MAKALAH
Oleh:
Puji serta syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Teori Belajar Behavioristik dan Teori Belajar Kognitif bagi Anak
dengan Hambatan Pendengaran” dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas akhir mata kuliah Model Pembelajaran Anak dengan Hambatan
Pendengaran. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah ini, yaitu Dr. Tati Hernawati, M.Pd. beserta Dr.
Endang Rusyani, M.Pd. yang telah membimbing dan memberikan kami ilmu yang
bermanfaat.
Terlepas dari itu, kami menyadari bahwasanya dalam penulisan makalah ini
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
menerima segala saran dan kritik yang membangun agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Semoga ke depannya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun bagi para pembaca.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
KAJIAN TEORI...................................................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Teori Belajar Behavioristik .................................................... 3
2.1.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristik................................................... 3
2.1.2 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Behavioristik ............................................ 4
2.1.3 Ciri-Ciri atau Karakteristik Teori Belajar Behavioristik ........................ 4
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik ........................ 5
2.2 Implementasi Teori Belajar Behavioristik terhadap Anak dengan Hambatan
Pendengaran ........................................................................................................ 8
2.3 Konsep Dasar Teori Belajar Kognitif ............................................................ 9
2.3.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif........................................................... 9
2.3.2 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif .................................................. 10
2.3.3 Ciri-Ciri atau Karakteristik Teori Belajar Kognitif .............................. 11
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif .............................. 12
2.4 Implementasi Teori Belajar Kognitif terhadap Anak dengan Hambatan
Pendengaran ...................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi
yang telah dipelajari. Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya
melalui belajar. Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu
pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, ketrampilan
motorik, dan sikap. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan,
kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena
itu seseorang harus menguasai prinsip-prinsip dasar belajar agar mampu memahami
bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam psikologis dan
kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar.
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan
belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren
pembelajaran. Teori manapun pada prinsipnya, belajar meliputi segala perubahan
baik berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun
pengertian.
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar.
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan
belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren
pembelajaran. Teori manapun pada prinsipnya, belajar meliputi segala perubahan
baik berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun
pengertian.
1
berkebutuhan khusus. Implementasi teori belajar bagi anak berkebutuhan khusus,
terutama anak dengan hambatan pendengaran sangatlah penting untuk diterapkan
agar proses pembelajaran akan lebih mudah tersampaikan kepada peserta didik.
Adapun penjelasan lebih lanjut dalam makalah ini mengenai implementasi teori
behavioristik dan teori kognitif dalam pembelajaran bagi anak dengan hambatan
pendengaran.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori Belajar Behavioristik
2.1.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik merupakan salah satu aliran psikologi
yang memandang bahwasannya perilaku belajar seseorang atau individu
hanya pada kejadian atau fenomena yang tampak secara kasat mata atau
jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental (Soesilo, 2015). Aliran
psikologi atau teori belajar behavioristik tidak melibatkan minat, emosi, dan
perasaan individu dalam proses belajar. Peristiwa dalam pelaksanaan
pembelajaran hanya semata-mata karena stimulus dan respon yang
diberikan kemudian hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang di kuasi
oleh individu.
Teori behavioristik merupakan suatu bentuk perubahan yang
dialami individu berupa kemampuan dalam bentuk perubahan tingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon.
Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik merupakan teori
belajar memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan
objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku
pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian.
Teori belajar behaviorisme berorientasi pada “hasil yang dapat
diukur, diamati, dianalisis, dan diuji secara obyektif”. Pendekatan ini
memiliki kontribusi dalam mencapai perubahan pemikiran, perasaan dan
pola perilaku bagi individu (Sanyata, 2012). Pengulangan dan pelatihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil
yang diharapkan dari penerapan teori behaviorisme adalah terbentuknya
suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif. Evaluasi atau penilaian didasarkan pada perilaku yang tampak
dalam pembelajaran peserta didik.
3
2.1.2 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Behavioristik
Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara
stimulus dengan respons secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang
penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak
memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa
akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward
yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang
telah ditunjukkan). Menurut Mukinan (1997: 23), terdapat beberapa prinsip
umum yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan
tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.
2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah
adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati.
Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena
tidak dapat diamati.
3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya
respons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan
semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif)
ditambah.
4
reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia
dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin.
3. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua
orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha
kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-
kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan
hati.
5
belajar secara terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan
mereka bisa menerapkannya sebaik mungkin.
6
menghasilkan perilaku yang berbeda akan suatu kejadian yang
dialaminya. Dari sisi tenaga pendidik, teori belajar ini juga membuat
mereka berlatih diri untuk bersikap lebih jeli dan peka pada kondisi
belajar yang dijalankan. Pembelajaran menggunakan teori ini
memiliki kelebihan dengan bisa mengendalikan peserta belajar
dengan mengganti stimulus alami dengan stimulus tepat sehingga
mendapatkan pengulangan respon yang dikehendaki.
7
d. Individu Dibentuk Menjadi Pasif dan Tidak Inovatif
Hasil dari pembelajaran menggunakan metode ini
kebanyakan adalah peserta didik yang pasif dan tidak kreatif. Hal
ini dikarenakan selama proses pembelajaran nya, ia hanya terus
menerima ilmu, bersaing untuk mencapai target, dan terbiasa
tertekan dengan pendidiknya sehingga harus mematuhi hal-hal
yang membuatnya terhindar dari hukuman. Hukuman verbal dan
fisik yang menjadi ancaman (atau bahkan pernah dialami) peserta
didik pada akhirnya akan memengaruhi perkembangan
psikologinya, baik dalam lingkup pembelajaran maupun kehidupan
sosialnya.
8
baik menggunakan bahasa isyarat/ ujaran/ ataupun verbal dengan sesuai SPOK.
Setelah itu, anak diperintahkan untuk latihan dengan guru memberikan sebuah
gambar dan anak harus mencoba menyusun kalimat dari setiap gambar yang
diberikan, jika masih ada penyusunan kalimat yang salah anak akan diberikan
punisement dengan menyusun kalimat efektif sesuai gambar secara dua kali lipat,
misalkan anak harus menyusun kalimat dari 2 gambar jika salah menjadi 4 gambar.
Jika anak benar menyusun kalimat, akan diberikan reward. Cara ini sudah dilakukan
pada penelitian yang berjudul “Pembelajaran Menulis Kalimat Efektif Siswa
Tunarungu Kelas VI SDLB N Pringsewu Pada Masa Pandemi Covid-19”.
9
2.3.2 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad 20. Teori ini
lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Dalam teori
kognitif, belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek kejiwaan lainnya (Mulyana, 2020).
10
5. Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan karena sangat
memengaruhi keberhasilan siswa belajar. Sehingga keterlibatan
siswa saat kegiatan pembelajaran sangat penting
6. Praktik pembelajaran teori ini tampak pada tahap perkembangan
(Jean Piaget), pemahaman konsep (Jerome Bruner), dan Advance
Organizers (David Ausubel)
11
melakukan upaya untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk
kelompok kecil dari pada bentuk kelas yang utuh (Trianto, 2019,
hlm. 18).
12
Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan sebagai berikut
(Nurhadi, 2018: 19):
a). Pengaruh Positifnya yaitu :
1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa
memahami bahan belajar secara lebih mudah.
2. Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada
pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
3. Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu
memberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk
pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik,
dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur
pengembangan materi yang telah diberikan.
4. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat
memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk
mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada
pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat
peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah
diberikan.
5. Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau
pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal
yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif peserta
didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada
atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
6. Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak
diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan
(Burhanuddin, https://afidburhanuddin.wordpress.com, 2018).
2) Pengaruh Negatifnya yaitu:
1. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di
praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti
intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
13
2. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan
ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing
peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu
menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya
ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
3. Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara
peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan
pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya,
karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara
yang berbeda-beda.
4. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif,
maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya
materi yang diberikan.
5. Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif
tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan
kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
6. Dalam menerapkan metode pembelajaran kognitif perlu
diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan
suatu materi yang telah diterimanya. (Kharisma,
https://www.scribd.com/doc, 2018).
14
pendengaran, penerapan pembelajaran teori kognitivisme dapat disesuaikan dengan
kemampuan anak.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Belajar menjadi sebuah proses yang terjadi pada setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku yang tidak terlepas dari implementasi teori-
teori belajar. Teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif menjadi bagian
dari terlaksanannya proses belajar. Teori behavioristik menitikberatkan pada
perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya pengalaman belajar. Sementara
teori belajar kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku. Sehingga teori
memfokuskan kajiannya tentang bagaimana mengembangkan fungsi kognitif
individu agar dapat difungsikan dalam proses belajar dengan baik. Keduanya
memiliki karakteristiknya masing-masing. Pelaksanaan teori belajar tersebut juga
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setiap individu dalam lingkup suatu kelas
tertentu. Kedua teori tersebut penerapannya juga tidak hanya dapat dilaksanakan
dalam cakupan sekolah reguler, melainkan juga perlu dikembangkan dalam
cakupan sekolah luar biasa dengan tetap memperhatikan kebutuhan anak-anak
berkebutuhan khusus terutama anak dengan hambatan pendengaran.
3.2 Saran
Hendaknya setiap guru dapat memberikan iklim belajar yang nyaman bagi
peserta didik, dan mampu untuk dapat memilih serta melaksanakan teori-teori
belajar yang ada sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setiap peserta didik.
Terutama bagi anak dengan hambatan pendengaran yang penerapannya tetap perlu
disesuaikan melalui metode yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tersebut agar
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan menunjang keberhasilan bagi peserta
didik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anidar, J. (2017). Teori belajar menurut aliran kognitif serta implikasinya dalam
pembelajaran. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling
Islami, 3(2), 8-16. doi: 10.15548/atj.v3i2.528
Hurit, R. U., dkk. (2021). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Cv. Media Sains
Indonesia. [Online]. Diakses dari
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=vLc8EAAAQBAJ&oi=fn
d&pg=PA186&dq=pengertian+teori+belajar+kognitif&ots=-
Hop75FswQ&sig=-
WeEInHBPw6kOYW2wrxVbJyxpXc&redir_esc=y#v=onepage&q=penge
rtian%20teori%20belajar%20kognitif&f=false.
17
Shahbana, E. B., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar Behavioristik
dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 24-33.
doi: https://doi.org/10.37755/jsap.v9i1.249
Subakti H., dkk. (2022). Teori Pembelajaran. Yayasan Kita Menulis. [Online].
Diakses dari
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=PDJtEAAAQBAJ&oi=fn
d&pg=PA28&dq=prinsip+teori+belajar+kognitif&ots=HYI2vfPCNa&sig
=OniWqOf8q14xuGD7ckj4K8i6IBE&redir_esc=y#v=onepage&q=prinsip
%20teori%20belajar%20kognitif&f=false
18