Anda di halaman 1dari 21

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

DAN TEORI BELAJAR KOGNITIF BAGI ANAK DENGAN HAMBATAN


PENDENGARAN

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Model Pembelajaran Anak dengan Hambatan Pendengaran dosen pengampu
Dr. Hj. Tati Hernawati, M.Pd. dan Dr. Endang Rusyani, M.Pd.

Oleh:

Galuh Aura Utami NIM 2008528


Lia Mardhiyana NIM 2009910
Novalianti Yuma Al zahra NIM 2002885

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji serta syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Teori Belajar Behavioristik dan Teori Belajar Kognitif bagi Anak
dengan Hambatan Pendengaran” dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas akhir mata kuliah Model Pembelajaran Anak dengan Hambatan
Pendengaran. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah ini, yaitu Dr. Tati Hernawati, M.Pd. beserta Dr.
Endang Rusyani, M.Pd. yang telah membimbing dan memberikan kami ilmu yang
bermanfaat.

Terlepas dari itu, kami menyadari bahwasanya dalam penulisan makalah ini
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
menerima segala saran dan kritik yang membangun agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Semoga ke depannya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun bagi para pembaca.

Bandung, 10 September 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
KAJIAN TEORI...................................................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Teori Belajar Behavioristik .................................................... 3
2.1.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristik................................................... 3
2.1.2 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Behavioristik ............................................ 4
2.1.3 Ciri-Ciri atau Karakteristik Teori Belajar Behavioristik ........................ 4
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik ........................ 5
2.2 Implementasi Teori Belajar Behavioristik terhadap Anak dengan Hambatan
Pendengaran ........................................................................................................ 8
2.3 Konsep Dasar Teori Belajar Kognitif ............................................................ 9
2.3.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif........................................................... 9
2.3.2 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif .................................................. 10
2.3.3 Ciri-Ciri atau Karakteristik Teori Belajar Kognitif .............................. 11
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif .............................. 12
2.4 Implementasi Teori Belajar Kognitif terhadap Anak dengan Hambatan
Pendengaran ...................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi
yang telah dipelajari. Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya
melalui belajar. Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu
pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, ketrampilan
motorik, dan sikap. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan,
kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusia. Oleh karena
itu seseorang harus menguasai prinsip-prinsip dasar belajar agar mampu memahami
bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam psikologis dan
kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar.
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan
belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren
pembelajaran. Teori manapun pada prinsipnya, belajar meliputi segala perubahan
baik berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun
pengertian.

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar.
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan
belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren
pembelajaran. Teori manapun pada prinsipnya, belajar meliputi segala perubahan
baik berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun
pengertian.

Dalam dunia pendidikan, teori-teori belajar ini meliputi teori behavioristik,


kontruktivisme, kognitivisme, dan humanistik. Teori belajar berlaku juga bagi anak

1
berkebutuhan khusus. Implementasi teori belajar bagi anak berkebutuhan khusus,
terutama anak dengan hambatan pendengaran sangatlah penting untuk diterapkan
agar proses pembelajaran akan lebih mudah tersampaikan kepada peserta didik.
Adapun penjelasan lebih lanjut dalam makalah ini mengenai implementasi teori
behavioristik dan teori kognitif dalam pembelajaran bagi anak dengan hambatan
pendengaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan teori behavioristik dan teori kognitif?
2. Bagaimana prinsip pembelajaran dalam teori behavioristik dan teori
kognitif?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori behavioristik dan kognitf dalam
pembelajaran?
4. Bagaimana karakteristik dalam teori behavioristik dan kognitif?
5. Bagaimana implementasi teori behavioristik dan kognitif dalm
pembelajaran bagi anak dengan hambatan pendengaran?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui mengenai teori belajar behavioristik dan kognitf.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori belajar behavioristik
dan kognitif dalam pembelajaran.
3. Untuk mengetahui implementasi teori behavioristik dan kognitif dalam
pembelajaran bagi anak dengan hambatan pendengaran.

2
BAB II

KAJIAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori Belajar Behavioristik
2.1.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik merupakan salah satu aliran psikologi
yang memandang bahwasannya perilaku belajar seseorang atau individu
hanya pada kejadian atau fenomena yang tampak secara kasat mata atau
jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental (Soesilo, 2015). Aliran
psikologi atau teori belajar behavioristik tidak melibatkan minat, emosi, dan
perasaan individu dalam proses belajar. Peristiwa dalam pelaksanaan
pembelajaran hanya semata-mata karena stimulus dan respon yang
diberikan kemudian hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang di kuasi
oleh individu.
Teori behavioristik merupakan suatu bentuk perubahan yang
dialami individu berupa kemampuan dalam bentuk perubahan tingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon.
Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik merupakan teori
belajar memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan
objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku
pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian.
Teori belajar behaviorisme berorientasi pada “hasil yang dapat
diukur, diamati, dianalisis, dan diuji secara obyektif”. Pendekatan ini
memiliki kontribusi dalam mencapai perubahan pemikiran, perasaan dan
pola perilaku bagi individu (Sanyata, 2012). Pengulangan dan pelatihan
digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil
yang diharapkan dari penerapan teori behaviorisme adalah terbentuknya
suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif. Evaluasi atau penilaian didasarkan pada perilaku yang tampak
dalam pembelajaran peserta didik.

3
2.1.2 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Behavioristik
Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara
stimulus dengan respons secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang
penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak
memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa
akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward
yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang
telah ditunjukkan). Menurut Mukinan (1997: 23), terdapat beberapa prinsip
umum yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan
tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.
2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah
adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati.
Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting karena
tidak dapat diamati.
3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya
respons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan
semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif)
ditambah.

2.1.3 Ciri-Ciri atau Karakteristik Teori Belajar Behavioristik


Menurut Ahmadi (2003:46), teori belajar behavioristik mempunyai ciri-
ciri, yaitu.

1. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,


melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan
kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin di kesampingkan serta
gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu,
behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
2. Segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme
mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-
perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah

4
reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia
dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin.
3. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua
orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha
kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-
kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan
hati.

Teori belajar behavioristik memiliki ciri-ciri spesifik menurut Rusuli dalam


(Husamah dkk, 2018), diantaranya adalah:

1. Mementingkan faktor lingkungan,


2. Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar,
3. Menekankan pada faktor bagian (elemen-elemen dan tidak secara
keseluruhan),
4. Sifatnya mekanis atau mementingkan reaksi kebiasaan-kebiasaan
(Ahmadi, 1998:43).
5. Mementingkan masa lalu atau bertinjauan historis artinya segala
tingkah lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan
(Suryabrata, 1990: 256).

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik


Teori behavioristik ini dikenal sebagai teori pembelajaran yang
paling tua. Sebagai teori yang pertama dikeluarkan dalam mempelajari pola
belajar individu, teori ini pun tak lepas dari segala kelebihan dan
kekurangannya. Beberapa hal terkait dengan nilai plus dan minus teori
belajar ini akan disampaikan secara ringkas berikut ini.

1. Kelebihan Teori Behavioristik


Berikut adalah kelebihan dari teori behavioristik :
a. Sesuai dengan materi pembelajaran

Teori belajar ini dinilai cukup cocok dengan pembelajaran


dengan tujuan memiliki kemampuan yang membutuhkan praktik
serta pembiasaan yang disiplin. Teori ini membantu individu dalam

5
belajar secara terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan
mereka bisa menerapkannya sebaik mungkin.

b. Materi Pembelajaran dirancang secara Khusus

Materi pembelajaran yang diberikan sangat detail. Individu


yang memiliki niat dan tekad untuk mempelajari sesuatu dengan
begitu dalam akan benar-benar terbantu dengan praktik teori belajar
behavioristik karena banyaknya materi yang diberikan. Harapannya,
peserta didik bisa memahami semua pelajaran yang diberikan.

c. Membangun Konsentrasi Individu

Teori belajar ini memaksa individu yang belajar untuk


membangun konsentrasi pikiran mereka sendiri, dimotivasi dengan
adanya penguatan dan hukuman yang mungkin didapatkan.
Motivasi ini dimunculkan sebagai dorongan bagi individu tersebut
agar selalu siap untuk memunculkan respond dan harapannya
mereka bisa membangun konsentrasi sebaik mungkin ketika belajar.

d. Sesuai dengan Pemahaman Belajar pada Anak

Teori belajar ini cukup cocok diterapkan pada individu,


terutama anak, yang dinilai masih membutuhkan dominasi orang
tuanya. Teori ini berperan dalam memberikan pendidikan dalam
bentuk pengarahan pola pikir, melatih memberikan respon cepat
dengan membentuk konsentrasi secepat mungkin. Selain itu, teori
ini memang membantu anak-anak yang berhasil belajar berdasarkan
hasil pengulangan atau tipe anak yang bisa belajar dengan cara
meniru.

e. Perubahan Belajar Menjadi Tolak Ukur Keberhasilan

Hasil dari pembelajaran menggunakan teori belajar ini lebih


bisa diamati. Hal ini terjadi karena perubahan menjadi tolok ukur
teori belajar behavioristik, seseorang baru dianggap belajar ketika

6
menghasilkan perilaku yang berbeda akan suatu kejadian yang
dialaminya. Dari sisi tenaga pendidik, teori belajar ini juga membuat
mereka berlatih diri untuk bersikap lebih jeli dan peka pada kondisi
belajar yang dijalankan. Pembelajaran menggunakan teori ini
memiliki kelebihan dengan bisa mengendalikan peserta belajar
dengan mengganti stimulus alami dengan stimulus tepat sehingga
mendapatkan pengulangan respon yang dikehendaki.

2. Kekurangan Teori Behavioristik

Selain kelebihan, penerapan teori behavioristik juga memiliki


kekurangan, antara lain:

a. Hanya Berpusat pada Tenaga Pendidik

Pembelajaran ini hanya berpusat pada guru atau tenaga


pendidik, bukannya pada murid atau individu yang belajar. Hal ini
berpotensi membuat individu yang belajar justru kehilangan
kemampuan dan kelebihan alaminya seperti berkreasi sesuai dengan
pikirannya. Pada tipe peserta belajar tertentu, aplikasi teori belajar
ini akan menimbulkan kebosanan dan justru membentuknya sebagai
pribadi yang pasif karena hanya terus menerima dan menerima,
tanpa dilibatkan untuk berpikir dan mengajukan pendapatnya.

b. Tidak luas/ terlihat sempit


Penyimpangan sedikit saja menimbulkan hukuman. Peserta
didik hanya berpikir sempit bahwa teori yang diberikan oleh
pendidiknya merupakan yang mutlak paling baik, paling relevan,
dan paling sempurna.
c. Kaku dan Membosankan
Pembelajaran dengan cara ini tergolong tidak kreatif dan
menyenangkan. Tidak ada suasana menyenangkan yang dibangun
untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik kecuali dengan
memberikan reward ketika mereka berhasil melakukan hal yang
diinginkan.

7
d. Individu Dibentuk Menjadi Pasif dan Tidak Inovatif
Hasil dari pembelajaran menggunakan metode ini
kebanyakan adalah peserta didik yang pasif dan tidak kreatif. Hal
ini dikarenakan selama proses pembelajaran nya, ia hanya terus
menerima ilmu, bersaing untuk mencapai target, dan terbiasa
tertekan dengan pendidiknya sehingga harus mematuhi hal-hal
yang membuatnya terhindar dari hukuman. Hukuman verbal dan
fisik yang menjadi ancaman (atau bahkan pernah dialami) peserta
didik pada akhirnya akan memengaruhi perkembangan
psikologinya, baik dalam lingkup pembelajaran maupun kehidupan
sosialnya.

2.2 Implementasi Teori Belajar Behavioristik terhadap Anak dengan


Hambatan Pendengaran
Siswa tunarungu pada umumnya mengalami kesulitan dalam hal
penyusunan kalimat. Penempatan dan pemilihan kata kurang tepat, sehingga
kalimat menjadi kurang dipahami. Seringnya penggunaan kalimat kurang
berstruktur dan kurang berpola sehingga mengakibatkan pesan yang disampaikan
oleh anak tunarungu saat melakukan komunikasi sulit dipahami dan sulit untuk
dimengerti oleh lawan bicara. Jika hal tersebut terus terjadi maka komunikasi yang
terjalin antara anak tunarungu di dalam masyarakat akan terputus dan akhirnya
mereka tersisihkan dari lingkungannya. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap
perkembangan karier dan masa depan anak tunarungu (Salam, 2014). Kesalahan
sintak yang sering dilakukan anak tunarungu dalam menyusun kalimat diantaranya
seperti: “membaca kakak” sedangkan yang benarnya adalah “kakak membaca”.
Anak juga menuliskan kalimat “kopi minum Ayah”, sedangkan susunan dengan
pola yang betulnya adalah “Ayah minum kopi”. Selain itu, anak juga menyusun dan
menulis kata dengan susunan “ibu pergi pasar ke”, dan “nasi di dapur ibu masak”,
sedangkan yang betulnya adalah “Ibu pergi ke pasar” dan “Ibu memasak nasi di
dapur” (Yeta, 2018).

Dalam memecahkan masalah ini, guru dapat menggunakan teori belajar


behavioristik dengan memberikan stimulus dan adanya respon atau perilaku positif.
Guru memberikan stimulus dengan menjelaskan mengenai kalimat yang efektif

8
baik menggunakan bahasa isyarat/ ujaran/ ataupun verbal dengan sesuai SPOK.
Setelah itu, anak diperintahkan untuk latihan dengan guru memberikan sebuah
gambar dan anak harus mencoba menyusun kalimat dari setiap gambar yang
diberikan, jika masih ada penyusunan kalimat yang salah anak akan diberikan
punisement dengan menyusun kalimat efektif sesuai gambar secara dua kali lipat,
misalkan anak harus menyusun kalimat dari 2 gambar jika salah menjadi 4 gambar.
Jika anak benar menyusun kalimat, akan diberikan reward. Cara ini sudah dilakukan
pada penelitian yang berjudul “Pembelajaran Menulis Kalimat Efektif Siswa
Tunarungu Kelas VI SDLB N Pringsewu Pada Masa Pandemi Covid-19”.

2.3 Konsep Dasar Teori Belajar Kognitif


2.3.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif
Cognitive berasal dari cognition yang memiliki kesamaan makna
dengan kata knowing yang artinya mengetahui. Makna yang lebih luas
cognition atau kognisi adalah perolehan penataan. penggunaan pengetahuan
(Syah, 2005). Pengertian teori belajar cognitive adalah teori belajar yang
memfokuskan kajiannya tentang bagaimana mengembangkan fungsi
cognitive individu agar dapat difungsikan dalam proses belajar dengan baik.

Kognitif adalah segala aktivitas mental yang membuat suatu


individu mampu menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu
peristiwa sehingga individu mendapatkan pengetahuan setelahnya. Kognitif
erat dengan tingkat kecerdasan seseorang. Contohnya ketika seseorang
sedang belajar, membangun sebuah ide, dan memecahkan masalah.
Pengertian kognitif menurut Williams dan Susanto kognitif adalah cara
individu bertingkah laku, bertindak, dan cepat lambatnya individu saat
memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik


memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada
bagaimana informasi diproses.

9
2.3.2 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad 20. Teori ini
lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Dalam teori
kognitif, belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek kejiwaan lainnya (Mulyana, 2020).

Prinsip-prinsip teori kognitif; menurut teori kognitivisme, belajar


adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-
bagian suatu situasi saling berhubungan dengan konteks situasi secara
keseluruhan. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah teori belajar
Gestalt, teori medan, teori belajar humanistik, teori perkembangan Piaget,
teori kognitif Bruner, teori belajar bermakna Ausebel dll.

Prinsip Teori Belajar Kognitif

1. Mementingkan proses belajar daripada hasil. Belajar merupakan


perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang tampak
2. Teori belajar kognitif merupakan model perseptual. Tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahaman tentang situasi
yang berhubungan dengan tujuan belajarnya
3. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi atau materi pelajaran
menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya
secara terpisah-pisah. Materi pelajaran disusun dengan pola dari
sederhana ke kompleks
4. Belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi, aspek kejiwaan lain. Sehingga belajar
merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir secara
kompleks

10
5. Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan karena sangat
memengaruhi keberhasilan siswa belajar. Sehingga keterlibatan
siswa saat kegiatan pembelajaran sangat penting
6. Praktik pembelajaran teori ini tampak pada tahap perkembangan
(Jean Piaget), pemahaman konsep (Jerome Bruner), dan Advance
Organizers (David Ausubel)

2.3.3 Ciri-Ciri atau Karakteristik Teori Belajar Kognitif


Melalui pemaparan teori kognitif Piaget di atas, kita dapat menarik
implikasi-implikasi dasar yang dapat menjadi ciri belajar kognitif. Beberapa
ciri tersebut adalah sebagai berikut.
1. Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak
sekedar pada hasilnya.
Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami
proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban
tersebut. Pengamatan belajar yang sesuai dikembangkan dengan
memperhatikan tahap kognitif siswa, dan jika guru penuh perhatian
terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada
kesimpulan tertentu, barulah guru dapat dikatakan berada dalam
posisi memberikan pengalaman sesuai yang dimaksud.
2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
Dalam kelas, Piaget menekankan pengajaran pengetahuan
jadi (ready made knowledge) tidak mendapat penekanan, melainkan
anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu (discovery)
melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. Oleh karena itu
guru dituntut mempersiapkan berbagai kegiatan secara langsung
dengan dunia fisik.
3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan
Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh
melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu
berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Sebab itu guru mampu

11
melakukan upaya untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk
kelompok kecil dari pada bentuk kelas yang utuh (Trianto, 2019,
hlm. 18).

Ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif adalah sebagai


berikut :

1. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan


yang dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui
proses pembentukan pengetahuan.
2. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua
mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat
diselesaikan dengan berbagai cara.
3. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistic dan
relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk
memahami suatu konsep siswa melalui kenyataan kehidupan
sehari-hari.
4. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadi
transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang
dengan orang lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi
dan kerja sama antara siswa, guru dan siswa-siswa.
5. Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan
tertulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
6. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga siswa
menjadi menarik dan siswa mau belajar.

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif


Positif dan Negatif Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran Setiap
teori pembelajaran pastilah di bandingkan dengan teori pembelajaran yang
lain. Selain itu setiap teori pembelajaran juga melengkapi dan menambah
dari kekurangan teori-teori pembelajaran yang telah diungkapkan oleh para
ahli sebelumnya.

12
Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan sebagai berikut
(Nurhadi, 2018: 19):
a). Pengaruh Positifnya yaitu :
1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa
memahami bahan belajar secara lebih mudah.
2. Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada
pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
3. Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu
memberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan unruk
pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik,
dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur
pengembangan materi yang telah diberikan.
4. Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat
memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk
mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada
pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat
peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah
diberikan.
5. Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau
pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal
yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif peserta
didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada
atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
6. Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak
diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan
(Burhanuddin, https://afidburhanuddin.wordpress.com, 2018).
2) Pengaruh Negatifnya yaitu:
1. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan; sulit di
praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti
intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

13
2. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan
ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing
peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu
menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya
ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
3. Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara
peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan
pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya,
karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara
yang berbeda-beda.
4. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif,
maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya
materi yang diberikan.
5. Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif
tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan
kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
6. Dalam menerapkan metode pembelajaran kognitif perlu
diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan
suatu materi yang telah diterimanya. (Kharisma,
https://www.scribd.com/doc, 2018).

2.4 Implementasi Teori Belajar Kognitif terhadap Anak dengan Hambatan


Pendengaran
Teori perkembangan kognitivisme menjelaskan bahwa kecerdasan dan
kemampuan berpikir seorang anak berubah seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Penerapan teori kognitif adalah dalam bentuk bahasa yang
digunakan dan penjelasan yang diberikan pendidik mudah dipahami oleh peserta
didik serta memberi kebebasan bagi mereka untuk saling berkomunikasi dengan
yang lainnya. Pendidik perlu melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan,
seperti memberikan waktu bagi mereka untuk bertanya, kesempatan untuk
membuat kesalahan dan memperbaikinya, serta merefleksikan diri agar dapat
membantu mereka dalam memahami proses mental. Bagi anak dengan hambatan

14
pendengaran, penerapan pembelajaran teori kognitivisme dapat disesuaikan dengan
kemampuan anak.

Pendidik dapat memberikan pelajaran yang mudah dipahami dengan


mengutamakan aspek visual (gambar dan tulisan) atau simbolis. Semisal anak
dihadapkan pada gambar-gambar, atau penyampaian informasi dapat dilakukan
melalui bahasa isyarat. Pembelajaran dengan bentuk visualisasi tentang apa yang
dibicarakan pada saat itu bertujuan untuk menarik perhatian anak, memperjelas
pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilihat, diucapkan, dan dipikirkan.
Contoh dalam penerapan teori ini yakni guru membuat visualisasi berupa gambar
“kucing” dan menjelaskannya sembari melakukan semacam interaksi atau
percakapan bersama peserta didik mengenai gambar visualisasi itu, sehingga
peserta didik dapat mengetahui gambaran kucing secara umum dari hasil
percakapan tersebut. Selain itu, guru juga dapat menuliskan kalimat seperti “kucing
putih” atau “anak kucing”, kemudian anak dilatih untuk membaca kalimat tersebut.
Guru juga dapat meminta peserta didik untuk menuliskan kalimat yang telah
dibacanya. Untuk mempermudah pemahaman dan pengetahuan peserta didik
mengenai materi perlu diadakan evaluasi dengan cara sebagai berikut.

1. Menempelkan huruf sesuai dengan gambar atau sebaliknya.


2. Menyusun huruf-huruf menjadi kata.
3. Menempelkan pias kata yang sesuai dengan gambar.

Media visual dalam pembelajaran di atas berperan untuk menarik perhatian


peserta didik, membantu perkembangan pikiran, serta menumbuhkan kemampuan
berusaha sendiri berdasarkan pengalaman.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Belajar menjadi sebuah proses yang terjadi pada setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku yang tidak terlepas dari implementasi teori-
teori belajar. Teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif menjadi bagian
dari terlaksanannya proses belajar. Teori behavioristik menitikberatkan pada
perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya pengalaman belajar. Sementara
teori belajar kognitif beranggapan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku. Sehingga teori
memfokuskan kajiannya tentang bagaimana mengembangkan fungsi kognitif
individu agar dapat difungsikan dalam proses belajar dengan baik. Keduanya
memiliki karakteristiknya masing-masing. Pelaksanaan teori belajar tersebut juga
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setiap individu dalam lingkup suatu kelas
tertentu. Kedua teori tersebut penerapannya juga tidak hanya dapat dilaksanakan
dalam cakupan sekolah reguler, melainkan juga perlu dikembangkan dalam
cakupan sekolah luar biasa dengan tetap memperhatikan kebutuhan anak-anak
berkebutuhan khusus terutama anak dengan hambatan pendengaran.

3.2 Saran

Hendaknya setiap guru dapat memberikan iklim belajar yang nyaman bagi
peserta didik, dan mampu untuk dapat memilih serta melaksanakan teori-teori
belajar yang ada sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setiap peserta didik.
Terutama bagi anak dengan hambatan pendengaran yang penerapannya tetap perlu
disesuaikan melalui metode yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tersebut agar
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan menunjang keberhasilan bagi peserta
didik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anidar, J. (2017). Teori belajar menurut aliran kognitif serta implikasinya dalam
pembelajaran. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling
Islami, 3(2), 8-16. doi: 10.15548/atj.v3i2.528

Dwiyogo, W. & Syamsul, M. Teori Belajar Behavioristik dan Implikasinya dalam


Pembelajaran. Universitas Negeri Malang.

Fauziya, D. (2021). Pembelajaran Menulis Kalimat Efektif Siswa Tunarungu Kelas


VI SDLB N Pringeswu pada Masa Pandemi Covid-19. (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Pringsewu). Diakses dari
http://repository.umpri.ac.id/id/eprint/646/2/FILE%202%20BAB%20I.pdf

Hurit, R. U., dkk. (2021). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Cv. Media Sains
Indonesia. [Online]. Diakses dari
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=vLc8EAAAQBAJ&oi=fn
d&pg=PA186&dq=pengertian+teori+belajar+kognitif&ots=-
Hop75FswQ&sig=-
WeEInHBPw6kOYW2wrxVbJyxpXc&redir_esc=y#v=onepage&q=penge
rtian%20teori%20belajar%20kognitif&f=false.

Nahar, N. I. (2016). Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses


pembelajaran. NUSANTARA: jurnal ilmu pengetahuan sosial, 1(1).
Diakses dari http://jurnal.um-
tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/view/94

Nurhadi, N. (2020). Teori Kognitivisme serta Aplikasinya dalam


Pembelajaran. EDISI, 2(1), 77-95. doi:
https://doi.org/10.36088/edisi.v2i1.786

Sarwiasih, S. (2002). Pemanfaatan Media Visual Untuk Meningkatkan


Kemampuan Berbahasa Anak Tuna Rungu Kelas I. Jurnal Ilmiah Guru
Caraka Olah Pikir Edukatif, 6(01). doi:
https://doi.org/10.21831/jig%20cope.v6i01.5414

17
Shahbana, E. B., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar Behavioristik
dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 24-33.
doi: https://doi.org/10.37755/jsap.v9i1.249

Subakti H., dkk. (2022). Teori Pembelajaran. Yayasan Kita Menulis. [Online].
Diakses dari
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=PDJtEAAAQBAJ&oi=fn
d&pg=PA28&dq=prinsip+teori+belajar+kognitif&ots=HYI2vfPCNa&sig
=OniWqOf8q14xuGD7ckj4K8i6IBE&redir_esc=y#v=onepage&q=prinsip
%20teori%20belajar%20kognitif&f=false

Wahab, G. & Rosnawati. (2021). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.


Indramayu: CV. Adanu Abimata.

18

Anda mungkin juga menyukai