Oleh kelompok 8
MALANG 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “ Kasus Pembelajaran di Kelas Yang
Berpijak Pada Teori Behavioristik, Kognitif, Konstruktivistik” ini dengan lancar dan tepat
waktu. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bimbingan,
bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dwi Agus Setiawan S.Pd, M.Pd selaku pembimbing mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran yang membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
2. Orang tua yang memberikan dukungan moral dan materiil sehingga kami dapat
menjalankan dan memenuhi kegiatan perkuliahan.
3. Teman-teman yang memberikan masukan berupa saran dan kritik yang sangat baik
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu per satu.
Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan agar dalam penyusunan makalah berikutnya
dapat lebih baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Tokoh Penggagas Dari Teori Belajar Behavioristik, Kognitif, dan Konstruktivistik......5
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................10
3.2 Saran................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUA
Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa dikerjakan,
mendadak dikejutkan oleh orang lain yang bisa mengerjakan hal tersebut. Agar kita tidak
tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang berubah cepat, maka kita sadar bahwa
pendidikan itu sangat penting.Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan
merupakan persoalan yang pelik. Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan
merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan
salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan
berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan
merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan
manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi
belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna
yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari
pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang
merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran
diri sebagai pribadi.
1
2
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui maksud dari teori belajar behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik.
2. Mengetahui tokoh penggagas dari teori belajar behavioristik, kognitif, dan
konstruktivistik.
3. Mengetahui konsep dasar dari teori belajar behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik.
4. Mengetahui tujuan menggunakan teori belajar behavioristik, kognitif, dan
konstruktivistik.
BAB II
PEMBAHASA
N
3
4
proses asimilasi dan akomodasi. Jadi dengan adanya teori kognitivisme seorang siswa
akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas sehingga pengetahuan yang
mereka dapatkan tetap setia dalam ingatan. Dengan adanya teori kognitivisme peserta
didik akan memiliki pengetahuan yang lebih luas. Namun, pada teori kognitivisme
peserta didik akan memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan dapat
menimbulkan kesenjangan antar peserta didik, apabila seorang guru tidak dapat
mengontrol perbedaan yang terjadi. Sehinggga, siswa yang pandai akan semakin pandai
dan yang kurang pandai akan semakin tertinggal.
3. Teori Konstruktivistik
Menurut cara pandang teori ini, belajar adalah proses untuk membangun
pengalaman nyata dari lapangan. Dalam teori ini, evaluasi tidak hanya dimaksudkan
untuk mengetahuai kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi
saran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran. Teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan dan teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya
sendiri. Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tatanan
filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan
manusia. Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan
sesuatu bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan data. Proses tersebut dicirikan
oleh beberapa hal sebagai berikut :
Menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. teori
ini sering disebut teori koneksionisme.
b. John Watson
Kajian tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti Fisika atau Biologi yang
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun keduanya harus dapat
diamati dan diukur.
c. Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-
stimulus yang disertai suatu gerakan. Hukuman (punishment) memegang peranan penting
dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang.
d. Burrhus Frederic Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Respon yang diterima seseorang tidak sesederhana konsep yang dikemukakan
tokoh sebelumnya, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan
interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang
diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
nantinya mempengaruhi munculnya perilaku.
Teori ini mengatakan bahwa pengalaman kependidikan harus dibangun di sekitar struktur
kognitif siswa. Struktur kognitif ini bisa dilihat dari usia serta budaya yang dimilik oleh siswa.
5
6
Bandura mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yang paling efektif
apabila mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang mempunyai kehormatan,
kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan, sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa
menjadi model yang paling berpengaruh.
Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan menghubungkannya dengan
sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam teorinya di sebut learning by analogy.
Pengajaran yang efektif memerlukan guru yang mengetahui struktur kognitif siswa.
Piaget mengemukakan bahwa pebelajar dalam segala usia secara aktif terlibat dalam
proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak
bersifat statis tetapi terus berevolusi. Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan intelektual
terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang dan ketika
mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini
(Ibrahim & Nur, 2004). Piaget memandang bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual
individu dilalui tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya individu. Sementara itu,
Vygotsky memberi tempat lebih pada aspek sosial pembelajaran. Ia percaya bahwa interaksi
sosial dengan orang lain mendorong terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual pembelajar.
7
Teori kognitif berusaha mendiskripsikan apa yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia
belajar. Teori ini lebih menaruh perhatiannya pada peristiwa internal. Peristiwa belajar yang
dialami manusia bukan semata masalah respon terhadap rangsangan akan tetapi adanya
ukuran dan pengarahan diri yang dikontrol oleh otak. Dalam perkembangan istilah kognitif
menjadi sebagai salah satu domain atau ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
perilaku mental dan berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi
dengan pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan.
8
2. 4 Tujuan Menggunakan Teori Belajar Behavioristik, Kognitif, dan Konstruktivistik
Penerapan beberapa teori belajar dapat memberikan banyak manfaat, baik itu bagi
pendidik maupun peserta didik dan bagi proses pembelajaran. Berikut manfaat teori belajar :
Pemanfaatan berbagai teori belajar bisa menjadi pedoman bagi pendidik untuk menentukan
arah pembelajaran. Ini dilakukan untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik dan
menjadi pedoman pendidik untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik
peserta didiknya.
Pemanfaatan teori belajar ini akan memberi gambaran bagi pendidik untuk memilih teori
belajar sesuai dengan keadaan perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan menguasai
berbagai teori belajar akan membantu guru menentukan sikap/Tindakan yang tepat untuk
membantu peserta didik dalam belajar.
3. Membantu pendidik untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien
Tindakan pendidik yang tepat akan lebih menghemat waktu sehingga siswa bisa belajar
sesuai dengan tujuannya tanpa membuang waktu, tenaga, dan biaya sehingga terwujudnya
pula proses pembelajaran efektif dan efisien.
Memilih metode, strategi, dan media yang tepat untuk menyampaikan informasi dalam proses
belajar pada anak didiknya.
Dengan memanfaatkan teori belajar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik,
ini bisa menjadi panduan pendidik dalam mengelola kelas.
BAB III
PENUTU
3.1 Kesimpulan
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah
yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang
dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat
kecerdasan siswa. Semua unsur ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu
model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada
asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
3.2 Saran
Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus
mengembangkan pengetahuan, kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu
disarankan kepada semua yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan khususnya guru
dapat membaca dan memahami Teori-teori pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA