Anda di halaman 1dari 68

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENYAPIHAN DINI TERHADAP STATUS GIZI BALITA


UMUR 0 – 24 BULAN DI POSYANDU DI DESA JEREBENG
KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan

OLEH :
ENI FATMAWATI
(0302.12)

AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG


MALANG
2006
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Hubungan Penyapihan Dini Terhadap Status Gizi Balita Umur 0-24
Bulan Di Posyandu Desa Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik ”
Sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Kebidanan Widyagama Husada Malang.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat
petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yuliyanik, S. KM, selaku Direktur Akademi kebidanan Widyagama
Husada Malang.
2. Ibu Patemah, S.SiT, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan petunjuk koreksi dan saran sehingga terwujudnya Karya
Tulis Ilmiah ini .
3. Bapak Ibnu Fajar, SKM.,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan petunjuk koreksi dan saran sehingga terwujudnya
Karya Tulis Ilmiah ini .
4. Ibu Endah Tri Agustin, S.SiT, selaku penguji I
5. Bidan Yuyun Mazida, AMd.Keb. Bidan Polindes Desa Jerebeng
Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik selaku pembimbing Lapangan
dalam penelitian ini.
6. Para Dosen beserta Staf yang telah membantu dan berpartisipasi dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Bapak, Ibu serta saudara-saudaraku tercinta yang telah banyak
memberikan dorongan dan semangat kepada peneliti dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Seluruh teman-temanku di Akademi kebidanan Widyagama Husada
Malang yang telah mendukung dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun untuk lebih sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.

Malang, Oktober 2006

Penulis
ABSTRACT

Fatmawati, Eni, 2006. Correlation between Early Weaning and Nutritional


Status of Baby-aged 0-24 Months in Desa Jerebeng, Kecamatan
Dukun, Kabupaten Gresik, Scientific Worksheet. Midwifery Academy
of Widyagama-Husada Malang. Advisor (1) Patemah, S.SiT Advisor
(2) Ibnu Fajar, M.Kes.

ASI (mother’s milk) is the best nutritional for baby, because of its
nutritious components inside can optimally warrant baby’s growth. Based on a
research which is done in Jakarta, shows that general baby weaning is done in
seventh month of postpartum, 63,3% correspondences are still suckling breast and
3,6% arent’s suckling breast anymore, due to ill or there’s no mother’s milk
production since the birth. From antecedent study result in getting balita having
status of gizi less counted 38% and ugly gizi counted 4% which is very have an in
with the growth pattern and growth of so that researcher interest to doresearch in
Countryside of Jerebeng District of Soothsayer Sub-Province of Gresik.
Design research this uses Analytic Correlation that is supposed to analyze
the correlation of 2 variables, those are early weaning variable and nutritional
status variabel. The sampel population that is used in this study is all of the babies
aged 0-24 months that already fulfilled inclusion criteria recruitment, those are 50
babies and uses all of the sampling population total, counted 50 babies.
Pursuant to Result Research in Posyandu Dahlia Countryside of Jerebeng
District of Soothsayer Sub-Province of Gresik in getting that baby which in
weaning early counted 58% and in weaning do not early counted 42%, having gizi
less counted 44%, ugly gizi counted 32% and gizi more counted 24%, based on
Chi Square statistic test, the result tahat P value = 0,0001 that score is under 0,05,
so Hypothesis o is refused and hipotesis i is going to be accepted. Due to this, can
be concluded that there’s a correlational between early weaning with baby-aged 0-
24 month nutritional status.

Bibliographies : 16 references (in 1980 up to 2006)


Key words : Early weaning, Nutritional status
ABSTRAK

Fatmawati, Eni. 2006. Hubungan Penyapihan Dini Terhadap Status Gizi


Balita Umur 0-24 Bulan Di Posyandu Dahlia Desa Jerebeng Kecamatn
Dukun Kabupaten Gresik. Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan
Widyagama Husada Malang. Pembimbing (1) Patemah, S.SiT.
Pembimbing (2) Ibnu Fajar, S.KM. M. Kes.

ASI merupakan gizi terbaik bagi bayi karena komposisi zat-zat gizi di
dalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan bayi. Berdasarkan
penelitian yang di lakukan di Jakarta menunjukkan penyapihan bayi rata-rata di
lakukan pad bulan ke-7 pasca persalinan diketahui 63,3% responden masih
menyusui damn 3,6% sama sekali tidak menyusui karena menderita sakit atau
produksi ASI tidak terjadi saat awal. Dari hasil studi pendahuluan di dapatkan
balita yang mempunyai status gizi kurang sebanyak 38% dan gizi buruk sebanyak
4% yang sangat berpengaruh pada pola pertumbuhan dan perkembangannya
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Jerebeng
Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik.
Desain penelitian ini Analitik korelasi yang bertujuan menganalisa
hubungan dua variabel yaitu variabel penyapihan dini dan variabel status gizi.
Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah semua balita umur 0-24
bulan yang memenuhi persyaratan kriteria inklusi yang berjumlah 50 orang anak
dan dengan menggunakan total populasi sampling, sampel yang di gunakan
sebanyak 50 orang balita.
Berdasarkan Hasil Penelitian di Posyandu Dahlia Desa Jerebeng
Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik di dapatkan bahwa bayi yang di sapih dini
sebanyak 58% dan di sapih tidak dini sebanyak 42%, mempunyai gizi kurang
sebanyak 44%, gizi buruk sebanyak 32% dan gizi lebih sebanyak 24%, dan
berdasarkan hasil uji statistik Chi Square maka di dapatkan P value= 0,0001
dimana nilai tersebut kurang dari 0,05 sehingga Ho di tolak dan Hi di terima.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara penyapihan dini
dengan status gizi balita umur 0-24 bulan

Kepustakaan : 24 kepustakaan (tahun 1980-2006)


Kata Kunci : Penyapihan Dini, Status Gizi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv
KATA PENGANTAR....................................................................................... v
ABSTRACT...................................................................................................... vi
ABSTRAK........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5


2.1 Konsep Dasar Penyapihan Dini dan Penyapihan....................... 5
2.1.1 Definisi Penyapihan Dini dan Penyapihan............................. 5
2.1.2 Mulai Pemberian Makanan pada Bayi ................................... 6
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyapihan..................... 8
2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Penyapihan Dini.......................... 10
2.1.5 Masa Mulai Menyapih............................................................ 10
2.1.6 Setelah Bayi Disapih............................................................... 12
2.2 Konsep Dasar Balita.................................................................. 12
2.2.1 Pertumbuhan Balita................................................................. 12
2.2.2 Perkembangan Balita.............................................................. 14
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang......... 15
2.2.4 Hal-hal yang Dapat Mendukung Pertumbuhan dan
Perkembangan Bayi ............................................................... 17
2.2.5 Tingkat Perkembangan Bayi .................................................. 18
2.3 Konsep Dasar Status Gizi.......................................................... 21
2.3.1 Pengertian Status Gizi............................................................. 21
2.3.2 Tingkat Kesehatan Gizi........................................................... 21
2.3.3 Standar dan Klasifikasi Status Gizi......................................... 22
2.3.4 Penilaian Status Gizi............................................................... 24
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi...................... 25
2.4. Hubungan Penyapihan Dini Terhadap Status Gizi…………… 27

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 30


3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 30
3.2 Desain Penelitian....................................................................... 31
3.3 Hipotesa..................................................................................... 31
3.4 Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling .................................... 31
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi..................................................... 32
3.6 Variabel Penelitian.................................................................... 33
3.7 Definisi Operasional Variabel .................................................. 33
3.8 Lokasi Dan Waktu Penelitian..................................................... 34
3.9 Teknik Pengumpulan Data......................................................... 34
3.10 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data............................. 35
3.11 Etika Penelitian........................................................................ 37
3.12 Jadwal Penelitian..................................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 39


4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 40
4.2 Pembahasan............................................................................... 45
4.3 Keterbatasan Penelitian............................................................. 49

BAB V PENUTUP...................................................................................... 50
5.1 Kesimpulan............................................................................... 50
5.2 Saran.......................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel


Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi.................................................................... 22


Tabel 3.1 Definisi operasional variabel......................................................... 34
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Responden
Berdasarkan Umur......................................................................... 40
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Responden
Berdasarkan Pendidikan................................................................. 41
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Responden
Berdasarkan Pekerjaan................................................................... 41
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 42
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
JenisKelamin.................................................................................. 42
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Penyapihan..................................................... 43
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita Umur 0-24 Bulan.............. 43
Tabel 4.8. Hubungan Antara Penyapihan Dini terhadap Status Gizi Balita.... 44
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Chi-Square test dengan menggunakan
SPSS Versi Windows antara Penyapihan Dini dengan
Status Gizi...................................................................................... 44
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar


Halaman

Gambar 2.1 Penilaian status gizi...................................................................... 25


Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian................................................... 30
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran


Halaman

1. Surat Permohonan Ijin Penelitian Dari Kampus


2. Surat Pemberian Ijin dari Bidan
3. Pengantar Informed Consent
4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
5. Kuesioner Penelitian
6. Tabel Status Gizi BB/U Menurut WHO
7. Tabulasi Data Penyapihan dan Status Gizi
8. Jadwal Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI (Air Susu Ibu) masih merupakan gizi terbaik bagi bayi karena

komposisi zat-zat gizi di dalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan

tubuh bayi. Selain itu, kualitas zat gizinya juga terbaik karena mudah diserap dan

dicerna oleh usus bayi. Kandungan protein ASI (0,9 mg / 100 ml) memang lebih

rendah dibandingkan dengan kadar protein dalam susu formula (1,6 gr / 100 ml) .

Namun kualitas protein ASI sangat tinggi dan mengandung asam-asam amino

esensial yang dibutuhkan oleh pencernaan bayi. (Akre. 1990)

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif pada bayi selama 6 bulan pertama

terbukti menurunkan angka kematian pada balita. Selain itu Air Susu Ibu (ASI)

juga memberi keuntungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi,

terbukti dapat mencegah berbagai penyakit akut dan menurun pada bayi. (Akre,

1990)

Menurut laporan tahun 2000, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih

kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar,

kurang dari 15 % bayi di seluruh dunia diberikan ASI Eksklusif selama 4 bulan

dan sering kali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman.

Hasil penelitian menunjukkan gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan

anak usia dibawah 5 tahun (balita) antara lain kekurangan gizi sejak dalam

kandungan (pertumbuhan janin yang terhambat), pemberian makanan pendamping

ASI terlalu dini atau terlambat serta tidak cukup mengandung energi dan zat gizi

(terutama mineral) dan tidak berhasil memberikan ASI eksklusif (Herti, 2006).

Penelitian yang dilakukan di Jakarta menunjukkan penyapihan bayi rata-rata


dilakukan pada bulan ketujuh pasca persalinan diketahui 63,3% responden masih

menyusui dan 3,6% sama sekali tidak menyusui karena menderita sakit atau

produksi ASI tidak terjadi saat awal. Kelompok kerja formal lebih dini menyapih

bayinya, rata-rata 6-9 bulan setelah melahirkan sedangkan untuk pekerja informal

pada saat bayi berusia 7-9 bulan. Semakin rendah pendidikan ibu merupakan

resiko terjadinya penyapihan dini. Bayi dan ibu yang harus bekerja kembali

setelah melahirkan cenderung mengalami penyapihan dini. Ibu yang terpaksa

meninggalkan bayinya di rumah juga mengalami kenaikan resiko penyapihan dini

3 kali lebih cepat. (Nita Ratna, 1998)

Bayi-bayi yang mendapat ASI selama 3 bulan atau lebih dengan nyata

lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal dalam masa 1 tahun pertama

kehidupan, jika dibandingkan dengan bayi-bayi yang mendapat susu botol sejak

lahir atau yang terlalu dini telah disapih penuh. (Akre. 1990)

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Desa Jerebeng

Dukun-Gresik pada bulan Maret 2006, diketahui terdapat 1300 penduduk yang di

antaranya terdapat 50 bayi yang berumur 0-24 bulan yang sudah disapih atau

berhenti menetek. Kebanyakan sangat berpengaruh pada pola pertumbuhan dan

perkembangan balita yang diukur dengan status gizi yang ada. Dengan jumlah

status gizi kurang sebanyak 38% bayi, gizi buruk sebanyak 4%, Maka dari hasil

studi ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Jerebeng Kecamatan

Dukun Kabupaten Gresik karena jumlah status gizi yang kurang sekitar 75 %

karena penyapihan yang dilakukan terlalu dini dari pada balita yang disapih tidak

dini.
1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan suatu

rumusan masalah sebagai berikut ”Apakah terdapat hubungan penyapihan dini

terhadap status gizi balita umur 0-24 bulan di Desa Jerebeng?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan penyapihan dini dengan status gizi balita umur 0-24

bulan di Desa Jerebeng Dukun Gresik.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi penyapihan dini pada balita di Posyandu Desa Jerebeng


Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik.
2. Mengidentifikasi satus gizi balita, di Posyandu Desa Jerebeng

Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik

3. Menjelaskan hubungan antara penyapihan dini terhadap status gizi

balita umur 0-24 bulan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada pihak

yang terkait untuk menentukan kebijakan dan intervensi gizi dalam upaya

meningkatkan status gizi.

1.4 2 Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi

pendidikan khususnya bagi Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang


sebagai masukan dan menambah pengetahuan tentang pengaruh penyapihan dini

terhadap status gizi balita umur 0-24 bulan.

1.4.3 Bagi masyarakat.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada

masyarakat terutama pada ibu yang mempunyai balita tentang pengaruh

penyapihan dini terhadap status gizi balita umur 0-24 bulan.

1.4.4 Bagi peneliti selanjutnya.

Hasil penelitian ini diharapakn dapat digunakan sebagai bahan acuan

wawasan dan ide untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang pengaruh

penyapihan dini terhadap status gizi balita umur 0 - 24 bulan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyapihan Dini dan Penyapihan

2.1.1 Definisi penyapihan dini dan penyapihan

Penyapihan dini adalah suatu keadaan dimana bayi sudah tidak mendapat

ASI sebagai sumber makanan pada umur kurang dari 4 bulan yang diganti

dengan pemberian makanan tambahan selain ASI. (Herman, 1999)

Penyapihan merupakan dilakukannya pengurangan secara berangsur-

angsur pemberian ASI, sedangkan makanan tambahan secara bertingkat ditambah

sehingga akhirnya ASI dihentikan dan bayi mendapat makanan dewasa pada umur

2 tahun. (Sediaoetama, 2002)

Penyapihan adalah suatu perubahan progresif pemberian makanan pada

bayi dari yang semula mendapat ASI sebagai satu-satunya sumber makanan

menuju kepada suatau jenis makanan sehari-hari keluarga. (Widjaya, 2002)

Penyapihan adalah perpindahan yang progresif dari bayi yang semula

mendapat ASI yang mendapat makanan seperti anggota keluarga lainnya

(makanan dewasa). Penyapihan juga bisa disebut dengan proses pematangan.

Anak yang puas dalam kehidupannya, saat disapih akan siap menghadapi tahap

kehidupan selanjutnya. (Nasution , Thamrin,1998)

Departeman Kesehatan Republik Indonesia (1995) menyatakan bahwa

penyapihan adalah pengurangan frekuensi pemberian ASI secara bertahap yaitu 3-

4 kali sehari menjadi 2 kali sehari selanjutnya 1 kali sehari. Di mana menyapih

harus bertahap karena anak perlu waktu untuk peralihan rasa makanan (manis dan

gurih) dan bentuk makanan cair ke padat.


Lebih lanjut menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia dan

World Health Organization atau WHO (2001) , penyapihan adalah dimulainya

pemberian makanan tambahan disamping ASI pada kelompok umur 4 sampai 6

bulan. Di mana bayi mulai dikenalkan sedikit demi sedikit dengan berbagai jenis

makanan padat yang mulai dilumatkan.

2.1.2 Mulai pemberian makanan pada bayi

Penyapihan seharusnya tidak berarti negatif sebab manusia akan selalu

mengalami penyapihan dalam hidupnya. Disapih dari kandungan, disapih dari

ASI, disapih dari susu botol, disapih dari tempat tidur orang tuanya, disapih dari

rumah untuk sekolah dan seterusnya, Sangat tidak disarankan untuk menyapih

anak terlalu dini, dan saat menyapih anak tiba bukan berarti ikatan antara anak

dan ibunya juga lepas. (Nita, 1998).

Di lain pihak, pada usia anak sekitar 6 bulan, bayi membutuhkan beberapa

makanan yang lengkap dan secara fungsional bayi telah berkembang lengkap

untuk mengatasinya. Usia antara 4 sampai 6 bulan terlihat sebagai masa yang

tepat bagi bayi untuk mulai beradaptasi dengan makanan dari berbagai jenis

tekstur dan cara makan.

Pada bulan ke-6, hampir semua bayi siap untuk makanan padat. Tanda

kesiapan adalah kemampuan bayi untuk menolehkan kepalanya atau mendorong

tangan ibu menjauh ketika bayi tidak mau makan lagi. Pada umur 6 bulan, sistem

pencernaan sudah cukup matang untuk menangani kebanyakan makanan.

Meskipun susu ibu atau susu formula akan tetap menjadi makanan diet bayi

sampai berbulan-bulan kemudian.


Ibu yang bekerja misalnya, cenderung menyapih lebih cepat. Ibu yang di

rumah cenderung lebih lama menyapihnya. Menurut Nita Ratna, pada usia

tertentu lebih ideal untuk menyapih bayi, tidak peduli pada ibu bekerja atau tidak,

yakni usia 1 tahun.

Sayangnya hal ini yang kerap diabaikan. Banyak ibu yang melakukan

penyapian lebih dini atau lebih lambat karena alasan–alasan tertentu. Seperti,

keterbatasan waktu karena ibu sibuk bekerja, atau karena produksi ASI tidak

lancar, atau karena tidak mau disapih.

Nita Ratna (1998) merekomendasikan penyetopan pemberian ASI pada

usia 1 tahun, yang asumsinya yaitu:

1. Produksi ASI telah menurun seiring penggunaannya yang mulai tidak optimal.

Di atas usia 6 bulan bayi sudah mendapat manfaat optimum dari menyusui.

Pada akhir tahun pertama, komposisi air susu serta kebutuhan anak pun

berubah. ASI tidak lagi menjadi kebutuhan gizi anak, bukan lagi makanan

utama bayi, makanan utamanya sekarang adalah makanan padat.

2. Dari segi emosi. Pada usia bayi 1 tahun, bayi belum mencapai tahap yang

menyulitkan sebagai anak usia 2 tahun, sehingga lebih mudah disapih. Dan

juga ingatan usia 1 tahun lebih panjang, sehingga kecil kemungkinan kenangan

akan menyusui yang menyenangkan akan melekat, hal ini membuat proses

penyapian takkan menyakitkan buat bayi.

3. Anak usia 1 tahun harus sudah diajak mandiri guna membentuk individu sendiri

dalam tahap perkembangannya, karena itu, bayi dewasa harus dilatih minum

dengan gelas atau botol, jika tergantung pada payudara, maka proses menjadi

mandirinya akan terlambat.


2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan (Soetjiningsih,1995)

1. Perubahan sosial budaya

a. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan lainnya

b. Meniru teman, tetangga, atau orang terkemuka yang memberikan

susu botol

2. Faktor psikologi

a. Takut kehilangan daya tarik sebagai wanita

b. Tekanan batin

3. Faktor fisik ibu

Ibu sakit, misal : mastitis, panas dan sebagainya

4. Faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang

mendapat penerangan

5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

6. Penerangan yang salah dari petugas kesehatan yang menganjurkan

penggantian ASI dengan susu kaleng.

7. Gangguan penyusuan

Suatu hubungan sebab akibat antara pengenalan atau pemberian makanan

tambahan yang dini dan penghentian penyusuan, jika makanan diberikan

sebelum bayi menyusu, maka ASI akan sulit dihentikan karena bayi sudah

kenyang.

8. Beban ginjal yang berlebihan

Makanan padat, baik dibuat sendiri ataupun buatan pabrik, cenderung

mengandung NaCl tinggi yang akan menambah beban bagi ginjal. Beban

tersebut masih ditambah oleh makanan yang mengandung daging

(Hiperosmolitas). Penyebab haus dan oleh karena itu menyebabkan penerimaan

susu dan energi yang berlebihan.


9. Alergi terhadap makanan

Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini dapat

menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan pada masa kecil.

Alergi pada susu sapi dapat terjadi sebanyak 7, 5% dan telah diingatkan bahwa

alergi terhadap makanan lain seperti jeruk, tomat, ikan, telur, serelia, bahkan

mungkin sering terjadi.

10.Gangguan pengaturan selera makan

Makanan padat dianggap sebagai penyebab kegemukan pada bayi. Dalam

Hendrawan (2000) disebutkan bahwa selera makan atau minum bayi menurun

mungkin karena ASI nya sedikit dan ibu tidak menyadarinya atau susu

kalengnya tidak disukai sehingga minumnya habis.

11.Tingginya solute load hingga dapat menimbulkan hyperosmolality

Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat warna atau

pengawet yang tidak diinginkan.

Seimbang dengan kebutuhan gizi merupakan sebab utama terjadinya gizi buruk

pada usia muda.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan beberapa negara termasuk

Indonesia terlihat adanya kecenderungan para ibu untuk menyapih bayinya lebih

awal, yaitu pada usia kurang dari 12 bulan. Kebiasaan ini mulanya hanya terbatas

pada kelompok ibu yang berpenghasilan cukup terutama di kota, akan tetapi

kebiasaan menyapih lebih awal menyebar juga ke desa-desa. Jellife mengatakan

bahwa penghentian pemberian ASI yang diberikan melalui botol merupakan yang

menyebabkan kematian bayi saat ini.

2.1.4 Keuntungan dan kerugian dilakukan penyapihan dini


1. Keuntungan dilakukan penyapihan dini

Pada interaksi ibu dan anak. Kadang ibu mendapatkan kenikmatan dari

menyusi, misalnya : menyanyi, bercerita bahkan ke taman. Dengan menyapih,

ibu akan mempunyai aktivitas lain untuk menstimulasi anak. Kemungkinan

resiko saling tergantung, lebih lambat menyapihnya akan menciptakan

ketergantungan ibu dan anak serta sebaliknya, tetapi yang perlu dipikirkan

terlalu lama menyapih akan membuat anak sulit melepaskan diri yang

menghambat kemajuan perkembangannya. Dengan begitu akan

mengesampingkan ayah sehingga sulit membina relasi anak dan ayah.

2. Kerugian dilakukan penyapihan

Bayi akan kehilangan makanan terbaiknya, yakni ASI yang tidak dapat

disamai oleh PASI ( pengganti ASI), meningkatkan resiko gejala pernapasan

pada bayi, meningkatkan resiko obesitas atau kegemukan pada bayi

2.1.5 Masa mulai menyapih

Pada usia 2 tahun bayi mulai disapih. Agar tidak menyakiti bayi, seminggu

sebelum disapih sebaiknya bayi menyusui satu kali saja, misalnya hanya waktu

malam hari menetek, sedang paginya hanya diberi susu sapi satu gelas.

Untuk mengetahui bayi cukup makan atau tidak, sebaiknya bayi ditimbang

dalam waktu tertentu. Bila kenaikan berat badan bayi sesuai dengan bertambahnya

umur, berarti makanan bayi sudah cukup. Setelah itu bayi disapih makananya

yang terdiri dari makanan balita.


Pada setiap bayi sehat dalam seminggu pertama selalu terdapat susut berat

badan bayi, tetapi susutnya tidak boleh melebihi 10% dari berat waktu lahir. Akhir

minggu kedua biasanya berta badan bayi telah sama dengan berat badan waktu

lahir.

Kenaikan berat badan bayi:

Umur 1-3 bulan : Tiap 4 mingggu bertambah 700 gram atau kira-kira 175-200

gram seminggu.

Umur 3-6 bulan : Tiap 4 minggu bertambah 450 gram atau kira-kira 125 gram

seminggu.

Umur 6-12 bulan : Tiap 4 minggu bertambah 350 gram (Eisenberg, Arlene,1997)

Hubungan kasih sayang antara ibu dan bayinya mulai sejak dalam

kandungan yang kemudian berlanjut setelah bayi lahir melalui penyusuan. Salah

satu manfaat menyusui adalah menciptakan bonding (ikatan batin) antara ibu dan

anak. Banyak ibu-ibu yang salah pemahaman yaitu bahwa berhenti menyusu

berarti memutuskan hubungan tali kasih sayang antara bayi dan ibu, karena

kontak fisik antar ibu dan anak semakin melemah.

Menurut Karmila, ”pemutusan” kontak batin lewat menyusui bisa

dilakukan bayi berumur 6 bulan saat bayi mendapatkan makanan padatnya. Hal

itu tidak akan merenggangkan bonding ibu dan anak, mengingat banyak faktor

yang dapat meningkatkan bonding. Misalkan interaksi lewat bermain,

memberikan makanan atau susu botolnya.

Karmila (2000) juga menegaskan, kontak langsung kulit juga bukan faktor

penentu bonding berkualitas. Walaupun bayi dipangku, didekapkan ke dada, tapi

pikiran dan hati ibu kemana-mana, maka bonding tidak akan terjadi. Ritual seperti
mengganti celana, bermain, memandikan juga dapat menciptakan bonding yang

berkualitas.

2.1.6 Setelah bayi disapih

Bayi akan beralih dari makanan berupa ASI yang hampir-hampir bebas

dari setiap kemungkinan kontaminasi ke makanan biasa, perlindungan tubuh

terhadap infeksi yang didapat dari sifat anti infeksi dari ASI akan hilang. Makanan

yang disiapkan sebagai makanan sapihan adalah makanan yang sangat terbuka

akan berbagai kemungkinan kontaminasi, baik waktu membuatnya, maupun

waktu menyimpannya ini berarti penyapihan akan diikuti oleh meningkatnya

kemungkinan terjadi infeksi terutama infeksi saluran pencernaan.

Membuat makan menjadi sarana merupakan salah satu cara memutuskan

rangkaian masalah makan pada anak. Selain membuat lingkungan yang

menyenangkan. Sambil menyuapi, ibu bisa bercerita tentang bahan atau lauk pauk

yang sedang dimakan anak. Bayam dan pepaya, atau wortel yang bisa

menjernihkan mata. (Shihab, 2003 )

2.2 Konsep Dasar Balita

2.2.1 Pertumbuhan Balita

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diuk

ur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram) . Ukuran panjang (centimeter,

meter) umur tulang dan keseimbangan metabolik (referensi kalsium dan

nitrogen tubuh). (Soetjiningsih,1995).


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995)

pertumbuhan adalah perubahan ukuran tubuh manusia sejak pembuahan dalam

kandungan sampai akhir masa remaja, untuk melihat pertumbuhan dapat

dilakukan melalui penimbangan berat badan atau pengukuran panjang atau

tinggi badan. Bayi yang sehat, dengan bertambah umurnya akan bertambah

pula berat badanya, panjang atau tinggi badanya.

2. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Pertumbuhan

Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan bayi, antara lain

dipengaruhi oleh sifat bawaan (keturunan), pola atau menu makanan yang

bergizi serta keadaan kesehatan jasmani, rohani, dan kondisi lingkungan

sosialnya. Begitu pula dengan panjang badan bayi dalam keadaan normal, yaitu

dari 34-55 cm, pada umur 12 bulan (1 tahun) menjadi kurang lebih 68-81 cm.

Sedangkan berat badannya dari 2500-4000 gram, pada umur 12 bulan (1 tahun)

bertambah menjadi 10-12 kilogram.

Pertumbuhan bayi dapat dilihat dengan pengukuran Berat Badan (BB)

dan Tinggi Badan (TB) secara berkala dan teratur setiap 1 bulan. Berat badan

dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dilakukan setiap bulan di

Posyandu. Salah satu faktor terpenting dalam pertumbuhan bayi adalah Air

Susu Ibu dan pola makanan pendamping ASI.

2.2.2 Perkembangan Balita.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai

hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih,1995).


Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan

tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,

intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Lebih lanjut menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995),

perkembangan adalah meningkatkan kemampuan manusia dari segi fungsi

gerakan otot, kecerdasan, perasaan dan kemampuan bergaul sejak dari janin dalam

kandungan sampai ia mati. Perkembangan bayi adalah meningkatnya kemampuan

bergaul sejak dari lahir sampai usia 12 bulan.

Terdapat 4 bidang kemampuan bayi yang perlu dipantau tingkat

perkembangan yang meliputi:

1. Perkembangan gerak kasar, yaitu kemampuan gerakan yang melibatkan

sebagaian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena

dilakukan otot-otot besar, misalnya: tengkurap, duduk, dan sebagainya.

2. Perkembangan gerak halus, yaitu kemampuan gerakan yang melibatkan

bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Kemampuan

gerakan halus memerlukan kecermatan anak, misalnya: mengedipkan mata,

memberikan reaksi kearah sumber cahaya, dan sebagainya.

3. Perkembangan bicara, bahasa dan kecerdasan, yaitu kemampuan

mengungkapkan perasaan, keinginan dan pendapat melalui pengucapan kata-

kata, kemampuan mengerti dan memahami perkataan orang lain serta

kemampuan berfikir, misalnya: mengoceh, menangis dan sebagainya.

4. Perkembangan bergaul dan kemandirian, yaitu kemampuan dalam

pergaulan, berkawan, disiplin, mengenal sopan santun dan kemampuan yang

mandiri, misalnya : membalas senyuman, berani dan takut dengan orang lain

dan sebagainya.
Perkembangan bayi dapat dibantu dengan rangsangan. Yang dimaksud

dengan rangsangan atau stimulasi yaitu serangkaian kegiatan yang bertujuan

untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan tertentu secara baik.

Rangsangan yang diberikan sejak masa bayi membawa manfaat untuk

mengarahkan perkembangannya, mencegah terjadinya kelambatan perkembangan

anak serta sekaligus mencerdaskannya.

Rangsangan dapat dilakukan oleh setiap orang yang telah mengerti dasar-

dasar stimulasi khususnya ibu, ayah, pengasuh dan orang-orang terdekat dengan

bayi. Stimulasi dapat dilakukan di segala tempat terutama di rumah dalam

lingkungan keluarga. Rangsangan tidak selalu memerlukan waktu khusus,

sehingga dapat dikaitkan sekaligus dengan kegiatan lainnya dan dilakukan setiap

hari, misalnya : dikaitkan dengan kegiatan ibu ketika mengerjakan pekerjaan

rumah tangga atau diberikan sewaktu bepergian, memandikan bayi, menyusukan

bayi dan sebagainya.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak yaitu:

1. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung

didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan. Derajat

sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya

pertumbuhan tulang. Termasuk faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis

kelamin, suku bangsa.


2. Faktor lingkungan

Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi

bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini

merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu

setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini

secara garis besar dibagi menjadi :

1) Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam

kandungan (faktor pranatal) , yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang

janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain adalah:

a. Gizi pada waktu hamil

b. Mekanis, trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan

kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.

c. Toksin atau zat kimia, ibu hamil yang perokok berat atau peminum

alkohol kronis, keracunan logam berat dan lian-lain.

d. Endokrin, hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan

janin adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan

peptida-peptida lain dengan aktifitas mirip insulin.

e. Radiasi sebelum usia kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan

kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya.

f. Infeksi, misal : TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus,

Herpes simplex)

g. Stress

h. Imunitas

i. Anoksia embrio, menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada

plasenta atau tali pusat menyebabkan berat badan lahir rendah.


2) Faktor lingkungan post natal mempengaruhi tumbuh kembang anak secara

umum dapat digolongkan menjadi:

a. Lingkungan biologis : ras atau suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi ,

perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis,

fungsi metabolisme, hormon.

b. Faktor fisik, antara lain : cuaca, musim, keadaan geografis satu daerah,

sanitasi, keadaan rumah, radiasi.

c. faktor psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran

ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stess, sekolah, cinta dan

kasih sayang , kualitas interaksi anak-orang tua

d. Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: Pekerjaan atau pendapat

keluarga, pendidikan ayah atau ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam

keluarga, stabilitas rumah tangga.

2.2.4 Hal-hal yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi

Hal-hal yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi adalah

dengan cara membesarnya dalam lingkungan keluarga yang sehat. Untuk itu perlu

diperhatikan beberapa hal, yaitu :

1. Orang tua memiliki pengetahuan sederhana mengenai kesehatan terutama

kesehatan ibu dan anak.

2. Orang tua tidak mempunyai masalah kejiwaan.

3. Keluarga tidak menelantarkan anak

4. Perawatan dan pemeliharaan rumah sebagai tempat tinggal yang rapi, bersih,

nyaman dan sehat

5. Keluarga mampu mencari nafkah dan dapat mangatur keuangan keluarga

6. Orang tua mengikuti program keluarga berencana


7. Keluarga mempunyai kegiatan sehari-hari yang teratur

8. Hubungan antara anggota dalam keluarga, antara keluarga dengan tetangga,

antara keluarga dengan masyarakat dalam keadaan harmonis, bersahabat,

gotong royong, saling menghormati, dan sebagainya

2.2.5 Tingkat Perkembangan Bayi

1. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai bayi usia 0-3 bulan adalah :

1) Mampu menggerakkan kedua tungkai dan lengan sama mudahnya ketika

terlentang. Dilihat dengan cara meletakkan bayi pada posisi terlentang,

perhatikan gerakan kedua tungkai dan lengannya.

2) Memberikan reaksi dengan melihat kearah sumber cahaya. Dilihat dengan

cara menyalakan lampu senter yang digerakkan ke kiri dan ke kanan,

perhatikan perubahan mimik muka bayi dan gerakan matanya.

3) Mengeluarkan suara (mengoceh), perhatikan apakah bayi mengeluarkan

suara-suara lain (mengoceh) di samping menangis.

4) Membalas senyuman ketika diajak bicara dan tersenyum.

2. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur

3-6 bulan adalah:

1) Mengangkat kepala dengan tegak ketika tengkurap. Dilihat dengan cara

meletakkan bayi pada posisi tengkurap, perhatikan apakah bayi dapat

mengangkat kepalanya sampai tegak.

2) Menggenggam benda yang disentuhkan pada punggung atau ujung

tangannya dengan kuat, misalkan: ujung jari ibu atau pensil, perhatikan

apakah digenggam dengan kuat beberapa saat.


3) Mencari sumber suara yang nyaring, misalnya: dengan cara memukul

sendok ke gelas, perhatikan apakah bayi memalingkan kepalanya mencari

sumber suara tersebut.

4) Membalas senyuman ketika diajak berbicara dan tersenyum.

3. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur

6-9 bulan adalah :

1) Mempertahankan posisi duduk dengan kepala tegak ketika didudukkan,

caranya dengan mendudukkan bayi diatas meja, perhatikan apakah bayi

dapat mempertahankan kepalanya dengan tegak dalam sikap duduk.

2) Meraih benda yang terletak dalam jangkauannya, dilakukan dengan cara

meletakkan benda yang menarik di dekat bayi pada tempat yang terjangkau

olehnya, apakah bayi berusaha meraihnya.

3) Tertawa atau berteriak bila melihat benda yang menarik atau senang dengan

cara menunjukkan atau memperlihatkan apakah bayi tertawa atau berteriak

ketika melihat benda atau mainan tersebut.

4) Mengenal dan dapat membedakan antara orang yang sudah dikenal dengan

orang yang belum dikenal, dengan cara minta bantuan tetangga untuk

menggendongnya, perhatikan apakah bayi menangis atau kelihatan takut

kepada orang yang tidak dikenal.

4. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur 9-

12 bulan.

1) Berdiri dengan berpegangan. Caranya dengan mendudukkan bayi pada

permukaan yang datar seperti lantai yang dekat dengan dinding dan

diusahakan agar bayi mau berdiri dengan cara memberikan mainan yang
menarik. Perhatikan apakah bayi dapat berdiri sendiri dengan berpegangan

pada dinding tersebut.

2) Mengambil benda-benda kecil sebesar biji jagung menjepit dengan 2 jari.

Caranya dengan meletakkan benda kecil sebesar biji jagung didekat bayi,

perhatikan apakah bayi dapat mengambil benda tersebut dengan cara

menjepit dengan 2 jarinya.

3) Dapat mengatakan 2 suku kata yang sama.

4) Dapat mengikuti permainan Ci Luk Ba. Caranya dilakukan oleh ibu atau

pengasuh bersama-sama dengan anak untuk bermain Ci Luk Ba dan

perhatikan apakah bayi dapat mengikuti permainan ini.

5. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur

12-18 bulan.

1) Berjalan sendiri tanpa jatuh, misalkan untuk mendapatkan dekapan, ciuman,

atau mainan kesukaannya.

2) Mengambil benda kecil keatas sebesar biji jagung dengan ibu jari dan

telunjuknya.

3) Mengungkapkan keinginan sendiri secara sederhana.

4) Minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.

6. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur

18-24 bulan.

1) Berjalan mundur sedikitnya 5 langkah, misalnya dengan memberi mainan

yang dapat ditarik, kemudian ia diminta menarik mainannya sambil berjalan

mundur.

2) Mencoret-coret dengan alat tulis.

3) Menyebutkan nama dan menunjuk satu bagian tubuh dengan benar.


2.3 Konsep Dasar Status Gizi

2.3.1 Pengertian Status Gizi

Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara

jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan

Status gizi adalah Ekspresi dari kedaaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

(Supariase, 2001)

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang disebabkan oleh konsumsi

penyerapan dan penggunaan makanan oleh jumlah dan jenis makanan yang di

konsumsinya. (Suhardjo,1992)

Status gizi adalah keadaan seseorang yang merupakan gambaran sejauh

mana orang tersebut telah memperhatikan nilai gizi dan makanan yang

dikonsumsinya. (Pudjiadi, 2000).

2.3.2 Tingkat kesehatan gizi

Keadaan kesehatan gizi/status gizi tergantung dari tingkat konsumsi,

tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan makana. Kualitas

hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dan

perbandinganya satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan kecukupan

masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh baik dari segi kualitas maupun

kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-

baiknya.
2.3.3 Standar dan Klasifikasi Status Gizi

Standar baku Antropometri yang sering digunakan adalah baku Harvard

dan baku WHO-NCHS, untuk keperluan kegiatan pemantauan status gizi balita

umumnya menggunakan baku WHO-NCHS dengan pertimbangan bahwa;

1. Baku standar WHO-NCHS membedakan jenis kelamin.

2. Penentuan cut off point untuk klasifikasi status gizi yang dinyatakan dalam

persen. (Depkes RI,1995)

Depkes RI menetapkan klasifikasi status gizi sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi

Indeks Klasifikasi status gizi 2 score


BB/U Gizi lebih > +2 SD
Gizi Baik/Normal -2 s/d 2 SD
Gizi Kurang/BB rendah < -2 s/d -3 SD
Gizi Buruk/BB sangat rendah < -3 SD

Keterangan:

1. Status gizi lebih, terjadi karena sumber energi yang masuk dalam tubuh

melebihi energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitas.

2. Status gizi baik atau normal, merupakan suatu keadaan dimana terjadi

keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk kedalam tubuh dengan yang

diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk menghasilkan energi.

3. Status gizi buruk, merupkan akibat kurang terpenuhinya kebutuhan zat gizi

dalam waktu lama sehinggga daoat menyebabkan penyakit defisiensi gizi.


Keuntungan dan kerugian menggunakan indeks Antropometri menurut

BB/U adalah:

1. Kelebihan Indeks BB/U

1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.

2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis.

3) Berat badan dapat berfluktuasi.

4) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.

5) Dapat mendeteksi kegemukan (over weigt)

2 Kelemahan Indeks BB/U

1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat

edema maupun asites.

1) Didaerah pedesaan yang masih terkecil dan tradisional, umur sering

sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.

2) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah

usia lima tahun.

3) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran. seperti pengaruh pakaian

atau gerakan anak pada saat penimbangan.

4) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah

sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mampu menimbang

anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya.

Secara antropometri, status nilai gizi diklasifikasikan menjadi:

a. Gizi lebih :overweight dan obesitas

b. Gizi baik :wellnourished

c. Gizi kurang :underweight (mild and moderate malnutrition)

d. Gizi buruk : severe malnutrition (marasmus, kwashiorkor)

(Suharjo,1996)
2.3.4 Penilaian status gizi

Ada beberapa cara untuk melakukan penilain status gizi pada kelompok

kelompok masyarakat salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia

yang dikenal dengan Antropometri. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara

perorangan ataupun masyarakat, pengukuran Antropometri dapat dilakukan oleh

siapa saja dengan hanya melakukan secara sederhana. Macam-macam

Antropometri yang sudah digunakan antara lain: Berat Badan (BB) , Panjang

Badan (PB) , Lingkar Lengan Atas (LILA) , Lingkar Kepala (LK) , Lingkar Dada

(LD) dan lapisan lemak bawah kulit (LLBK) .

Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi yang dianjurkan dalam

bentuk indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) dapat memberi ganbaran

tentang keadaan gizi dari suatu kelompok masyarakat tertentu pada saaat

pengukuran dilakukan.

Menurut Aritonang (1996) ada beberapa keuntungan menggunakan

Antropometri untuk penilaian status gizi:

1. Caranya mudah, sederhana, aman, dan teknisnya tidak terlalu banyak instruksi.

2. Dapat digunakan pada posisi tidur, duduk atau berdiri.

3. Sesuai untuk sampel besar.

4. Peralatan yang digunakan relatif tidak mahal.

5. Bersifat portabel (bisa dibawa kemana-mana).

6. Tidak memerlukan skill tinggi dalam menggunakanya.

7. Metode dapat memberikan hasil yang akurat asal mengikuti cara yang betul.

8. Hasil antropometri dapat menggambarkan terjadinya sesuatu dalam jangka

waktu sebelumnya.
9. Bisa dipakai untuk mengevaluasi perubahan status gizi satu generasi ke

generasi.

10. Dapat digunakan screning test.

Penilaian Status Gizi

Pengukuran Langsung Pengukuran Tidak Langsung

Antropometri Survei Konsumsi


Biokimia Statistik Vital
Klinis Faktor Ekologi
Biofisik

Biofisik Gambar 2.1 Penilaian status gizi

2.3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Apriadji (1986) mengatakan bahwa status gizi dipengaruhi oleh banyak

faktor-faktor yang berperan dalam menentukan status gizi seseorang pada

dasarnya terdiri dari 2 faktor yaitu :

1. Faktor internal (nilai cerna makanan, status kesehatan, umur, jenis kelamin,

status fisiologi dan ukuran tubuh) .

2. Faktor eksternal (tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan gizi, pendapatan

keluarga, jumlah anggota keluarga, latar belakang, sosial budaya, kebersihan

lingkungan dan keadaan infeksi)

Sependapat dengan diatas Sayogyo (1995) mengatakan bahwa banyak

faktor yang mempengaruhi status gizi seorang anak, secara langsung adalah

masalah gizi atau keadaan gizi yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor
makanan yang dikonsumsi kualitatif serta adanya infeksi yang dapat menghambat

gizi. Konsumsi sendiri tergantung dari beberapa faktor antara lain:daya beli,

persediaan bahan makanan, tingkat pengetahuan dan keadaan gizi, kebiasaan

menyapih anak, pembagian makanan pada keluarga.

Ada beberapa cara untuk menentukan status gizi pada balita yaitu dengan

Penilaian status gizi secara langsung dan secara tidak langsung:

1. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu:

1) Antropometri

Adalah pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi. Adapun pengggunaanya secara umum yaitu

untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi, terlihat pada

pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan

jumlah air dalam tubuh.

2) Klinis

Adalah metode yang didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, dapat dilihat dari kulit, mata,

rambut, dan kelenjar tiroid.

3) Biokimia

Adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan

pada berbagai macam jaringan tubuh (darah, urine, tinja, hati dan otot) ,

metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan

terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah.


4) Biofisika

Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Umumnya digunakan dalam situasi tertentu misal kejadian buta senja

epidemik (tes adaptassi gelap)

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung.

1) Survei konsumsi makanan

Adalah penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah

dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Adapun penggunaanya untuk

mengumpulkna data konsumsi makanan dapat memberi gambaran tentang

konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. survei

ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2) Statistik vital

Adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab

ttertentu dan data lainya yang berhubungan dengan gizi.

Adapun penggunaanya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak

langsung pengukuran status gizi masyarakat.

2.4 Hubungan Penyapihan Dini Terhadap Status Gizi Balita

Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan sebagai nutrisi ideal bagi

tumbuh kembang optimal bayi dan perlindungan bayi dari infeksi. Keuntungan

ASI meliputi mudah di berikan kapan dan di mana saja tanpa persiapan dan

sterilisasi, hampir semua zat gizi cukup, seimbang dan adekuat untuk memenuhi

kebutuhan bayi. Anak mulai diberi MP ASI pada umur 6 bulan dan secara

bertahap jenis, konsisten, dan tekstur makanan ditambah sampai umur 2-3 tahun
saat anak mampu makan makanan keluarga serta menggantikan secara lengkap

fungsi ASI sebaggai sumber nutrisi anak, seperti telah disebutkan diatas yang

paling mengetahui waktu yang paling tepat untuk mulai memberikan makanan

pendamping ASI/Formula adalah ibu dan bayi.Tetapi ibu juga sebaiknya

mengetahui bahwa penyapihan yang terlalu dini ataupun penyapihan yang lambat,

akan menimbulkan hal-hal yang bisa merugikan bayi. (Milna, 2006)

Berbagai penemuan baru-baru ini membuktikan bahwa bayi-bayi yang

tumbuh pesat yang hanya mendapat ASI saja dari ibu-ibu dengan gizi baik,

mengatur pemasukan dirinya sendiri secara luas, volume pemasukan itu sesuai

dengan kapasitas laktasi bahkan pada ibu yang bergizi buruk sekalipun. (Akre,

1990).

Adapun faktor yang mempengaruhi status gizi seorang anak secara

langsung adalah masalah gizi atau keadaan gizi yang di pengaruhi oleh berbagai

faktor yaitu makanan yang di konsumsi, kualitatif serta adanya infeksi yang dapat

menghambat gizi, daya beli, persediaan bahan makanan, tingkat pengetahuan dan

keadaan gizi, kebiasasan menyapih anak.

Banyak penelitian membuktikan bahwa angka kesakitan dan kematian

bayi yang mendapat ASI eklusif (hanya ASI saja) selam 6 bulan jauh lebih rendah

dari pada bayi yang tidak mendapat ASI, ini menunjukkan bahwa anak yang

mendapat ASI selam 6 bulan atau lebih, risikonya terkena leukemia akna turun

sebesar 21%. Sedangkan bayi yang mendapat ASI selama 6 bulan atau lebih,

risikonya akan turun sampai 30%. Jadinya, mereka menyimpulkan bahwa bayi

yang diberi ASI akan turun risikonya terkena leukemia, dan besar penurunan

risiko itu akan semakin besar dengan semakin lamanya bayi mendapat ASI di
tahun pertama kehidupannya. Sehubungan dengan hal itu, The American

Academy of Pediatrics menyarankan para ibu untuk menyusui bayinya, sedikitnya

selama satu tahun pertama. (Dewi, 2006)


BAB 3
METODE PENELITIAN

3. 1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

yang satu dengan yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, 2000)

Penyapihan Status gizi


Disapih dini Lebih
Disapih tidak dini Baik
Kurang
Buruk

Faktor-faktor yang mempengaruhi Infeksi


Perubahan sosial budaya Konsumsi
Faktor psikologis Pola makan
Faktor fisik ibu
Ekonomi dan pendidikan
Petugas kesehatan

Keterangan :
: Area yang diteliti

: Area yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Penyapihan dini adalah variabel yang berkaitan/mempengaruhi dengan status gizi

balita. Adapun faktor yang mempengaruhi yaitu pada status gizi: infeksi,

konsumsi, pola makan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi penyapihan yaitu

perubahan sosial budaya, faktor sosial budaya, faktor fisiologis, faktor fisik ibu,

ekonomi, pendidikan, dan petugas kesehatan.


3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti

sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. (Arikunto, 2002)

Desain penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi yang bertujuan


menganalisa hubungan 2 variabel yaitu variabel penyapihan secara dini dengan
variabel status gizi balita umur 4-24 bulan. jenis penelitian ini adalah bersifat
observasional karena berusaha menggali informasi pada objek penelitian tanpa
adanya suatu perlakuan dalam penelitian. Berdasarkan waktunya penelitian ini
bersifat ”cross sectional” karena mengkaji keadaan objek dan pengukuran
variabelnya baik respon maupun efek dilakukan pada waktu bersamaan.

3.3 Hipotesa

Hipotesa penelitian adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang

diharapkan antara 2 variabel/lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoatmodjo,

2003)

Hipotesa penelitian ini adalah ada pengaruh antara penyapihan dini dengan

status gizi balita.

3. 4 Populasi, Sampel Dan Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.

(Notoatmodjo, 2003). Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah

jumlah balita yang berusia umur 0-24 bulan yang berkunjung ke Posyandu Desa

Jerebeng Kecamatan Dukun selama bulan April sampai dengan bulan Mei 2006

sebanyak 50 balita.
3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap dapat mewakili seluruh populasi. (Notoatmodjo, 2003)

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh balita umur 0-

24 bulan yang berjumlah 50 responden yang telah terdaftar dan berkunjung ke

Posyandu yang telah memenuhi syarat kriteria inklusi.

3.4.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. (Nursalam, 2003)

Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan teknik total populasi

sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil

semua responden yang ada selama penelitian berlangsung.

3.5 Kriteria Sampel

3.5.1 Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau

layak untuk diteliti. yang termasuk kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Ibu yang mempunyai bayi usia 0-24 bulan

2. Ibu yang sudah tidak menyusui bayinya usia 0-24 bulan

3. Ibu yang bersedia jadi responden.

4. Pada saat dilakukan penelitian ada ditempat penelitian.

3.5.2 Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah sampel yang tidak dapat digunakan dalam

penelitian, dengan kriteria sebagai berikut :


1. Ibu yang tidak bersedia jadi responden

2. Pada saat dilakukan penelitian ada di tempat penelitian

3.6 Variabel Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2003) variabel penelitian adalah sesuatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh

satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian dan berdasarkan hubungan

fungsional antara variabel independen dan variabel dependen. Menurut Arikunto

(2002) yang dimaksud variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian.

Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Variabel independen

Menurut Nursalam (2003) variabel independen (variabel bebas) adalah variabel

yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel independen dalam penelitian

ini adalah : penyapihan dini.

2. Variabel dependent

Menurut Nursalam (2003), variabel dependent (variabel tergantung) adalah

variabel yang nilainya ditentukan oleh varibel lain.

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah status gizi.

3.7 Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan dalam pengukuran maka variabel yang akan diukur

diopersionalkan, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1.


Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Kriteria Skala data
1. Penyapihan dini Suatu keadaan dimana Kuesioner & 1. Disapih Dini = 0-4 Nominal
bayi umur ≤ 1th sudah wawancara bulan
tidak mendapat ASI. 2. Disapih Tidak
Dini=4-24 bulan.

2. Status gizi balita Suatu keadaan Mengggunakan 1. Lebih: Z=>+2 SD Ordinal


keseimbangan antara perhitungan Z- 2. Baik: Z=≥-2 SD s/d
yang dikonsumsi dengan score WHO- +2 SD
yang digunakan dalam NCHS dengan 3. Kurang: Z=<-2 SD
tubuh balita yang indeks BB/U. sampai ≥-3 SD
ditentukan dengan indeks 4. Buruk: Z=<-3 SD
BB/U dengan WHO
(NCHS)

3. 8 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Desa Jerebeng Kecamatan Dukun

Kabupaten Gresik, waktu penelitian dilakukan pada bulan April sampai

September 2006. Sedangkan pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus-

September, Peneliti memilih wilayah tersebut karena belum pernah dilakukan

penelitian seperti ini.

3. 9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

data primer dan data sekunder:

3.9.1 Data Primer

Data primer di peroleh secara langsung di Posyandu dengan melakukan

wawancara dengan panduan kuesioner terhadap ibu yang mempunyai balita

umur 0-24 bulan yang sudah disapih dan hasil wawancara di masukkan ke

dalam master set tabel, untuk data status gizi baliata (BB/UMUR) di peroleh

dengan cara pengukuran menggunakan timbangan berat badan dan kms dengan

panduan tabel WHO/NCHS.


3.9.2 Data sekunder

Data di peroleh dari register kohort ibu dan balita di Polindes Yuyun

Mazidah yaitu data balita yang mengenai balita umur 0-24 bulan pada periode

April-September 2006.

Sebelum melakukan wawancara dan menimbang balita, kita meminta izin

pada tempat yang akan di teliti dengan pelantara surat dari kampus. Setelah pihak

tempat penelitian menyetujui, baru kita melakukan wawancara dengan meminta

persetujuan responden yaitu ibu yang mempunyai balita umur 0-24 bulan di

Posyandu Dahlia Desa Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik apakah

mau menjadi responden atau tidak.

3.10 Teknik Pengolahan atau Analisa Data

3.10.1. Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Data yang didapat dilapangan diperiksa kemudian dikumpulkan terlebih

dahulu diteliti ulang sebelum diolah lebih lanjut.

2. Transfering

Memindahkan jawaban yang ada didalam kuesioner kedalam kartu

tersebut yang telah ditentukan dan untuk berat badan pada balita di cocok kan

dengan tabel WHO/NCHS.

Penyapihan Dini bila: 0-4 bulan

Tidak Dini: 5-24 bulan

Status Gizi: Lebih: > +2 SD

Baik : -2 s/d 2 SD

Kurang: <-2 s/d -3 SD

Buruk : < -3 SD
3. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data makna data yang telah terkumpul

di beri tanda sesuai dengan kategori yang telah disediakan yaitu dengan

memberi tanda kode secara huruf. Hal ini di maksudkan untuk mempermudah

dalam melakukan tabulasi dan analisis data.

Untuk penyapihan :

Disapih dini : (1)

Disapih tidak dini : (2)

Untuk data status gizi :

Lebih : (4)

Baik : (3)

Kurang : (2)

Buruk : (1)

4. Tabulating

Data yang telah di peroleh kemudian di kategorikan dan di masukkan

dalam tabel distribusi frekuensi.

5. Analis data.

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisi secara inferensial

untuk mempelajari tentang Hubungan penyapihan dini terhadap status gizi

( fo  fh) 2
balita. Menggunakan uji Chi Square dengan rumus  2   .
fh

Keterangan : x2 : nilai Chi Square

Fo : Jumlah observasi pada kasus yang di kategorikan dalam baris ke-n kolom

ke-n
Fh : Jumlah kasus yang di harapkan di kategorikan dalam baris ke - n kolom

ke-n.

Fh : Sub total baris (b) X Sub total kolom (k)

Total (n)

Keterangan :

b : menunjukkan penjumlahan semua nilai dalam baris

k : Menunjukkan penjumlahan semua nilai dalam kolom

n : Menjumlahkan semua nilai pada sel tabel yang ada.

Harga-harga yang di hasilkan dari rumus tersebut berdistribusi Chi kuadrat

dengan derajat bebas (db) = (b-1) (k-1), dimana b = banyak baris dan k =

banyak kolom dalam tabel kontigensi. Dengan taraf signifikan α 0,05

Jika x2 hitung > x2 tabel, maka Ho ditolak, H1 diterima

Jika x2 hitung < x2 tabel, maka Ho diterima, H1 ditolak

3.11 Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan obyek manusia tidak boleh bertentangan

dengan etika agar hak responden dapat dilindungi. Untuk itu perlu adanya izin

dari institusi pendidikan, setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidukan

penelitian boleh dilakukan dengan menggunakan etika sebagai berikut:

3.11.1 Inform Consent (lembar persetuan menjadi responden)

Memberi lembar persetujuan kepada responden yang telah diberikan penjelasan

tentang maksud dan tujuan dari penelitian.


3.11.2 Anonimity (tanpa nama)

Dalam menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan

nama lengkap responden dalam lembar pengumpulan data.

3.11.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin

kerahasiannya oleh peneliti.

3.12 Jadwal Kegiatan Penelitian

Terlampir pada lampiran terakhir.


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang berjudul “

Hubungan Penyapihan Dini Terhadap Status Gizi Balita Umur 0-24 Bulan di Desa

Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik “ yang sesuai dengan rumusan

masalah dan tujuan penelitian pada bab pendahuluan. Secara jelas hasil penelitian

ini akan menyajikan data mengenai hasil pengumpulan data yang diperoleh dari

hasil wawancara dengan panduan kuesioner dan pengukuran menggunakan

timbangan berat badan serta KMS, yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus

2006 di Posyandu Dahlia dengan jumlah responden sebanyak 50 balita. Serta

pembahasan yang akan menjelaskan kesenjangan antara hasil penelitian dan teori.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data yang

perlu diolah dengan ditabulasikan, diprosentasekan, dan dianalisa pada masing-

masing variabel agar dapat diketahui beberapa hal yang berkaitan dengan judul

penelitian.

Adapun data yang akan disajikan pada penelitian ini berupa gambaran

umum tempat penelitian, data umum yang mencakup karakteristik ibu responden

(umur, pendidikan dan pekerjaan), dan karakteristik responden yaitu umur

responden dan jenis kelamin responden. Sedangkan data khusus penelitian

mencakup databayi yang disapih umur 0-4 bulan, bayi yang disapih umur 4-24

bulan, serta hubungan penyapihan dini terhadap status gizi balita umur 0-24 bulan

di Posyandu Dahlia, Desa Jerebeng, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik


4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran umum tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Dahlia yang berada di Desa

Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik. Posyandu ini berdiri sejak tahun

2004 dan berkembang sampai saat ini. Pelayanan yang diberikan di Posyandu

Dahlia meliputi kegiatan penimbangan, pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan, pengobatan, penyuluhan, imunisasi serta gizi. Petugas yang ada di

Posyandu Melati ini terdiri dari 5 orang petugas kader dan 1 orang bidan desa.

Fasilitas yang ada di Posyandu Melati meliputi 5 meja yaitu meja pendaftaran,

meja penimbangan, meja pencatatan dan pengisian KMS, meja pengobatan dan

meja penyuluhan.

4.1.2 Data umum

Pada sub bab ini akan disajikan data yang merupakan karakteristik ibu

responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan serta

karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin.

1. Distribusi frekuensi karakteristik ibu responden berdasarkan umur.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik ibu responden berdasarkan umur Di


Posyandu Dahlia, Desa Jerebeng, Kecamatan Dukun, Kabupaten
Gresik Tanggal 18 Agustus 2006
Kriteria Jumlah
Umur (tahun) Frekuensi Prosentase
< 20 14 Orang 28%
20-30 32 Orang 64%
> 30 4 Orang 8%
Total 50 Orang 100%
Sumber : data primer 2006
Dari tabel 4.1 dapat diketahui sebagian besar ibu responden berumur 20-30

tahun sebanyak 64%, selebihnya berumur <20 sebanyak 28%, dan sebagian kecil

berumur >30 tahun sebanyak 8%.

2. Distribusi frekuensi karakteristik ibu responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik ibu responden berdasarkan


pendidikan di Posyandu Dahlia Desa Jerebeng Kecamatan Dukun
Kabupaten Gresik pada tanggal 18 Agustus 2006
Kriteria Jumlah
Pendidikan Frekuensi Prosentase
SD 15 Orang 30%
SLTP 19 Orang 38%
SLTA 14 Orang 28%
Perguruan tinggi 2 Orang 4%
Total 50 Orang 100%
Sumber : Data primer 2006

Dari tabel 4.2 dapat diketahui sebagian besar ibu responden berpendidikan

SLTP sebanyak 38%, berpendidikan SD sebanyak 30% dan sebagian kecil

berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 4%.

3. Distribusi frekuensi karakteristik ibu responden berdasarkan pekerjaan.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik ibu responden berdasarkan


pekerjaan di Posyandu Dahlia Desa Jerebeng Kecamatan Dukun
Kabupaten Gresik pada tanggal 18 Agustus 2006
Kriteria Jumlah
Pekerjaan Frekuensi Prosentase
Bekerja 30 Orang 60%
Tidak Bekerja 20 Orang 40%
Total 50 Orang 100%
Sumber : Data Primer 2006

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu responden bekerja

sebanyak 60% dan sebagian kecil tidak bekerja sebanyak 40%.


4. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur 0-24


Bulan di Desa Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik Pada
Tanggal 18 Agustus 2006
Kriteria Jumlah
Umur (tahun) Frekuensi Prosentase
0-4 bulan 29 Orang 58%
5-8 bulan 4 Orang 8%
9-12 bulan 6 Orang 12%
13-16 bulan 2 Orang 4%
17-20 bulan 5 Orang 10%
21-24 bulan 4 Orang 8%
Total 50 Orang 100%
Sumber : Data Primer 2006

Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur 0-4

bulan sebanyak 58%, dan sebagian kecil responden berumur 13-16 bulan

sebanyak 4%.

5. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin


di Posyandu Dahlia Desa Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten
Gresik Pada Tanggal 28 Agustus 2006
Kriteria Jumlah
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
Laki – laki 23 Orang 46%
Perempuan 27 Orang 40%
Total 50 Orang 100%
Sumber : Data primer 2006

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan sebanyak 54% dan sebagian kecil responden berjenis kelamin

laki – laki sebanyak 46%.


4.1.3 Data khusus

Pada sub bab ini akan disajikan data yang merupakan variabel yang akan

diteliti yang meliputi Penyapihan dini yaitu Disapih Dini, Disapih tidak Dini,

Status Gizi dan hubungan penyapihan dini terhadap status gizi balita umur 0-24

bulan.

1. Distribusi frekuensi Penyapihan

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi penyapihan pada balita umur 0-24 bulan di
Desa Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik pada tanggal
18 Agustus 2006
Kriteria
Penyapihan Frekuensi Prosentase
Disapih Dini 29 Orang 58%
Disapih Tidak Dini 21 Orang 42%
Total 50 Orang 100%

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar balita yang disapih dini

sebanyak 58% dan balita yang disapih tidak dini sebanyak 42%

2. Distribusi frekuensi status gizi balita umur 0-24 bulan

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi status gizi balita umur 0-24 bulan di Desa
Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik pada tanggal 18
Agustus 2006
Kriteria Jumlah
Status Gizi Frekuensi Prosentase
Lebih 12 Orang 24%
Baik 16 Orang 32%
Kurang 22 Orang 44%
Total 50 Orang 100%
Sumber : Data primer 2006

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar berkategori Baik sebanyak

32%, selebihnya berkategori lebih sebanyak 24% dan sebagian kecil berkategori

kurang sebanyak 44%.


3. Hubungan antara penyapihan dini terhadap status gizi balita umur 0-24 bulan

Tabel 4.8 Tabel silang hubungan penyapihan dini terdapat status gizi balita
umur 0-24 bulan di Desa Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten
Gresik
Status Gizi
Penyapihan Lebih Baik Kurang Total
F % F % F % F %
DisapihDini - - 7 24,1 22 75,9 29 58
Disapih tidak Dini 12 57,1 9 42,9 - - 21 42
Total 12 24 16 32 22 44 50 100
Sumber : Data primer 2006

Dari tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa 58% anak yang disapih dini

sebanyak 24,1% memiliki gizi baik, sebanyak 75,9% memiliki gizi kurang

Sedangkan 42% anak yang disapih tidak dini sebanyak 57,1% memiliki gizi yang

lebih sebanyak 42,9% memiliki gizi baik.

4. Tabel hasil perhitungan Chi-Square test dengan menggunakan SPSS Versi 10,5

Windows antara penyapihan dini dengan status gizi balita umur 0-24 bulan

Value Df Asmp-sig (Z-Sided)


Pearsons Chi Square 33.836 2 0,0001

Dari hasil uji Chi Square maka didapatkan P Value = 0,0001. Nilai tersebut

kurang dari  0,05 sehingga Ho ditolak dan Hi diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyapihan dini terhadap status gizi

balita umur 0-24 bulan


4.2 Pembahasan

4.2.1 Penyapihan dini

Dari hasil penelitian tentang Penyapihan dini umur 0-24 bulan di

Posyandu Dahlia, Desa Jerebeng, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Pada

tangal 18 Agustus 2006 didapatkan hasil berkategori disapih dini sebanyak 58%,

sedangkan disapih tidak dini sebanyak 42%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa

penyapihan dini pada balita umur 0-4 bulan sebanyak umur 5-8 bulan sebanyak

58% umur 9-12 bulan sebanyak 12% umur 13-16 bulan sebanyak 4% umur 17-20

bulan sebanyak 4% umur 21-24 bulan sebanyak 8%. Menurut Soetjiningsih

(1997) faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan lebih awal adalah perubahan

sosial budaya yaitu ibu yang bekerja, kebiasaan pemberian susu botol, faktor

fisiologis ibu yaitu takut kehilangan daya tarik, faktor fisik ibu yaitu nyeri pada

saat menyusui, dan faktor yang meningkatkan promosi susu kaleng sebagai

pengganti Air Susu Ibu.

Berdasarkan tingkat pekerjaan ibu responden di dapatkan bahwa sebagian

besar ibu responden di Posyandu Dahlia yang bekerja sebanyak 60%, selebihnya

tidak bekerja sebanyak 40% ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja untuk

pemenuhan ASI eksklusif kurang sehingga di ganti dengan pemberian makanan

pendamping ASI, hal ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja biasanya enggan

memberikan ASI yang sering diganti dengan pemberian susu botol sehingga

kejadian penyapihan lebih awal tinggi (Soetjiningsih, 1995)

4.2.2 Status gizi balita umur 0-24 bulan

Dari hasil penelitian terhadap status gizi balita umur 0-24 bulan di

Posyandu Dahlia di dapatkan hasil sebagian besar berkategori baik sebanyak 32%,
selebihnya berkategori kurang sebanyak 44%, berkategori lebih sebanyak 24%.

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa status gizi balita umur 0-24 bulan di

Posyandu Dahlia berada pada tingkat yang kurang baik yaitu berkategori kurang

sebanyak 44%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Apriadji

(1986) bahwa yang berperan dalam menentukan status gizi seseorang pada

dasarnya terdiri dari 2 faktor yaitu faktor gizi internal (status kesehatan, umur,

jenis kelamin dan ukuran tubuh) dan faktor gizi eksternal (tingkat pendidikan,

tingkat pengetahuan gizi, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, sosial

budaya, kebersihan lingkungan dan keadaan infeksi). Selain itu sependapat

dengan diatas, menurut Sayogyo (1996) dan F. James Levinson (1988)

menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seorang anak,

faktor makanan yang dikonsumsi dan infeksi, dan yang secara tidak langsung

antara lain nilai gizi makanan yang di makan, ada tidaknya pemberian makanan

tambahan dari luar keluarga, pendapatan atau daya beli keluarga, pengetahuan

atau kebiasaan ibu terhadap gizi dan kesehatan, jangkauan pelayanan kesehatan

dan faktor lingkungan sosial.

Menurut bekerja atau tidaknya ibu responden yang ada di Posyandu Dahlia

dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu responden bekerja 60% dan sebagian

kecil ibu responden tidak bekerja sebesar 40%. Ibu yang bekerja dan ibu yang

tidak bekerja sangat berpengaruh terhadap status gizi anak. Ibu yang bekerja

mempunyai waktu yang kurang untuk membaca atau memahami tanda-tanda dan

kebutuhan anak, menerjemahkannya secara hati-hati dan meresponnya secara

cepat, benar dan konsisten. Salah satu contohnya bila anak menangis karena suatu

sebab jika ibu tidak ada waktu untuk merespon atau salah menginterpretasikan
sebab anak menangis apakah anak sakit atau lapar maka ibu akan kehilangan

kesempatan untuk memberikan makanan pada anaknya. Sedangkan ibu yang tidak

bekerja dan sebagai ibu rumah tangga yang selalu ada dirumah dan selalu

mempunyai waktu untuk anaknya maka ibu akan mempunyai kemampuan dan

sensitif dalam menginterpretasikan isyarat-isyarat anaknya sehingga akan

memudahkan ibu dalam mencapai status gizi anak yang optimal.

4.2.3 Hubungan penyapihan dini terhadap status gizi balita umur 0-24 bulan di

Posyandu Dahlia Desa Jerebeng Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik

Pada hasil analisa data “ Hubungan Penyapihan Dini terhadap Status

Gizi Balita Umur 0-24 bulan di Posyandu Dahlia Desa Jerebeng Kecamatan

Dukun Kabupaten Gresik “, terdapat hubungan yang bermakna antara

penyapihan dini dengan status gizi balita umur 0-24 bulan.

Balita yang di sapih dini cenderung mempunyai gizi kurang karena

pemberian ASI relatif sedikit di berikan yang di ganti dengan pemberian

makanan pendamping ASI susu botol sehingga sangat mempengaruhi pola

pertumbuhan dan perkembanganya, sedangkan balita yang di sapih tidak dini

umumnya mempunyai gizi lebih sebanyak 57,1% karena konsumsi ASI relatif

mencukupi yang mengandung antibody, ini menunjukkan terdapat hubungan

yang erat antara penyapihan dini dengan status gizi, sesuai dengan pendapat

Nita Ratna (1999) bahwa pemberian gizi dengan kualitas dan kuantitas yang

baik sangat dibutuhkan oleh anak untuk tumbuh normal tidak terlalu kurus dan

tidak terlalu gemuk karena status gizi yang buruk sangat berpengaruh.
4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Selayaknya untuk penelitian berjenis analitik sampel yang dibutuhkan

lebih banyak akan memperoleh hasil yang lebih baik. Keterbatasan tersebut di

antaranya : Alat ukur untuk balita yang disapih belum terdapat alat ukur yang

berstandar sehingga peneliti menggunakan alat ukur sendiri yaitu wawancara

dengan panduan kuesioner yang hanya di uji satu kali, dan keterbatasan waktu

yang dimiliki oleh peneliti dan harapan untuk penelitian selanjutnya lebih dari

satu kali pengujian.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisa yang di jelaskan pada bab 4, peneliti

dapat menarik kesimpulan untuk dapat diperhatikan bagi tenaga kesehatan

maupun peneliti lain yang ingin meneliti tentang Hubungan Penyapihan Dini

Terhadap Status Gizi Balita Umur 0-24 Bulan di Desa Jerebeng Kecamatan

Dukun Kabupaten Gresik :

5.1.1. Penyapihan pada balita umur 0-24 bulan yang ada di Posyandu Dahlia,

Desa, Jerebeng, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Sebagian besar

disapih dini sebanyak 58%. Dan disapih tidak dini sebanyak 42%.

5.1.2. Status gizi balita umur 0-24 bulan yang ada di Posyandu Dahlia, Desa

Jerebeng, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik sebagian besar berkategori

kurang sebanyak 44%, berkategori baik sebanyak 32%, berkategori lebih

sebanyak 24%.

5.1.3. Terdapat hubungan yang nyata antara penyapihan dini terhadap status gizi

balita umur 0-24 bulan di Posyandu Dahlia, desa Jerebeng Kecamatan

Dukun Kabupaten Gresik didapatkan uji statistik Chi Square P value 0,0001

dimana nilai tersebut kurang dari  0,05. Balita yang di sapih dini

cenderung memiliki status gizi kurang dibandingkan dengan yang tidak di

sapih dini.
5.2 Saran

5.2.1 Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan infprmasi pada pihak

yang terkait dalam rangka untuk menentukan kebijakan dan intervensi gizi dalam

upaya meningkatkan status gizi.

5.2.2 Bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi

atau data dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan literatur didalam

institusi pendidikan Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang sebagai

tempat dalam menempuh ilmu kebidanan.

5.2.3 Bagi penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan

pembeljaran untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan dini

dan status gizi pada balita.

5.2.4 Bagi masyarakat

Untuk meningkatkan status gizi pada balita umur 0-24 bulan maka ibu

diharapkan pada ibu untuk melakukan upaya pemberian makanan tambahan pada

anak dengan pola konsumsi dan makanan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan

anak dan pemberian ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan tanpa makanan

pendamping ASI.
5.2.5 Bagi peneliti selanjutnya

Agar penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat luas, petugas kesehatan,

petugas posyandu, institusi terkait serta mahasiswa maka di pandang perlu adanya

Penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai data awal

dikemudian hari dan di harapkan sampel lebih banyak lagi karena semakin banyak

sampel maka hasil dari penelitian ini akan lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta

Aritonang, Arianto. (1996). Pemantauan Pertumbuhan Balita. Yogyakarta:


Kanisius.

Apriadji. (1986). Makanan Sehat. Jakarta :Penebaran Swadaya

Dewi Handajani. ASI Mengurangi Risiko Leukimia. From (http// www. Ayah
Bunda. Com. Akses tanggal 17 Juli 2006)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Bila Anda Ingin Bayi Yang
Sehat. Jakarta : Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Dirjen Pembinaan
Masyarakat.

Eisenberg, Arlene. (1997). Bayi Pada Tahun Pertama : Apa Yang ANDA Hadapi
Bulan Perbulan . Jakarta : Arcan.

Herman, Albar (1998) Pemberian Makanan Untuk Bayi. (http: // www.


WHO/UNICEF. Com. Akses tanggal 17 Juli 2006)

James Akre. (1990). Pemberian Makanan Untuk Bayi Dasar-Dasar Fisiologi.


Dirjen Kesehatan Dunia WHO.

Karmila (2000). Resiko Pemberian MPASI Terlalu Dini.From (http : // www.


Ayah bunda. Com. Akses tanggal 01 januari 2005)

Maryani, Herti (2005). ASI Eksklusif Turunkan AKB. Retrived at 18 Juli 2005.
From www. Mediacastro – Com.htm.

Milna Artikel. Apakah Si Kecil Sudah Siap Makan. From (http://www.info sehat.
Com.Akses tanggal 17 juli 2006)

Nasution, Tamrin dan Nurhalijah. (1998). Anak Balita Dalam Keluarga, Pengantar
Pertumbuhan dan Perkembangan yang Optimal. Jakarta : P.T. BPK

Nursalam. (2002). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Najela Shihab (2003). Parents Guide . Jakarta : Arcan.

Notoadmojo (2002). Metodolog Penelitian Kesehatan. Jakarat, Rineka Cipta.

Ratna, Nita (1998). Penyapihan Pada Bayi. (http://www.google.com Akses


Tanggal 17 Juli 2006)
Sediaoetama, Achmad Djaeni. (2002). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi.
Jakara Timur : Dian Rakyat.

Suharjo. (1992). Ilmu Gizi. Jakarta: Gaya Baru.

Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC

Soetjiningsih (1995). Tumbuh Kembang Anak . Jakarta, EGC

Sayogyo, dkk (1980). Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dan Kecukupan Gizi.
Bogor

Supariase (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarat, EGC

Pudjiadi, Solihin (2000). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarata : Gaya Baru.

Widjaja. (2002). Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita.
Jakarta : Kawan Pustaka.
KUESIONER
PENELITIAN PENGARUH PENYAPIHAN DINI TERHADAP STATUS
GIZI BALITA

No. kode sampel :

Tgl wawancara :

Pewancara :

I. Karakteristik Responden.

A. Identitas Ibu
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :

B. Identitas Bayi/Anak
Nama :
Umur :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
II. Penyapihan Dini.
Petunjuk pengisian: Beri tanda silang (x) pada masing-masing jawaban yang
anda anggap paling benar !
1. Pada umur berapa anak ibu berhenti menyusui (disapih)
a. Umur kurang dari 4 bulan
b. Umur lebih dari 4 bulan
2. Mengapa ibu menyapih anak pada umur tersebut?
a. Karena produksi ASI sudah mulai berkurang/tidak lancar lagi.
b. Keterbatasan waktu karna ibu sibuk bekerja.
c. Bayi tidak mau menetek
3. Bagaimana keadaan atau kondisi anak setelah disapih
a. Nafsu makan menurun.
b. Tenang, mandiri dan baik-baik saja.
c. Sehat, Gerak aktif, Nafsu makan meningkat.
4. Bagaimana cara ibu menyapih anaknya.
a. Semingggu sebelum disapih sebaiknya bayi menyusu satu kali saja.
b. Bayi sebelum dan sesudah disapih tidak boleh menyusu sama sekali.
c. Sebelum disapih bayi menyusu 3-4 kali dalam satu mingggu
5. Makanan jenis apa yang ibu berikan pada anak pertama kalinya.
a. Makanan dalam bentuk padat
b. Makanan dalam bentuk semi padat
c. Makanan dalam bentuk cair, dan lunak.
6. Bagaimana cara menentukan status gizi pada balita.
a. Membawa ke Posyandu untuk ditimbang.
b. Melihat dengan berat badanya (gemuk&kurus)
c. Melihat gerakan anaknya (lincah, gesit)
7. Bagaimana BB anak setelah disapih
a. Tetap
b. Naik
c. Turun
Lampiran 11
Sel Fo Fh Fo – Fh (Fo – P2)2  Fo  Fh 
2

 
 Fh 
1.1 0 6,96 -6,96 48,44 6,96
1.2 7 9,28 -2,28 5,1984 0,56
1.3 22 12,76 9,24 85,378 6,69
2.1 12 5,04 6,96 48,44 9,61
2.2 9 6,72 2,28 5,984 0,77
2.3 0 9,24 -9,24 85,376 9,24
X2 = 33,83

Subtotalba ris( b) xSubtotalkolom(k )


Fh =
n

29x12
1.1  6,96
50

29 x16
1.2  9,28
50

29 x 22
1.3  12,76
50

21x12
2.1  5,04
50

21x16
2.2  6,72
50

21x 22
2.3  9,24
50

b = (b – 1) (k – 1)

= ( 2 – 1) ( 3 – 1)

=2

X2 tabel : 5,99
2
2 Fo  Fh 
X =  
 Fh 
= 33,83

Ho ditolak X2 hitung lebih besar berari terdapat hubungan.

Anda mungkin juga menyukai