Disusun oleh :
Nama : Adistya Meirani
NIM : P17331120401/A
Dosen : Riska Novia Matalata, S.Pd, M.Pd
1|P a ge
Kata Pengantar
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., karena telah memberikan
kemudahan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
Karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah yang berjudul, Hubungan Pengetahuan Gizi
Seimbang Dengan Status Gizi Remaja Putri XI MIPA 1 (Di SMA Negeri 1 Pagaden) ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain untuk
memenuhi tugas akhir, karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan
gizi seimbang dan status gizi remaja putri kelas XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menghadapi berbagai macam kesulitan,
seperti; kurangnya sarana untuk memperoleh sumber yang terpercaya. Akan tetapi, berkat
dukungan dari berbagai pihak serta kemudahan teknologi, kesulitan tersebut dapat dilalui
sehingga bisa terselesaikannya karya tulis ilmiah ini. Selain itu, satu hal yang
membahagiakan penulis ialah atas disetujuinya judul karya tulis ilmiah ini dan disambut
dengan antusias oleh teman-teman dari kelas XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden.
Sebab, pembelajaran online yang sedang berlangsung membahas tentang BMR (Basal
Metabolic Rate) dan IMT (Indeks Massa Tubuh). Oleh karena itu, sudah seharusnya
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Riska Novia Matalata, S. Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia yang telah membimbing untuk mengerjakan tugas ini.
2. Ayah, Ibu, dan Adik tercinta yang memberikan motivasi dan bantuan secara moral dan
finansial.
3. Teman-teman dari XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pagaden yang telah meluangkan
waktunya untuk menjadi responden dari tugas ini.
4. Teman-teman dari 1A D4 Gizi yang senantiasa saling memberikan dukungan dan
meluangkan waktunya untuk berdikusi.
Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan diri penulis yang
telah menyusun karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis menerima adanya kritik
dan saran yang positif agar karya tulis ilmiah ini lebih baik serta berguna untuk ke
depannya.
Akhirnya, penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat membantu remaja putri kelas
XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden dalam memahami dampak pengetahuan gizi
seimbang dengan status gizi serta memberikan sumbangan bagi proses pembelajaran
Bahasa Indonesia.
PENULIS
2|P a ge
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………...2
Daftar Isi……....……………………………………………………………………..3
Daftar Tabel…..……………………………………………………………………..4
Daftar Gambar………….…………………………………………………………..5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………..………………….…………………………..6
1.2 Rumusan Masalah…………………………...……………….…….………...6
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………..………...6
1.4 Metode Penelitian……………………………………………………..……...7
1.5 Hipotesis……………………………………………………………..………..7
1.6 Sistematika Penulisan………………………………………..………………7
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Remaja…………………………………….....………………………………..9
2.2 Pengetahuan Gizi………………….………………………………………...10
2.3 Pedoman Gizi Seimbang…………………………………..………………...11
2.4 Status Gizi……………………………………………………….…………...15
2.5 Penelitian Relevan…………………………………………………………...16
BAB III Metode Penelitian
3.1 Metode Penelitian………………….………………………………………...19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian…………………….………………………………………...21
4.2 Pembahasan……………………….…………………………………………24
a. Pengetahuan Gizi Seimbang…..………………………………………....24
b. Status Gizi………………………………………………………………...26
c. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Seimbang Dengan Status Gizi...29
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………….………………………………………….33
5.2 Saran………………………..………………………………………………...33
Daftar Pustaka……………………………………………………………………..34
Lampiran…………………………………………………………………………...37
3|P a ge
Daftar Tabel
4|P a ge
Daftar Gambar
5|P a ge
Bab I
Pendahuluan
6|P a ge
1.3.3 Untuk mengetahui status gizi remaja putri kelas XI MIPA 1 di SMA
Negeri 1 Pagaden.
1.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya masih lemah. Adapun jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ialah :
1.5.1 Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja dapat diterima jika adanya hubungan antara variabel A dan
variabel B.
Rumusan hipotesis kerja :
“Adanya hubungan antara pengetahuan gizi seimbang antara status gizi
remaja putri kelas XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden”.
1.5.2 Hipotesis Nol
Hipotesis nol dapat diterima jika tidak adanya hubungan antara variabel A
dan variabel B.
Rumusan hipotesis nol :
“Tidak adanya hubungan antara pengetahuan gizi seimbang antara status
gizi remaja putri kelas XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden”.
7|P a ge
pedoman gizi seimbang, pengetahuan gizi, dan status gizi. Bab ini juga berisi
tentang penelitian relevan, yaitu penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai
acuan untuk menyusun karya tulis ilmiah ini. Di dalamnya dijabarkan pula
perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang saat ini tengah
disusun oleh penulis. Serta, disajikan penjelasan seputar kelebihan penelitian yang
dilakukan oleh penulis.
1.6.3 BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Penulis menyajikan media pengumpulan data yaitu menggunakan kuisioner,
metode menggunakan kualitatif dan kajian pustaka, populasi dan sampel, waktu
dan tempat penelitian, serta proses pengambilan hasil kriteria status gizi.
1.6.4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil dari penelitian yang sudah dilakukan dan
pembahasan untuk memperjelas hasil penelitian tersebut. Selain itu, disajikan juga
tabel hasil penelitian serta deskripsinya untuk mempermudah penarikan
kesimpulan dari hasil penelitian.
1.6.5 BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah penulis
lakukan. Di dalamnya juga disajikan beberapa saran dari penulis agar penelitian
selanjutnya dapat disajikan lebih baik lagi.
8|P a ge
Bab II
Landasan Teori
2.1 Remaja
Remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perbahan fisik karena mulai
matangnya sistem hormonal dalam tubuh mereka, sehingga mempengaruhi
komposisi tubuh. Perubahanperubahan itu berlangsung sangat cepat baik
pertumbuhan tinggi maupun berat tubuhnya. Hal ini sering disebut masa pubertas
dan keadaan ini sangat mempengaruhi kebutuhan gizi dari makanan mereka.1
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Menteri
Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan
belum menikah. Kelompok usia ini merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa
oleh karena itu perlu bimbingan dan pengalaman untuk menuju ke pematangan
kedewasaan yang baik termasuk di dalamnya kematangan mental, emosional, sosial,
dan fisik. Masa remaja adalah peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang
mengalami perkembangan di semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa
dewasa.2
1
Yunda Dwi Jayanti & Nidya Elsa Novanda, “Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Dengan
Status Gizi Pada Remaja Putri Kelas XI Akuntansi 2 (Di SMK PGRI 2 Kota Kediri)”, Jurnal Kebidanan
Dharma Husada. Vol 6 (2) : Oktober, 2017, hal.101.
2
Pritasari, Didit Damayanti, & Nugrahaeni Tri L, “Gizi Dalam Daur Kehidupan”, (Jakarta : Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, 2017), hal. 117.
3
Khoirul Bariyyah Hidayati & M Farid, “Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada
Remaja”, Jurnal Psikologi Indonesia. Vol 5 (2) : Mei, 2016, hal. 137-138.
4
Febri Fajarini & Nuristighfari Masri Khaerani, “KELEKATAN AMAN, RELIGIUSITAS, DAN KEMATANGAN
EMOSI PADA REMAJA”, Jurnal Psikologi Integratif. Vol 2 (1) : Juni, 2014, hal. 22
9|P a ge
remaja awal antara usia 12-15 tahun, masa remaja tengah antara 15-18 tahun, dan
masa remaja akhir antara usia 18-21 tahun.5 Meskipun masa remaja dianggap sebagai
masa yang penuh kesukaran, Anderson (2012), mengatakan bahwa remaja
diharapkan dapat memahami serta menguasai emosinya. Dalam hal ini, remaja awal
cenderung memiliki kemarahan yang lebih besar, sedangkan remaja akhir lebih
mampu mengendalikan kemarahannya.6
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja
merupakan fase peralihan menuju dewasa. Kriteria usia remaja dibagi menjadi tiga,
yaitu remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Semakin bertambah usia, remaja
akan semakin mampu dalam mengontrol emosinya. Masa remaja juga merupakan
masa yang digunakan untuk mencari jati diri pada individu tersebut.
5
IBID., hal. 22
6
IBID., hal. 22-23
7
Mayang Fadillah, Skripsi : “Hubungan Pengetahuan Dengan Kecukupan Gizi Mahasiswa Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata Boga”, (Padang: Universitas Negeri Padang, 2016), Hal. 4
8
IBID., hal. 4
9
IBID., hal. 4
10
IBID., hal. 4
11
Dinah Soraya, Dadang Sukandar, & Tiurma Sinaga, “Hubungan Pengetahuan Gizi, Tingkat Kecukupan
Zat Gizi, Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Guru SMP”, Jurnal Gizi Indonesia. Vol.7 (1), 2017,
hal,30.
10 | P a g e
zat gizi, tetapi juga mencakup proses pemilihan makanan yang baik, pemenuhan
kebutuhan gizi yang disesuaikan dengan setiap individu, serta pola hidup sehat yang
mudah dilakukan.
Pengetahuan gizi seharusnya dapat diterima dan diterapkan sedini mungkin.
Remaja yang masih dalam masa pertumbuhan sebaiknya dapat menerima informasi
tentang pengetahuan gizi. Mengingat media untuk mengakses informasi semakin
canggih dan efisien. Selain itu, pengetahuan gizi memberikan bekal pada remaja
bagaimana memilih makanan yang sehat dan mengerti bahwa makanan berhubungan
erat dengan gizi dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat dewasa
sebenarnya bisa diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian pengetahuan dan
kesadaran tentang kebiasaan makan dan gaya hidup yang sehat.12
12
Yunda Dwi Jayanti & Nidya Elsa Novanda, “Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Dengan
Status Gizi Pada Remaja Putri Kelas XI Akuntansi 2 (Di SMK PGRI 2 Kota Kediri)”, Jurnal Kebidanan
Dharma Husada. Vol 6 (2) : Oktober, 2017, Op.cit, hal.101.
13
Pemerintah Indonesia. “Pedoman Gizi Seimbang”, dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.41 Tahun
2014 (Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014), Hal. 7.
14
Dyah Titin Laswati, “Masalah Gizi Dan Peran Gizi Seimbang”, Jurnal Agrotech. Vol. 2 (1), November
2017, hal, 71.
15
IBID., hal,72.
11 | P a g e
Asupan gizi yang optimal, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas, sangat
penting untuk pertumbuhan serta perkembangan yang optimal. Untuk itu, pola makan
kita perlu ditingkatkan ke arah konsumsi gizi seimbang. Khususnya remaja. Gizi
seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Ada beberapa hal yang perlu kita
ketahui untuk mengenal gizi seimbang, diantaranya adalah 4 pilar gizi seimbang serta
10 pesan gizi seimbang.16
16
Cut Novianti Rachmi, dkk, “Aksi Bergizi”, (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2019), Hal.37.
17
IBID., Hal.37-39.
12 | P a g e
Pesan Gizi Seimbang (PGS) terdiri dari 10 pesan yang berlaku secara umum untuk
berbagai lapisan masyarakat dalam kondisi sehat dan bertujuan untuk
mempertahankan hidup sehat.18 Sepuluh Pesan Gizi Seimbang tersebut adalah :
1. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan.
Untuk meningkatkan status gizi penduduk, perlu ditingkatkan penyediaan
beraneka ragam pangan dalam jumlah mencukupi, di samping peningkatan daya
beli masyarakat. Seiring dengan itu, perlu dilakukan upaya untuk mengubah
perilaku masyarakat agar mengonsumsi beraneka ragam makanan yang bermutu
gizi tinggi. 19 Pentingnya mengonsumsi aneka ragam makanan karena tidak ada
makanan yang mengandung seluruh zat gizi. Untuk itu, dilakukannya
penganekaragaman makanan supaya tubuh dapat memperoleh asupan zat gizi
yang lengkap.
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan.
Sayuran dan buah-buahan merupakan bahan pangan sumber serat pangan.
Selain itu, sayuran dan buah-buahan juga mengandung vitamin, mineral, dan
karbohidrat dalam bentuk fruktosa dan glukosa.20
3. Biasakan konsumsi lauk pauk yang berprotein tinggi.
Pangan hewani mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan zat-zat gizi
seperti protein, vitamin, dan mineral yang lebih baik, karena kandungan zat-zat
gizi tersebut lebih banyak dan mudah diserap tubuh. Tetapi, pangan hewani
mengandung tinggi kolesterol (kecuali ikan) dan lemak. Sedangkan, pangan
nabati mempunyai kandungan protein dan vitamin yang lebih rendah dari pangan
hewani. Tetapi pangan nabati mampu mengendalikan kadar kolesterol dan gula
darah. 21
4. Biasakan konsumsi aneka ragam makanan pokok.
Serealia merupakan sumber karbohidrat utama di dunia. 22 Beras putih menjadi
makanan pokok khususnya bagi negara Indonesia. Cara penganekaragaman
makanan pokok dengan mengonsumsi lebih dari satu jenis makanan pokok.
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak.
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang Pencantuman
Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk
Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih
dari 50 g (4 sendok makan), natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh), dan
18
Judhiastuty Februhartanty, dkk. “Gizi Dan Kesehatan Remaja”, (Jakarta: SEAMEO RECFON, 2016), Hal.
51.
19
Sunita Almatsier, “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”, (Jakarta: PT. Gramedia, 2009), hal,288.
20
Judhiastuty Februhartanty, dkk. “Gizi Dan Kesehatan Remaja”, (Jakarta: SEAMEO RECFON, 2016),
Op.cit, Hal. 52.
21
IBID., Hal.53-54
22
Tien R Muchtadi, Sugiyono, & Fitriyono Ayustaningwarno, “Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan”, (Bogor:
Alfabeta, 2019), hal,217
13 | P a g e
lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orang dalam sehari akan
meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung.23
6. Biasakan sarapan.
Membiasakan diri untuk sarapan merupakan langkah awal untuk memberikan
asupan nutrisi setelah tertidur selama beberapa jam. Sarapan pagi dapat
meningkatkan kecerdasan otak dan mampu untuk melatih konsentrasi saat belajar.
Bahkan, sarapan bisa mencegah kegemukan pada remaja dan orang dewasa.
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman.
Tubuh terdiri atas 70% air dari bagian tubuh tanpa lemak (lean body mass).
Pentingnya minum air putih 2-2,5 liter dalam sehari mampu menjaga tubuh dari
dehidrasi, menjaga kesimbangan cairan dan elektrolit, serta menjaga kesimbangan
proses pelarutan zat-zat gizi dalam tubuh.
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan.
Label pada makanan menunjukkkan kandungan zat gizi di dalamnya. Remaja
yang masih dalam masa pertumbuhan sangat dianjurkan untuk mendapatkan zat
gizi yang dapat mendukung pertumbuhannya tersebut. Seperti zat besi, kalsium,
vitamin, serat pangan dan sebagainya. Meskipun masih remaja, tetapi harus
membatasi mengonsumsi produk olahan yang tinggi natrium karena akan
menyebabkan hipertensi baik itu dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir.
Mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun dengan air mengalir
dapat mencegah kuman dan bakteri yang berpindah dari tangan ke makanan lalu
masuk ke dalam tubuh. Faktanya, 45% penyebab penyakit diare bisa dicegah
melalui mencuci tangan.
10. Lakukan aktivitas fisik cukup dan pertahankan berat badan normal.
Remaja disarankan melakukan aktivitas fisik selama 60 menit dalam sehari.
Aktivitas fisik merupakan proses pergerakkan otot yang akan terjadi proses
pembakaran energi. Aktivitas fisik bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
seperti; menyapu, mengepel, berkebun, mencuci, berjalan kaki, dan sebagainya.
Menurut PMK No.41 Tentang Gizi Seimbang (2014), adapun anjuran gizi
seimbang untuk remaja usia 10-19 tahun (pra-pubertas dan pubertas) ialah kelompok
ini merupakan kelompok usia peralihan dari anak-anak menjadi remaja muda sampai
dewasa. Kondisi penting yang berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi kelompok ini
adalah pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi dan
perhatian terhadap penampilan fisik citra tubuh (body image) pada remaja puteri.
Dengan demikian perhitungan terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus
23
Judhiastuty Februhartanty, dkk. “Gizi Dan Kesehatan Remaja”, (Jakarta: SEAMEO RECFON, 2016),
Op.cit, Hal.56.
14 | P a g e
memperhatikan kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja puteri, perhatian harus
lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum menikah.24
24
Pemerintah Indonesia. “Pedoman Gizi Seimbang”, dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.41 Tahun
2014 (Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014), Op.cit, Hal. 29
25
Sunita Almatsier, “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”, (Jakarta: PT. Gramedia, 2009), Op.cit,hal,3.
26
Yunda Dwi Jayanti & Nidya Elsa Novanda, “Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Dengan
Status Gizi Pada Remaja Putri Kelas XI Akuntansi 2 (Di SMK PGRI 2 Kota Kediri)”, Jurnal Kebidanan
Dharma Husada. Vol 6 (2) : Oktober, 2017, Op.cit, hal,105-106.
27
Titus Priyo Harjatmo, Holil M. Par’i, & Sugeng Wiyono, “Penilaian Status Gizi” (Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2017), hal, 11
15 | P a g e
energi mahasiswa yang menjadi atlet akan jauh lebih besar daripada mahasiswa yang
bukan atlet. Kebutuhan zat besi pada wanita usia subur lebih banyak dibandingkan
kebutuhan zat besi laki-laki, karena zat besi diperlukan untuk pembentukan darah
merah (hemoglobin), karena pada wanita terjadi pengeluaran darah melalui menstruasi
secara periodik setiap bulan.28
Status gizi juga dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan aktivitas fisik seseorang.
Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi atau unsur-
unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang akan
memberikan efek bila dimasukkan ke dalam tubuh.29 Konsumsi pangan merupakan
faktor utama dalam memenuhi zat gizi di dalam tubuh. Zat gizi berfungsi sebagai
sumber tenaga bagi tubuh, mengatur proses metabolisme dalam tubuh, memperbaiki
jaringan tubuh serta pertumbuhan. Pemilihan bahan pangan dan penentuan jumlah
makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh pengetahuan gizi.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa status gizi merupakan
suatu kondisi yang timbul akibat konsumsi makanan. Status gizi tidak hanya
dipengaruhi oleh asupan zat-zat gizi dari makanan yang telah dikonsumsi, tetapi juga
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, pola asuh orang tua, serta pengetahuan gizi. Status
gizi akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh. Jika status gizi individu abnormal,
dalam arti memiliki status gizi lebih maupun status gizi kurang, akan meningkat
penyakit degeneratif dalam jangka panjang. Akan tetapi, jika tidak ada upaya untuk
memperbaiki status gizi maka dampak buruk tersebut dapat dirasakan dalam jangka
pendek.
28
IBID., hal,12.
29
Sunita Almatsier, “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”, (Jakarta: PT. Gramedia, 2009), Op.cit,hal,3.
16 | P a g e
mempunyai pengetahuan gizi yang baik akan mempengaruhi status gizi remaja putri
tersebut.
Penelitian Jayanti dan Novanda memberikan hasil bahwa dari 50 responden
didapatkan mayoritas 27 responden (54,0%) mempunyai pengetahuan cukup,
minoritas 8 responden (16,0%) yang mempunyai pengetahuan kurang, dan mayoritas
26 responden (52%) mempunyai status gizi normal, minoritas 10 responden (20,0%)
yang mempunyai status gizi dengan kriteria kurus.
Penelitian yang dilakukan oleh Jayanti dan Novanda ini memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaan dari kedua
penelitian ini ialah jenis penelitian yang dilakukan sama-sama mencari hubungan
antara pengetahuan remaja putri tentang gizi seimbang dengan status gizi mereka.
Sedangkan, perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Jayanti dan Novanda
dengan penelitian penulis ialah lokasi dan responden yang tentu saja berbeda,
meskipun sama-sama menjadikan remaja putri sebagai responden. Penelitian Jayanti
dan Novanda menerima H1 dengan menganalisis menggunakan Sperman rank, tetapi
penelitian yang dilakukan penulis menerima H1 dengan cara menganalisis secara
kualitatif, tanpa proses perhitungan. Perbedaan lainnya ialah metode pengumpulan
data, meskipun sama-sama menggunakan kuisioner, tetapi Jayanti dan Novanda
menggunakan lembar observasi, tapi penulis memanfaatkan google form karena
adanya pandemi Covid-19 sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan survey
secara langsung.
Kedua, penelitian tentang pengetahuan gizi seimbang juga telah dilakukan oleh
Maharibe, Kawengian, & Bolang (2014) dengan judul “Hubungan Pengetahuan Gizi
Seimbang Dengan Praktik Gizi Seimbang Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi”. Penelitian
ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan
praktik gizi seimbang Mahasiswa Kedokteran di Universitas Sam Ratulangi.
Penelitian Maharibe, Kawengian, dan Bolang memberikan hasil bahwa
Pengetahuan gizi seimbang terbanyak adalah pengetahuan gizi seimbang baik
sebanyak 63,1% dan paling sedikit pengetahuan gizi seimbang kurang, yaitu sebanyak
4 orang. Praktik gizi seimbang terbanyak adalah praktik gizi baik sebanyak 78,2%.
Penelitian yang dilakukan oleh Maharibe, Kawengian, & Bolang ini mempunyai
persamaan dengan penilitian penulis, yakni sama-sama membahas tentang
pengetahuan gizi seimbang. Terdapat beberapa perbedaan antara penelitian Maharibe,
Kawengian, & Bolang dengan penelitian penulis. Perbedaan pertama populasi yang
digunakan sebagai penelitian berbeda. Penelitian Maharibe, Kawengian, & Bolang
menjadikan mahasiswa sebagai responden, sedangkan penulis menjadikan remaja di
Sekolah Mengengah Atas sebagai responden. Selain itu, uji hipotesis pada penelitian
yang dilakukan oleh Maharibe, Kawengian, & Bolang menggunakan uji chi square,
sementara penulis tidak.
Ketiga, penelitian tentang pengetahuan gizi telah dilakukan oleh Fadillah (2016)
dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan Kecukupan Gizi Mahasiswa
17 | P a g e
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata Boga”. Penelitian ini
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan gizi
dengan status gizi Mahasiswa Prodi PKK Tata Boga.
Hasil dari penelitian Fadillah terkait skor pengetahuan gizi yaitu, pengetahuan
gizi sangat tinggi sebanyak 7 responden (25%), pengetahuan gizi tinggi sebanyak 5
responden (17,8%), pengetahuan gizi rendah sebanyak 13 responden (46.5%), dan
pengetahuan gizi sangat rendah sebanyak 3 responden (10,7%).
Persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Fadilah dan penulis.
Persamaannya yaitu penelitian kami sama-sama membahas tentang pengetahuan gizi.
Penelitian yang dilakukan Fadillah mencari hubungan antara pengetahuan gizi dengan
kecukupan gizi mahasiswa, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis mencari
hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja putri. Selain
itu, analisis data yang digunakan oleh Fadillah menggunakan metode kuantitatif
sedangkan penulis menggunakan metode kualitatif.
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara ketiga penelitian relevan di
atas dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Adapun kelebihan dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu memanfaatkan perkembangan teknologi
dalam pengumpulan data, sehingga memudahkan penulis ketika mengolah data.
Meskipun penulis menyajikan penelitian ini dengan metode kualitatif, tetapi penulis
menerima H1 berdasarkan hasil penelitian dan tetap mempertimbangkan simpulan.
18 | P a g e
Bab III
Metode Penelitian
Karya tulis ilmiah dengan judul Hubungan Pengetahuan Gizi Seimbang Dengan
Status Gizi Remaja Putri XI MIPA 1 (Di SMA Negeri 1 Pagaden) ini merupakan karya
tulis korelasi atau mencari suatu hubungan antara variabel A dan variabel B. Jenis
metode penelitian adalah kualitatif, analisis data akan disajikan dengan penjelasan
sesuai dengan penelitian yang telah penulis lakukan.
1. Nama
2. Umur
3. Berat badan
4. Tinggi badan
5. Dengan siapa mereka tinggal, apakah bersama orang tua atau sendiri
6. Apakah mereka pernah mendapatkan informasi tentang gizi seimbang
7. Dari mana sumber informasi yang mereka dapatkan tentang gizi seimbang
8. Seberapa jauh mereka mengetahui pengetahuan gizi seimbang
9. Keteraturan mereka dalam pola makan
Populasi yang digunakan sebagai responden oleh penulis adalah remaja putri kelas
XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden. Sampel yang terkumpul untuk diteliti
berjumlah 24 remaja putri. Pengumpulan data yang menggunakan kuisioner dilakukan
secara online, sehingga memungkinkan tempat penelitian dilakukan di rumah masing-
masing responden. Waktu penelitian dimulai pada Kamis, 19 November 2020 pukul
18:15 WIB dan berakhir pada Jumat, 20 November 2020 pukul 04:52 WIB.
Akibat dari responden yang penulis pilih bukan termasuk mahasiswa gizi,
sehingga penulis melakukan penentuan kriteria status gizi secara mandiri. Perhitungan
status gizi ini dilakukan dengan cara IMT (Indeks Massa Tubuh), di mana penulis
hanya membutuhkan data berat dan tinggi badan dari responden. Adapun rumus
perhitungan IMT ialah :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)²
19 | P a g e
Jika IMT yang dihasilkan <17,0 maka status gizi yang tepat adalah kurus dengan
kategori kekurangan berat badan tingkat berat, sedangkan jika hasil IMT >17,0-18,5
maka status gizi yang tepat adalah kurus dengan kategori kekurangan berat badan
tingkat ringan. Jika IMT yang dihasilkan >18,5-25,0 maka status gizi yang tepat adalah
normal. Jika IMT yang dihasilkan >25,0-27,0 maka status gizi yang tepat adalah
gemuk dengan kategori kelebihan berat badan tingkat ringan, sedangkan jika hasil IMT
>27,0 maka status gizi yang tepat adalah gemuk dengan kategori kelebihan berat badan
tingkat berat.
Selain itu, dalam karya tulis ilmiah ini penulis juga menggunakan metode kajian
pustaka. Hal ini memungkinkan penulis untuk mengumpulkan dan memperoleh
informasi yang mendukung penelitian ini dengan sumber terpercaya.
20 | P a g e
Bab IV
21 | P a g e
seimbang
1. Pernah 22 91,7
2. Tidak Pernah 2 8,3
Jumlah 24 100
Berdasarkan Tabel.3 yang menyajikan data remaja puteri di kelas XI MIPA 1 SMA
Negeri 1 Pagaden terkait pernah atau tidak pernah mendapatkan pengetahuan seputar
gizi seimbang, dari 24 responden menunjukkan bahwa 22 responden (91,7%) remaja
puteri pernah mendapatkan pengetahuan gizi seimbang. Sedangkan, 2 responden
(8,3%) remaja puteri tidak pernah mendapatkan atau mengetahui pengetahuan gizi
seimbang. Dapat disimpulkan bahwa hanya sedikit remaja puteri di kelas XI MIPA 1
SMA Negeri 1 Pagaden yang tidak pernah mendapatkan pengetahuan gizi seimbang.
22 | P a g e
Berdasarkan Tabel.5 yang menyajikan data pola makan remaja puteri di kelas XI
MIPA 1 SMA Negeri 1 Pagaden, dari 24 responden menunjukkan bahwa 18 responden
(75%) remaja puteri di kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pagaden melakukan pola
makan secara teratur yakni 3 kali dalam sehari. Sedangkan, 6 responden (25%) masih
melakukan pola makan yang tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur dapat
menimbulkan penurunan zat melanocotrin yang berfungsi sebagai pengatur rasa lapar.
Hal ini, dapat menyebabkan pula mindless eating atau ketidaksadaran saat makan.
Dampaknya, berat badan dan nafsu makan akan mengalami peningkatan.
23 | P a g e
SMA Negeri 1 Pagaden
No Pengetahuan Gemuk Normal Kurus Total %
∑ % ∑ % ∑ %
1. Baik 1 4,17 4 16,7 5 20,83 10 41,7
2. Cukup 2 8,3 6 25,0 4 16,7 12 50
3. Kurang 0 0 1 4,17 1 4,17 2 8,3
Jumlah
3 3 12,4 11 45,9 10 41,7 24 100
Berdasarkan Tabel.8 yang menyajikan data tabulasi silang hubungan pengetahuan
remaja putri tentang gizi seimbang dengan status gizi remaja puteri di kelas XI MIPA
1 SMA Negeri 1 Pagaden, dari 24 responden menunjukkan bahwa 1 responden
(4,17%) dengan pengetahuan baik yang memiliki status gizi gemuk, 2 responden
(8,3%) dengan pengetahuan cukup yang memiliki status gizi gemuk, 4 responden
(16,7) dengan pengatahuan baik yang memiliki status gizi normal, 6 responden (25%)
dengan pengetahuan cukup yang memiliki status gizi normal, 1 responden (4,17%)
dengan pengetahuan kurang yang memiliki status gizi normal, 5 responden (20,83%)
dengan pengetahuan baik yang memiliki status gizi kurus, 4 responden (16,7%)
dengan pengetahuan cukup yang memiliki status gizi kurus, dan 1 responden (4,17%)
dengan pengetahuan kurang yang memiliki status gizi kurus.
4.2 Pembahasan
a. Pengetahuan Gizi Seimbang
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel.6 menunjukkan bahwa, dari 24
responden menunjukkan bahwa 10 responden (41,7%) dengan pengetahuan gizi
seimbang baik, 12 responden (50,0%) dengan pengetahuan gizi seimbang cukup,
dan 2 responden (8,3%) dengan pengetahuan gizi seimbang kurang. Dari data
tersebut diketahui bahwa mayoritas pengetahuan gizi seimbang remaja puteri
kelas XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden adalah cukup.
Gizi seimbang bagi remaja adalah susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh,
dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas
fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. 30
Pengetahuan gizi seimbang remaja puteri kelas XI MIPA 1 di SMA Negeri 1
Pagaden akan dipengaruhi oleh kinerja otak. Otak besar (cerebrum) yang
berfungsi untuk mengendalikan pemikiran, perilaku, bahasa, penginderaan,
30
Yunda Dwi Jayanti & Nidya Elsa Novanda, “Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Dengan
Status Gizi Pada Remaja Putri Kelas XI Akuntansi 2 (Di SMK PGRI 2 Kota Kediri)”, Jurnal Kebidanan
Dharma Husada. Vol 6 (2) : Oktober, 2017, Op.cit, hal.104.
24 | P a g e
hingga kepribadian seseorang. Bila terjadi kerusakan pada cerebrum akan
berakibat fatal dan berdampak pada bagian tubuh lainnya. 31
Bagian dari cerebrum yang mengatur fungsi intelektual, seperti proses berpikir,
penalaran, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan perencaan terletak
pada lobus frontal atau otak bagian depan.32 Seorang remaja yang memperoleh
infomasi dari berbagai media akan menerima rangsangan baik itu berupa tulisan
maupun gelombang suara. Selanjutnya, rangsangan tersebut akan diterima oleh
panca indera, diteruskan ke otak, dan selanjutnya akan dipresepsikan (dimaknai)
oleh remaja itu sendiri. Proses pengendalian penglihatan ini akan diatur oleh lobus
oksipital atau otak bagian belakang, sedangkan proses pendengaran akan diatur
oleh lobus temporal atau otak bagian samping. Hal ini membuktikan jika adanya
keterkaitan antara lobus frontal, lobus oksipital, dan lobus temporal dalam
menerima informasi seputar pengetahuan gizi seimbang.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel.4 menunjukkan bahwa, dari 24
responden menunjukkan bahwa 14 responden (58,3%) mendapatkan informasi
melalui media massa, 6 responden (25%) mendapatkan informasi melalui tenaga
kesehatan, 3 responden (12,5%) mendapatkan informasi melalui kader kesehatan,
dan 1 responden (4,2%) tidak mendapatkan informasi tentang gizi seimbang. Dari
data tersebut diketahui bahwa sumber informasi yang didapatkan oleh remaja
puteri kelas XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden mayoritas melalui media
massa.
Menurut Hammer (1976) informasi diakui sebagai sebuah komiditi yang dapat
dijual, diberikan kopi, diciptakan, disalahartikan, didistorsikan bahkan dicuri.
Secara sederhana, banyak orang yang sudah memahami dan memiliki konsep
tentang sifat dan pemilikan informasi yang dahulunya tidak disadari. Informasi
merupakan salah satu diantara tiga sumber daya dasar (basic resources) selain
potensi material dan energi. 33
Seiring bertambahnya tahun, semakin berkembang juga segala aspek dalam
kehidupan, baik di bidang sosial, budaya, ekonomi, seni, maupun Teknologi
Informasi dan Komunikasi. 34 Berdasarkan data, remaja puteri kelas XI MIPA 1 di
31
Ahmad Muhlisin, “Fungsi Otak Besar (Cerebrum) Berdasarkan Bagian-Bagiannya”,
https://www.honestdocs.id/fungsi-otak-besar-
cerebrum.amp#aoh=16070882868377&referrer=https%3A%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251
%24s (diakses pada 29/11/2020 pukul 21:33 WIB).
32
Adrian, Kevin, “Mengenal Bagian Otak Dan Fungsinya Bagi Tubuh”,
https://www.alodokter.com/mengenal-bagian-otak-dan-fungsinya-bagi-tubuh (pada 29/11/2020 pukul
21:32 WIB).
33
Amar Ahmad, “PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI: AKAR REVOLUSI DAN
BERBAGAI STANDARNYA”, Jurnal Dakwah Tabligh. Vol.13 (1), Juni 2012, hal.138.
34
Irkham Abdaul Huda, “PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) TERHADAP
KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR”, Jurnal Pendidikan dan Konseling. Vol 1 (2), 2020,
hal.143.
25 | P a g e
SMA Negeri 1 Pagaden paling banyak mendapatkan informasi tentang
pengetahuan gizi seimbang melalui media massa. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan dampak
positif bagi responden dalam memperoleh informasi melalui media massa.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel.1 menunjukkan bahwa mayoritas
responden berusia 15-17 tahun yaitu sebanyak 21 responden (87,5%). Menurut
Wawan & Dewi (2010:17) umur merupakan individu yang terhitung mulai saat
melahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Kepercayaan
masyarakat bahwa seseorang lebih dewasa dipercayai dari orang yang belum
tinggi kedewasaanya. Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa. 35
Remaja sudah mulai berpikir kritis, sehingga ia akan melawan bila orang tua,
guru, dan lingkungan masih menganggapnya sebagai anak kecil. 36. Remaja yang
berpikir kritis dalam menanggapi informasi seputar gizi seimbang merupakan
remaja yang sudah mampu menganalisis sistematika dan presepsi tentang
informasi tersebut. Artinya, ia akan menelaah lebih lanjut dan tidak menerima
informasi yang ia dapatkan tanpa dicari fakta yang memuat kebenaran informasi
tersebut.
b. Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel.7 yang menyajikan data status gizi
remaja puteri di kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pagaden, dari 24 responden
menunjukkan bahwa mayoritas mempunyai kriteria status gizi normal yaitu 11
responden (45,8%), 3 responden (12,5%) kriteria gemuk, dan 10 responden
(41,7%) kriteria kurus.
Status gizi secara langsung dipengaruhi oleh dua hal, yaitu kecukupan asupan
gizi dalam memenuhi kebutuhan tubuh dan status infeksi seseorang yang saling
berpengaruh, sehingga memperbaiki salah satunya tidak akan memperbaiki
keadaan yang lainnya. 37
Asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh akan melalui proses
metabolisme. Misalnya saja nasi yang dikonsumsi akan diubah menjadi bentuk
yang lebih sederhana yaitu glukosa, di mana glukosa ini merupakan sumber energi
yang nantinya menjadi bahan baku pembentukkan ATP (Adenosine Tri Posfat).
Energi dalam bentuk ATP ini disimpan di glikogen (cadangan energi yang
disimpan di dalam otot dan hati). Jika ATP yang dihasilkan berlebih, maka akan
35
Yunda Dwi Jayanti & Nidya Elsa Novanda, “Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Dengan
Status Gizi Pada Remaja Putri Kelas XI Akuntansi 2 (Di SMK PGRI 2 Kota Kediri)”, Jurnal Kebidanan
Dharma Husada. Vol 6 (2) : Oktober, 2017, Op.cit, hal.105.
36
Fakhrurrazi, “KARAKTERISTIK ANAK USIA MURAHIQAH (PERKEMBANGAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN
PSIKOMOTORIK)”, Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol. 6 (1), Juni 2019, hal, 575.
37
Dyah Titin Laswati, “Masalah Gizi Dan Peran Gizi Seimbang”, Jurnal Agrotech. Vol. 2 (1), November
2017, Op.cit, hal, 69.
26 | P a g e
disimpan di dalam jaringan adiposa. Penumpukkan ATP dalam jaringan adiposan
akan mempengaruhi status gizi, seperti obesitas.
Status gizi tidak akan lepas dari masalah gizi. Berdasarkan hasil penelitian pada
remaja puteri di kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pagaden, diketahui bahwa
mayoritas terbesar memang mempunyai kriteria status gizi normal. Akan tetapi,
perbedaan antara kriteria status gizi normal dan kurus sangat ketat. Meskipun,
kriteria status gizi gemuk menjadi kriteria responden yang paling rendah.
Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu
ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan.
Masalah gizi yang dapat terjadi pada remaja adalah gizi kurang (under weight),
obesitas (over weight) dan anemia. Gizi kurang terjadi karena jumlah konsumsi
energi dan zatzat gizi lain tidak memenuhi kebutuhan tubuh. Kejadian gizi lebih
remaja disebabkan kebiasaan makan yang kurang baik sehingga jumlah masukan
energi (energy intake) berlebih. 38
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel.2 menunjukkan bahwa 24 remaja puteri
(100%) kelas XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden tinggal bersama orang tua.
Menurut Soetjiningsih (2015), pada tahap dasar, kebutuhan remaja adalah pangan
(nutrisi). Hal ini merupakan unsur utama untuk pertumbuhan, agar remaja dapat
tumbuh sesuai dengan kemampuan genetiknya. Selain kebutuhan dalam aspek
fisik, remaja juga tetap memerlukan bimbingan, pendidikan, dan kasih sayang dari
orang tua sehingga remaja berhak untuk mendapatkan pengasuhan yang sebaik-
baiknya, karena salah satu faktor yang berperan penting dalam pemenuhan status
gizi remaja adalah pola asuh. 39
Terdapat hubungan pola asuh ibu dengan status gizi, karena peranan orang tua
sangat berpengaruh dalam status gizi remaja, pola asuh memegang peranan
penting dalam terjadinya gangguan pertumbuhan remaja, asuhan orang tua
terhadap remaja memengaruhi tumbuh kembang remaja melalui kecukupan
makanan dan keadaan kesehatan.40 Menurut Soekirman (2000), pola asuh gizi
merupakan perubahan sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal
memberi makan, kebersihan, dan memberi kasih sayang. Semuanya berhubungan
dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik dan mental. 41
38
Widawati, “Gambaran Kebiasaan Makan Dan Status Gizi Remaja Di Sman 1 Kampar Tahun 2017”,
Jurnal Gizi. Vol. 2 (2), 2018, hal, 146.
39
Septisya Trophina Manumbalang, Sefti Rompas, & Yolanda B Bataha, “Hubungan Pola Asuh Dengan
Status Gizi Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Pulutan Kabupaten Talaud”, Jurnal
Keperawatan. Vol. 5 (2), Agustus 2017, hal, 5
40
Septisya Trophina Manumbalang, Sefti Rompas, & Yolanda B Bataha, “Hubungan Pola Asuh Dengan
Status Gizi Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Pulutan Kabupaten Talaud”, Jurnal
Keperawatan. Vol. 5 (2), Agustus 2017, Op.cit, hal, 5.
41
Siti Munawaroh, “Pola Asuh Mempengaruhi Status Gizi Balita”, Jurnal Keperawatan. Vol. 6 (1), Januari
2015, hal, 45.
27 | P a g e
Kebiasaan mengonsumsi makanan dengan kualitas yang buruk pada remaja
akan mempengerahui Indeks Massa Tubuh (IMT) remaja tersebut. Kebiasaan ini
dapat dipengaruhi juga oleh pola asuh orang tua. Sedangkan, remaja yang terbiasa
menerima asupan makanan yang sehat, selain mempunyai status gizi normal, ia
juga akan lebih tahan terhadap penyakit dan mempunyai proporsi tubuh yang lebih
bugar. Selain itu, status gizi juga dipengaruhi oleh pola makan.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel.5 mayoritas remaja puteri di kelas XI
MIPA 1 SMA Negeri 1 Pagaden, dari 24 responden menunjukkan bahwa 18
responden (75%) melakukan pola makan secara teratur yakni 3 kali dalam sehari.
Sedangkan, 6 responden (25%) masih melakukan pola makan yang tidak teratur.
Baik buruknya keadaan gizi pada remaja ditentukan oleh nafsu makan dan pola
makannya. Pola makan yang baik adalah pola makan yang mengacu pada Gizi
Seimbang.42 Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
dan jenis makanan dengan maksud tertentu, seperti mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah dan membantu kesembuhan penyakit.43
Seperti yang telah kita ketahui, remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa. Pada fase ini, seorang remaja akan mengalami beberapa
perubahan, diantaranya perubahan perilaku. Perubahan perilaku makan
merupakan salah satu bentuk perubahan perilaku yang dialami oleh remaja, baik
itu perubahan yang mengarah ke perilaku makan yang sehat maupun perubahan
yang mengarah ke perilaku makan yang tidak sehat.44
Perilaku makan yang baik adalah perilaku konsumsi makanan sehari-hari yang
sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif.45
Sedangkan, perilaku makan yang tidak baik adalah kebiasaan mengonsumsi
makanan yang tidak memenuhi zat-zat gizi esensial seperti karbohidrat, lemak,
dan protein yang tentunya dibutuhkan dalam metabolisme tubuh.46
Mayoritas responden melakukan pola makan yang teratur sebanyak 3 kali
dalam sehari. Hal ini tidak dapat menyimpulkan jika responden menerima asupan
zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Meskipun, responden mengetahui
42
Septa Katmawati, Supriyadi, & Inung Setyorini, “Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan
Status Gizi Siswi Kelas VII SMP Negeri (Full Day School)”, Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.4 (2),
Desember 2019, hal, 63.
43
Rhildan Rahman Muharam, Imas Damayanti, & Yati Ruhayati, “Hubungan Antara Pola Makan Dengan
Status Gizi Dengan Tingkat Kebugaran Atlet Dayung”, Jurnal Ilmu dan Pendidikan Olahraga. Vol. 4 (1),
April 2019, hal,15
44
Pujiati, Arneliwati, & Siti Rahmalia, “Hubungan Antara Perilaku Makan Dengan Status Gizi Pada
Remaja Putri”, JOM. Vol.2 (2), Oktober 2015, hal, 1345.
45
IBID., hal, 1345.
46
IBID., hal, 1345-1346.
28 | P a g e
sumber-sumber makanan dari zat-zat gizi yang memang dibutuhkan oleh tubuh
dalam jumlah makro.
Membiasakan diri untuk melakukan pola makan yang teratur juga harus
dibarengi dengan mengonsumsi aneka ragam makanan yang berkualitas baik.
Khususnya pada remaja, dampaknya akan memengaruhi proses metabolisme
dalam tubuh, kecerdasan kognitif, imunitas, perkembangan organ reproduksi, dan
kebugaran.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel.8 yang menyajikan data tabulasi silang
hubungan pengetahuan remaja puteri tentang gizi seimbang dengan status gizi
remaja putri di kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Pagaden, dari 24 responden
menunjukkan bahwa 1 responden (4,17%) dengan pengetahuan baik yang
memiliki status gizi gemuk, 2 responden (8,3%) dengan pengetahuan cukup yang
memiliki status gizi gemuk.
Remaja puteri yang memiliki pengetahuan baik dan status gizi normal
sebanyak 4 responden (16,7%), remaja dengan pengetahuan cukup dan status gizi
47
Judhiastuty Februhartanty, dkk. “Gizi Dan Kesehatan Remaja”, (Jakarta: SEAMEO RECFON, 2016),
Op.cit, Hal.34.
29 | P a g e
normal sebanyak 6 responden (25%), dan remaja dengan pengetahuan kurang dan
status gizi normal sebanyak 1 responden (4,17%).
Menurut Almatsier (2009), status gizi baik (normal) terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan bekerja, dan
kualitas kesehatan pada tingkat setinggi mungkin. 48
Remaja puteri yang memiliki pengetahuan baik dan status gizi kurus sebanyak
5 responden (20,83%), remaja dengan pengetahuan cukup dan status gizi kurus
sebanyak 4 responden (16,7%), dan remaja dengan pengetahuan kurang dan status
gizi kurus sebanyak 1 responden (4,17%).
Berdasarkan hasil penelitian, 10 dari 24 responden memiliki status gizi kurus.
Gizi kurang dan gizi buruk harus merupakan masalah karena akan menimbulkan
The lost generation.49 Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap
perkembangan mental, misalnya saja penurunan kemampuan berpikir.50
Remaja yang kurus atau kurang energi kronis bisa disebabkan karena kurang
asupan zat gizi, baik karena alasan ekonomi maupun alasan psikososial seperti
penampilan. Kondisi remaja yang kurang energi kronis dapat meningkatkan risiko
berbagai macam penyakit infeksi karena dapat menurunkan kekebalan tubuh
(imunitas), serta gangguan hormonal yang berdampak buruk untuk kesehatan. 51
Status gizi gemuk ataupun kurus pada remaja keduanya memberikan dampak
buruk bagi kesehatan. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
48
Sunita Almatsier, “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”, (Jakarta: PT. Gramedia, 2009), Op.cit, hal,7
49
Septisya Trophina Manumbalang, Sefti Rompas, & Yolanda B Bataha, “Hubungan Pola Asuh Dengan
Status Gizi Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Pulutan Kabupaten Talaud”, Jurnal
Keperawatan. Vol. 5 (2), Agustus 2017, Op.cit, hal, 2.
50
Sunita Almatsier, “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”, (Jakarta: PT. Gramedia, 2009), Op.cit, hal,11
51
Rokom, “Kenali Masalah Gizi Yang Ancam Remaja Indonesia”,
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180515/4025903/kenali-masalah-gizi-ancam-
remaja-
indonesia/#:~:text=Remaja%20yang%20kurus%20atau%20kurang,yang%20berdampak%20buruk%20di
%20kesehatan (diakses pada 3/12/2020 pukul 23:03 WIB).
30 | P a g e
obesitas pada masa remaja merupakan prediktor utama terjadinya obesitas pada
usia dewasa.52
Tidak dipungkiri bahwa permasalahan gizi di Indonesia menjadi hal yang perlu
disoroti oleh pemerintah. Apalagi, jika permasalahan gizi tersebut menjadikan
remaja sebagai sampelnya. Pembahasan akan semakin memanas terlebih lagi
remaja putri yang dijadikan sampel. Sebagai calon ibu, remaja puteri harusnya
dapat memantau berat badan secara rutin serta membiasakan diri mengonsumsi
olahan makanan yang telah dianjurkan sesuai dengan pedoman gizi seimbang.
Menurut Arradea (2020), berat badan yang berlebihan bisa menyebabkan sulit
untuk hamil karena kegemukan dan obesitas dapat memengaruhi kesuburan. Pada
sindrom ovarium politikis atau PCOCS, salah satu penyebabnya adalah kelebihan
berat badan.53
Menyadari dampak buruk yang terjadi akibat status gizi gemuk ataupun kurus,
pentingnya memperoleh informasi terkait gizi seimbang adalah langkah awal
untuk memperbaiki status gizi agar bisa menyentuh kriteria normal. Menurut
Suhardjo (2010), pengetahuan remaja tentang pengetahuan gizi adalah
pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi
terhadap status gizi dan kesehatan. 54 Jika pengetahuan remaja kurang tentang gizi,
maka upaya yang dilakukan remaja untuk menjaga keseimbangan makanan yang
dikonsumsi dengan yang dibutuhkan akan berkurang dan menyebabkan masalah
gizi kurang atau gizi lebih.
52
Meilani Kumala & Saptawati Bardasono, “Masalah Gizi Ganda Pada Remaja Usia 15-19 Tahun Di Lima
Wilayah Jakarta”, Jurnal Asosiasi Kedokteran Indonesia. Vol.64 (1), Januari 2014, hal, 32-33.
53
Dhiamara Arradea, “Sulit Hamil Karena Berat Badan, Benarkah? Kenali Penyebabnya Dan Cara Miliki
Berat Badan Ideal”, https://www.gooddoctor.co.id/tips-kesehatan/kehamilan/sulit-hamil-karena-berat-
badan/ (diakses pada 3/12/2020 pukul 23:17 WIB).
54
Tri Budi Rahayu & Fitriana, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja Putri”,
Jurnal Vokasi Kesehatan. Vol.6 (1), 2020, hal, 50.
55
Agustina & Putri Permatasari, “Hubungan Pengetahuan dan Penerapan Pesan Gizi Seimbang pada
Remaja dalam Pencegahan Anemia Gizi Besi”, Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. Vol. 11 (1), 2019,
hal,2.
31 | P a g e
sosial, webinar, dan televisi merupakan contoh sumber informasi yang dapat
dimanfaatkan untuk memperoleh fakta-fakta terkait gizi seimbang. Dengan
mendapatkan informasi dari sumber yang dapat dipercaya, serta mengetahui
dampak positif dan negatif yang telah dikemukakan. Remaja tentunya akan
mengolah informasi tersebut dan mempresepsikannya. Sehingga, akan terjadi
perubahan perilaku makan ke arah yang lebih baik.
Prinsip slogan “Nutrition Guide for Balanced Diet” yaitu konsumsi makanan
sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai
dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Konsumsi makanan dengan
pola ini harus memperhatikan empat prinsip dasar, yaitu keanekaragaman pangan;
aktivitas fisik yang teratur dan terukur; kebersihan diri dan lingkungan yang
terjaga; serta pantau atau pertahankan berat badan selalu ideal. 56
Keterkaitan antara pengetahuan gizi seimbang dan status gizi merupakan dua
variabel yang bekerja secara sinergi. Pengetahuan gizi seimbang yang baik akan
membawa remaja untuk memilah makanan yang memberikan manfaat bagi
tubuhnya. Akibatnya, jika terus mengonsumsi makanan dengan memperhatikan
zat gizi yang terkandung di dalamnya, akan menimbulkan perubahan pada kondisi
tubuh, yaitu status gizi.
56
Dyah Titin Laswati, “Masalah Gizi Dan Peran Gizi Seimbang”, Jurnal Agrotech. Vol. 2 (1), November
2017, Op.cit, hal, 72.
32 | P a g e
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengetahuan seputar gizi seimbang dengan status gizi remaja putri kelas
XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden memiliki hubungan yang saling berkaitan.
Berdasarkan penelitian, 10 dari 24 responden memiliki pengetahuan gizi
seimbang baik, diantaranya 1 kriteria gemuk, 4 kriteria normal, dan 5 kriteria
kurus. Lalu, 12 dari 24 responden memiliki pengetahuan gizi seimbang cukup,
diantaranya 2 kriteria gemuk, 6 kriteria normal, dan 4 kriteria kurus. Kemudian, 2
dari 24 responden memiliki pengetahuan kurang, diantaranya 1 kriteria normal
dan 1 kriteria kurus. Dengan diperolehnya pengetahuan gizi seimbang pada
remaja, akan mempengaruhi remaja untuk memperbaiki perilaku makan yang
nantinya akan terjadi perubahan pada status gizi.
5.1.2 Pengetahuan seputar gizi seimbang pada remaja putri kelas XI MIPA 1 di
SMA Negeri 1 Pagaden, didapatkan hasil bahwa 11 dari 24 responden memiliki
pengetahuan baik, 12 dari 24 responden memiliki pengetahuan cukup, dan 2 dari
24 responden memiliki pengetahuan kurang. Mayoritas responden mengakses
informasi melalui media massa.
5.1.3 Status gizi pada remaja putri kelas XI MIPA 1 di SMA Negeri 1 Pagaden,
didapatkan bahwa 3 dari 24 responden dengan status gizi gemuk, 11 dari 24
responden dengan status gizi normal, dan 10 dari 24 responden dengan status gizi
kurus. Pengetahuan seputar gizi seimbang, pola makan, serta asupan nutrisi
menjadi beberapa faktor penentu status gizi.
5.2 Saran
5.2.1 Pentingnya mengetahui informasi tentang gizi seimbang dapat
mempengaruhi asupan makanan yang nantinya berakibat pada perubahan status
gizi.
5.2.2 Perlu berpikir kritis dan menelaah kembali informasi yang beredar agar
tidak termakan isu yang dibuat oleh pihak tertentu.
5.2.3 Peneliti hendaknya melakukan penelitian yang lebih mendalam agar bisa
mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi
dengan lebih baik.
33 | P a g e
Daftar Pustaka
Adrian, Kevin. 2020. Mengenal Bagian Otak Dan Fungsinya Bagi Tubuh, diakses dari
https://www.alodokter.com/mengenal-bagian-otak-dan-fungsinya-bagi-
tubuh pada 29/11/2020 pukul 21:32 WIB.
Agustina., & Permatasari, P. 2019. Hubungan Pengetahuan Dan Penerapan Pesan Gizi
Seimbang Pada Remaja Dalam Pencegahan Anemia Gizi Besi, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat. Volume 11 (1) : 1-9 , 2019.
Arradea, Dhiamara. 2020. Sulit Hamil Karena Berat Badan, Benarkah? Kenali
Penyebabnya Dan Cara Miliki Berat Badan Ideal, diakses dari
https://www.gooddoctor.co.id/tips-kesehatan/kehamilan/sulit-hamil-karena-
berat-badan/ pada 3/12/2020 pukul 23:17 WIB.
Christianti, DF. & Khomsan A. 2012. Asupan Zat Gizi Dan Status Gizi Pada Remaja
Putri Yang Sudah Dan Belum Menstruasi, Jurnal Gizi dan Pangan. Volume 7
(3) : 135-142, November 2012.
Fadillah, Mayang. 2016. Hubungan Pengetahuan Dengan Kecukupan Gizi Mahasiswa
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata Boga. Makalah.
Fajarini, F. & Khaerani NM. 2014. Kelekatan Aman, Religiusitas, Dan Kematangan
Emosi Pada Remaja, Jurnal Psikologi Integratif. Volume 2 (1) : 22-29, Juni
2014.
34 | P a g e
Hidayati, KB. & Farid M. 2016. Konsep Diri, Adversity Quotient Dan Penyesuaian Diri
Pada Remaja, Jurnal Psikologi Indonesia. Volume 5 (2) : 137-144, Mei 2016.
Huda, IA. 2020. Perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) Terhadap
Kualitas Pembelajaran Di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Dan Konseling.
Volume 1 (2) : 143-149, 2020.
Jayanti, YD. & Novananda NE. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang
Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Kelas XI Akuntansi 2 (DI SMK PGRI
2 KOTA KEDIRI), Jurnal Kebidanan Dharma Husada. Volume 6 (2) : 100-
108, Oktober 2017.
Kartamawati, S., Supriyadi., & Setyorini, I. 2019. Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas
Fisik Dengan Status Gizi Siswi Kelas VIII SMP Negeri (Full Day School),
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4 (2) : 63, Desember 2019. Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/339101630_HUBUNGAN_POLA
_MAKAN_DAN_AKTIVITAS_FISIK_DENGAN_STATUS_GIZI_SISWI
_KELAS_VIII_SMP_NEGERI_FULL_DAY_SCHOOL, pada 1/12/2020
pukul 08:48 WIB.
Maharibe, CC., Kawengian SES., & Bolang ASL. 2014. Hubungan Pengetahuan Gizi
Seimbang Dengan Praktik Gizi Seimbang Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi, Jurnal Elektronik Biomedik. Volume 2 (1) : 1-9, Februari 2014.
Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/334299420_HUBUNGAN_PENG
ETAHUAN_GIZI_SEIMBANG_DENGAN_PRAKTIK_GIZI_SEIMBAN
G_MAHASISWA_PROGRAM_STUDI_PENDIDIKAN_DOKTER_ANG
KATAN_2013_FAKULTAS_KEDOKTERAN_UNIVERSITAS_SAM_RA
TULANGI, pada 30/11/20 pukul 11:08 WIB.
Manumbalang, ST., Rompas, S., & Bataha YB. 2017. Hubungan Pola Asuh Dengan
Status Gizi Pada Anak Taman Kanak-Kanak Kecamatan Pulutan Kabupaten
Talaud, Jurnal Keperawatan. Volume 5 (2), Agustus 2017.
Muchtadi, Tien R., Sugiyono., & Ayustaningwarno, Fitriyono. 2019. Ilmu Pengetahuan
Bahan Pangan. Bandung : Alfabeta.
35 | P a g e
Muharam, RR., Damayanti, I., & Ruhayati, Y. 2019. Hubungan Antara Pola Makan Dan
Status Gizi Dengan Tingkat Kebugaran Atlet Dayung, Jurnal Ilmu Olahraga
dan Pendidikan. Volume 4 (1) : 14-20, April 2019.
Muhlisin, Ahmad. 2019. Fungsi Otak Besar (Cerebrum) Berdasarkan Bagian-
Bagiannya, diakses dari https://www.honestdocs.id/fungsi-otak-besar-
cerebrum.amp#aoh=16070882868377&referrer=https%3A%2Fwww.google
.com&_tf=Dari%20%251%24s pada 29/11/2020 pukul 21:33 WIB.
Munawaroh, S. 2015. Pola Asuh Mempengaruhi Status Gizi Balita, Jurnal Keperawatan.
Volume 6 (1), Januari 2015.
Pemerintah Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No.41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Pritasari., Damayanti, D., & Lestari NT. 2017. Modul Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Jakarta : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Pujiati., Arneliwati., & Rahmalia, S. 2015. Hubungan Antara Perilaku Makan Dengan
Status Gizi Pada Remaja Putri. Volume 2 (2) : 1345-1352, Oktober 2015.
Rachmi, CN., Wulandari E., Kurniawan, H., dkk. 2019. Buku Panduan Untuk Siswa: Aksi
Bergizi, Hidup Sehat Sejak Sekarang Untuk Remaja Kekinian. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rahayu, TB., & Fitriana. 2020. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Remaja Putri, Jurnal Vokasi Kebidanan. Vol.6 (1), 2020 : 46-51.
Rokom. 2018. Kenali Masalah Gizi Yang Ancam Remaja Indonesia, diakses dari
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20180515/4025903/kenali-masalah-gizi-ancam-remaja-
indonesia/#:~:text=Remaja%20yang%20kurus%20atau%20kurang,yang%2
0berdampak%20buruk%20di%20kesehatan. Pada 3/12/2020 pukul 23:03
WIB.
Soraya, D., Sukandar D., & Sinaga, T. 2017. Hubungan Pengetahuan Gizi, Tingkat
Kecukupan Zat Gizi, Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Guru
SMP, Jurnal Gizi Indonesia. Vol.6 (1), 2017 : 29-36.
36 | P a g e
Lampiran
37 | P a g e
Gambar.3 Pertanyaan Seberapa Jauh Memahami Pengetahuan Gizi Seimbang
dan Pola Makan
38 | P a g e