Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIF/KONTRUKTIVISME DAN


IMPLIKASINYA DI SD
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di SD yang
diampu oleh :

Dr. Rif’at Shafwatul Anam, M.Pd.

Oleh : Kelompok 3
Aprilliyanti Lupita Putri 19210620854
Dena Hopipah 19210620869
Dewi Kurniasih 19210620874

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERGURUAN TINGGI SEBELAS APRIL SUMEDANG
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Teori Belajar Kognitif/Konstruktivisme dan Implikasinya di SD”, yang
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
di SD. Shalawat serta salam semoga curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para umatnya yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orang-orang terdekat yang
telah membantu dengan memberikan dukungan, motivasi dan doa kepada penulis sehingga
mampu menyelesaikan makalah ini. Penulis juga berterimakasih kepada yang terhormat Dr.
Rif’at Shafwatul Anam, M.Pd. selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar yang telah membimbing penulis dalam menyusun
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih memiliki banyak kesalahan serta
kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca
yang dapat membangun motivasi penulis untuk menyusun makalah yang lebih baik lagi
kedepannya. Semoga Allah memberikan balasan atas kebaikan dan bantuan dari semua pihak
yang telah mendukung dan memberikan do’a. Diharapkannya karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan khususnya pembaca umum.

Demikian, Terima kasih.

Sumedang, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……...……………………………..…………………………………..i

DAFTAR ISI…………………….……………………………………………………………ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…….…………………………...………………………..…...1
B. Rumusan Masalah…………………………………...………………………....………1
C. Tujuan.................……….………………………………………..…………...…....…..2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Kognitif………………………………………………………………….3

1. Pengertian Teori Belajar Kognitif …………………………………..…….…….3


2. Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif …………………….....................................3
3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitif……………………….…………………..5
4. Aplikasi Teori Belajar Kognitif……………………………….….……….……..5
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif………………….…………..6
6. Implikasi Teori Belajar Kognitif …………………………….……….………….7

B. Teori Belajar Konstruktivisme…………………………………………………………7

1. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme………….. …………………..……….7


2. Tokoh-tokoh Teori Belajar Konstruktivisme……… …………………….………8
3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Konstruktivisme……………………………………9
4. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivisme….………………………………...……10
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme..…………………...10
6. Implikasi Teori Belajar Konstruktivisme……….……………………….………11

BAB III : PENUTUPAN


A. Kesimpulan…………………..……………...………………………………………..13
B. Saran………………………..………………………………………...…………..…..14
DAFTAR PUSTAKA……………………………..……...…………………………………15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan factor utama yang membentuk karakter/perilaku manusia.
Salah satu aspek penting yang menunjang keberhasilan pendidikan adalah proses
pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang dilakukan
dengan cara menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang optimal, efektif
dan efisien untuk peserta didik.
Proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal, efektif dan efisien jika
dalam penyusunan proses pembelajarannya didukung dan didasari oleh pengetahuan yang
mumpuni mengenai teori belajar. Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya
terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Namun sangat disayangkan, saat ini implementasi proses pembelajaran masih
sering mengalami masalah sehingga penerapan proses pembelajaran masih belum
maksimal dan belum mampu untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal tersebut disebabkan
karena pendidik/guru yang masih kurang paham dan menguasai teori-teori belajar. Guru
akan mengalami kesulitan dalam menyusun proses pembelajarannya jika ia memiliki
pemahaman yang kurang mengenai teori belajar. Karenanya, hendaknya agar guru sebagai
seorang pendidik untuk memahami teori belajar apa yang akan ia gunakan dan
menyesuaikannya dengan materi pelajaran yang akan ia berikan pada peserta didik dalam
menyusun proses pembelajarannya.
Dari permasalahan tersebut, dapat disimpulkan penting seorang guru maupun calon
guru untuk memiliki pemahaman dan penguasaan yang mendalam mengenai teori-teori
belajar agar proses pembelajarannya dapat berlangsung efektif, efisien dan optimal. Oleh
karena itu, penulis akan membahas mengenai teori belajar kognitif dan teori belajar
konstruktivisme serta implikasinya di Sekolah Dasar melalui makalah ini yang berjudul
"Teori Belajar Kognitif/Kontruktivisme dan Implikasinya Di Sd".

