Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 3

DAHLIN SINAGA
FEMY TODING DATU
GLORYA Y NAYOAN
GRATIAREGINA MAPPA
INTAN A V SUHARYANTO
ISABELA ANSANAY
JACKLIN A PIGAI
MARTHEDA FANY WAY
PAULA PEKEI
VAKSIN DT
• Merupakan vaksin yang terdiri
atas toksoid difteri dan
tetanus.

• Diberikan kepada anak anak


usia di bawah 7 tahun untuk
mencegah difteri dan tetanus.
A. GAMBARAN PENGGUNAAN VAKSIN DT /
ISSUE TERKINI
• Dalam menyikapi terjadinya peningkatan kasus Difteri, masyarakat dianjurkan
untuk memeriksa status imunisasi putra-putrinya untuk mengetahui apakah status
imunisasinya sudah lengkap sesuai jadwal.
• Jika belum lengkap, agar dilengkapi, kata Kepala Biro Komunikasi Dan Pelayanan
Masyarakat Oscar Primadi.
• Munculnya KLB Difteri dapat terkait dengan adanya immunity gap, yaitu
kesenjangan atau kekosongan kekebalan di kalangan penduduk di suatu daerah.
• Kekosongan kekebalan ini terjadi akibat adanya akumulasi kelompok yang rentan
terhadap Difteri, karena kelompok ini tidak mendapat imunisasi atau tidak lengkap
imunisasinya.
• Akhir-akhir ini, di beberapa daerah di Indonesia, muncul penolakan terhadap
imunisasi.
• Penolakan ini merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya cakupan imunisasi.
• Cakupan imunisasi yang tinggi dan kualitas layanan imunisasi yang baik sangat
menentukan keberhasilan pencegahan berbagai penyakit menular, termasuk Difteri
B. BENTUK VAKSIN DT
1. Vaksin yang hidup (live attenuated)
2. Vaksin yang sudah dimatikan
(inactivated/killed antigen)
3. Vaksin yang berisi sub unit dari antigen
(antigen yang sudah dimurnikan)
4. Vaksin yang berisi toksoid (toksin yang sudah
di inaktivasi
Vaksin Monovalen dan Polivalen

VAKSIN MONOVALEN VAKSIN POLIVALEN


• Vaksin monovalen berisi satu • sedangkan vaksin polivalen
jenis strain atau satu jenis berisi dua atau lebih strain
antigen /serotipe dari antigen yang
(contoh: vaksin campak) sama
(contohnya : oral polio
vaksin/OPV).
• Vaksin Kombinasi.
C. CARA PEMBERIAN VAKSIN DT
• Sebelum di gunakanvaksin di kocok terlebih dahulu
• Disuntikan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml.
- Mencuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir.
- Menggunakan sarung tangan.
- Membuka tutup metal pada vaksin dengan menggunakan pengait.
- Mengisap vaksin dan vial dengan menggunakan spuit sebanyak 0,5 ml.
- Mengatur pasien dan membuka pakaian pada daerah yang akan disuntik. Atur posisi anak.
- Menentukan daerah suntikan didaerah sepertiga bagian atas paha kanan bagian luar.
- Membersihkan permukaan kulit yang akan disuntik dengan kapas DTT dari tengah keluar
secara sirkular sekitar 5 cm.
- Tunggu hingga daerah suntikan kering, kemudian lepaskan penutup spuit, suntikan jarum
dengan perlahan-lahan secara intramuscular dengan sudut 9 0̊.
- Masukkan vaksin secara perlahan-lahan.
- Menarik jarum suntik setelah vaksin masuk, sambil menekan daerah suntikan dengan
kapas DTT.
- Merapikan alat-alat.
D. KONTRAINDIKASI PEMBERIAN VAKSIN DT

• Hipersensitivitas (termasuk
analfilaksis) setelah
pemberian vaksin sejenis.

Ensefalopati ( koma, penurunan


kesadaran ), yang tidak dapat
ditemukan sebabnya setelah 7
hari pemberian vaksin sejenis.
E. KOMPLIKASI VAKSIN DT
1. Lemas
2. Nyeri, bengkak, kemerahan pada lokasi
suntikan yang bersifat sementara
3. Kadang-kadang gejala demam ringan dan
menggigil
4. Mual dan muntah
5. Nafsu makan menurun
6. Rewel (pada anak-anak)
F. CARA PENIMPANAN VAKSIN DT
• Jadi untuk menjaga kualitas
vaksin DT tetap tinggi sejak
diterima sampai didistribusikan
ketingkat berikutnya, vaksin harus
selalu disimpan pada suhu yang
telah diterapkan yaitu untuk
kabupaten/kota 2̊С – 8̊С pada
coldroom atau lemari es, untuk
puskesmas disimpan pada 2̊С-8̊С
pada lemari es.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai