OLEH :
ENI FATMAWATI
(0302.12)
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Hubungan Penyapihan Dini Terhadap Status Gizi Balita Umur 0-24
Bulan Di Posyandu Desa Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik ”
Sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Kebidanan Widyagama Husada Malang.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat
petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yuliyanik, S. KM, selaku Direktur Akademi kebidanan Widyagama
Husada Malang.
2. Ibu Patemah, S.SiT, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan petunjuk koreksi dan saran sehingga terwujudnya Karya
Tulis Ilmiah ini .
3. Bapak Ibnu Fajar, SKM.,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan petunjuk koreksi dan saran sehingga terwujudnya
Karya Tulis Ilmiah ini .
4. Ibu Endah Tri Agustin, S.SiT, selaku penguji I
5. Bidan Yuyun Mazida, AMd.Keb. Bidan Polindes Desa Jerebeng
Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik selaku pembimbing Lapangan
dalam penelitian ini.
6. Para Dosen beserta Staf yang telah membantu dan berpartisipasi dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Bapak, Ibu serta saudara-saudaraku tercinta yang telah banyak
memberikan dorongan dan semangat kepada peneliti dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Seluruh teman-temanku di Akademi kebidanan Widyagama Husada
Malang yang telah mendukung dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun untuk lebih sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
ABSTRACT
ASI (mother’s milk) is the best nutritional for baby, because of its
nutritious components inside can optimally warrant baby’s growth. Based on a
research which is done in Jakarta, shows that general baby weaning is done in
seventh month of postpartum, 63,3% correspondences are still suckling breast and
3,6% arent’s suckling breast anymore, due to ill or there’s no mother’s milk
production since the birth. From antecedent study result in getting balita having
status of gizi less counted 38% and ugly gizi counted 4% which is very have an in
with the growth pattern and growth of so that researcher interest to doresearch in
Countryside of Jerebeng District of Soothsayer Sub-Province of Gresik.
Design research this uses Analytic Correlation that is supposed to analyze
the correlation of 2 variables, those are early weaning variable and nutritional
status variabel. The sampel population that is used in this study is all of the babies
aged 0-24 months that already fulfilled inclusion criteria recruitment, those are 50
babies and uses all of the sampling population total, counted 50 babies.
Pursuant to Result Research in Posyandu Dahlia Countryside of Jerebeng
District of Soothsayer Sub-Province of Gresik in getting that baby which in
weaning early counted 58% and in weaning do not early counted 42%, having gizi
less counted 44%, ugly gizi counted 32% and gizi more counted 24%, based on
Chi Square statistic test, the result tahat P value = 0,0001 that score is under 0,05,
so Hypothesis o is refused and hipotesis i is going to be accepted. Due to this, can
be concluded that there’s a correlational between early weaning with baby-aged 0-
24 month nutritional status.
ASI merupakan gizi terbaik bagi bayi karena komposisi zat-zat gizi di
dalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan bayi. Berdasarkan
penelitian yang di lakukan di Jakarta menunjukkan penyapihan bayi rata-rata di
lakukan pad bulan ke-7 pasca persalinan diketahui 63,3% responden masih
menyusui damn 3,6% sama sekali tidak menyusui karena menderita sakit atau
produksi ASI tidak terjadi saat awal. Dari hasil studi pendahuluan di dapatkan
balita yang mempunyai status gizi kurang sebanyak 38% dan gizi buruk sebanyak
4% yang sangat berpengaruh pada pola pertumbuhan dan perkembangannya
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Jerebeng
Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik.
Desain penelitian ini Analitik korelasi yang bertujuan menganalisa
hubungan dua variabel yaitu variabel penyapihan dini dan variabel status gizi.
Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah semua balita umur 0-24
bulan yang memenuhi persyaratan kriteria inklusi yang berjumlah 50 orang anak
dan dengan menggunakan total populasi sampling, sampel yang di gunakan
sebanyak 50 orang balita.
Berdasarkan Hasil Penelitian di Posyandu Dahlia Desa Jerebeng
Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik di dapatkan bahwa bayi yang di sapih dini
sebanyak 58% dan di sapih tidak dini sebanyak 42%, mempunyai gizi kurang
sebanyak 44%, gizi buruk sebanyak 32% dan gizi lebih sebanyak 24%, dan
berdasarkan hasil uji statistik Chi Square maka di dapatkan P value= 0,0001
dimana nilai tersebut kurang dari 0,05 sehingga Ho di tolak dan Hi di terima.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara penyapihan dini
dengan status gizi balita umur 0-24 bulan
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv
KATA PENGANTAR....................................................................................... v
ABSTRACT...................................................................................................... vi
ABSTRAK........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii
BAB V PENUTUP...................................................................................... 50
5.1 Kesimpulan............................................................................... 50
5.2 Saran.......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
ASI (Air Susu Ibu) masih merupakan gizi terbaik bagi bayi karena
tubuh bayi. Selain itu, kualitas zat gizinya juga terbaik karena mudah diserap dan
dicerna oleh usus bayi. Kandungan protein ASI (0,9 mg / 100 ml) memang lebih
rendah dibandingkan dengan kadar protein dalam susu formula (1,6 gr / 100 ml) .
Namun kualitas protein ASI sangat tinggi dan mengandung asam-asam amino
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif pada bayi selama 6 bulan pertama
terbukti menurunkan angka kematian pada balita. Selain itu Air Susu Ibu (ASI)
terbukti dapat mencegah berbagai penyakit akut dan menurun pada bayi. (Akre,
1990)
kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar,
kurang dari 15 % bayi di seluruh dunia diberikan ASI Eksklusif selama 4 bulan
dan sering kali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman.
anak usia dibawah 5 tahun (balita) antara lain kekurangan gizi sejak dalam
ASI terlalu dini atau terlambat serta tidak cukup mengandung energi dan zat gizi
(terutama mineral) dan tidak berhasil memberikan ASI eksklusif (Herti, 2006).
menyusui dan 3,6% sama sekali tidak menyusui karena menderita sakit atau
produksi ASI tidak terjadi saat awal. Kelompok kerja formal lebih dini menyapih
bayinya, rata-rata 6-9 bulan setelah melahirkan sedangkan untuk pekerja informal
pada saat bayi berusia 7-9 bulan. Semakin rendah pendidikan ibu merupakan
resiko terjadinya penyapihan dini. Bayi dan ibu yang harus bekerja kembali
Bayi-bayi yang mendapat ASI selama 3 bulan atau lebih dengan nyata
kehidupan, jika dibandingkan dengan bayi-bayi yang mendapat susu botol sejak
lahir atau yang terlalu dini telah disapih penuh. (Akre. 1990)
Dukun-Gresik pada bulan Maret 2006, diketahui terdapat 1300 penduduk yang di
antaranya terdapat 50 bayi yang berumur 0-24 bulan yang sudah disapih atau
perkembangan balita yang diukur dengan status gizi yang ada. Dengan jumlah
status gizi kurang sebanyak 38% bayi, gizi buruk sebanyak 4%, Maka dari hasil
studi ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Jerebeng Kecamatan
Dukun Kabupaten Gresik karena jumlah status gizi yang kurang sekitar 75 %
karena penyapihan yang dilakukan terlalu dini dari pada balita yang disapih tidak
dini.
1.2 Rumusan Masalah
Mengetahui hubungan penyapihan dini dengan status gizi balita umur 0-24
yang terkait untuk menentukan kebijakan dan intervensi gizi dalam upaya
TINJAUAN PUSTAKA
Penyapihan dini adalah suatu keadaan dimana bayi sudah tidak mendapat
ASI sebagai sumber makanan pada umur kurang dari 4 bulan yang diganti
sehingga akhirnya ASI dihentikan dan bayi mendapat makanan dewasa pada umur
bayi dari yang semula mendapat ASI sebagai satu-satunya sumber makanan
Anak yang puas dalam kehidupannya, saat disapih akan siap menghadapi tahap
4 kali sehari menjadi 2 kali sehari selanjutnya 1 kali sehari. Di mana menyapih
harus bertahap karena anak perlu waktu untuk peralihan rasa makanan (manis dan
bulan. Di mana bayi mulai dikenalkan sedikit demi sedikit dengan berbagai jenis
ASI, disapih dari susu botol, disapih dari tempat tidur orang tuanya, disapih dari
rumah untuk sekolah dan seterusnya, Sangat tidak disarankan untuk menyapih
anak terlalu dini, dan saat menyapih anak tiba bukan berarti ikatan antara anak
Di lain pihak, pada usia anak sekitar 6 bulan, bayi membutuhkan beberapa
makanan yang lengkap dan secara fungsional bayi telah berkembang lengkap
untuk mengatasinya. Usia antara 4 sampai 6 bulan terlihat sebagai masa yang
tepat bagi bayi untuk mulai beradaptasi dengan makanan dari berbagai jenis
Pada bulan ke-6, hampir semua bayi siap untuk makanan padat. Tanda
tangan ibu menjauh ketika bayi tidak mau makan lagi. Pada umur 6 bulan, sistem
Meskipun susu ibu atau susu formula akan tetap menjadi makanan diet bayi
rumah cenderung lebih lama menyapihnya. Menurut Nita Ratna, pada usia
tertentu lebih ideal untuk menyapih bayi, tidak peduli pada ibu bekerja atau tidak,
Sayangnya hal ini yang kerap diabaikan. Banyak ibu yang melakukan
penyapian lebih dini atau lebih lambat karena alasan–alasan tertentu. Seperti,
keterbatasan waktu karena ibu sibuk bekerja, atau karena produksi ASI tidak
1. Produksi ASI telah menurun seiring penggunaannya yang mulai tidak optimal.
Di atas usia 6 bulan bayi sudah mendapat manfaat optimum dari menyusui.
Pada akhir tahun pertama, komposisi air susu serta kebutuhan anak pun
berubah. ASI tidak lagi menjadi kebutuhan gizi anak, bukan lagi makanan
2. Dari segi emosi. Pada usia bayi 1 tahun, bayi belum mencapai tahap yang
menyulitkan sebagai anak usia 2 tahun, sehingga lebih mudah disapih. Dan
juga ingatan usia 1 tahun lebih panjang, sehingga kecil kemungkinan kenangan
akan menyusui yang menyenangkan akan melekat, hal ini membuat proses
3. Anak usia 1 tahun harus sudah diajak mandiri guna membentuk individu sendiri
dalam tahap perkembangannya, karena itu, bayi dewasa harus dilatih minum
dengan gelas atau botol, jika tergantung pada payudara, maka proses menjadi
susu botol
2. Faktor psikologi
b. Tekanan batin
mendapat penerangan
7. Gangguan penyusuan
sebelum bayi menyusu, maka ASI akan sulit dihentikan karena bayi sudah
kenyang.
mengandung NaCl tinggi yang akan menambah beban bagi ginjal. Beban
Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini dapat
Alergi pada susu sapi dapat terjadi sebanyak 7, 5% dan telah diingatkan bahwa
alergi terhadap makanan lain seperti jeruk, tomat, ikan, telur, serelia, bahkan
Hendrawan (2000) disebutkan bahwa selera makan atau minum bayi menurun
mungkin karena ASI nya sedikit dan ibu tidak menyadarinya atau susu
Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat warna atau
Seimbang dengan kebutuhan gizi merupakan sebab utama terjadinya gizi buruk
Indonesia terlihat adanya kecenderungan para ibu untuk menyapih bayinya lebih
awal, yaitu pada usia kurang dari 12 bulan. Kebiasaan ini mulanya hanya terbatas
pada kelompok ibu yang berpenghasilan cukup terutama di kota, akan tetapi
bahwa penghentian pemberian ASI yang diberikan melalui botol merupakan yang
Pada interaksi ibu dan anak. Kadang ibu mendapatkan kenikmatan dari
ketergantungan ibu dan anak serta sebaliknya, tetapi yang perlu dipikirkan
terlalu lama menyapih akan membuat anak sulit melepaskan diri yang
Bayi akan kehilangan makanan terbaiknya, yakni ASI yang tidak dapat
Pada usia 2 tahun bayi mulai disapih. Agar tidak menyakiti bayi, seminggu
sebelum disapih sebaiknya bayi menyusui satu kali saja, misalnya hanya waktu
malam hari menetek, sedang paginya hanya diberi susu sapi satu gelas.
Untuk mengetahui bayi cukup makan atau tidak, sebaiknya bayi ditimbang
dalam waktu tertentu. Bila kenaikan berat badan bayi sesuai dengan bertambahnya
umur, berarti makanan bayi sudah cukup. Setelah itu bayi disapih makananya
badan bayi, tetapi susutnya tidak boleh melebihi 10% dari berat waktu lahir. Akhir
minggu kedua biasanya berta badan bayi telah sama dengan berat badan waktu
lahir.
Umur 1-3 bulan : Tiap 4 mingggu bertambah 700 gram atau kira-kira 175-200
gram seminggu.
Umur 3-6 bulan : Tiap 4 minggu bertambah 450 gram atau kira-kira 125 gram
seminggu.
Umur 6-12 bulan : Tiap 4 minggu bertambah 350 gram (Eisenberg, Arlene,1997)
Hubungan kasih sayang antara ibu dan bayinya mulai sejak dalam
kandungan yang kemudian berlanjut setelah bayi lahir melalui penyusuan. Salah
satu manfaat menyusui adalah menciptakan bonding (ikatan batin) antara ibu dan
anak. Banyak ibu-ibu yang salah pemahaman yaitu bahwa berhenti menyusu
berarti memutuskan hubungan tali kasih sayang antara bayi dan ibu, karena
dilakukan bayi berumur 6 bulan saat bayi mendapatkan makanan padatnya. Hal
itu tidak akan merenggangkan bonding ibu dan anak, mengingat banyak faktor
Karmila (2000) juga menegaskan, kontak langsung kulit juga bukan faktor
pikiran dan hati ibu kemana-mana, maka bonding tidak akan terjadi. Ritual seperti
mengganti celana, bermain, memandikan juga dapat menciptakan bonding yang
berkualitas.
Bayi akan beralih dari makanan berupa ASI yang hampir-hampir bebas
terhadap infeksi yang didapat dari sifat anti infeksi dari ASI akan hilang. Makanan
yang disiapkan sebagai makanan sapihan adalah makanan yang sangat terbuka
menyenangkan. Sambil menyuapi, ibu bisa bercerita tentang bahan atau lauk pauk
yang sedang dimakan anak. Bayam dan pepaya, atau wortel yang bisa
1. Pertumbuhan
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diuk
tinggi badan. Bayi yang sehat, dengan bertambah umurnya akan bertambah
dipengaruhi oleh sifat bawaan (keturunan), pola atau menu makanan yang
sosialnya. Begitu pula dengan panjang badan bayi dalam keadaan normal, yaitu
dari 34-55 cm, pada umur 12 bulan (1 tahun) menjadi kurang lebih 68-81 cm.
Sedangkan berat badannya dari 2500-4000 gram, pada umur 12 bulan (1 tahun)
dan Tinggi Badan (TB) secara berkala dan teratur setiap 1 bulan. Berat badan
dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dilakukan setiap bulan di
Posyandu. Salah satu faktor terpenting dalam pertumbuhan bayi adalah Air
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
gerakan otot, kecerdasan, perasaan dan kemampuan bergaul sejak dari janin dalam
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Kemampuan
mandiri, misalnya : membalas senyuman, berani dan takut dengan orang lain
dan sebagainya.
Perkembangan bayi dapat dibantu dengan rangsangan. Yang dimaksud
Rangsangan dapat dilakukan oleh setiap orang yang telah mengerti dasar-
dasar stimulasi khususnya ibu, ayah, pengasuh dan orang-orang terdekat dengan
sehingga dapat dikaitkan sekaligus dengan kegiatan lainnya dan dilakukan setiap
1. Faktor genetik
didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan tulang. Termasuk faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis
setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini
c. Toksin atau zat kimia, ibu hamil yang perokok berat atau peminum
Herpes simplex)
g. Stress
h. Imunitas
a. Lingkungan biologis : ras atau suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi ,
b. Faktor fisik, antara lain : cuaca, musim, keadaan geografis satu daerah,
ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stess, sekolah, cinta dan
d. Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: Pekerjaan atau pendapat
keluarga, pendidikan ayah atau ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam
dengan cara membesarnya dalam lingkungan keluarga yang sehat. Untuk itu perlu
4. Perawatan dan pemeliharaan rumah sebagai tempat tinggal yang rapi, bersih,
1. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai bayi usia 0-3 bulan adalah :
tangannya dengan kuat, misalkan: ujung jari ibu atau pensil, perhatikan
meletakkan benda yang menarik di dekat bayi pada tempat yang terjangkau
3) Tertawa atau berteriak bila melihat benda yang menarik atau senang dengan
4) Mengenal dan dapat membedakan antara orang yang sudah dikenal dengan
orang yang belum dikenal, dengan cara minta bantuan tetangga untuk
12 bulan.
permukaan yang datar seperti lantai yang dekat dengan dinding dan
diusahakan agar bayi mau berdiri dengan cara memberikan mainan yang
menarik. Perhatikan apakah bayi dapat berdiri sendiri dengan berpegangan
Caranya dengan meletakkan benda kecil sebesar biji jagung didekat bayi,
4) Dapat mengikuti permainan Ci Luk Ba. Caranya dilakukan oleh ibu atau
12-18 bulan.
2) Mengambil benda kecil keatas sebesar biji jagung dengan ibu jari dan
telunjuknya.
18-24 bulan.
mundur.
Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
(Supariase, 2001)
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang disebabkan oleh konsumsi
penyerapan dan penggunaan makanan oleh jumlah dan jenis makanan yang di
konsumsinya. (Suhardjo,1992)
mana orang tersebut telah memperhatikan nilai gizi dan makanan yang
tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan makana. Kualitas
hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dan
masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-
baiknya.
2.3.3 Standar dan Klasifikasi Status Gizi
dan baku WHO-NCHS, untuk keperluan kegiatan pemantauan status gizi balita
2. Penentuan cut off point untuk klasifikasi status gizi yang dinyatakan dalam
Keterangan:
1. Status gizi lebih, terjadi karena sumber energi yang masuk dalam tubuh
2. Status gizi baik atau normal, merupakan suatu keadaan dimana terjadi
keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk kedalam tubuh dengan yang
3. Status gizi buruk, merupkan akibat kurang terpenuhinya kebutuhan zat gizi
BB/U adalah:
sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.
sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mampu menimbang
(Suharjo,1996)
2.3.4 Penilaian status gizi
Ada beberapa cara untuk melakukan penilain status gizi pada kelompok
yang dikenal dengan Antropometri. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara
Antropometri yang sudah digunakan antara lain: Berat Badan (BB) , Panjang
Badan (PB) , Lingkar Lengan Atas (LILA) , Lingkar Kepala (LK) , Lingkar Dada
bentuk indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) dapat memberi ganbaran
tentang keadaan gizi dari suatu kelompok masyarakat tertentu pada saaat
pengukuran dilakukan.
1. Caranya mudah, sederhana, aman, dan teknisnya tidak terlalu banyak instruksi.
7. Metode dapat memberikan hasil yang akurat asal mengikuti cara yang betul.
waktu sebelumnya.
9. Bisa dipakai untuk mengevaluasi perubahan status gizi satu generasi ke
generasi.
1. Faktor internal (nilai cerna makanan, status kesehatan, umur, jenis kelamin,
faktor yang mempengaruhi status gizi seorang anak, secara langsung adalah
masalah gizi atau keadaan gizi yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
makanan yang dikonsumsi kualitatif serta adanya infeksi yang dapat menghambat
gizi. Konsumsi sendiri tergantung dari beberapa faktor antara lain:daya beli,
Ada beberapa cara untuk menentukan status gizi pada balita yaitu dengan
1. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu:
1) Antropometri
tingkat umur dan tingkat gizi. Adapun pengggunaanya secara umum yaitu
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
2) Klinis
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, dapat dilihat dari kulit, mata,
3) Biokimia
pada berbagai macam jaringan tubuh (darah, urine, tinja, hati dan otot) ,
Adalah penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. survei
2) Statistik vital
tumbuh kembang optimal bayi dan perlindungan bayi dari infeksi. Keuntungan
ASI meliputi mudah di berikan kapan dan di mana saja tanpa persiapan dan
sterilisasi, hampir semua zat gizi cukup, seimbang dan adekuat untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Anak mulai diberi MP ASI pada umur 6 bulan dan secara
bertahap jenis, konsisten, dan tekstur makanan ditambah sampai umur 2-3 tahun
saat anak mampu makan makanan keluarga serta menggantikan secara lengkap
fungsi ASI sebaggai sumber nutrisi anak, seperti telah disebutkan diatas yang
paling mengetahui waktu yang paling tepat untuk mulai memberikan makanan
mengetahui bahwa penyapihan yang terlalu dini ataupun penyapihan yang lambat,
tumbuh pesat yang hanya mendapat ASI saja dari ibu-ibu dengan gizi baik,
mengatur pemasukan dirinya sendiri secara luas, volume pemasukan itu sesuai
dengan kapasitas laktasi bahkan pada ibu yang bergizi buruk sekalipun. (Akre,
1990).
langsung adalah masalah gizi atau keadaan gizi yang di pengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu makanan yang di konsumsi, kualitatif serta adanya infeksi yang dapat
menghambat gizi, daya beli, persediaan bahan makanan, tingkat pengetahuan dan
bayi yang mendapat ASI eklusif (hanya ASI saja) selam 6 bulan jauh lebih rendah
dari pada bayi yang tidak mendapat ASI, ini menunjukkan bahwa anak yang
mendapat ASI selam 6 bulan atau lebih, risikonya terkena leukemia akna turun
sebesar 21%. Sedangkan bayi yang mendapat ASI selama 6 bulan atau lebih,
risikonya akan turun sampai 30%. Jadinya, mereka menyimpulkan bahwa bayi
yang diberi ASI akan turun risikonya terkena leukemia, dan besar penurunan
risiko itu akan semakin besar dengan semakin lamanya bayi mendapat ASI di
tahun pertama kehidupannya. Sehubungan dengan hal itu, The American
3. 1 Kerangka Konsep
yang satu dengan yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti melalui penelitian-
Keterangan :
: Area yang diteliti
balita. Adapun faktor yang mempengaruhi yaitu pada status gizi: infeksi,
perubahan sosial budaya, faktor sosial budaya, faktor fisiologis, faktor fisik ibu,
Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti
3.3 Hipotesa
2003)
Hipotesa penelitian ini adalah ada pengaruh antara penyapihan dini dengan
3.4.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2003). Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah
jumlah balita yang berusia umur 0-24 bulan yang berkunjung ke Posyandu Desa
Jerebeng Kecamatan Dukun selama bulan April sampai dengan bulan Mei 2006
sebanyak 50 balita.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh balita umur 0-
3.4.3 Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
layak untuk diteliti. yang termasuk kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
(2002) yang dimaksud variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
1. Variabel independen
2. Variabel dependent
umur 0-24 bulan yang sudah disapih dan hasil wawancara di masukkan ke
dalam master set tabel, untuk data status gizi baliata (BB/UMUR) di peroleh
dengan cara pengukuran menggunakan timbangan berat badan dan kms dengan
Data di peroleh dari register kohort ibu dan balita di Polindes Yuyun
Mazidah yaitu data balita yang mengenai balita umur 0-24 bulan pada periode
April-September 2006.
pada tempat yang akan di teliti dengan pelantara surat dari kampus. Setelah pihak
persetujuan responden yaitu ibu yang mempunyai balita umur 0-24 bulan di
1. Editing
2. Transfering
tersebut yang telah ditentukan dan untuk berat badan pada balita di cocok kan
Baik : -2 s/d 2 SD
Buruk : < -3 SD
3. Coding
Untuk memudahkan dalam pengolahan data makna data yang telah terkumpul
di beri tanda sesuai dengan kategori yang telah disediakan yaitu dengan
memberi tanda kode secara huruf. Hal ini di maksudkan untuk mempermudah
Untuk penyapihan :
Lebih : (4)
Baik : (3)
Kurang : (2)
Buruk : (1)
4. Tabulating
5. Analis data.
( fo fh) 2
balita. Menggunakan uji Chi Square dengan rumus 2 .
fh
Fo : Jumlah observasi pada kasus yang di kategorikan dalam baris ke-n kolom
ke-n
Fh : Jumlah kasus yang di harapkan di kategorikan dalam baris ke - n kolom
ke-n.
Total (n)
Keterangan :
dengan derajat bebas (db) = (b-1) (k-1), dimana b = banyak baris dan k =
dengan etika agar hak responden dapat dilindungi. Untuk itu perlu adanya izin
Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang berjudul “
Hubungan Penyapihan Dini Terhadap Status Gizi Balita Umur 0-24 Bulan di Desa
masalah dan tujuan penelitian pada bab pendahuluan. Secara jelas hasil penelitian
ini akan menyajikan data mengenai hasil pengumpulan data yang diperoleh dari
timbangan berat badan serta KMS, yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus
pembahasan yang akan menjelaskan kesenjangan antara hasil penelitian dan teori.
masing variabel agar dapat diketahui beberapa hal yang berkaitan dengan judul
penelitian.
Adapun data yang akan disajikan pada penelitian ini berupa gambaran
umum tempat penelitian, data umum yang mencakup karakteristik ibu responden
mencakup databayi yang disapih umur 0-4 bulan, bayi yang disapih umur 4-24
bulan, serta hubungan penyapihan dini terhadap status gizi balita umur 0-24 bulan
Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik. Posyandu ini berdiri sejak tahun
2004 dan berkembang sampai saat ini. Pelayanan yang diberikan di Posyandu
Posyandu Melati ini terdiri dari 5 orang petugas kader dan 1 orang bidan desa.
Fasilitas yang ada di Posyandu Melati meliputi 5 meja yaitu meja pendaftaran,
meja penimbangan, meja pencatatan dan pengisian KMS, meja pengobatan dan
meja penyuluhan.
Pada sub bab ini akan disajikan data yang merupakan karakteristik ibu
tahun sebanyak 64%, selebihnya berumur <20 sebanyak 28%, dan sebagian kecil
Dari tabel 4.2 dapat diketahui sebagian besar ibu responden berpendidikan
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu responden bekerja
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur 0-4
bulan sebanyak 58%, dan sebagian kecil responden berumur 13-16 bulan
sebanyak 4%.
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan sebanyak 54% dan sebagian kecil responden berjenis kelamin
Pada sub bab ini akan disajikan data yang merupakan variabel yang akan
diteliti yang meliputi Penyapihan dini yaitu Disapih Dini, Disapih tidak Dini,
Status Gizi dan hubungan penyapihan dini terhadap status gizi balita umur 0-24
bulan.
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi penyapihan pada balita umur 0-24 bulan di
Desa Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik pada tanggal
18 Agustus 2006
Kriteria
Penyapihan Frekuensi Prosentase
Disapih Dini 29 Orang 58%
Disapih Tidak Dini 21 Orang 42%
Total 50 Orang 100%
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar balita yang disapih dini
sebanyak 58% dan balita yang disapih tidak dini sebanyak 42%
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi status gizi balita umur 0-24 bulan di Desa
Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik pada tanggal 18
Agustus 2006
Kriteria Jumlah
Status Gizi Frekuensi Prosentase
Lebih 12 Orang 24%
Baik 16 Orang 32%
Kurang 22 Orang 44%
Total 50 Orang 100%
Sumber : Data primer 2006
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar berkategori Baik sebanyak
32%, selebihnya berkategori lebih sebanyak 24% dan sebagian kecil berkategori
Tabel 4.8 Tabel silang hubungan penyapihan dini terdapat status gizi balita
umur 0-24 bulan di Desa Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten
Gresik
Status Gizi
Penyapihan Lebih Baik Kurang Total
F % F % F % F %
DisapihDini - - 7 24,1 22 75,9 29 58
Disapih tidak Dini 12 57,1 9 42,9 - - 21 42
Total 12 24 16 32 22 44 50 100
Sumber : Data primer 2006
Dari tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa 58% anak yang disapih dini
sebanyak 24,1% memiliki gizi baik, sebanyak 75,9% memiliki gizi kurang
Sedangkan 42% anak yang disapih tidak dini sebanyak 57,1% memiliki gizi yang
4. Tabel hasil perhitungan Chi-Square test dengan menggunakan SPSS Versi 10,5
Windows antara penyapihan dini dengan status gizi balita umur 0-24 bulan
Dari hasil uji Chi Square maka didapatkan P Value = 0,0001. Nilai tersebut
kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Hi diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyapihan dini terhadap status gizi
tangal 18 Agustus 2006 didapatkan hasil berkategori disapih dini sebanyak 58%,
sedangkan disapih tidak dini sebanyak 42%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa
penyapihan dini pada balita umur 0-4 bulan sebanyak umur 5-8 bulan sebanyak
58% umur 9-12 bulan sebanyak 12% umur 13-16 bulan sebanyak 4% umur 17-20
sosial budaya yaitu ibu yang bekerja, kebiasaan pemberian susu botol, faktor
fisiologis ibu yaitu takut kehilangan daya tarik, faktor fisik ibu yaitu nyeri pada
saat menyusui, dan faktor yang meningkatkan promosi susu kaleng sebagai
besar ibu responden di Posyandu Dahlia yang bekerja sebanyak 60%, selebihnya
tidak bekerja sebanyak 40% ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja untuk
pendamping ASI, hal ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja biasanya enggan
memberikan ASI yang sering diganti dengan pemberian susu botol sehingga
Dari hasil penelitian terhadap status gizi balita umur 0-24 bulan di
Posyandu Dahlia di dapatkan hasil sebagian besar berkategori baik sebanyak 32%,
selebihnya berkategori kurang sebanyak 44%, berkategori lebih sebanyak 24%.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa status gizi balita umur 0-24 bulan di
Posyandu Dahlia berada pada tingkat yang kurang baik yaitu berkategori kurang
sebanyak 44%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Apriadji
(1986) bahwa yang berperan dalam menentukan status gizi seseorang pada
dasarnya terdiri dari 2 faktor yaitu faktor gizi internal (status kesehatan, umur,
jenis kelamin dan ukuran tubuh) dan faktor gizi eksternal (tingkat pendidikan,
menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seorang anak,
faktor makanan yang dikonsumsi dan infeksi, dan yang secara tidak langsung
antara lain nilai gizi makanan yang di makan, ada tidaknya pemberian makanan
tambahan dari luar keluarga, pendapatan atau daya beli keluarga, pengetahuan
atau kebiasaan ibu terhadap gizi dan kesehatan, jangkauan pelayanan kesehatan
Menurut bekerja atau tidaknya ibu responden yang ada di Posyandu Dahlia
dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu responden bekerja 60% dan sebagian
kecil ibu responden tidak bekerja sebesar 40%. Ibu yang bekerja dan ibu yang
tidak bekerja sangat berpengaruh terhadap status gizi anak. Ibu yang bekerja
mempunyai waktu yang kurang untuk membaca atau memahami tanda-tanda dan
cepat, benar dan konsisten. Salah satu contohnya bila anak menangis karena suatu
sebab jika ibu tidak ada waktu untuk merespon atau salah menginterpretasikan
sebab anak menangis apakah anak sakit atau lapar maka ibu akan kehilangan
kesempatan untuk memberikan makanan pada anaknya. Sedangkan ibu yang tidak
bekerja dan sebagai ibu rumah tangga yang selalu ada dirumah dan selalu
mempunyai waktu untuk anaknya maka ibu akan mempunyai kemampuan dan
4.2.3 Hubungan penyapihan dini terhadap status gizi balita umur 0-24 bulan di
Gizi Balita Umur 0-24 bulan di Posyandu Dahlia Desa Jerebeng Kecamatan
umumnya mempunyai gizi lebih sebanyak 57,1% karena konsumsi ASI relatif
yang erat antara penyapihan dini dengan status gizi, sesuai dengan pendapat
Nita Ratna (1999) bahwa pemberian gizi dengan kualitas dan kuantitas yang
baik sangat dibutuhkan oleh anak untuk tumbuh normal tidak terlalu kurus dan
tidak terlalu gemuk karena status gizi yang buruk sangat berpengaruh.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian, Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
lebih banyak akan memperoleh hasil yang lebih baik. Keterbatasan tersebut di
antaranya : Alat ukur untuk balita yang disapih belum terdapat alat ukur yang
dengan panduan kuesioner yang hanya di uji satu kali, dan keterbatasan waktu
yang dimiliki oleh peneliti dan harapan untuk penelitian selanjutnya lebih dari
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
maupun peneliti lain yang ingin meneliti tentang Hubungan Penyapihan Dini
Terhadap Status Gizi Balita Umur 0-24 Bulan di Desa Jerebeng Kecamatan
5.1.1. Penyapihan pada balita umur 0-24 bulan yang ada di Posyandu Dahlia,
disapih dini sebanyak 58%. Dan disapih tidak dini sebanyak 42%.
5.1.2. Status gizi balita umur 0-24 bulan yang ada di Posyandu Dahlia, Desa
sebanyak 24%.
5.1.3. Terdapat hubungan yang nyata antara penyapihan dini terhadap status gizi
Dukun Kabupaten Gresik didapatkan uji statistik Chi Square P value 0,0001
dimana nilai tersebut kurang dari 0,05. Balita yang di sapih dini
sapih dini.
5.2 Saran
yang terkait dalam rangka untuk menentukan kebijakan dan intervensi gizi dalam
atau data dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan literatur didalam
Untuk meningkatkan status gizi pada balita umur 0-24 bulan maka ibu
diharapkan pada ibu untuk melakukan upaya pemberian makanan tambahan pada
anak dengan pola konsumsi dan makanan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan
anak dan pemberian ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan tanpa makanan
pendamping ASI.
5.2.5 Bagi peneliti selanjutnya
petugas posyandu, institusi terkait serta mahasiswa maka di pandang perlu adanya
Penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai data awal
dikemudian hari dan di harapkan sampel lebih banyak lagi karena semakin banyak
Dewi Handajani. ASI Mengurangi Risiko Leukimia. From (http// www. Ayah
Bunda. Com. Akses tanggal 17 Juli 2006)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Bila Anda Ingin Bayi Yang
Sehat. Jakarta : Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Dirjen Pembinaan
Masyarakat.
Eisenberg, Arlene. (1997). Bayi Pada Tahun Pertama : Apa Yang ANDA Hadapi
Bulan Perbulan . Jakarta : Arcan.
Maryani, Herti (2005). ASI Eksklusif Turunkan AKB. Retrived at 18 Juli 2005.
From www. Mediacastro – Com.htm.
Milna Artikel. Apakah Si Kecil Sudah Siap Makan. From (http://www.info sehat.
Com.Akses tanggal 17 juli 2006)
Nasution, Tamrin dan Nurhalijah. (1998). Anak Balita Dalam Keluarga, Pengantar
Pertumbuhan dan Perkembangan yang Optimal. Jakarta : P.T. BPK
Sayogyo, dkk (1980). Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dan Kecukupan Gizi.
Bogor
Pudjiadi, Solihin (2000). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarata : Gaya Baru.
Widjaja. (2002). Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita.
Jakarta : Kawan Pustaka.
KUESIONER
PENELITIAN PENGARUH PENYAPIHAN DINI TERHADAP STATUS
GIZI BALITA
Tgl wawancara :
Pewancara :
I. Karakteristik Responden.
A. Identitas Ibu
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
B. Identitas Bayi/Anak
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
II. Penyapihan Dini.
Petunjuk pengisian: Beri tanda silang (x) pada masing-masing jawaban yang
anda anggap paling benar !
1. Pada umur berapa anak ibu berhenti menyusui (disapih)
a. Umur kurang dari 4 bulan
b. Umur lebih dari 4 bulan
2. Mengapa ibu menyapih anak pada umur tersebut?
a. Karena produksi ASI sudah mulai berkurang/tidak lancar lagi.
b. Keterbatasan waktu karna ibu sibuk bekerja.
c. Bayi tidak mau menetek
3. Bagaimana keadaan atau kondisi anak setelah disapih
a. Nafsu makan menurun.
b. Tenang, mandiri dan baik-baik saja.
c. Sehat, Gerak aktif, Nafsu makan meningkat.
4. Bagaimana cara ibu menyapih anaknya.
a. Semingggu sebelum disapih sebaiknya bayi menyusu satu kali saja.
b. Bayi sebelum dan sesudah disapih tidak boleh menyusu sama sekali.
c. Sebelum disapih bayi menyusu 3-4 kali dalam satu mingggu
5. Makanan jenis apa yang ibu berikan pada anak pertama kalinya.
a. Makanan dalam bentuk padat
b. Makanan dalam bentuk semi padat
c. Makanan dalam bentuk cair, dan lunak.
6. Bagaimana cara menentukan status gizi pada balita.
a. Membawa ke Posyandu untuk ditimbang.
b. Melihat dengan berat badanya (gemuk&kurus)
c. Melihat gerakan anaknya (lincah, gesit)
7. Bagaimana BB anak setelah disapih
a. Tetap
b. Naik
c. Turun
Lampiran 11
Sel Fo Fh Fo – Fh (Fo – P2)2 Fo Fh
2
Fh
1.1 0 6,96 -6,96 48,44 6,96
1.2 7 9,28 -2,28 5,1984 0,56
1.3 22 12,76 9,24 85,378 6,69
2.1 12 5,04 6,96 48,44 9,61
2.2 9 6,72 2,28 5,984 0,77
2.3 0 9,24 -9,24 85,376 9,24
X2 = 33,83
29x12
1.1 6,96
50
29 x16
1.2 9,28
50
29 x 22
1.3 12,76
50
21x12
2.1 5,04
50
21x16
2.2 6,72
50
21x 22
2.3 9,24
50
b = (b – 1) (k – 1)
= ( 2 – 1) ( 3 – 1)
=2
X2 tabel : 5,99
2
2 Fo Fh
X =
Fh
= 33,83