Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI BELAJAR KOGNITIVISME

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Ilmu Jiwa Belajar PAI
Dosen Pengampu: Devi Ganjar Mustofa, M.Pd.

Oleh:
1. Neng Lutfi Alpaujiyah
2. Novi Siti Aisyah
3. Rahmawati Nursyeha

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI PUI MAJALENGKA
2023
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih kita
panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat, taufik serta hidayahnya yang telah
diberikan kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas “Makalah
Ilmu Jiwa Belajar PAI dengan judul” Teori Belajar Kognitivisme” dengan tiada halangan
suatu apapun. Amin.
Sholawat serta salam semoga tercurah junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, karena
barulah satu-satunya Nabi yang mampu mengubah dunia dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang yakni agama islam.
Makalah ini disusun dan diuraikan secara aktif dengan landasan-landasan
pengetahuan dan diambil dari beberapa panduan untuk memperkuat isi makalah ini,
kemudian makalah masing-masing anggota kelompok yang dijilid menjadi satu ke dalam
bentuk makalah.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan karena itu,
kepada para pembaca dimohon saran dan kritik demi membangun perbaikan isi makalah ini.

Cingambul, 18 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB 1..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Makalah.....................................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Pengertian Teori Belajar Kognitivisme...............................................................2
B. Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran..............................................2
C. Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum.............................................5
D. Sistem Asessmen Teori Kognitivisme...................................................................5
BAB III...............................................................................................................................8
PENUTUP..........................................................................................................................8
A. Kesimpulan.............................................................................................................8
B. Saran.......................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus makhluk ciptaan tuhan yang maha esa yang
paling sempurnah diantara makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali dengan
akal sehat dan juga otak, sehingga manusia dapat menggunakan akal tersebut untukberfikir
sebelum melakukan sesuatu, sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan yang dia miliki.
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar
memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan
individu secara aktif membuat ataupun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu
pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang
membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia
nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu
sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari
dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji kebenarannya.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata carapengaplikasian kegiatan
belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak ditemukan teori belajar yang menitik beratkan
pada perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Teori Belajar Kognitivisme?
2. Apa Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran?
3. Bagaimana Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran?
4. Bagaimana Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum?
5. Bagaiman System Assesmen?
C. Tujuan
1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Pengertian Teori Belajar Kognitivisme.
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran.
3. Mahasiswa Dapat Mengetahui Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Proses
Pembelajaran.
4. Mahasiswa Dapat Mengetahui Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum.
5. Mahasiswa Dapat Mengetahui System Assesmen.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Kognitivisme
Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan dengan
“knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolehan
penataan, penggunaan pengetahuan. (Neisser:1976 dalam Muhibbin 1995:65)
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu
sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-
peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon
sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.Menurut teori kognitivistik, ilmu
pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan terpatah-patah,
terpisah pisah,tetapi melalui proses mengalir, bersambung dan menyeluruh.
Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu.
Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman,
mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu
tujuantertentu. Para psikolog pendidikan kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi atau
pengetahuan yang baru.
A. Robert M. Gagne
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan informasi
yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar dipandang sebagai proses
pengolahan informasi dalam otak manusia.
B. Jean Piaget
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
1) Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada.
2) Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
3) Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda
pada tahap satu debfab tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat
Kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh
karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya
serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
B. Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran
Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang
diinginkan. Didalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan

2
menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-pengalaman belajar. Pembelajaran adalah
suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu pembelajaran pasti
mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran adalah membantu pada siswa agar memperoleh
berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik
kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa (Darsono,
2002: 24).
Tujuan teori psikologi untuk membentuk hubungan yang teruji, yang teramalkan dari
tingkah laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka secara spesifik sesuai dengan situasi
psikologisnya. Untuk dapat memahami atau memprediksi suatu perilaku, kita harus
memperhatikan orang tersebut dengan lingkungan psikologisnya sebagai pola dari fakta dan
fungsi-fungsi yang saling membutuhkan.
Teori kognitif dikembangkan terutama untuk membantu guru memahami muridnya.
Ternyata, hal ini juga dapat membantu guru memahami dirinya sendiri dengan lebih baik.
Menurut teori kognitif, belajar diartikan sebagai proses interaksional seseorang memperoleh
pemahaman baru atau struktur kognitif dan mengubah hal-hal yang lama. Agar belajar
menjadi efektif, guru harus memperhatikan dirinya sendiri dan orang lain. Jadi, psikologi
kognitif dikembangkan dengan maksud membantu guru-guru mampu memahami muridnya
secara lebih baik. Psikologi kognitif mengembangkan sistem psikologi yang bermanfaat
untuk berhubungan dengan anak-anak dan pemuda pada saat belajar.
Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar
secara ilmiah. Hasilnya berupa prosedur-prosedur yang dapat diterapkan pada situasi kelas
untuk mendapatkan hasil yang sangat produktif. Teori belajar kognitif menjelaskan
bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan
bahwa diri dan lingkungan psikologisnya merupakan faktor-faktor yang kait-mengait. Teori
ini dikembangkan berdasarkan. tujuan yang melatarbelakangi perilaku, cita-cita, cara-cara,
dan bagaimana seseorang memahami diri dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai
tujuan dirinya. Setiap pengertian yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan
lingkungannya disebut insight.
Dalam aplikasinya, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang
mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra-sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun
materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru
menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk
mencapai keberhasilan siswa.
Piaget menjabarkan aplikasinya dalam pendidikan;
1) Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar
kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai
pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan
dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif,
2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar, anak didorong menentukan sendiri pengetahuannya melalui interaksi
spontan dengan lingkungan,

3
3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan,
4) Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi, bertukar ide/gagasan – gagasan
untuk perkembangan penalaran
Dikemukakan pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan
kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu ketika
mengajar guru harus padai menyesuaikan penggunaan bahasa dengan cara berfikir
anak.
2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Peran Guru dalam hal ini harus mampu membimbing, mengarahkan anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing,
menarik dan menyenangkan anak didik, bukan membebani anak didik.
4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangan usianya.
5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
menceritakan pengalamannya.
6) Pendidikan berbasis aktifitas bisa diterapkan, berikan peran bagi anak dalam proses
pembelajaran.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses internal. Kegiatan
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam
merumuskan pembalejaran,mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi
mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavoristik. Kebebasan dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarnya mengikuti prinsip-prinsp sebagai
berikut :
1) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2) Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda konkret.
3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengalaman
atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi belajar disusun dengan
menggunakan pola dan atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah

4
dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan antara apa yang sedang
dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
7) Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan lajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampuan berfikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
C. Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum
Aplikasi teori kognitivisme dalam kegiatan pembelajaran lebih memusatkan perhatian
kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain itu, peran
siswa sangat diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
Teori ini juga memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan per-
kembangan. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam
kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil siswa
daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.
Teori ini juga mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget,
pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran.
Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat
disimulasi. Implikasi dalam konsep evaluasi bahwa evaluasi dilakukan selama proses belajar
bukan hanya semata dinilai dari hasil belajar. Jadi, teori ini menitikberatkan pada proses
daripada hasil yang dicapai oleh siswa.
Bagi para penganut aliran kognitivisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya
memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru
melalui proses discovery dan internalisasi. Agar discovery dan internalisasi dapat
berlangsung secara benar maka perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang perlu
sebagai berikut:
1) Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu
kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban
2) Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak.
3) Setiap usaha mengonseptualisasikan materi pembelajaran hendaknya diatur
sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa belajar.
4) Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan
memperhatikan tahap-tahap perkembangannya.
D. Sistem Assesmen Teori Kognitivisme
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir
paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini
merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai
atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu
menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku
disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa
seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada

5
kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji
dilaksanakan dalam sehari-hari.
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya
kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan
kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif
adalah kemampuan berfikir secara hierarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan
saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-
katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta
didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat
analisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian,
menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab-
akibat.
Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita,
komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan menyintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat
evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori
yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang
berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu
mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya
fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.
2) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman
dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang
telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan
menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata
sendiri.
3) Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang
baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi,
memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep,
pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut
untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik
diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara

6
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah
dipelajari.
5) Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam
mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan
peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode,
produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan,
pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan
evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata
dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.
Model pembelajaran adalah merupakan perencanaan yang dapat digunakan sebagai
pola face to face/saling berhadapan dalam pengajaran di kelas, atau pengaturan dalam tutorial
atau bentuk dari bahan-bahan instruksional.
Menurut Bruce Joyce dkk, model pembelajaran adalah model pelajaran, untuk
membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, kemampuan
berfikirdan dapat mengaktualisasi diri, juga diajarkan kepada siswa bagaimana belajar yang
efektif dan sistematis sehingga kedepan dihasilkan siswa yang dapat meningkatkan
kemampuannya belajar lebih mudah dan efektif dalam keilmuan dan keterampilan, karena
mereka sudah mendapat proses pembelajaran yang tuntas. Apabila antara pendekatan,
strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya
memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji kebenarannya.
2. Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar itu sendiri.
3. Teori kognitif dikembangkan bertujuan terutama untuk membantu guru
memahami muridnya. Ternyata, hal ini juga dapat membantu guru memahami
dirinya sendiri dengan lebih baik.
4. Dalam teori kognitif guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang
dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra-sekolah dan awal
sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa
sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau
logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran
yang bermakna, memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai
keberhasilan siswa.
5. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan
yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
B. Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitivisme siswa perlu dikaji secara
mendalam oleh calon guru dan para guru demi menyukseskan proses belajar
dikelas.Tanpa pengetahuan tentang kognitivisme siswa, guru akan mengalami
kesulitan dalam membelajarkannya dikelas, yang pada akhirnya mempengaruhi
rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru dikelas.

8
Daftar Pustaka
Chatib, Munif. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa, 2014.
Darsono.2002:24-25.Theori Pembelajaran.Jakarta:Erlangga
Joyce, Bruce dkk. (2009). Model of Teaching (Model-Model Pengajaran) edisi ke delapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1995.
Sax, Gilbert.(1980). Principles of Education Measurement and Evalution (second ed).
California: Wadsworth Publishing

Anda mungkin juga menyukai