dan mengubah hal-hal yang lama. Agar belajar menjadi efektif, guru

4
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran ; Landasan Dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, Hal 69
5
Darsono, Teori Pembelajaran, (Jakarta:Erlangga, 2004), hal 24

4
harus memperhatikan dirinya sendiri dan orang lain. Jadi, psikologi kognitif dikembangkan dengan
maksud membantu guru-guru mampu memahami muridnya secara lebih baik. Psikologi kognitif
mengembangkan sistem psikologi yang bermanfaat untuk berhubungan dengan anak-anak dan
pemuda pada saat belajar.
Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar secara
ilmiah. Hasilnya berupa prosedur-prosedur yang dapat diterapkan pada situasi kelas untuk
mendapatkan hasil yang sangat produktif. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang
mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungan
psikologisnya merupakan faktor-faktor yang kait-mengait. Teori ini dikembangkan berdasarkan.
tujuan yang melatarbelakangi perilaku, cita-cita, cara-cara, dan bagaimana seseorang memahami
diri dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai tujuan dirinya. Setiap pengertian yang
diperoleh dari memahami diri sendiri dan lingkungannya disebut insight.

C. Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran


Teori belajar Kognitivisme tidak lepas dari rangkaian proses pembelajaran. Menurut Munif
Chatib yang lebih ditekankan adalah the best process, bukan the best input. Yang jelas perpatokan
pada kata “setiap insan terlahir ke dunia ini dalam keadaan yang berbeda antara yang satu dan yang
lain”. Belajar sendiri adalah perubahan persepsi atau pemahaman. Dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang menjadi titik paling dominan adalah mementingkan terbentuknya struktur kognitif
sebagai usaha memecahkan masalah yang didasarkan kepada insight. Istilah insight adalah
pengetahuan baru yang diperoleh setelah melalui proses pengumpulan informasi, relatif mudah
diingat, dan mampu dijadikan acuan dalam menyelesaikan persoalan baru. Dengan demikian
seorang guru dapat mengajar dengan cara memasuki dunia anak. “gaya mengajar guru adalah gaya
belajar siswa”.
Dalam aplikasinya, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang
mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra-sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi
dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan
pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai
keberhasilan siswa. Piaget menjabarkan aplikasinya dalam pendidikan sebagai berikut;
1. Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada
hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil

5
tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif,
2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan
belajar, anak didorong menentukan sendiri pengetahuannya melalui interaksi spontan
dengan lingkungan.
3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan,
4. Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi, bertukar ide/gagasan-gagasan untuk
perkembangan penalaran.6
Dikemukakan pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu
oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu ketika
mengajar guru harus pandai menyesuaikan penggunaan bahasa dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Peran
Guru dalam hal ini harus mampu membimbing, mengarahkan anak agar dapat berinteraksi
dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing, menarik dan
menyenangkan anak didik, bukan membebani anak didik.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangan usianya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara menceritakan
pengalamannya.
6. Pendidikan berbasis aktifitas bisa diterapkan, berikan peran bagi anak dalam proses
pembelajaran.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses internal. Kegiatan
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam
merumuskan pembalejaran,mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik
sbagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavoristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa

6
Sutiah, Buku ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, Universitas Negeri Malang, hal 114

6
secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Sedangkan kegiatan pembelajarnya mengkuti prinsip-prinsp sebagai berikut :
1. Siswa bukan sebagai oang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami
perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2.  Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika
menggunakan benda-benda konkret.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan seswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi belajar disusun dengan menggunakan
pola dan atau logika tertentu, dari sederhana kekompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan
apa yang telah diketahui siswa.
7. Adanya perbedaaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan lajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi,
persepsi, kemampan berfikir, pengetahuan awal dan sebagainya.

D. Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum


Aplikasi teori kognitivisme dalam kegiatan pembelajaran lebih memusatkan perhatian
kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain itu, peran siswa
sangat diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Teori ini juga
memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan per- kembangan. Oleh karena
itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-
individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
Teori ini juga mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget,
pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun
penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi. Implikasi

7
dalam konsep evaluasi bahwa evaluasi dilakukan selama proses belajar bukan hanya semata dinilai
dari hasil belajar. Jadi, teori ini menitikberatkan pada proses daripada hasil yang dicapai oleh siswa.
Bagi para penganut aliran kognitifisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya memberikan
bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui proses discovery
dan internalisasi. Agar discovery dan internalisasi dapat berlangsung secara benar maka perlu
diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:
1. Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu
kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban
2. Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak.
3. Setiap usaha mengkonseptualisasikan materi pembelajaran hendaknya diatur sedemikian
rupa sehingga memudahkan siswa belajar.
4. Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan
memperhatikan tahap-tahap perkembangannya.

E. Sistem Assessment Teori Kognitivisme


Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling
tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu
menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan
dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang
bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa
kedisiplinan merupakan perintah Allah swt yang wajib dilaksanakan dalam sehari-hari.
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya
kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan
mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan
berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.7

7
Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995) hal 75

8
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja.
Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan kata-katanya
sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut
untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik
diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab-akibat.
Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi,
hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta
didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya
judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah
yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode
atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi
yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda.
Keenam tingkat tersebut yaitu:
1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat
(recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus,
terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.
2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan
dengan kemampuan untuk menjelaskanpengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan
kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan
kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan
atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta
memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam kehidupan sehari-hari.
4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuanmengidentifikasi, memisahkan
dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi,
hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau
tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di

9
antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar,
prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.8
5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan
dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola
baru yang lebih menyeluruh.
6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan
peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode,
produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada
umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan,
pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali
diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil
pendidikan akan lebih baik.    
Model pembelajaran adalah merupakan perencanaan yang dapat digunakan sebagai pola
face to face/saling berhadapan dalam pengajaran di kelas, atau pengaturan dalam tutorial atau
bentuk dari bahan-bahan instruksional.
Menurut Bruce Joyce dkk, model pembelajaran adalah model pelajaran, untuk membantu
siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, kemampuan berpikir dan dapat
mengaktualisasi diri, juga diajarkan kepada siswa bagaimana belajar yang efektif dan sistematis
sehingga kedepan dihasilkan siswa yang dapat meningkatkan kemampuannya belajar lebih mudah
dan efektif dalam keilmuan dan keterampilan, karena mereka sudah memdapat proses pembelajaran
yang tuntas. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.

8
Gilbert sax, Principles of Education Measurement and Evalution (second ed). (California: Wadsworth
Publishing, 1980) hal 34

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide,
konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar
kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Teori kognitif
dikembangkan bertujuan terutama untuk membantu guru memahami muridnya. Ternyata, hal ini
juga dapat membantu guru memahami dirinya sendiri dengan lebih baik.
Dalam teori kognitif guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang
mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra-sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifansiswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi
dengan menggunakanpola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan
pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai
keberhasilan siswa.
Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan
maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada.

11
DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Munif. Sekolahnya Manusia. (Bandung: Kaifa, 2014)


Darsono, Theori Pembelajaran, (Jakarta:Erlangga, 2004)
Joyce, Bruce dkk, Model of Teaching (Model-Model Pengajaran) edisi ke delapan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009)
Nur Ali Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya)
Sax, Gilbert, Principles of Education Measurement and Evalution, (California: Wadsworth
Publishing, 1980)
Sutiah, Buku ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, (Universitas Negeri Malang)
Suyono dkk, Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: PT Rosda Karya)
Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1995)
Warsita Bambang, Teknologi Pembelajaran ; Landasan Dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta)

12

Anda mungkin juga menyukai