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori belajar kognitif dan konstruktivisme?
2. Siapakah tokoh-tokoh teori belajar kognitif dan konstruktivisme?
3. Bagaimanakah aplikasi teori belajar kognitif dan konstruktivisme?
4. Apasajakah prinsip-prinsip teori belajar kognitif dan konstruktivisme?
5. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif dan konstruktivisme?
6. Bagaimanakah implikasi teori belajar kognitif dan konstruktivisme?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian teori belajar kognitif dan konstruktivisme
2. Mengetahui tokoh-tokoh teori belajar kognitif dan konstruktivisme
3. Mengetahui aplikasi teori belajar kognitif dan konstruktivisme
4. Mengetahui prinsip-prinsip teori belajar kognitif dan konstruktivisme
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif dan konstruktivisme
6. Mengetahui implikasi teori belajar kognitif dan konstruktivisme

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Kognitif

1. Pengertian Teori Belajar Kognitif


Secara bahasa, kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” yang artinya
berfikir. Dalam KBBI, kognitif berarti segala sesuatu yang melibatkan kognisi,
berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris. Tidak seperti teori behavior dimana
belajar merupakan perubahan tingkah laku (R) yang muncul akibat individu
menerima stimulus dari lingkungannya / seseorang dikatakan telah belajar, jika ia
menunjukkan respons/perubahan tingkah laku hasil dari stimulus yang diterimanya.
Berbeda dengan teori Behavior, teori kognitif berpendapat bahwa belajar bukan
hanya sekedar melibatkan stimulus dan respon, tetapi juga melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses dibanding hasil belajar.
Teori belajar ini lebih menekankan bahwa belajar merupakan proses yang terjadi
dalam akal pikiran manusia. Dalam teori kognitif, belajar pada prinsipnya adalah
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai
perubahan tingkah laku yang kongkrit.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa belajar menurut teori
kognitif merupakan suatu proses yang melibatkan aktivitas mental. Dimana belajar
bukan hanya sekedar melibatkan stimulus dan respon namun melibatkan aktivitas
mental/psikis yang terjadi di dalam diri manusia sebagai akibat dari interaksi aktif
individu dengan lingkungannya sehingga memperoleh suatu perubahan dalam
bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, nilai dan sikap yang
bersifat relatif dan berbekas.

2. Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif


a. Jean Piaget
Teori perkembangan kognitif disebut juga sebagai teori perkembangan
intelektual atau teori perkembangan mental. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif anak terdiri atas beberapa tahap. Dan menurutnya belajar akan lebih

3
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta
didik. Karenanya, dalam mengajar guru harus menyesuaikan dengan
perkembangan kognitif/kematangan berfikir anak.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif yang dilalui oleh siswa
kedalam empat tahap, yaitu:
1) Tahap sensorimotor (anak usia lahir-2 tahun)
2) Tahap preoperational (anak usia 2-8 tahun)
3) Tahap operational konkret (anak usia 7/8-12/14 tahun)
4) Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)

Semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan


juga semakin abstrak cara berfikirnya. Karenanya, guru harus memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif peserta didiknya, serta memberikan
materi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
Guru tidak dapat mengajarkan sesuatu pada peserta didik jika peserta didik
belum memiliki kesiapan kematangannya.

b. Jerome Bruner
Berbeda dengan Piaget, Bruner melihat perkembangan kognitif manusia
sangat dipengaruhi oleh bahasa yang biasa digunakan. Menurut Bruner untuk
mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu sampai anak mancapai tahap
perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dan
disesuaikan dengan baik maka dapat diberikan pada peserta didik. Dengan
kata lain, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan
mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif, yaitu :
1. Tahap Enaktif, yaitu tahap dimana siswa belajar dengan mengenali dan
memahami lingkungan dengan observasi pada obyek konkret.
2. Tahap Ikonik, yaitu tahap belajar siswa menggunakan gambar.
3. Tahap Simbolik, yaitu tahap siswa belajar memanipulasi lambang atau
simbol.

4
Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah guru harus memandu
para siswa sehingga mereka dapat membangun basis pengetahuannya sendiri
dan bukan karena diajari mealui hafalan.

c. Robert M. Gagne
Menurut teori Gagne, belajar dipandang sebagai proses pengolahan
informasi yang terjadi dalam otak manusia. Ketika pembelajaran berlangsung,
terjadi proses penerimaan informasi, yang kemudian diolah sehingga dapat
menghasilkan hasil belajar. Menurut teori Robert M. Gagne, proses
pemrosesan informasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Rangsangan yang diterima pancaindra peserta didik disalurkan ke pusat
syaraf dan di proses sebagai informasi.
2) Informasi yang terkumpul kemudian dipilih secara selektif, ada yang
dibuang dan ada yang disimpan dalam memori.
3) Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya
dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.

3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Kognitif


1. Peserta didik merupakan pembelajar aktif dalam proses pembelajaran.
2. Pembelajaran menekankan pada pola pikir peserta didik.
3. Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan
menyimpan informasi dalam ingatannya.
4. Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran
sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik.
5. Hasil pembelajaran tidak hanya bergantung pada informasi yang disampaikan
guru, tetapi juga cara peserta didik dalam memproses informasi tersebut.

4. Aplikasi Teori Belajar Kognitif


a. Dalam mengajar hendaknya guru menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak karena pemrosesan bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan
orang dewasa.
b. Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
c. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

5
d. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi kesempatan untuk saling berbicara
dan berdiskusi dengan teman-temanya.
e. Memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak hanya
kepada hasilnya.
f. Mengutamakan peran siswa agar mereka berinisiatif sendiri dan terlibat aktif
dalam kegiatan belajar.
g. Memaklumi adanya perbedaan antar individu dalam hal kemajuan
perkembangan karena meskipun seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung dalam
kecepatan yang berbeda. Seningga guru harus mengatur agar kegiatan di dalam
kelas yang terdiri dari individu-individu berbeda ke dalam kelompok-kelompok
kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
h. Memastikan siswa untuk saling berinteraksi sehingga terjadi pertukaran
gagasan-gagasan perkembangan penalaran.

5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif


a. Kelebihan
 Dalam pembelajaran, guru hanya memberikan dasar-dasar dari materi
yang akan diajarkan, sedangkan untuk pengembangan materinya
diserahkan pada peserta didik. Sehingga peserta didik aktif dan terlibat
langsung dalam kegiatan pembelajaran serta memiliki pemahaman yg
mendalam.
 Dengan menerapkan teori ini, guru dapat memaksimalkan ingatan yang
dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengingat semua
materi-materi yang diberikan.
 Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
b. Kekurangan
 Teori ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik
sehingga guru terkadang menganggap semua peserta didik itu memiliki
kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.

6
 Jika dalam pembelajarannya hanya menggunakan teori belajar kognitif
saja, peserta didik akan tidak mengerti sepenuhnya tentang materi yang
diberikan dan akan mengalami kesulitan dalam kegiatan praktek.

6. Implikasi Teori Belajar Kognitif


a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.
b. Kaitkan pengetahuan baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini
siswa.
c. Merencanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang membuat siswa aktif
berpikir.
d. Guru mengajukan pertanyaan dan memberikan jeda waktu kepada siswa untuk
merespon.
e. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
f. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya.
g. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya
diskusi.
h. Guru memberikan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi
pembelajaran yang interaktif.

B. Teori Belajar Konstruktivisme

1. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme


Secara bahasa, kata konstruktivisme berasal dari bahasa inggris yaitu "to
construct" yang berarti membentuk. Secara istilah, teori konstruktivisme merupakan
teori yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil
konstruksi dari kegiatan atau tindakan yang dilakukan seseorang. Pengetahuan
tersebut berasal dan ada dalam dalam diri seseorang, hasil dari pengalaman yang
didapatkannya.
Menurut teori ini, proses membentuk pengetahuan berlangsung secara
bertahap dan pembentukan pengetahuan ini akan selalu dihadapkan pada
pengalaman atau fenomena baru yang dijumpai oleh seorang individu. Lanjutnya
menurut Trianto (2009) teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

7
informasi baru dengan aturan- aturan lama dan merevisinya apabila aturan – aturan
itu tidak lagi sesuai. Atau bisa dibilang bahwa konstruktivisme merupakan suatu
proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman mereka
sendiri melalui pengalaman dan interaksi mereka.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori belajar konstuktivisme merupakan teori
belajar yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan
hasil konstruksi dari kegiatan atau tindakan seseorang, dapat berasal dari diri sendiri
maupun orang lain yang dapat dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun
memperbaiki pemahaman atau pengetahuan yang dimiliki siswa tersebut.

2. Tokoh-tokoh Teori Belajar Konstruktivisme


a. Jean Piaget
Piaget berpendapat bahwa teori konstruktivisme adalah proses belajar
untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realita. Guru
hanya berperan sebagai fasilitator atau moderator dalam pembelajaran. Piaget
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui
kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai skemata yang dimilikinya.
Menurut Piaget, proses mengkontruksi pengetahuan meliputi skemata,
asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
1) Skemata merupakan sekumpulan konsep yang digunakan ketika seseorang
berinteraksi dengan lingkungan.
2) Asimilasi merupakan proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang
sudah ada dalam pikirannya.
3) Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan
rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada, sehingga
cocok dengan rangsangan tersebut.
4) Sedangkan keseimbangan atau ekuilibrasi terjadi antara asimilasi dan
akomodasi.
b. Jerome Bruner
Bruner sangat mendorong agar pendidikan mengutamakan pada
pengembangan berpikir. Ia banyak memberikan pandangan tentang
perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar atau memperoleh
pengetahuan, menyimpan pengetahuan, dan mentransformasikan pengetahuan

8
tersebut. Bruner menyatakan bahwa siswa harus terlibat secara aktif mentalnya
agar dapat mengenal konsep dan struktur dalam materi yang dibicarakan.
Menurut teori ini, belajar akan lebih berhasil jika prosesnya diarahkan
pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam tema yang
diajarkan. Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam tema
yang dibicarakan, anak akan memahami materi yang akan dikuasainya. Anak
juga akan mencari hubungan antar konsep dan struktur tersebut sehingga
materi menjadi lebih mudah dipahami dan diingat oleh anak. Karenanya dalam
belajar, siswa haruslah terlibat secara aktif mentalnya agar ia dapat mengenal
konsep dan struktur dalam materi yang dibicarakan.
Menurut Bruner, belajar harus melibatkan tiga proses yang terjadi
hampir selalu bersamaan. Ketiga proses belajar tersebut, yaitu : (1)
Memperoleh informasi baru; (2) Transformasi informasi; dan (3) Menguji
relevansi informasi dengan ketepatan pengetahuan.
c. Lev Vygotsky
Menurut Vygotsky, perkembangan intelektual dapat ditinjau dari
konteks historis dan budaya pengalaman anak. Perkembangan intelektual juga
tergantung pada sistem-sistem isyarat yang mengacu pada simbol-simbol yang
diciptakan untuk membantu orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan
masalah.
Vygotsky menghendaki adanya setting kelas berbentuk kooperatif antar
kelompok siswa dengan kemampuan berbeda-beda, sehingga mereka dapat
berinteraksi dan memunculkan strategi dalam memecahkan masalah. Dalam
proses pembelajaran, Vygotsky juga menekankan pada perancahan
(scaffolding), sehingga semakin lama siswa akan semakin dapat mengambil
tanggung jawab untuk pembelajarannya sendiri.

3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Konstruktivisme


a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b. Pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan dari guru kemurid, tetapi
didapatkan dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c. Murid aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.

9
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
e. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

4. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivisme


a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri
pengalaman dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan kegiatan inquiri untuk topic pembelajaran
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Di dalam kelas, anak-anak diberi peluang untuk saling berbicara dan berdiskusi
dengan teman-temanya, sehingga dapat memperoleh hasil belajar berupa
keterampilan akademik, inquiry dan sosial.
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengmbangkan ide-idenya secara
lebih bebas.
f. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes (minat), untuk
membuat hubungan ide-ide atau gagasan-gagasan, kemudian memformulasikan
kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme


a. Kelebihan
 Berfikir artinya, dalam proses membina pengetahuan baru murid diajarkan
untuk berfikir dalam menyelesaikan masalah atau sebuah studi kasus serta
mengembangkanya menjadi sebuah ide atau membuat keputusan.
 Faham artinya, dalam proses pembelajaran murid harus terlibat langsung
dalam mengembangkan sebuah pengetahuan baru, sehingga peserta didik
akan lebih faham akan materinya.
 Daya ingat artinya, dalam proses pembelajaran anak harus terlibat secara
langsung dan aktif, dengan begitu mereka akan mengingat lebih lama
semua konsep yang ada sehingga murid akan memiliki daya ingat yang
baik dan akan yakin dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah
dalam situasi baru.

10
 Kemahiran sosial artinya, dalam proses belajar kemahiran sosial diperoleh
apabila seorang murid berinteraksi dengan guru dan rekan dalam membina
pengetahuan baru.
 Seronok artinya, dalam proses belajar peserta didik pastinya akan terlibat
secara terus menerus sehingga semakin lama mereka akan faham, ingat,
dan lebih yakin lagi dalam memutuskan sebuah pengetahuan baru.
Apabila peserta didik melakukan interaksi secara sehat dengan guru atau
rekan, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina
pengetahuan baru.
b. Kekurangan
 Guru kadang tidak memperhatikan muridnya secara keseluruhan semisal
tidak pernah memberi kesempatan pada peserta didik untuk
menyelesaikan suatu masalah atau berdiskusi sehingga peserta didik
hanya mendapat pembelajaran yang itu-itu saja dan pola pikir peserta
didik tidak berkembang.
 Dalam pembelajaran, guru terkadang hanya memberi penjelasan saja dan
peserta didik hanya memahami saja tanpa terlibat secara langsung dalam
mengaplikasikan sebuah situasi baru.
 Guru yang berperan sebagai orang yang kaku dan harus ditakuti peserta
didik. Seharusnya, guru berperan sebagai teman bagi peserta didiknya
sehingga peserta didik dapat beriteraksi dengan baik dalam membina
pengetahuan baru.
 Apabila peserta didik tidak dilibatkan dalam pembelajaran praktik maka
daya ingat dan pengetahuan peserta didik tidak akan berkembang dengan
baik, dan apabila peserta didik hanya diberi materi baru pasti materi
sebelumnya akan dilupakan.

6. Implikasi Teori Belajar Konstruktivisme


a. Siswa dapat belajar melalui pengamatan dan pemberian pengalaman kepada
siswa.
b. Untuk mengkonstruksi pengetahuan pada siswa, pembelajaran lebih didasarkan
pada permasalahan sehari – hari.

11
c. Pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pemikiran pribadi siswa dan akan
lebih baik berasal dari tukar pemikiran dengan orang lain untuk memperkaya
pengetahuan siswa.
d. Pembelajaran berpusat pada siswa.
e. Guru bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu.
f. Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi.
g. Bisa menggunakan sumber belajar lain seperti teman sebaya, perpustakaan,
alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan factor utama yang membentuk karakter/perilaku manusia.
Salah satu aspek penting yang menunjang keberhasilan dalam pendidikan adalah proses
pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang dilakukan
dengan cara menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang optimal, efektif
dan efisien untuk peserta didik. Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif, efisien dan
optimal jika dalam penyusunan proses pembelajarannya didukung dan didasari oleh
pengetahuan yang mumpuni mengenai teori belajar.
Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Banyak teori belajar
yang dikemukakan oleh para ahli psikologi, disebabkan karena para ahli Psikologi yang
masih belum puas dengan penjelasan teori-teori terdahuluya tentang belajar. Seperti teori
belajar Kognitif dan Konstruktivisme.
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon namun melibatkan juga proses berpikir yang sangat kompleks serta
lebih mementingkan proses belajar disbanding hasil. Pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Sedangkan
teori konstruktivisme berpendapat bahwa dalam pembelajaran, pengetahuan yang dimiliki
seseorang merupakan hasil konstruksi dari kegitaan atau tindakan yang dilakukan
seseorang, dapat berasal dari diri sendiri maupun orang lain yang dapat dijadikan siswa
untuk mengevaluasi maupun memperbaiki pemahaman atau pengetahuan yang
dimilikinya. Dalam teori ini, belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya siswa
mengorganisasi pengalaman mereka

13
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amongguru.com. “Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivisme dan Tokoh-tokohnya”, 26 Agustus


2020,
https://www.amongguru.com/ciri-ciri-teori-belajar-konstruktivisme-dan-tokoh-
tokohnya/. Diakses pada 27 Maret 2021.

Ayuni, Nizwa. “ Makalah Teori Konstruktivisme”. uny.academia.edu,


https://www.academia.edu/5687187/MAKALAH_TEORI_KONSTRUKTIVISME.
Diakses pada 27 Maret 2021.

Huda, Fathkan Amirul. 2017. “Teori Konstruktivisme dan Tokoh-tokoh Konstruktivisme”.


fathkan.web.id,

https://fathkan.web.id/teori-konstruktivisme-dan-tokoh-tokoh-konstruktivisme/.
Diakses pada 28 Maret 2021.

Id.scrib.com. “Tugas Makalah Teori Kognitif”,


https://id.scribd.com/doc/192439173/TUGAS-MAKALAH-TEORI-KOGNITIF-pdf .
Diakses pada 24 Maret 2021.

Kumala,Farida Nur.2016.pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah


Dasar.Malang:Ediide infografika.

Sari, Yessy Novita. 2014. “Makalah Belajar dan Pembelajaran Teori Kognitif”,
synovitasari.blogspot.com,

http://yessynovitasari.blogspot.com/2014/10/makalah-belajar-dan-pembelajaran-
teori.html?m=1. Diakses pada 24 Maret 2021.

Poetra, Andizka. “Teori Belajar Kognitif dan Implikasinya”, id.scribd.com,


https://id.scribd.com/doc/245608709/Teori-Belajar-Kognitif-Dan-Implikasinya.
Diakses pada 25 Maret 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai