Anda di halaman 1dari 86

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SARMI


KABUPATEN SARMI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:
CLARITHA ANGELITA KYEUW KYEUW
NIM 20170711014146

PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Claritha Angelita Kyeuw-Kyeuw

NIM : 20170711014146

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Tahun Akademik : 2017-2022

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya. Apabila di kemudian hari terbukti saya melakukan

plagiat maka saya bersedia menerima sanksi yang di tetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jayapura,10 Februari 2022


Yang membuat pernyataan

CLARITHAANGELITA KYEUW KYEUW


NIM. 20170711014146

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

„‟Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6).

Di berkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada

Tuhan (Yeremia 17:7) ‟‟

PERSEMBAHAN

Dari dalam lubuk hati yang dalam dan ungkapan syukurku persembahkan skripsi

ini kepada :

1. Allah Bapa di Sorga dalam Yesus Kristus Tuhan yang telah menuntun hingga

penyelesaian skripsi ini.

2. Kedua orang tua terkasih (Bapak Yustus Kyeuw-Kyeuw dan Ibu Yosina

Redjauw) atas jasa-jasanya dalam seluruh hidup saya.

3. Kelima saudara terkasih (Stenly, Naramda, Ranima, Gracia, Gloria

kyeuw kyeuw) yang memberi dukungannya dalam study saya.

4. Almamaterku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih.

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Claritha A. Kyeuw Kyeuw

Tempat Tanggal Lahir : Abepura, 15 September 1999

Alamat : Jl. Kampwolker Perumnas 2 Waena Gereja Siloam

Agama : Kristen Protestan

Riwayat Pendidikan

1. Tamat SD YPPK Gembala Baik Abepura 2011

2. Tamat SMP YPPK St. Paulus 2014

3. Tamat SMA YPPK Teruna Bhakti 2017

4. S1 FKM UNCEN Tahun 2022

Jayapura, 10 Februari 2022

CLARITHA A. KYEUW KYEUW

NIM. 20170711014146

vi
GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SARMI KABUPATEN SARMI
Oleh :

CLARITHA ANGELITA KYEUW-KYEUW


NIM. 20170711014146

ABSTRAK
Kehamilan merupakan masa terpenting untuk pertumbuhan janin. Salah satu
faktor mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan adalah status gizi, Usia ibu
hamil, Pendidikan ibu hamil, Pekerjaan, Pendapatan, dan Pengetahuan. Penelitian
ini bertujuan Untuk mengetahui gambaran status gizi ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas Sarmi Kota Kabupaten Sarmi.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Sampel pada
penelitian ini sebanyak 51 sampel dengan pengggambilan sampel menggunakan
teknik simple random sampling. Pengumpulan data di lakukan dengan
menggunakan kuisioner. Penelitian ini di lakukan di Puskesmas Sarmi Kota.
Analisis univariat menggunakan Uji Deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 28 ibu hamil (54,9%) berusia
remaja dan 23 ibu hamil (45,1%) berusia dewasa, sebanyak 29 ibu hamil (56,9%)
memiliki pendidikan rendah dan sebanyak 22 ibu hamil (43,1%) memiliki
pendidikan tinggi, sebanyak 28 suami ibu hamil (54,9%) yang tidak bekerja dan
23 suami ibu hamil (45,1%) yang bekerja, sebanyak 29 suami ibu hamil (56,9%)
memiliki pendapatan rendah dan 22 suami ibu hamil (43,1%) pendapatan tinggi,
sebanyak 27 ibu hamil (52,9%) dengan pengetahuan kurang dan 24 ibu hamil
(47,1%) dengan pengetahuan baik, sebanyak 32 ibu hamil (62,7%) lila <25,3cm
dan sebanyak 19 ibu hamil (37,3% ) ibu hamil memiliki lila >25,3cm.

Kata Kunci : Status Gizi, Ibu Hamil

vii
DESCRIPTION OF THE NUTRITIONAL STATUS OF
PREGNANT WOMEN IN THE WORK AREA OF SARMI
PUSKESMAS, SARMI REGENCY

By :

CLARITHA ANGELITA KYEUW-KYEUW


NIM. 20170711014146

ABSTRACT

Pregnancy is the most important period for fetal growth. One of the factors
influencing the success of a pregnancy is nutritional status, age of pregnant
women, education of pregnant women, occupation, income, and knowledge. This
study aims to determine the description of the nutritional status of pregnant
women in the working area of the Sarmi Public Health Center, Sarmi Regency.
This research is a type of quantitative research. The sample in this study was
51 samples with sampling using simple random sampling technique. Data
collection is done by using a questionnaire. This research was conducted at the
Sarmi City Health Center. Univariate analysis using descriptive test.
The results showed that 28 pregnant women (54.9%) were teenagers and 23
pregnant women (45.1%) were adults, 29 pregnant women (56.9%) had low
education and 22 pregnant women (43. 1%) have higher education, as many as 28
husbands of pregnant women (54.9%) who do not work and 23 husbands of
pregnant women (45.1%) who work, as many as 29 husbands of pregnant women
(56.9%) have low income and 22 pregnant women's husbands (43.1%) with high
income, as many as 27 pregnant women (52.9%) with less knowledge and 24
pregnant women (47.1%) with good knowledge, as many as 32 pregnant women
(62.7%) lilac <25.3cm and as many as 19 pregnant women (37.3%) had lilac
>25.3cm.

Keywords : Nutritional Status, Pregnant Women,Sarmi

viii
KATA PENGATAR

Puji syukur yang tidak teringga penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah melimpahkan banyak anugerah, sehingga penyusunan
Skripsi ini dengan Judul “Gambaran Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sarmi Kabupaten Sarmi” sebagai syarat mengerjakan Skripsi Strata 1
(S1) pada Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Cenderawasih.

Penulis menyadari dalam penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan

semua pihak terkait, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT, Rektor Universitas Cenderawasih Jayapura.

2. Dr. Samuel Piter Irab. S.KM.MPH, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

3. Dr. Novita Medyanti,. S.KM., M. Kes selaku Ketua Jurusan Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

4. Sarni R. Bela, SKM, MPH selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan waktu dan ilmu untuk membimbing penulis.

5. Natalia P. Adimutja, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan waktu dan ilmu untuk membimbing penulis.

6. Mona F. Safitri, SKM, M.KM Dosen Penguji I, Nova F. Rumaropen, SKM,

M.Gizi Dosen Penguji II,Yane Tambing, SKM,.MPH Dosen Penguji III yang

telah memberikan masukan dan saran bagi penulis.

7. Kedua Orang Tua Tercinta Yang Telah Menjaga Dan Memberikan Motivasi

Semangat Serta Doa Senantiasa.

8. Adik adiku Stenly, Naramda, Ranima, Gracia dan Gloria.

ix
9. Sahabat-Sahabatku Gabriella Indey, Devy F Talantan, Marlena Wami,

Vanessa Pattiwael dan Adams Hegemur yang selalu memberikan semangat

dan dukungan yang luar biasa serta kebersamaan selama ini.

10. Teman-teman seperjuangan peminatan Kespro Kesehatan Masyarakat

Angkatan 2017.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena itu mohon saran dan kritik yang membangun demi

penyerpurnaan proposal ini.

Jayapura, 10 Februari 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... ii

KEASLIAN PENELITIAN ..................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix

DAFTAR ISI............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv

DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian ......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gizi Ibu Hamil ............................................................................................... 7

B. Pentingnya Gizi Selama Masa Kehamilan .................................................... 12

C. Faktor Resiko Kematian Maternal ................................................................. 18

D. Komplikasi Nifas ........................................................................................... 20

E. Determinan Antara ........................................................................................ 22

xi
F. Determinan Jauh ........................................................................................... 30

G. Kerangka Teori .............................................................................................. 33

H. Kerangka Konsep ........................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 35

C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 35

D. Definisi Operasional ...................................................................................... 37

E. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 39

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................. 39

G. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data ...................................................... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 44

B. Hasil Penelitian .............................................................................................. 46

C. Pembahasan .................................................................................................... 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ........................................................................................................ 59

B. Saran .............................................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .................................................................................... 6

Tabel 3.2 Definisi Operasional .................................................................................. 38

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Univariat Usia, Pendidikan, Pekerjaan, pendapatan

dan status Gizi.............................................................................................. 41

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka teori……………………………………………..29

Gambar 2.2 Kerangka Konsep……………….........................................30

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuisioner Penelitian

Lampiran 4 : Master Tabel

Lampiran 5 : Presentase Hasil

Lampiran 6 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 8 : Dokumentasi Penelitian

xv
DAFTAR SINGKATAN

KEK : Kekurangan Energy Kronik

LILA : Lingkar Lengan Atas

WHO : World Heatlh Organization

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

MDG‟s : Millenium Development Goals

AKI : Angka kematian Ibu

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

ASEAN : Association of Southeast Asian Nations

UNICEF : United Nations Children's Fund

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

ASFR : Age Specific Fertility Rate

WUS : Wanita Usia Subur

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan masa terpenting untuk pertumbuhan janin.

Salah satu faktor mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan adalah status

gizi. Asupan gizi yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan

Kurang Energi Kronis (KEK). Kurang Energi Kronis adalah keadaan

dimana seseorang menderita kekurangan asupan atau makanan yang

berlangsung lama atau menahun sehingga dapat mengakibatkan timbulnya

gangguan kesehatan. (Susilowati, Kuspriyanto 2016).

Rendahnya status gizi ibu hamil dapat disebabkan oleh dua faktor

yaitu faktor langsung (Pola konsumsi makanan dan penyakit kronis

ataupenyakit infeksi) dan faktor tidak langsung (status sosio ekonomi yaitu

pendapatan keluarga, pendidikan dan pengetahuan gizi ibu hamil).(Fina

fatmawati, 2019)

Di Indonesia, salah satu parameter untuk menentukan status gizi ibu

hamil adalah indikator Antropometri Lingkar Lengan Atas (Lila) pada ibu,

dimana asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil

dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (Kek). Seorang ibu hamil

dikatakan status gizinya normal apabila mempunyai IMT 18,5 s/d 24,9

kg/m2 selama kehamilan atau ditandai dengan hasil pengukuran LILA lebih

dari atau sama dengan 23,5 cm wanita hamil berisiko mengalami KEK jika

memiliki Lingkar Lengan Atas (Lila) <23,5cm. (Indonesia, KKR 2018).

1
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjuk kan

prevalensi risiko KEK pada ibu hamil (15-49 tahun) masih cukup tinggi

yaitu sebesar 17,3%. Persentase ibu hamil KEK diharapkan dapat turun

sebesar 1,5% setiap tahunnya. Berdasarkan sumber data laporan rutin tahun

2020 yang terkumpul dari 34 provinsi menunjukkan dari 4.656.382 ibu

hamil yang diukur lingkar lengan atasnya (LiLA), diketahui sekitar 451.350

ibu hamil memiliki LilA < 23,5 cm (mengalami risiko KEK). Dari

perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase ibu hamil dengan

risiko KEK tahun 2020 adalah sebesar 9,7%, sementara target tahun 2020

adalah 16%. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa pencapaian target ibu

hamil KEK tahun ini telah melampaui target Renstra Kemenkes tahun 2020.

(Kemenkes RI 2020).

Prevalensi KEK di Negara-negara berkembang seperti Bangladesh,

India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka, dan Thailand adalah 15-47 %

yaitu dengan BMI <18,5. Adapun Negara yang mengalami prevalensi yang

tertinggi adalah Bangladesh yaitu 45%, sedangkan Indonesia menjadi urutan

keempat terbesar setelah India dengan prevalensi 35,5% dan yang paling

rendah adalah Thailand dengan prevalensi 15-25%. (Aisyan et al 2013).

Beberapa penelitian terkait dengan factor penyebab kek pada ibu

hamil Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan

informasi gizi, jika semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah

menerima dan menerapkan informasi gizi dibandingkan dengan pendidikan

yang lebih rendah sehingga diharapkan dapat menimbulkan perilaku dan

gaya hidup yang sesuai dengan informasi gizi dan kesehatan. Tingkat

2
pendidikan seseorang juga sangat mempengaruhi tingkat pengetahuannya,

dengan adanya pengetahuan tentang zat gizi maka seseorang dengan mudah

mengetahui status gizi mereka dan dapat melalukan perbaikan gizi pada

individu maupun masyarakat Disamping itu, pengetahuan gizi akan

memberikan sumbangan pengertian tentang apa yang kita makan, mengapa

kita makan, dan bagaimana hubungan makanan dengan kesehatan

(Kemenkes, 2015).

Keadaan sosial ekonomi juga dikaitkan dengan kemiskinan akibat

rendahnya pendidikan, sehingga tingkat konsumsi pangan dan gizi menjadi

rendah, buruknya hygiene dan sanitasi, serta meningkatnya gangguan

kesehatan (Fathonah, 2016). Makin tinggi tingkat perekonomian ibu hamil,

maka makin besar kemungkinan ibu hamil untuk mendapatkan asupan gizi

yang seimbang untuk kehamilannya (Hutahaean, 2013).

Menurut Mahirawati (2014), faktor usia ibu hamil dan status

pekerjaan berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Djamilah dan

Kartikawati (2014) menyatakan bahwa dampak signifikan dari pernikahan

usia muda adalah ibu muda tidak tahu atau tidak memahami masalah

kehamilan. Ibu tidak memahami kebutuhan gizi bagi ibu hamil.

Sementara saat ini kehamilan di usia 35 tahun atau lebih cenderung

meningkat. Kondisi ini kemungkinan disebabkan semakin berkembangnya

bidang pendidikan dan lapangan kerja bagi kaum wanita. Wanita yang

berpendikan tinggi berupaya mencari kerja untuk mengaktualisasikan diri.

Akhirnya banyak wanita yang terlambat untuk berkeluarga (Pontoh dkk,

2015).

3
Sedangkan di Kabupaten Sarmi dari data Dinas Kesehatan Sarmi dari

11 Puskesmas yang berada di wilayah kerja dinas kabupaten sarmi

(Sarmi, Tor, Retan, Apawer, Boba, Boti, Betaf, Burtin, Bages, Arbais,

Bonggo) data KEK tertinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Bonggo dengan

jumlah kasus tertinggi sebanyak 48% pada tahun 2020 dan tertinggi kedua

berada di Wilayah Kerja Puskesmas Sarmi dengan jumlah kasus terendah

sebanyak 22% pada bulan agustus 2020 sampai bulan april 2021 dari 103

populasi ibu hamil yang berkunjung di wilayah kerja Puskesmas Sarmi Kota

Kabupaten Sarmi. (Dinkes Kab.Sarmi 2021).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

Gambaran Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Sarmi Kabupaten

Sarmi 2021

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Gambaran Status Gizi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sarmi

Kota Kabupaten Sarmi.

2. Tujuan Khusus

a. Gambaran distribusi usia Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi.

b. Gambaran distribusi Pendidikan di wilayah Kerja Puskesmas

Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi

c. Gambaran distribusi Pekerjaan di wilayah Kerja Puskesmas Sarmi

Kota, Kabupaten Sarmi

4
d. Gambaran distribusi Pendapatan di wilayah Kerja Puskesmas

Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi

e. Gambaran distribusi Pengetahuan di wilayah Kerja Puskesmas

Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi pengembangan dan

penyempurnaan ilmu pengetahuan tentang Gambaran Status Gizi Ibu

Hamil.

Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi

Instansi terkait seperti Puskesmas Kabupaten sarmi dimana

kelurahan Sarmi Kota merupakan salah satu wilayah kerja

Puskesmas Sarmi Kota dapat memberikan informasi dan edukasi

mengenai pentingnya status gizi ibu semasa hamil.

b. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan

memanfaatkan ilmu yang di dapat selama penulisan dan penelitian

ini untuk menjadi bahan informasi pada keluarga, kerabat, dan

masyarakat.

c. Bagi Ibu Hamil Remaja dan Ibu Hamil Dewasa

Penelitian ini bermanfaat sebagai edukasi pemberian informasi dan

pengetahuan mengenai Gambaran Status Gizi Ibu Hamil.

5
E. Keaslian Penelitian

Tahun
No Judul Penelitian/Peneliti/Lokasi Desain Hasil
penelitian
1. Faktor-faktor yang berhubungan 2018 Penelitian analitik dengan Hasil analisa data didapatkan ada hubungan yang
dengan status gizi ibu hamil di pendekatan cross sectional bermakna antara status ekonomi dengan status
Puskesmas Paal V Kota Jambi Menggunakan data primer gizi ibu hamil (p-value = 0,007). tidak ada
dengan teknik menggunakan hubungan yang bermakna antara riwayat
kuisioner. kesehatan. (p-value =0,435) didapatkan ada
hubungan yang bermakna antara pemberian
makanan sehari-hari dengan status gizi ibu hamil
(p-value = 0,006)
2. Hubungan pengetahuan ibu hamil 2017 penelitiannya observasional Hasil uji analisis Chi-Square di peroleh nilai
tentang gizi kehamilan dengan analitik dengan desain cross p=0,0001 (p=<0,05) dan CC = 0,561. ada hubungan
kejadian kurang energi kronik (kek) sectional. menggunakan pengetahuan ibu hamil tentang gizi kehamilan
pada kehamilan di kota Yogyakarta kuisioner. dengan kejadian Kurang energy kronik (kek
kehamilan.
3. Gambaran status gizi ibu hamil 2015 Metode penelitian kuantitatif Hasil penelitian menunjukan 47% ibu hamil
berdasarkan ukuran lingkar lengan dengan desain cross sectional memiliki gizi baik pada trimester II dan 7% status
atas (Lila) di kelurahan sukamaju data di dapatkan melalui gizi kurang pada trimester III. Faktor yang
kota depok. pengukuran Lila pada 100 ibu mempengaruhi status gizi ibu hamil meliputi umur
hamil yang diperoleh dengan tingkat pendidikan, pendapatan keluarga.
purposive sampling.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gizi Ibu Hamil

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gizi adalah zat makanan

pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Pemenuhan

kebutuhan pangan merupakan hak azasi setiap orang. Konsumsi makanan

seseorang yang kurang dari kebutuhan gizinya akan mengalami gangguan

kesehatan dan berisiko terkena penyakit yang berkaitan dengan gizi.

Makanan harus mengandung energi dan zat gizi, seperti protein, lemak,

karbohidrat, vitamin dan mineral, yang diperlukan tubuh untuk

melaksanakan fungsinya, serta harus aman dikonsumsi (Sati, 2015).

Gizi seimbang untuk ibu hamil dan ibu menyusui mengindikasikan

bahwa konsumsi makanan ibu hamil dan ibu menyusui harus memenuhi

kebutuhan untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan

janin/bayinya. Oleh karena itu, ibu hamil dan ibu menyusui membutuhkan

zat gizi yang lebih banyak dibandingan dengan keadaan tidak hamil atau

tidak menyusui, tetapi konsumsi panganya tetap beranekaragam dan

seimbang dalam jumlah dan proporsinya (Kemenkes, 2014).

1. Jenis-jenis zat gizi

Jenis-jenis zat gizi yakni meliputi:

a. Karbohidrat

Pada saat kehamilan kebutuhan kalori bertambah sekitar 80.000

kkal. Untuk memenuhi kebutuhan kalori tersebut, ibu hamil disarakan

7
untuk meningkatkan asupan kalori sebesar 100-300 kkal setiap hari.

Kalori merupakan sumber energi. Jika asupan kalori ibu hamil tidak

adekuat maka tubuh akan memetabolisme protein.

Hal tersebut dapat pertumbuhan dan perkembangan janin

(Cunningham et al., 2010).

b. Protein

Ibu hamil membutuhkan asupan protein yang cukup untuk

pertumbuhan dan remodeling jaringan plasenta, uterus, payudara dan

peningkatan volume darah. Pada trimester ke-2 kehamilan,

diperkirakan 1000 g protein diendapkan dalam darah atau setara

dengan 5 – 6 gram perhari. Konsentrasi asam amino pada plasma

mengalami penurunan secara drastis.

Asam amino tersebut termasuk ornitin, glisin, taurine dan prolin

(kecuali asam glutamate dan alanine yang mengalami peningkatan

konsentrasi). Dianjurkan ibu hamil untuk mengonsumsi protein yang

berasal dari sumber hewani, seperti daging, susu, telur, keju, produk

ayam, dan ikan karena protein hewani tersebut mengandung asam

amino dalam kombinasi optimal (Cunningham et al., 2010).

c. Mineral

1. Besi

Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat karena

digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru. Selain itu zat

besi merupakan unsur penting dalam pembentukan hemoglobin

8
pada sel darah merah (Kemenkes RI, 2014). Kadar besi yang ibu

hamil ekskresikan selama kehamilan sebanyak 7 mg/hari.

American Academy of Pediatrics and American college of

Obstetricians and Gynecologists (2007) menyatakan bahwa ibu

hamil harus mendapatkan asupan zat besi setidaknya 27 mg/hari

karena dari hasil penelitian jarang ditemukan ibu hamil memiliki

simpanan besi adekuat.

Pemberian zat besi pada ibu yang mengalami anemia memiliki

respon yang baik terhadap pemberian suplementasi oral garam besi

(Cuniningham et al., 2010).

Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging,

ayam, dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serelia tumbuk,

kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah

(Almatsier. 2009).

2. Kalsium

Kebutuhan kalsium meningkat pada saat hamil karena

digunakan untuk mengganti cadangan kalsium ibu yang digunakan

untuk pembentukan jaringan baru pada janin. Apabila konsumsi

kalsium tidak mencukupi maka akan berakibat meningkatkan risiko

terkena pre-eklampsi (Kemenkes RI, 2014). Ibu hamil menahan

sekitar 30 g kalsium yang sebagian besar akan disalurkan ke janin

pada trimester akhir dari kehamilan. Jumlah kadar tersebut

menggambarkan bahwa hanya sekitar 2,5 persen dari kalsium ibu

9
total yang akan digunakan untukpertum buhan janin (Cunningham

et al., 2010).

3. Seng

Defisien seng yang berat pada kehamilan dapat menyebabkan

penurunan nafsu makan, terhambatnya pertumbuhan, gangguan

penyembuhan luka, dwarfism (tubuh cebol) serta hipogonadisme.

Meskipun kadar suplementasi seng yang aman bagi ibu hamil

belum dapat dipastkan, asupan harian yang dianjurkan selama

kehamilan adalah sekitar 12 mg (Cunningham et al., 2010). Sumber

paling baik adalah sumber protein hewani terutama daging, kerang

dan telur. Serelia tumbuk dan kacang-kacangan juga merupakan

sumber yang baik, namun mempunyai ketersediaan biologic yang

rendah (Almatsier, 2009).

4. Yodium

Kekurangan yodium akan berakibat terhambatnya

perkembangan otak anak dan system saraf terutama menurunkan

IQ dan meningkatkan risiko kematian bayi. Sumber yodium yang

baik adalah makanan laut seperti ikan, udang,

5. Vitamin A

Defisiensi vitamin A merupakan masalah gizi endemik di

negara-negara yang sedang berkembang. West (2003)

memperkirakan bahwa di seluruh dunia terdapat sekitar 7 juta ibu

hamil menderita buta senja akibat dari defisiensi vitamin A.

Defisiensi vitamin A baik nyata maupun subklinis, tercatat

10
berkaitan dengan peningkatan risiko anemia serta persalinan

kurang bulan spontan (Cunningham et al., 2010).

Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan

karoten terutama di pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati,

kuning telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Margarin

biasanya diperkaya oleh vitamin A. (Almatsier, 2009).

6. Vitamin B12

Vitamin B12 diperlukan untuk megubah folat menjadi bentuk

aktif, dan dalam fungsi normal metabolism semua sel, terutama

sel-sel saluran cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf. Vitamin

B12 merupakan kofaktor dua jenis enzim pada manusia, yaitu

metionin sintase dan metilmalonil-KoA mutase. Pada kehamilan

normal, kadar vitamin B12 plasma menurun. Hal tersebut

disebabkan oleh berkurangnya kadar protein pembawa

transkobalamin dalam plasma.

Vitamin B12 terdapat secara alami hanya dalam makanan

hewani. Vegetarian ketat dapat melahirkan bayi dengan simpanan

B12 yang rendah. Air susu dari ibu vegetarian hanya mengandung

sedikit vitamin B12 dan defisiensi dapat nyata terlihat pada bayi

yang diberi asitersebut. Meskipun perannya masih diperdebatkan

namun kadar vitamin B12 yang rendah prakonsepsi, serupa dengan

folat, dapat meningkatkan risikocacat tabung saraf (Almatsier,

2009).

11
7. Vitamin C

Asupan vitamin C yang dianjuran selama kehamilan adalah

80-85 mg/hari. (sekitar 20 % lebih banyak dari keadaan tidak

hamil) Kadar vitamin C dalam plasma ibu menurun selama

kehamilan, sementara kadar dalam darah tali pusat lebih tinggi.

Hal tersebut merupakan suatu fenomena yang terjadi pada

sebagian besar vitamin larut air (Cunningham et al., 2010). Vitamin

C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh, sebagai koenzim atau

kofaktor. Pada industry pangan di gunakan untuk mencegah proses

tengik, perubahan warna serta mengawetkan daging (Al-matsier,

2009).

B. Pentingnya Gizi Selama Masa Kehamilan

Masa kehamilan merupakan masa yang sangat rawan dihadapi oleh

seorang ibu dimana pada masa tersebut ibu hamil mudah menderita

gangguan kesehatan atau rentan terhadap kekurangan gizi. Selain

memikirkan kesehatannya sendiri, ibu hamil juga harus memenuhi asupan

gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan dari janin yang dikandungnya.

Masa kehamilan merupakan masa yang sangat berisiko bagi ibu hamil

karena rendahnta kesadaran bahwa gizi yang dipenuhinya harus lebih

banyak dari saat sebelum masa kehamilan (Adraini dan Wijatmadi, 2012).

Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu membutuhkan makanan

dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan

kondisi tubuh dan perkembangan lain. Tambahan makanan untuk ibu hamil

dapat diberikan dengan cara meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas

12
makanan ibu hamil sehari-hari, bias juga dengan memberikan tambahan

formula khusus untuk ibu hamil. Apabila makanan selama kehamilan tidak

tercukupi maka dapat mengakibatkan kekurangan gizi sehingga ibu hamil

mengalami gangguan.

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi

pada ibu hamil, antara lain anemia, berat badan tidak bertambah secara

normal dan terkena infeksi. Pada saat persalinan gizi kurang dapat

mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya

(premature), perdarahan setelah persalinan, serta operasi persalinan

(Muliawati, 2012).

Untuk pertumbuhan janin yang baik diperlukan zat-zat makanan yang

adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat

makanan tersebut. Suplai zat makanan kejanin yang sedang tumbuh

tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan zat-

zat makanan yang diangkutnya. Gangguan suplai makanan dari ibu

mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan

keguguran (abortus), bayi lahir mati (kematian neonatal), cacat bawaan,

lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Muliawati, 2012).

Fokus terhadap kehamilan yang terpenting bukan meningkatkan

kuantitas dari apa yang dikonsumsi namun melainkan kualitasnya. Ibu hamil

yang terpenuhi gizinya dari awal tidak diharuskan lagi mengonsumsi

banyak makanan berkalori. Dalam kehidupan janin, nutrisi dan kesehatan

ibu sangat penting dalam menentukan seberapa bayi bertumbuh (Walker,

2012).

13
1. Penilaian Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan seseorang sebagai refleksi

dari konsumsi pangan serta penggunaanya oleh tubuh. Pemantauan status

gizi ibu hamil dapat dilihat dari pertambahan berat badan selama

kehamilan. Pertambahan berat badan selama hamil dipengaruhi oleh

berat badan dan tinggi badan Ibu, status gizi sebelum hamil, etnis,

konsumsi makanan selama hamil dan lain-lain (Prasetyawati, 2012).

Penilaian status gizia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan

menggunakan penilaian antropometri. Pemeriksaan tersebut meliputi

pemeriksaan tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, Indeks Massa

Tubuh (IMT), pola pertambahan berat badan tubuh serta pola gizi pada

ibu hamil. (Muliawati, 2013).

Di Indonesia, berat badan prahamil umumnya tidak diketahui

sehingga Lingkar Lengan Atas (LiLA) dijadikan indikator risiko KEK

pada ibu hamil. Berdasarkan penelitian Ariyani, Achadi, dan Irawati

(2012) diperoleh hasil bahwa LiLA mempunyai ukuran yang relatif stabil

selama kehamilan dan merupakan satu satunya pengukuran yang

diperlukan untuk mengidentifikasi wanita hamil dengan risiko kelahiran

yang buruk (Krasovec dan Anderson, 1991).

Pengukuran lingkaran lengan atas adalah suatu cara untuk memantau

risiko KEK wanita usia subur. Wanita usia subur adalah wanita dengan

usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu

menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas lingkaran

14
lengan atas (LiLA) pada wanita usia subur dengan risiko kekurangan

energy kronis adlah 23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur

(metlin). Apabila lingkar lengan kurang dari 23,5cm artinya wanita

tersebut mempunyai risiko kekurangan energI kronik dan sebaliknya

apabila lingkar lengan atas lebih dari 23,5 cm berarti wanita tersebut

tidak berisiko dan dianjurkan untuk mempertahankan keadaan tersebut

(Muliawati, 2013).

2. Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) merupakan salah satu

pengukuran antropometri yang dimaksudkan untuk mengetahui

prevalensi WUS umur 15 – 45 tahun dan ibu hamil yang menderita KEK

(Kemenkes RI, 2014). Sampai saat ini, ambang batas ukuran lingkar

lengan ibu hamil yang berisiko KEK menurut Kemeskes RI adalah

23,5cm. (Kemenkes RI,2014).

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester 1 untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Kurang

energy kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan

gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) (Depkes RI,

2007).

3. Factor Beresiko Ibu Hamil

Berbagai penelitian membuktikan bahwa gizi berperan sebagai

faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia terutama pada masa

kehamilan sampai usia bayi 2 tahun. Peran penting gizi selama masa

kehamilan membuat status gizi ibu hamil mendapat perhatian yang lebih.

15
Status KEK sebelum hamil memengaruhi pertumbuhan janin dan

menjadi capaian peningkatan berat selama kehamilan (Kemenkes RI,

1994).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, ditemukan adanya

hubungan status gizi dengan status social ekonomi keluarga. Faktor

tersebut melipuiti hubungan status gizi dengan ekonomi keluarga, jumlah

anak dalam keluarga, serta tempat tinggal (Sebataraja, L. R., Oenzil, F.,

Asterina, 2014). Berikut merupakan beberapa faktor resiko yang dapat

berpengaruh kepada status gizi pada ibu hamil :

a. Umur

Umur ibu merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan.

Depkes RI (2007) menggolongkan umur ibu menjadi dua kategori

yang berisiko (35 tahun) dan tidak berisiko (20 – 35 tahun). (Depkes

RI, 2007). Kelompok ibu hamil dengan umur di bawah 20 tahun

masih berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan organ

reproduksinya. Pada usia tersebut, organ reproduksinya.

Belum cukup matang untuk dibuahi karena lebih berisiko besar

untuk mengalami keguguran, perdarahan selama kehamilan, dan gizi

kurang. Sedangkan pada kelompok diatas usia 35 tahun dianggap

tidak optimal untuk mengalami kehamilan karena secara fisik

tergolong tua untuk menanggung beban kehamilan dan organ

reproduksi sudah tidak elastis.

16
b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar atau terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya. Satuan pendidikan

menjalankan pendidikan melalui 3 jalur yaitu pendidikan formal,

nonformal dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan

yang terstruktur dan berjenjang yang meliputi pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, sedangkan pendidikan

informal dan nonformal adalah jalur pendidikan di luar formal seperti

bimbingan belajar dan pendidikan keluarga serta lingkungan. (UU RI,

2003) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan sekolah

menengah pertama (SMP). Pendidikan menengah mecakup sekolah

menengah atas (SMA).

Pendidikan tinggi mencakup program diploma, sarjana, magister,

doktor, profesi, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan

tinggi. (UU RI, 2003) Tingkat pendidikan orang tua murid sekolah

dasar di pusat kota lebih tinggi dari pada di pinggiran kota.

Dari uji statistik didapatkan hubungan signifikan dari hubungan

tingkat pendidik dan status gizi keluarga. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima

informasi mengenai status gizi (Sebataraja, L. R., Oenzil, F., Asterina,

2014)

17
c. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah hasil perolehan yang didapati oleh

anggota keluarga dalam bentuk uang hasil kerjanya. Pendapatan

adalah jumlah penghasilan keluarga (Suami dan istri) dalam kurun

waktu per bulan. (Sianipar, 2013).

Keadaan sosial ekonomi yang baik pada keluarga dapat menjamin

terpenuhnya kebutuhan pokok setiap anggota keluarga. Kekuarangan

gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sumber daya

yang miskin (Sebataraja, L. R., Oenzil, F., Asterina, 2014).

C. Faktor – Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kematian Maternal

Faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal, yang di

kelompokkan berdasarkan kerangka dari McCarthy dan Maine (1992)

adalah sebagai berikut :

1. Determinan Dekat

Proses yang paling dekat terhadap kejadian kematian maternal adalah

kehamilan itu sendiri dan komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan

masa nifas. Wanita yang hamil memiliki risiko untuk mengalami

komplikasi, baik komplikasi kehamilan maupun persalinan, sedangkan

wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.

a. Komplikasi kehamilan

Komplikasi kehamilan merupakan penyebab langsung kematian

maternal. Komplikasi kehamilan yang sering terjadi yaitu perdarahan,

preeklamsia/ eklamsia, dan infeksi :

18
1. Pendarahan

Sebab sebab perdarahan yang berperan penting dalam

menyebabkan kematian maternal selama kehamilan adalah

perdarahan, baik yang terjadi pada usia kehamilan muda / trimester

pertama, yaitu perdarahan karena abortus (termasuk di dalamnya

adalah abortus provokatus karena kehamilan yang tidak

diinginkan) dan perdarahan karena kehamilan ektopik terganggu

(KET), maupun perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut

akibat perdarahan antepartum. Penyebab perdarahan antepartum

pada umumnya adalah plasenta previa dan solusio plasenta.

2. Pendarahan karena abortus

Abortus adalah keadaan dimana terjadi berakhirnya kehamilan

sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, atau keluarnya janin

dengan berat kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari

20 minggu. Abortus spontan diperkirakan terjadi pada 15% dari

keseluruhan kehamilan, dan kasus – kasus kematian yang ada

disebabkan oleh upaya – upaya mengakhiri kehamilan secara

paksa.

Pada negara – negara tertentu, abortus mempunyai kontribusi sekitar

50% dari keseluruhan kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan dan

dari hasil laporan WHO, angka kematian maternal karena abortus di seluruh

dunia adalah 15%.1,7,47) Menurut perkiraan WHO, terdapat 20 juta kasus

abortus tak aman / berisiko (unsafe abortion) di seluruh dunia pertahun.

Setiap tahun terjadi 70.000 kematian maternal akibat abortus berisiko, dan

19
satu dari 8 kematian yang berkaitan dengan kehamilan, diakibatkan oleh

abortus berisiko.

Hampir 90% abortus berisiko terjadi di negara berkembang. Kematian

maternal akibat abortus berisiko di negara berkembang 15 kali lebih banyak

dari negara industri. Abortus berisiko sulit untuk dilacak dan data yang

pasti tentang abortus ini sangat sulit diperoleh. Komplikasi dari aborsi yang

tidak aman bertanggung jawab terhadap 13% proporsi kematian maternal.

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi

uterus, infeksi, syok hemoragik dan syok septik. Komplikasi fatal juga dapat

terjadi akibat bendungan sistem pembuluh darah oleh bekuan darah,

gelembung udara atau cairan, gangguan mekanisme pembekuan darah yang

berat (koagulasi intravaskuler diseminata) dan keracunan obat – obat abortif

yang menimbulkan gagal ginjal. Perdarahan pada abortus dapat disebabkan

oleh abortus yang tidak lengkap atau cedera pada organ panggul atau usus.

D. Komplikasi Persalinan Nifas

Komplikasi yang timbul pada persalinan dan masa nifas merupakan

penyebab langsung kematian maternal. Komplikasi yang terjadi menjelang

persalinan, saat dan setelah persalinan terutama adalah perdarahan, partus

macet atau partus lama dan infeksi akibat trauma pada persalinan.

a. Pendarahan

Perdarahan terutama perdarahan postpartum memberikan

kontribusi 25% pada kematian maternal, khususnya bila ibu menderita

anemia akibat keadaan kurang gizi atau adanya infeksi malaria.

Insidensi perdarahan postpartum berkisar antara 5 – 8%. Perdarahan ini

20
berlangsung tiba – tiba dan kehilangan darah dapat dengan cepat menjadi

kematian pada keadaan dimana tidak terdapat perawatan awal untuk

mengendalikan perdarahan, baik berupa obat, tindakan pemijatan uterus

untuk merangsang kontraksi, dan transfusi darah bila diperlukan.

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah anak

lahir dan jumlahnya melebihi 500 ml. Perdarahan dapat terjadi sebelum,

saat atau setelah plasenta keluar. Hal – hal yang menyebabkan

perdarahan postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir,

terlepasnya sebagian plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian dari

plasenta, dan kadang – kadang perdarahan juga disebabkan oleh kelainan

proses pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia yang terjadi akibat

solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus dan emboli air ketuban.

Pada keadaan disproporsi sefalopelvik, persalinan yang dipaksakan

dapat mengakibatkan ruptura uteri. Ruptura uteri merupakan keadaan

dimana terjadi robekan pada uterus karena sebab tertentu. Ruptura uteri

menyebabkan kematian maternal sebesar 10 – 40%. Robekasn uterus

akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat disertai nyeri tekan, diikuti

dengan perdarahan hebat dari pembuluh darah uterus yang robek dan

kematian dapat timbul dalam 24 jam sebagai akibat perdarahan dan syok,

atau akibat infeksi yang timbul kemudian.

b. Infeksi nifas

Infeksi nifas merupakan keadaan yang mencakup semua

peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman - kuman ke dalam

alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Kuman penyebab infeksi

21
dapat masuk ke dalam saluran genital dengan berbagai cara, misal

melalui tangan penolong persalinan yang tidak bersih atau penggunaan

instrumen yang kotor.

E. Determinan antara

a. Status Kesehatan Ibu

Status kesehatan ibu yang berpengaruh terhadap kejadian kematian

maternal meliputi status gizi, anemia, penyakit yang diderita ibu, dan

riwayat komplikasi pada kehamilan dan persalinan sebelumnya. Status

gizi ibu hamil dapat dilihat dari hasil pengukuran terhadap lingkar lengan

atas (LILA). Pengukuran LILA bertujuan untuk mendeteksi apakah ibu

hamil termasuk kategori kurang energi kronis (KEK) atau tidak. Ibu

dengan status gizi buruk memiliki risiko untuk terjadinya perdarahan dan

infeksi pada masa nifas.

Keadaan kurang gizi sebelum dan selama kehamilan memberikan

kontribusi terhadap rendahnya kesehatan maternal, masalah dalam

persalinan dan masalah pada bayi yang dilahirkan.Stunting yang dialami

selama masa kanak kanak, yang merupakan hasil dari keadaan kurang

gizi berat akan memaparkan seorang wanita terhadap risiko partus macet

yang berkaitan dengan adanya disproporsi sefalopelvik. Berdasarkan data

Susenas tahun 2000 dan sensus penduduk tahun 2000, prevalensi ibu

yang menderita KEK (LILA ibu < 23,5 cm) adalah 25%. Risiko KEK

pada ibu hamil lebih banyak ditemukan di pedesaan (40%) daripada di

perkotaan (26%) dan lebih banyak dijumpai pada kelompok usia ibu di

bawah 20 tahun (68%).

22
Anemia merupakan masalah penting yang harus diperhatikan

selama kehamilan. Menurut WHO, seorang ibu hamil dikatakan

menderita anemia jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11g/dl.

Anemia dapat disebabkan oleh berbagai sebab, yang dapat saling

berkaitan, yaitu intake yang kurang adekuat, infestasi parasit, malaria,

defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin A. Menurut WHO, 40%

kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam

kehamilan. Anemia defisiensi besi merupakan 95% penyebab anemia

selama kehamilan. Kurang lebih 50% dari seluruh ibu hamil di seluruh

dunia menderita anemia.

Wanita yang menderita anemia berat akan lebih rentan terhadap

infeksi selama kehamilan dan persalinan, akan meningkatkan risiko

kematian akibat perdarahan dan akan memiliki risiko terjadinya

komplikasi operatif bila dibutuhkan persalinan dengan seksio sesaria.

Anemia ibu hamil di Indonesia masih merupakan masalah nasional

karena anemia mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi

masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber

daya manusia.

Dari Studi Follow Up Ibu Hamil, SKRT 2001 ditemukan

prevalensi ibu hamil dengan kadar Hb rendah (< 11,0 gram/ dl, WHO

2000) sebesar 40,1% dan diantaranya 0,3% memiliki kadar Hb < 7,0

gram/ dl. Anemia lebih banyak ditemukan pada ibu hamil di pedesaan

(42%) daripada di perkotaan (38%) Menurut Soejoenoes (1989) anemia

23
memberikan risiko relatif 15,3 kali untuk terjadinya kematian maternal

bila dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak menderita anemia.

Keadaan ini disebabkan oleh adanya peningkatan beban

hemodinamik selama kehamilan dan persalinan, yang akan memperberat

gejala dan mempercepat terjadinya komplikasi pada wanita yang

sebelumnya telah menderita penyakit jantung. Prognosis bagi wanita

hamil dengan penyakit jantung tergantung dari beratnya penyakit, usia

penderita dan penyulit – penyulit lain yang tidak berasal dari jantung.

Penyebab kematian maternal tidak langsung lain yang penting meliputi

malaria, hepatitis, HIV / AIDS, diabetes melitus, bronkopneumonia.

b. Status reproduksi

Status reproduksi yang berperan penting terhadap kejadian

kematian maternal adalah usia ibu hamil, jumlah kelahiran, jarak

kehamilan dan status perkawinan ibu. Usia di bawah 20 tahun dan di atas

35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan melahirkan The Fifth

Annual State of the World‟s Mothers Report, yang dipublikasikan oleh

The International Charity Save The Children, melaporkan bahwa setiap

tahun, 13 juta bayi dilahirkan oleh wanita yang berusia < 20 tahun, dan

90% kelahiran ini terjadi negara berkembang.

Para wanita ini memiliki risiko kematian maternal akibat

kehamilan dan kelahiran dua sampai lima kali lebih tinggi bila

dibandingkan wanita yang lebih tua. Risiko paling besar terdapat pada

ibu berusia ≤ 14 tahun. Penelitian di Bangladesh menunjukkan bahwa

risiko kematian maternal lima kali lebih tinggi pada ibu berusia 10 – 14

24
tahun daripada ibu berusia 20 – 24 tahun, sedangkan penelitian yang

dilakukan di Nigeria menyebutkan bahwa wanita usia 15 tahun memiliki

risiko kematian maternal 7 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita

yang berusia 20 – 24 tahun.

Komplikasi yang sering timbul pada kehamilan di usia muda

adalah anemia, partus prematur, partus macet. Kekurangan akses ke

pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan kehamilan dan

persalinan merupakan penyebab yang penting bagi terjadinya kematian

maternal di usia Keadaan ini diperburuk oleh kemiskinan dan kebuta –

hurufan, ketidaksetaraan kedudukan antara pria dan wanita, pernikahan

usia muda dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan di atas usia

35 tahun menyebabkan wanita terpapar pada komplikasi medik dan

obstetrik, seperti risiko terjadinya hipertensi kehamilan, diabetes,

penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal dan muda.

Gangguan fungsi paru. Kejadian perdarahan pada usia kehamilan

lanjut meningkat pada wanita yang hamil di usia >35 tahun, dengan

peningkatan insidensi perdarahan akibat solusio plasenta dan plasenta

previa. Persalinan dengan seksio sesaria pada kehamilan di usia lebih

dari 35 tahun juga meningkat, hal ini terjadi akibat banyak faktor, seperti

hipertensi kehamilan, diabetes, persalinan prematur dan penyebab

kelainan pada plasenta.

Menurut hasil SKRT 2001, proporsi kematian maternal tertinggi

terdapat pada ibu yang berusia > 34 tahun dan paritas > 4 (18,4%).

25
Jarak antar kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)

dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya kematian maternal.Persalinan

dengan interval kurang dari 24 bulan (terlalu sering) secara nasional

sebesar 15%, dan merupakan kelompok risiko tinggi untuk perdarahan

postpartum, kesakitan dan kematian ibu. Jarak antar kehamilan yang

disarankan pada umumnya adalah paling sedikit dua tahun, untuk

memungkinkan tubuh wanita dapat pulih dari kebutuhan ekstra pada

masa kehamilan dan laktasi.

Status perkawinan yang mendukung terjadinya kematian maternal

adalah status tidak menikah. Status ini merupakan indikator dari suatu

kehamilan yang tidak diharapkan atau direncanakan. Wanita dengan

status perkawinan tidak menikah pada umumnya cenderung kurang

memperhatikan kesehatan diri dan janinnya selama kehamilan dengan

tidak melakukan pemeriksaan antenatal, yang mengakibatkan tidak

terdeteksinya kelainan yang dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi.

Penelitian yang dilakukan di Jerman menemukan bahwa status wanita

tidak menikah memiliki risiko 2,6 kali untuk terjadinya kematian

maternal bila dibandingkan dengan wanita yang menikah

c. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan

Hal ini meliputi antara lain keterjangkauan lokasi tempat pelayanan

kesehatan, dimana tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis / sulit

dicapai oleh para ibu menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil

terhadap pelayanan kesehatan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia

dan keterjangkauan terhadap informasi. Akses terhadap tempat pelayanan

26
kesehatan dapat dilihat dari beberapa faktor, seperti lokasi dimana ibu

dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi, pemeriksaan antenatal,

pelayanan kesehatan primer atau pelayanan kesehatan rujukan yang

tersedia di masyarakat.

Pada umumnya kematian maternal di negara – negara berkembang,

berkaitan dengan setidaknya satu dari tiga keterlambatan (The Three

Delay Models). Keterlambatan yang pertama adalah keterlambatan dalam

mengambil keputusan untuk mencari perawatan kesehatan apabila terjadi

komplikasi obstetrik. Keadaan ini terjadi karena berbagai alasan,

termasuk di dalamnya adalah keterlambatan dalam mengenali adanya

masalah, ketakutan pada rumah sakit atau ketakutan terhadap biaya

yang akan dibebankan di sana, atau karena tidak adanya pengambil

keputusan, misalnya keputusan untuk mencari pertolongan pada tenaga

kesehatan harus menunggu suami atau orang tua yang sedang tidak ada

di tempat.

Keterlambatan kedua terjadi setelah keputusan untuk mencari

perawatan kesehatan diambil. Keterlambatan ini terjadi akibat

keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan dan pada umumnya

terjadi akibat kesulitan transportasi. Beberapa desa memiliki pilihan

transportasi yang sangat terbatas dan fasilitas jalan yang buruk. Kendala

geografis di lapangan mengakibatkan banyak rumah sakit rujukan tidak

dapat dicapai dalam waktu dua jam, yaitu merupakan waktu maksimal

yang diperlukan untuk menyelamatkan ibu dengan perdarahan dari jalan

lahir.

27
Keterlambatan ketiga yaitu keterlambatan dalam memperoleh

perawatan di fasilitas kesehatan. Seringkali para ibu harus menunggu

selama beberapa jam di pusat kesehatan rujukan karena manajemen staf

yang buruk, kebijakan pembayaran kesehatan di muka, atau kesulitan

dalam memperoleh darah untuk keperluan transfusi, kurangnya peralatan

dan juga kekurangan obat – obatan yang penting, atau ruangan untuk

operasi.

Pelaksanaan sistem pelayanan kebidanan yang baik didasarkan

pada regionalisasi pelayanan perinatal, dimana ibu hamil harus

mempunyai kesempatan pelayanan operatif dalam waktu tidak lebih dari

satu jam dan bayi harus dapat segera dilahirkan. Ketersediaan informasi,

baik penyuluhan maupun konseling penting diberikan agar ibu-ibu

mengetahui bahaya yang dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan dan

masa nifas, serta upaya menghindari masalah itu. Keterlambatan dalam

mengambil keputusan untuk dirujuk pada saat terjadinya komplikasi

obstetrik sering disebabkan oleh karena keterlambatan dalam mengenali

risikoatau bahaya, sehingga berakibat keterlambatan dalam mencapai

fasilitas kesehatan rujukan dan keterlambatan dalam memperoleh

pertolongan medis di rumah sakit. Namun diidentifikasi masih kurangnya

informasi dan konseling dari tenaga kesehatan kepada ibu.

Kebanyakan petugas menitikberatkan pada pemberian informasi /

penyuluhan, akan tetapi kurang melakukan konseling untuk membantu

ibu memecahkan masalah. Memecahkan masalah. Hal ini disebabkan

petugas pada umumnya merasa kurang memiliki waktu untuk melakukan

28
konseling karena banyaknya ibu hamil yang dilayani. Selain itu

pemberdayaan sarana komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang

kesehatan ibu masih sangat kurang, desa – desa terpencil belum

mengenal radio dan televisi.

d. Perilaku Penggunaan Fasilitas Layanan Kesehatan

Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan antara lain

meliputi perilaku penggunaan alat kontrasepsi, dimana ibu yang

mengikuti program keluarga berencana (KB) akan lebih jarang

melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak ber KB, perilaku

pemeriksaan antenatal, dimana ibu yang melakukan pemeriksaan

antenatal secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan

komplikasinya, penolong persalinan, dimana ibu yang ditolong oleh

dukun berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan

dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan, serta tempat

persalinan, dimana persalinan yang dilakukan di rumah akan

menghambat akses untuk mendapatkan pelayanan rujukan secara cepat

apabila sewaktu – waktu dibutuhkan.

program KB berpotensi menyelamatkan kehidupan ibu, yaitu

dengan cara memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan

sedemikian rupa sehingga dapat menghindari kehamilan pada usia

tertentu atau jumlah persalinan yang membawa bahaya tambahan, dan

dengan cara menurunkan tingkat kesuburan secara umum, yaitu dengan

mengurangi jumlah kehamilan. Di samping itu, program KB dapat

mengurangi jumlah kehamilan yang tidak diinginkan sehingga

29
mengurangi praktik pengguguran yang ilegal, berikut kematian yang

ditimbulkannya.

Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang

dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janinnya secara berkala,

yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang

ditemukan. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan, yaitu bidan, dokter dan

perawat yang sudah terlatih.

Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui

masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat.

Pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan,

dengan ketentuan satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan

sebelum 14 minggu), , dan dua kali selama trimester ketiga (antara

minggu 28 s/d 36 minggu dan setelah 36 minggu). Pemeriksaan antenatal

dilakukan dengan standar „5 T‟ yang meliputi 1) timbang berat badan, 2)

ukur tekanan darah, 3) ukur tinggi fundus uteri, 4) pemberian imunisasi

tetanus toksoid, dan 5) pemberian tablet tambah darah 90 tablet selama

hamil.

F. Determinan Jauh

Meskipun determinan ini tidak secara langsung mempengaruhi

kematian maternal, akan tetapi faktor sosio kultural, ekonomi, keagamaan

dan faktor– faktor lain juga perlu dipertimbangkan dan disatukan dalam

pelaksanaan intervensi penanganan kematian maternal.

30
Termasuk dalam determinan jauh adalah status wanita dalam keluarga

dan masyarakat, yang meliputi tingkat pendidikan, dimana wanita yang

berpendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan

keluarganya, sedangkan wanita dengan tingkat pendidikan yang rendah,

menyebabkan kurangnya pengertian mereka akan bahaya yang dapat

menimpa ibu hamil maupun bayinya terutama dalam hal kegawatdaruratan

kehamilan dan persalinan.

Ibu – ibu terutama di daerah pedesaan atau daerah terpencil dengan

pendidikan rendah, tingkat independensinya untuk mengambil

keputusanpun rendah. Pengambilan keputusan masih berdasarkan pada

budaya „berunding‟ yang berakibat pada keterlambatan merujuk. Rendahnya

pengetahuan ibu dan keluarga tentang tanda – tanda bahaya pada kehamilan

mendasari pemanfaatan system rujukan yang masih kurang. Juga ditemukan

bahwa faktor yang berpengaruh paling penting dalam perilaku mencari

pelayanan kesehatan antenatal adalah pendidikan. Lebih dari 90% wanita

yang berpendidikan minimal sekolah dasar telah mencari pelayanan

kesehatan antenatal.

Pekerjaan ibu, dimana keadaan hamil tidak berarti mengubah pola

aktivitas bekerja ibu hamil sehari – hari. Hal tersebut terkait dengan keadaan

ekonomi keluarga, pengetahuan ibu sendiri yang kurang, atau faktor

kebiasaan setempat. Di Sumatera Selatan pada umumnya ibu hamil masih

membantu suaminya bekerja di sawah, ladang, kebun karet atau berdagang.

Istri bahkan menjadi tumpuan penghasilan keluarga jika suami terbatas

31
secara fisik. Laporan statistik sering menempatkan pekerjaan hanya sebatas

pekerjaan formal.

Sebanyak 63% ibu – ibu di Papua tidak bekerja, padahal pada

kenyataannya mereka secara fisik bekerja lebih keras daripada suami.

Konsep bekerja khususnya yang berkaitan dengan kesehatan perlu diartikan

lebih luas bukan hanya terbatas pada konsep mendapat gaji saja.

Kemiskinan dapat menjadi sebab rendahnya peran serta masyarakat pada

upaya kesehatan. Kematian maternal sering terjadi pada kelompok miskin,

tidak berpendidikan, tinggal di tempat terpencil, dan mereka tidak memiliki

kemampuan untuk memperjuangkan kehidupannya sendiri. Wanita – wanita

dari keluarga dengan pendapatan rendah (kurang dari US$ 1 perhari)

memiliki risiko kurang lebih 300 kali untuk menderita kesakitan dan

kematian maternal bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki

pendapatan yang lebih baik.

32
G. Kerangka teori

Gambar 2.1 kerangka teori McCarthy and maine 1992

33
H. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Usia Ibu Hamil Remaja


Dan Dewasa

Pendidikan Ibu Hamil


Remaja Dan Dewasa

Status Gizi Ibu Hamil


Pekerjaan Ibu Hamil Usia Remaja Dan
Remaja Dan Dewasa Dewasa

Pendapatan Ibu Hamil


Remaja Dan Dewasa

Pengetahuan Ibu Hamil


Remaja Dan Dewasa

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

34
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan

desain analisis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan memaparkan variabel penelitian secara deskriptif tanpa

melakukan analisa hubungan antar variabel yang di teliti (dharma,2011).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Tempat pelaksaan penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sarmi Kota

Kabupaten Sarmi.

2. Waktu

Penelitian ini di lakukan pada Bulan Oktober sampai November 2021.

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang bertempat

tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi

dengan total ibu hamil sebanyak 103 ibu hamil.

b. Sampel

Cara pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan teknik simple

random sampling (pengambilan sampel secara acak dimana ibu hamil

dari keseluruan populasi memiliki peluang yang sama dan independen

untuk terpilih ke dalam sampel. Penentuan sampel dalam penelitian ini

di ambil dengan menggunakan rumus Slovin :

35
N

1 + n (e)2

Keterangan :

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

e : Tingkat Kesalahan 10% melalui rumus di atas, maka jumlah sampel

yang akan di diambil adalah :

1 + n (e)2

=103

1 + 103 (0,01)2

n = 50,7 di bulatkan menja

36
D. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel antara lain:

No Variabel Definis Operasional Alat Ukur Kriteria Skala

1. Status gizi ibu Status gizi merupakan Lila 1. Normal, jika ukuran lila ≥ 23,5cm Ordinal
hamil gambaran terpenuhinya 2. Kurang, jika ukuran lila ≤ 23,5cm
kebutuhan gizi. (Kemenkes RI, 2012)
2. Usia Lama waktu hidup ibu Kuesioner 1. Remaja = 12-25 tahun Ordinal
hamil sejak lahir sampai 2. Dewasa = 26-45 tahun
ulang tahun terakir. (Depkes RI, 2009)

3. Pendidikan Pendidikan formal Kuesioner 1. Rendah : < SLTA Ordinal


terakhir yang dicapai 2. Tinggi : ≥ SLTA
oleh responden (Anisa, 2012)
4. Pekerjaan Kegiatan utama yg di Kuesioner 1. Bekerja Ordinal
lakukan untuk mendapat 2. Tidak bekerja
penghasilan atas
kegiatan tersebut
5. Pendapatan Penghasilan keluarga Kuesioner 1. Rendah < UMR (Rp. 1.800.000/ bulan) Ordinal

37
yang di peroleh untuk 2. Tinggi ≥ UMR (Rp. 1.800.000/bulan)
memenuhi kebutuhan ( UMR Kab.Sarmi 2019)
anggota keluarga setiap
bulannya.
6. Pengetahuan Wawasan yang Di Kuesioner 1. Kurang < 50% dari jumlah pertanyaan. Ordinal
ketahui oleh ibu hamil 2. Baik ≥ 50% dari jumlah pertanyaan.
tentang status gizi ibu (Nabuasa, 2013).
semasa hamil.

38
E. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk mendapatkan informasi yang bersumber langsung

dari subjek penelitian. Kuesioner mancakup karakteristik responden, seperti

usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan di bantu dengan

instrumen lainnya seperti :

a. Laptop SPSS

b. Alat tulis

c. Kamera untuk dokumentasi penelitian

F. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam rencana penelitian melalui dua cara, yaitu:

1. Data Primer

Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan cara observasi dengan

pengamatan langsung ke responden yang di teliti dengan menggunakan

pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kuisioner yang di bagikan yang

mencakup usia, pendapatan, pekerjaan, pendidikan dan pengetahuan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh langsung dari Puskesmas

Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi.

39
G. Pengolahan, Analisis Dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan berdasrakan kuesioner, maka tahap selanjutnya

adalah :

a. Editing

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap semua item

pertanyaan dalam kuesioner. Editing dilakukan pada saat

pengumpulan data atau setelah data terkumpul dengan memeriksa

jumlah kuesioner, kelengkapan identitas, lembar kuesioner,

kelengkapan isian kuesioner, serta kejelasan jawaban.

b. Coding

Coding yaitu Pengkodean merupakan pemberian kode atau angka

pada variabel yang diteliti untuk memudahkan pengolahan data.

Dalam penelitian ini menggunakan coding sebagai berikut:

1) Entry Data

Memasukkan data yang telah diperoleh menggunakan fasilitas

computer. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program

SPSS 16.0.

2) Tabulating

Kegiatan pentabulasian dalam penelitian ini meliputi,

pengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian

dimasukkan kedalam tabel-tabel yang telah ditentukkan,

berdasarkan kueisoner yang telah ditentukan skor atau kodenya.

40
Dalam penelitian ini peneliti melakukan tabulasi data

menggunakan program aplikasi data statistik SPSS 16.0.

program aplikasi data statistik SPSS 16.0.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi atau besarnya proporsi, baik variabel bebas, variabel terikat,

maupun deskripsi karakteristik responden. Pada analisis univariat,

data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik.

Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah

karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan, pendapatan,

pendidikan dan pengetahuan.

3. Penyajian Data

Setelah data diolah dan dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan

penjelasan.

H. Etika Penelitian

Penelitian ini perlu mendapat adanya rekomendasi dari institusi atas

pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada institusi atau

lembaga tempat penelitian dalam pelaksanaan penelitian tetap

memperhatikan masalah etika meliputi:

1. Informed Concent (Lembar Persetujuan menjadi rekomendasi responden)

41
Responden yang diteliti diberi lembar persetujuan menjadi responden

yang berisi informasi mengenai tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan. Responden diberikan kesempatan membaca isi lembar

persetujuan tersebut selanjutnya mencantumkan tanda tangan sebagai

bukti ketersediaan menjadi responden atau objek penelitian dan apabila

responden menolak unuk diteliti maka penulis tidak akan memaksa dan

tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Confidentialy (Kerasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh peneliti, hanya data yang

dipaparkan untuk kepentingan analisis data. Semua informasi yang telah

dikumpulkan di jamin kerahasiaan oleh penulis, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

3. Anonymity (tanpa nama)

Penulis memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat dan hanya menulis kode pada lembar pengumulan data.

42
BAB IV

HASL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Sarmi adalah Puskesmas Rawat Inap yang berada di distrik

sarmi kota kabupaten sarmi, didirikan sekitar tahun 40an masa jajahan

Belanda kemudian dibangun pada masa pemerintahan indonesia pada tahun

1962 hinga saat ini telah mengalami beberapa kali renofasi dan mempunyai

luas wilayah yang sangat luas, kira-kira 340 km2 yang di batasi.

1. Keadaan Geografis

a. Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Distrik Pantai Barat (Desa.

Martewar).

b. Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Distrik Sarmi Timur

(Desa Bagaiserwar II).

c. Sebelah Selatan berbatasan Langsung dengan Distrik Sarm Selatan

(Desa Kasukwe).

d. Dan sebelah Utara berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik.

Gambar Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sarmi Kota

43
Berikut Daftar Desa Dan Kelurahan Yang Berada Diwilayah Kerja Puskesmas

Sarmi Kota :

No Nama Desa Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Kel. Sarmi 30 3639


2. Kel. Mararena 25 1534
3. Desa Samo 25 1001
4. Desa Sawar 28 1980
5. Desa Bagaiserwar 27 1241
6. Desa Liki/Armo 37 412
7. Desa Siaratesa 8 262
8. Desa Amsira 10 478
9. Desa Kasukwe 15 339
10 Desa wapoania 8 409
11. Desa Munukania 9 227
Jumlah Total Penduduk 11.522 (Jiwa)
Sumber data : profil puskesmas sarmi 2021

2. Data Demografis

Jumlah penduduk yang diwilayah kerja Puskesmas Sarmi Kota Tahun

2012 adalah 11.522 jiwa, dengan suku terbesar adalah suku Sobey (Sarmi

asli), dan lainnya adalah suku Ambon, Toraja, Bugis, Jawa. dan bermata

pencaharian sebagai Petani dan Nelayan 80%, dan sisanya berwirausaha.

44
B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Tabel 4.1 Berdasarkan karakteristik status gizi ibu hamil yang menikah
usia remaja dan usia dewasa di Puskesmas Sarmi Kota, Kabupaten
Sarmi.

Total
Karakteristik
n %
Usia
(12-25th) 28 54,9
(26-45th) 23 45,1
Pendidikan
( <SLTA ) 29 56,9
( >SLTA) 22 43,1
Pekerjaan
Tidak Bekerja 28 54,9
Bekerja 23 45,1
Pendapatan Suami
( <1.800.000) 29 56,9
( >1.800.000) 22 43,1
Pengetahuan
Jawaban Benar < 50% 27 52,9
Jawaban Benar > 50% 24 47,1
LILA
( < 23,5cm) 32 62,7
( > 23,5cm) 19 37,3
Total 51 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa usia ibu hamil

remaja sebanyak 54,9% sedangkan ibu hamil usia dewasa sebanyak

45,1%. Sedangkan pendidikan rendah ibu hamil sebanyak 56,9% dan

sebanyak 43,1% ibu hamil berpendidikan tinggi. Pekerjaan suami yang

tidak bekerja sebanyak 54,9%. Sedangkan Suami yang bekerja sebanyak

45,1%. Sedangkan Pengetahuan ibu hamil yang kurang sebanyak 52,9%

45
dan pengetahuan ibu hamil yang Baik sebanyak 47,1%. Pendapatan

Suami yang rendah sebanyak 56,9% sedangkan Pendapatan Suami

tertinggi sebanyak 43,1%. Lila ibu hamil yang >23,5cm sebanyak 62,7%

dan ibu hamil yang < 23,5cm sebanyak 37,3%).

C. Pembahasan

Status gizi merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi

untuk ibu hamil. Gizi ibu hamil merupakan nutrisi yang diperlukan dalam

jumlah yang banyak untuk pemenuhan gizi ibu sendiri dan perkembangan

janin yang dikandungnya. Kebutuhan makanan dilihat bukan hanya dalam

porsi yang dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu zat zat gizi yang

terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. Status gizi ibu hamil

merupakan salah satu indikator dalam mengukur status gizi masyarakat. Jika

asupan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak seimbang dengan kebutuhan

tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi (ZAKI, 2019).

Kebutuhan gizi pada ibu hamil meningkat dari sebelumnya karena

terjadinya peningkatan dalam volume darah, plasenta, uterus, kelenjar susu

dan lemak. Hal ini berfungsi selain untuk kebutuhan diri sendiri, juga untuk

pertumbuhan janin yang dikandungnya dan persiapan air susu ibu(ASI).

Ketidak cukupan zat gizi pada awal trimester pertama kan menyebakan

keguguran dan kelainan bawaan (Nursari, 2018).

1. Usia Ibu Hamil Remaja Dan Dewasa

Hasil penelitian dapat di peroleh, usia ibu hamil remaja sebanyak

28 sampel (0,54%) dan sebanyak 23 sampel (0,45%) ibu hamil dengan

usia dewasa (data primer 2021).

46
Berdasarkan hasil penelitian oleh Teguh (2018) diketahui bahwa

umur berpengaruh terhadap kejadian kurang energy kronik pada ibu

hamil. Peluang ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun untuk menderita kurang energy kronik adalah 7,6 kali lebih

tinggi dibandingkan ibu hamil yang berumur antara 20 tahun sampai

dengan 35 tahun. (Teguh, 2019).

Penelitian yang dilakukan Kusumawati (2009) dan Oktaviani

(2018)

menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia remaja dan masa

kehamilan pada penelitian ini yaitu terdapat responden yang berusia 16-

19 tahun sebanyak 34 sampel (0,56%).

Dari hasil penelitian ini, usia ibu hamil remaja lebih tinggi di

bandingkan usia ibu hamil dewasa.

Dalam penelitian ini, usia ibu hamil remaja lebih tinggi di

bandingkan usia ibu hamil dewasa dan merupakan bagian penting. Usia

remaja menjadi alas an utama namun khusus di dalam keluarga dari

berbagai aspek dan menjadi bagian penting agar status gizi ibu hamil

dapat di perhatikan hal ini di buktikan dari variabel berikutnya yaitu usia

ibu hamil remaja dan dewasa pada Puskesmas Sarmi Kota.

Kehamilan di usia muda terjadi karena pernikahan dilakukan pada

usiamuda. Djamilah dan Kartikawati (2014) menyatakan bahwa dampak

signifikan dari pernikahan usia muda adalah ibu muda tidak tahu atau

tidak memahami masalah kehamilan. Ibu tidak memahami kebutuhan

gizi bagi ibu hamil. Kondisi ini dapat menyebabkan anak yang dilahirkan

47
menjadi kurang gizi yaitu bayi lahir dengan berat badan yang rendah

(BBLR).

Hal ini sesuai dengan pendapat Prawirohardjo (2006) bahwa kurun

reproduksi sehat adalah usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan

yaitu 20-35 tahun. Sedangkan reproduksi tidak sehat adalah usia dibawah

20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Hambatan yang sering timbul pada

kehamilan remaja adalah prematuritas, preeclampsia atau eklampsia dan

gangguan alat kandungan yang belum sempurna. Kehamilan pada usia

lanjut terutama setelahusia 40 tahun mempunyai resiko yang lebih

buruk. Hal ini disebabkan karena sering disertai penyakit hipertensi,

diabetes dan myoma uteri. Selain itu dapat terjadi kelainan kongenital,

sindrom down, dapat juga terjadi abortus dan mola hidatidosa.

Pada umur ibu kurang dari 20 tahun pertumbuhan organ reproduksi

dan fisiologinya belum optimal. Disamping itu, faktor psikologi juga

belum matang. Sedangkan pada usia 35 tahun organ reproduksi sudah

tidak dapat berfungsi dengan sempurna (Anasari dkk,2011)

2. Pendidikan Ibu Hamil Remaja Dan Dewasa

Faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil salah satunya

adalah pendidikan. Tingkat pendidikan ibu hamil erat kaitannya dengan

pengetahuan tentang perencanaan dan penyusunan makanan yang sehat

dan seimbang.

Pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

penerimaan informasi gizi. Semakin tinggi tingkat pendidikan

(lama sekolah) seseorang, semakin mudah menerima hidup sehat secara

48
mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Oleh karena itu, tingkat

pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial terhadap status gizi

dan kesehatan seperti dalam hal memilih dan dan mengolah bahan

makanan yang bergizi (fina fatmawati prayitno 2019).

Hasil penelitian dapat di peroleh sebanyak 29 responden ( 56,9%)

ibu hamil berpendidikan < SLTA dan sebanyak 22 responden (43,1%)

ibu hamil berpendidikan > SLTA.

Menurut penelitian suryani tahir bahwa dari 92 responden terdapat

60 orang (65,22%) pada kategori pendidikan rendah dengan status gizi

kurang sebanyak 42 orang (62,69%) dan status gizi baik sebanyak 18

orang (72,00%) sedangkan 32 orang (34,78%) pada kategori pendidikan

tinggi dengan status gizi kurang sebanyak 25 orang (37,31%) dan status

gizi kurang sebanyak 7 orang (28,00%).

Dari hasil penelitian di atas pendidikan ibu hamil rendah lebih

tinggi di bandingkan ibu hamil pendidikan tinggi.

Menurut penelitian Bunga Widita Kartikasari 2011 Menunjukkan

sebagian besar responden ibu hamil trimester III di Puskesmas

Bangetayu Kecamatan Genuk Kota Semarang berpendidikan menengah

(10-12 tahun) sebanyak 16 orang (44,4%) dan paling sedikit

berpendidikan tinggi (≥12 tahun) sebanyak 5 orang (13,9%).

Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa ibu

hamil berpendidikan rendah lebih banyak di banding pendidikan tinggi.

Dalam penelitian ini, pendidikan rendah dibandingkan pendidikan

yang tinggi mempengaruhi bagian penting. pendidikan tinggi atau

49
rendah bukan menjadi alasan namun khusus dalam keluarga yaitu pola

asuh menjadi bagian penting yaitu ibu dengan pola asuh baik maka

anak-anaknya pun akan lahir dengan baik.

Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan status nutrisi ibu hamil

yang mengalami resiko KEK sebelum dan sesudah pemberian pendidikan

kesehatan. Dari hasil kegiatan Pengabdian kepada masyarakat yang

dilakukan oleh Pratiwi, Intan G dan Hamidiyanti, Baiq Y.F. (2019)

didapatkan hasil bahwa edukasi tentang gizi seimbang mampu

meningkatkan pengetahuan ibu hamil. Pengetahuan yang meningkat akan

membetuk sikap dari sikap yang terbentuk akan menentukan perilaku.

Sesuai dengan Notoadmodjo (2010) Pendidikan kesehatan bertujuan

untuk meningkatkan sikap tentang kesehatan sehingga akan mudah

terjadi perilaku sehat. Pedidikan kesehatan akan meningkatkan

pengetahuan kemudian sikap dan perilaku sehat. Pendidikan kesehatan

berpengaruh terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pemenuhan nutrisi

masa kehamilan dan sikap ibu hamil tentang pemenuhan mutrisi masa

kehamilan.

3. Pekerjaan Ibu Hamil Remaja Dan Dewasa

Status pekerjaan ibu hamil digolongkan menjadi dua yaitu bekerja

dan tidak bekerja saat ini perempuan memiliki kesempatan yang sama

dalam bidang pendidikan sehingga semakin banyak perempuan memiliki

pendidikan yang baik. Lapangan pekerjaan juga banyak tersedia bagi

perempuan. Perempuan yang dimasa lajangnya sudah bekerja nampaknya

akan terus bekerja meskipunsudah menikah. Mereka sebagai ibu rumah

50
tangga terus bekerja dengan berbagai motivasi dan alasan seperti

kebutuhan aktualisasi diri dan perlunya membantu ekonomi rumah

tangga. Peranan perempuan dalam pembangunan terus didorong dalam

segala aspek kehidupan (Sudirman, 2016).

Hasil penelitian dapat di peroleh ibu hamil yang tidak bekerja

sebanyak 28 responden (54,9%) dan sebanyak 23 responden (45,1%) ibu

hamil yang bekerja.

Ibu hamil yang mengalami KEK di Puskesmas Gabus 1 Kabupaten

Pati sebagian besar terdapat pada kelompok ibu yang tidak bekerja atau

beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Hasil uji statistik diperoleh nilai

p-value 0,012 dan nilai Rasio prevalens sebesar 9,286 .Artinya

ibu hamil yang tidak bekerja berisiko mengalami KEK sebesar 9,286 kali

dibandingkan ibu hamil yang bekerja.

Hasil penelitian Aeda Ernawati 2018 menunjukkan bahwa sebagian

besar ibu hamil tidak bekerja (beraktivitas sebagai ibu rumah tangga)

yaitu sebanyak 76 orang (57,6%) dan sebanyak 27 orang ibu hamil

(20,5%) bekerja. Adapun yang tidak menjawab pertanyaan sebanyak 29

orang (22,0%).

Dari hasil penelitian di atas ibu hamil yang memiliki pekerjaan

rendah lebih banyak di bandingkan ibu yang memiliki pekerjaan.

Hasil penelitian Permatasari, dkk (2008) menunjukkan bahwa

perempuan yang bekerja memiliki kemampuan untuk mengenali masalah

kesehatan keluarga.

51
4. Pengetahuan Ibu Hamil Remaja Dan Dewasa

Hasil Penelitian dapat di peroleh sebanyak 27 responden (52,9%)

ibu hamil dengan pengetahuan kurang dan sebanyak 24 responden

(47,1%) ibu hamil dengan pengetahuan baik.

Menurut penelitian diperoleh hasil bahwa ibu yang memiliki

pengetahuan kurang memiliki status gizi yang kurang, yaitu sebanyak 30

responden (96,8%). Begitu juga ibu yang memiliki pengetahuan baik

mayoritas memiliki status gizi yang baik, yaitu sebanyak 10 responden

(55,6%).

Dari hasil di atas menunjukan bahwa pengetahuan ibu kurang lebih

banyak di bandingkan ibu dengan pengetahuan baik. Dalam hal ini akan

tergantung pada sampai sejauh mana pengaruh tingkat pendidikan itu

sehingga dapat menanamkan suatu pandangan yang positif dan luas

mengenai pentingnya makanan bergizi terhadap kesehatan (Aminah

2005). Hal ini karena pendidikan adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan selain umur menurut Soekanto (2007),

Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik cara pandang

terhadap diri dan lingkungannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka makin mudah menerima informasi dan semakin banyak

pula pengetahuan yang dimilikinya. Tingkat pendidikan lebih tinggi akan

memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan

mengimplentasikannya dalam perilaku dan gaya hidup seharihari,

khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Tingkat pendidikan ibu sangat

mempengaruhi derajat kesehata keluarga. Namun masi ada ibu memiliki

52
pendidikan tinggi namun status gizi kurang, Hal ini disebabkan karna

mungkin saja terjadi di sebabkan karna ibu ibu yang berpendidikan tinggi

mereka jarang mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan sehingga

mereka kurang informasi dalam hal gizi dibandingkan dengan ibu ibu

dengan pendidikan tinggi dan mengikuti penyuluhan tentang kesehatan

(Aminah 2005).

Hal ini sesuai dengan teori Hidayat (2007) bahwa pengetahuan

merupakan suatu proses dengan menggunakan panca indra yang

dilakukan seseorang terhadap obyek tertentu sehingga menghasilkan

keterampilan. Pengtahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga

seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut.Aspek-aspek

pengetahuan gizi diantaranya pangan dan gizi (pengertian, jenis, fungsi,

sumber, akibat kekurangan). Kurangnya pengetahuan gizi mengakibatkan

berkurangnya menerapkan informasi dalam kehidupan seharai-hari dan

merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Suhardjo,

2002).

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) bahwa

informasi menjadi salah satu faktor eksternal untuk memperoleh

pengetahuan seseorang. Pengetahuan individu sangat mempengaruhi

perilaku sehatnya setiap hari. Ibu hamil yang tidak mendapatkan

pengetahuan yang cukup tentang kehamilan seringkali mengalami

masalah selama kehamilan. Pengetahuan ibu hamil juga mempengaruhi

perilakunya dalam menjaga kehamilan. Ibu yang sedang mengalami

kehamilan yang pertama biasanya sangat menjaga kehamilannya dengan

53
cara rajin mengkonsumsi asupan-asupan gizi untuk kehamilannya.

Rendahnya staus gizi maka akan berisiko terhadap timbulnya masalah.

Timbulnya suatu masalah mengenai gizi diakibatkan karena

ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang diperoleh bagi ibu hamil

mengenai gizi pada saat kehamilan.

Aspek-aspek pengetahuan gizi diantaranya pangan dan gizi

(pengertian, jenis, fungsi, sumber, akibat kekurangan). Kurangnya

pengetahuan gizi mengakibatkan berkurangnya menerapkan informasi

dalam kehidupan seharai-hari dan merupakan salah satu penyebab

terjadinya gangguan gizi (Suhardjo, 2002).

5. Pendapatan Suami Ibu Hamil remaja dan Dewasa

Hasil penelitian dapat di peroleh sebanyak 29 responden (56,9%)

suami ibu hamil berpendapatan rendah dan sebanyak 22 responden

(43,1%) suami ibu hamil berpendapatan tinggi.

Menurut penelitian Febrima Saputri 2014 Di dapatkan hasil

hubungan antara pendapatan keluarga dengan asupan gizi energi dari 30

orang ibu hamil dengan pendapatan kurang sebanyak 25 orang (83,3%)

memiliki asupan gizi energi yang kurang. Sedangkan dari 9 orang ibu

hamil dengan pendapatan cukup sebanyak 6 orang (66,7%) memiliki

asupan gizi energi yang kurang.

Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pendapatan keluarga yang rendah lebih banyak dari pada pendapatan

keluarga yang tinggi. Kemampuan keluarga untuk membeli makanan

bergizi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan keluarga.

54
Pendapatan tingi memungkinkan ternuhinya kebutuhan makan seluruh

anggota keluarga. Sebaliknya, tingkat pendapatan rendah mengakibatkan

kurangnya daya beli pangan keluarga. Apabila daya beli pangan rendah

menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan gizi balita (Sumarwan,

Ujang, 2002).

D. Keterbatasan Penelitian

1. Pada saat pengambilan data memerlukan waktu yang lama untuk

mewawancarai responden akibat jadwal kunjungan ANC yang hanya 2

hari jam bekerja.

2. Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas untuk pemeriksaan ANC

sangat terbatas tidak lebih dri 15 responden setiap harinya.

55
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Sebanyak 28 ibu hamil berusia remaja (54,9%) dan 23 ibu hamil berusia

dewasa (45,1%).

2. Sebanyak 29 ibu hamil berusia remaja dan dewasa (56,9%)

berpendidikan rendah dan 22 ibu hamil berusia remaja dan dewasa

berpendidikan tinggi (43,1%).

3. Sebanyak 28 suami ibu hamil remaja dan dewasa (54,9%) yang tidak

bekerja dan 23 suami ibu hamil remaja dan dewasa (45,1%) yang

bekerja.

4. Sebanyak 29 suami ibu hamil remaja dan dewasa (56,9%) yang

berpendapatan rendah dan 22 suami ibu hamil remaja dan dewasa

(43,1%) yang berpendapatan tinggi.

5. Sebanyak 27 ibu hamil usia remaja dan dewasa (52,9%) berpengetahuan

kurang dan 24 ibu hamil usia remaja dan dewasa (47,1%)

berpengetahuan baik.

6. Sebanyak 32 ibu hamil usia remaja dan dewasa (62,7%) mempunyai lila

< 25,3cm dan 19 ibu hamil usia remaja dan dewasa (37,3%) mempunyai

lila > 25,3cm.

56
B. Saran

Berdasarkan Kesimpulan di atas, maka saran-saran yang dapat di berikan

adalah :

1. Bagi Pemerintah

Kepada institusi kesehatan di harapkan dapat meningkatkan program

perbaikan gizi salah satunya dengan memberikan penyuluhan atau

informasi kepada ibu hamil tentang pentingnya gizi dalam kehamilan.

2. Bagi Masyarakat terkhususnya Ibu hamil

Lebih memperhatikan makanan yang di konsumsi seperti

mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna untuk proses

pertumbuhan janin dan juga banyak mengkonsumsi air putih yang

bermanfaat untuk mencegah dehidrasi dan juga mendapatkan cairan yang

cukup agar menurunkan resiko terjadinya masalah pada kehamilan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Fina Fatmawati Prayitno, (2019), Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi


Dengan Status Gizi Ibu Hamil pada Keluarga dengan Pendapatan Rendah di
Kota Bandar Lampung.
Arifa Usman, Rosdiana (2019), hubungan sosial ekonomi dan asupan gizi ibu
dengan kejadian kekurangan energi kronik pada ibu hamil palopo (2019).
Kemenkes RI (2020). Laporan kinerja kementerian kesehatan.
Jumrah Sudirman, Sumarni Mawang, (2020) Analisis Status Gizi Ibu Hamil
berdasarkan Faktor Sosial Budaya di Wilayah Kerja Puskesmas Antang
Perumnas, Makassar, Sulawesi Selatan.
World Health Organization (WHO). 2015, Global Health Observatory data
[Internet], accessed 7 April 2019, Availble at:
Ika Murtiyarini & Enny Susilawati,2018. Jurnal Bahan Kesehatan Masyarakat Vol
2 No 2 p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-3801. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Ibu Hamil Di Puskesmas Paal V Kota
Jambi Tahun 2018.
Kemenkes RI. 2014, Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 97
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Konstrasepsi dan
Pelayanan Kesehatan Seksual. Kemenkes RI, Jakarta.
Gazala Y, Aruna K, Bharti P. Teenage Pregnancy - Its Impact on Maternal and
Fetal Outcome. International Journal of Scientifi Study. 2014.
Retni, Ani Margawati & Bagoes Widjanarko, Jurnal Gizi Indonesia (ISSN: 1858-
4942).2016 Pengaruh status gizi & asupan gizi ibu terhadap berat bayi lahir
rendah pada kehamilan usia remaja.
Umu hani, Luluk rosida. Gambaran umur dan paritas pada kejadian KEK, JHeS,
Vol 2, No 1, Maret 2018,
Fina Fatmawati Prayitno, Dian Isti Angraini, Rani Himayani, Risti Graharti.
Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Ibu
Hamilpada Keluarga dengan Pendapatan Rendah di Kota Bandar Lampung,
Medula Volume 8 Nomor 2 Februari,2019.
DInas Kesehatan Kabupaten Sarmi & Puskesmas Sarmi Kota 2021.

58
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Availble from: http://kbbi.web.id/hamil.
Kemenkes RI. 2014, Pedoman Gizi Seimbang. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Almatsier, S. 2009, Vitamin dan Vitamin Larut Lemak in Prinsip Dasar Ilmu Gizi,
ed. Alamtsier, S, PT Gramedia Pustak Umum, Jakarta, pp.153-180.
Cunningham, F. G., Gant, N. F., Laveno, J. K., Gauth, J. C., Gilstrap, L. C.,
Wenstron, K. D. 2003, Maternal Adaptions in Pregnancy William Manual
of Obstetrics, McGraw-Hill, New York, pp.
Kemenkes RI. 2014, Pedoman Gizi Seimbang. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Ariyani, D. E., Achadi, E. L. & Irawati, A. 2012, Validitas Lingkar Lengan Atas
Mendeteksi Risiko Kekurangan Energi Kronis Pada Wanita Indonesia,
Jurnal Kesehatan Nasional, Jakarta.
DEPKES RI 2007.
Gambar kerangka teori McCarthy and Maine,1992.
Sukmawati, 2012 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dalam Memenuhi
Kebutuhan Nutrisidengan Statusgizi Ibuhamil Di Puskesmas Kassi-
Kassimakassar.
Tita Rosmawati Dafiu,2017. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Gizi
Kehamilan Dengan Kejadian Kurang Energi Kronik (Kek) Pada Kehamilan
Di Kota Yogyakarta
Elisa Murti Puspitaningrum,2017 Hubungan Pengetahuan Dengan Status Gizi Ibu
Hamil Di Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi.
Bunga Widita Kartikasari, Mifbakhuddin2, Dian Nintyasari Mustika 2011
Hubungan Pendidikan, Paritas, Dan Pekerjaan Ibu Dengan Status Gizi Ibu
Hamil Trimester Iii Di Puskesmas Bangetayu Kecamatan Genuk Kota
Semarang Tahun 2011.
Suriani Tahir,2021 Hubungan Pendidikan Dan Pekerjaan Terhadap Status Gizi
Ibu Hamil Di Puskesmas Pattallassang Kabupaten Gowa
Eny Pemilu Kusparlina,2016 Hubungan Antara Umur Dan Status Gizi Ibu
Berdasarkan Ukuran Lingkar Lengan Atas Dengan Jenis Bblr.

59
Lampiran 1 : Ketersedian Menjadi Responden

A. Inform consent

Saya selaku peneliti yang merupakan mahasiwa fakultas kesehatan

masyarakat universitas cenderawasih jayapura berdama Claritha Anggelita

Kyeuw-Kyeuw saat ini sedang menyelesaikan tugas akhir (skripsi) yang

berjudul „‟Gambaran Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sarmi Kabupaten Sarmi‟‟.

Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi

kepada masyarakat khusunya ibu hamil usia remaja dan dewasa untuk lebih

memperhatikan status gizi semasa hamil dari berbagai sudut aspek. Semua

informasi yang di peroleh bersifat rahasia dan hanya untuk kepentingan

penelitian dan tidak untuk di publikasikan.

Apabila ibu bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian

ini, silahkan memilih

Bersedia/tidak bersedia sebagai Responden

Nama :

Usia :

Alamat :

Sarmi,………… 2021

Peneliti responden

(Claritha Kyeuw Kyeuw) (………………………)


Lampiran 2 : Kuisioner

Lampiran Kuisioner

Identitas Responden

1. Nama : ………………………………. (Inisial)

2. Umur : ................................................... Tahun

3. Alamat : ………………………….

4. Suku : …………………………

5. Kehamilan Keberapa :…………………………

6. Pendidikan :

Suami : SD SMP SMA PT

Istri : SD SMP SMA PT

7. Lila : (Cm Diisi Oleh Peneliti)

8. a. BB b.TB : a. …… b. …..

9. Status Pekerjaan

Suami : C Bekerja Tidak Bekerja

Istri : C Bekerja C
Tidak Bekerja

10. Pendapatan Keluarga

Suami : < 1.800.000,00 >1.800.000,00

Istri : < 1.800.000,00 <

1.800.000,00

11. Jmlh Anggota dlm keluarga : …………………… Orang

12. Jmlh kelahiran (Paritas) : …………………….

13. Usia pada saat menikah


Suami : ………….Tahun

Istri :…………...Tahun

14. Tempat pemeriksaan ANC : …………………………..

15. Jmlh TTD Yg Di Dapatkan : ……………………… Tablet

16. Riwayat Persalinan Sebelumnya : ……………………………

Keterangan: Berilah tanda centang (√) pada kotak tersebut sesuai dengan

jawaban anda.

PETUNJUK UMUM PERTANYAAN PENGETAHUAN

1. Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti, pilihlah salah satu

jawaban dengan memberikan tanda silang pada huruf (B) jika

menurut anda pernyataan tersebut "Benar" atau memberikan tanda

silang pada huruf (S) jika menurut anda pernyataan tersebut "Salah"

2. Anda dimohon menjawab pernyataan ini dengan jujur, apa adanya,

sesuai dengan yang diketahui tanpa bertanya kepada orang lain.

3. Jawaban yang anda berikan sangat kami hargai dan kerahasiaan anda

akan kami jaga sebaik-baiknya.

Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya

No. Pernyataan Jawaban

1. Seorang ibu yang kekurangan gizi selama masa B S


kehamilan maka bayi yang dikandungnya tidak
akan menderita kekurangan gizi.
2. Gizi ibu hamil adalah makanan dan zat gizi B S
dalam makanan yang berguna bagi kesehatan ibu
hamil.
3. Bahan pangan yang merupakan sumber protein B S
misalnya daging, ikan, telur, susu.
4. Untuk pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan B S
vitamin dan mineral (Vitamin C, Asam Folat,
Zat Besi, Kalsium dan Zink).
5. Kurang Energi Kronik (KEK) adalah keadaan B S
dimana seseorang menderita kekurangan
makanan yang berlangsung pada wanita usia
subur (WUS) dan pada ibu hamil.
6. Kurang gizi kronik dapat disebabkan karena B S
tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
yang cukup atau makanan yang baik dalam
periode/kurun waktu yang lama
7. Faktor ekonomi (pendapatan) menentukan B S
makanan yang dikonsumsi.
8. Ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan B S
tentang nutrisi akan memilih makanan yang
lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi
9. Kekurangan gizi saat hamil dapat menyebabkan B S
persalinan sebelum waktunya
10. Beberapa cara untuk mengetahui status gizi ibu B S
hamil antara lain memantau berat badan, LILA
dan mengukur kadar Hb
Lampiran 3 : Master Tabel

Pendidikan
Pekerjaan orang tua Pengeta TB BB
No Nama JK Umur orang tua Pendapatan Lila Alamat
huan (cm) (kg)
Ayah Ibu Ayah Ibu
1 FI p 20 tahun SLTA Tidak Bekerja Honor Rp. 1.800.000,-/bln 5 157cm 73,60kg 34cm
SLTA sarmi
2 MF p 24 tahun SLTP PT Tidak Bekerja Honor Rp. 1.800.000,-/bln 8 155,3cm 69,10 kg 25 cm sarmi
3 SS p 22 tahun PT SD Pns Irt Rp. 2.500.000,-/bln 4 152 cm 50 kg 20 cm sarmi
4 YM p 21 tahun SLTP SLTA Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 6 150 cm 55 kg 23 cm tafarewar
5 YA p 22 tahun SLTA SLTA Tidak Bekerja Honor Rp. 1.800.000,-/bln 8 158cm 59,45 kg 24 cm sarmi
6 OS p 18 tahun SLTP SLTP Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 4 157 cm 70 kg 25 cm kelap.1
7 NH p 21 tahun SLTA SLTP Nelayan Irt Rp. 500. 000,-/bln 3 155 cm 54 kg 21 cm neidam
8 N p 23 tahun SLTP SLTP Nelayan Irt Rp. 500. 000,-/bln 5 155 cm 52,50 kg 23 cm neidam
9 R p 19 tahun SLTA SLTA Swasta Honor Rp. 1.800.000,-/bln 4 156 cm 53 kg 24 cm sarmi
10
MH p 23 tahun PT SLTP Pns Irt Rp. 2.500.000,-/bln 4 158 cm 87,15 kg 32,8 cm sarmi
11 WI p 20 tahun SLTA SLTA Honor Irt Rp. 1.800.000,-/bln 6 152 cm 50,80 kg 28 cm tafarewar
12 KD p 17 Tahun SLTA SLTP Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 5 155 cm 50 kg 21 cm neidam
13 RF p 25 Tahun SLTA SLTA Swasta Irt Rp. 1.700.000,-/bln 4 150 cm 49 kg 20 cm tafarewar
14 CE p 18 Tahun SLTA PT Tidak Bekerja Pns Rp. 2.500.000,-/bln 8 158 cm 53,75 kg 24 cm kelap.1
15 A p 16 Tahun SLTP SLTP Nelayan Irt Rp. 500. 000,-/bln 5 157 cm 50 kg 23 cm kelap.1
16 Y p 20 Tahun SLTA SD Nelayan Irt Rp. 500. 000,-/bln 4 154 cm 55 kg 21 cm sarmi
17 A p 23 Tahun SLTA SLTP Nelayan Irt Rp. 500. 000,-/bln 4 159 cm 57,60 kg 24 cm sarmi
18 BA p 20 Tahun SD SLTP Tidak Bekerja Swasta Rp. 2000.000,-/bln 3 154 cm 56 kg 25 cm tafarewar
19 ES p 22 Tahun SLTP SLTA Nelayan Irt Rp. 1.800.000,-/bln 6 150 cm 47 kg 20 cm sarmi
20 S p 24 Tahun SLTA SD Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 4 155 cm 48 kg 23 cm kelap.1
21 G p 20 Tahun SLTA SLTA Honorer Honor Rp. 1.800.000,-/bln 6 150cm 47 kg 22,7 cm sarmi
22 H p 19 Tahun SLTA SLTP Nelayan Irt Rp. 1.800.000,-/bln 3 154 cm 49,50 kg 23 cm neidam
23 K p 25 Tahun SLTA SD Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 4 157 cm 49 kg 23,5 cm neidam
24 A p 20 Tahun SLTA SD Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 5 154 cm 47 kg 24 cm sarmi
25 LR p 23 Tahun SLTP SD Nelayan Irt Rp. 700. 000,-/bln 3 155 cm 53 kg 22,8 cm neidam
26 MA p 17 Tahun SLTP SD Nelayan Irt Rp. 500. 000,-/bln 4 147 cm 48 kg 20,1 cm neidam
27 N p 19 Tahun SLTA SD Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 6 160 cm 64,50 kg 28 cm sarmi
28 ZL p 26 Tahun SLTA SD Honorer Irt Rp. 1.800.000,-/bln 5 147 cm 47 kg 21 cm tafarewar
29 K p 28 Tahun PT PT Pns Pns Rp. 2.500.000,-/bln 7 150 cm 52,75 kg 26 cm tafarewar
30 C p 34 Tahun SLTA SLTP Nelayan Irt Rp. 1.500.000,-/bln 6 156 cm 55 kg 23,5 cm sarmi
31 NDR p 44 Tahun SLTA SLTA Tidak Bekerja Honor Rp. 1.800.000,-/bln 9 155 cm 53 kg 23 cm sarmi
32 A p 30 Tahun SLTA PT Tidak Bekerja Pns Rp. 2.500.000,-/bln 9 169 cm 82 kg 31,5 cm kelap.1
33 N p 37 Tahun SLTA SLTA Tidak Bekerja Honor Rp. 1.800.000,-/bln 3 147 cm 47 kg 20 cm kelap.1
34 MK p 30 Tahun SLTA SLTP Nelayan Irt Rp. 1000.000,-/bln 4 149 cm 47,8 kg 20 cm sarmi
35 AD p 34 Tahun SLTA SLTP Honor Irt Rp. 1.800.000,-/bln 5 156 cm 52 kg 23,5 cm neidam
36 CA p 37 Tahun SLTA SD Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 7 155 cm 50 kg 22,6 cm neidam
37 Y p 37 Tahun SLTA SD Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 3 150 cm 50,5 kg 21,7 cm sarmi
38 J p 31 Tahun SLTA SLTA Swasta Honor Rp. 1.800.000,-/bln 4 155 cm 58 kg 27 cm sarmi
39 YR p 32 Tahun SLTA PT Tidak Bekerja Pns Rp. 2.500.000,-/bln 8 155 cm 55 kg 24 cm tafarewar
40 AW p 37 tahun SLTA PT Tidak Bekerja Pns Rp. 2.500.000,-/bln 8 150 cm 56 kg 23,2 cm tafarewar
41 SM p 27 Tahun SLTA SD Nelayan Irt Rp. 200.000,-/bln 4 151 cm 47 kg 20 cm sarmi
42 SR p 29 Tahun SLTA SLTA Tidak Bekerja Swasta Rp. 1500.000,-/bln 5 155 cm 50 kg 23,1 cm sarmi
43 SS p 28 Tahun SLTA SLTP Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 7 149 cm 48 kg 22,5 cm neidam
44 SR p 26 Tahun PT PT Pns Pns Rp. 2.500.000,-/bln 8 153 cm 60,05 kg 29 cm neidam
45 Y p 30 Tahun PT SLTA Honor Pns Rp. 1.800.000,-/bln 6 159 cm 64 kg 30 cm sarmi
46 AR p 31 Tahun SLTA SLTA Tidak Bekerja Pns Rp. 2.500.000,-/bln 7 150 cm 64 kg 28,7 cm sarmi
47 VK p 27 Tahun SLTA SD Nelayan Irt Rp. 1.000.000,-/bln 7 154 cm 52 kg 20 cm tafarewar
48 GH p 26 Tahun PT SLTA Pns Irt Rp. 2.500.000,-/bln 6 155 cm 50 kg 21 , 6 cm neidam
49 TY p 38 Tahun PT PT Pns Honor Rp. 2.500.000,-/bln 8 152 cm 52,50 kg 23 cm neidam
50 UI p 29 Tahun PT SLTA Nelayan Irt Rp. 600.000,-/bln 7 152 cm 49 kg 23,5 cm sarmi
51 RR p 17 Tahun PT SLTP Pns Irt Rp. 2.500.000,-/bln 7 149 cm 48,2 kg 23,1 cm kelap.1
Lampiran 4 : Presentase Hasil

Frequency Table :

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid REMAJA 28 54.9 54.9 54.9
DEWASA 23 45.1 45.1 100.0
Total 51 100.0 100.0

pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 29 56.9 56.9 56.9
TINGGI 22 43.1 43.1 100.0
Total 51 100.0 100.0

pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK BEKERJA 28 54.9 54.9 54.9
BEKERJA 23 45.1 45.1 100.0
Total 51 100.0 100.0

pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KURANG 27 52.9 52.9 52.9
BAIK 24 47.1 47.1 100.0
Total 51 100.0 100.0

pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid RENDAH 29 56.9 56.9 56.9
TINGGI 22 43.1 43.1 100.0
Total 51 100.0 100.0

statusgiziibuhamil
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KURANG 32 62.7 62.7 62.7
NORMAL 19 37.3 37.3 100.0
Total 51 100.0 100.0
Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6 : Surat Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai