Kelompok 6
Emilda Ramdhika N (2017210074)
Etalia Selly (2017210077)
Felicia Faustina (2017210084)
Helma Justia Feyruzi (2017210098)
Husnah (2017210099)
Indah Kumala Sari (2017210104)
Perbedaan vaksin polio oral (opv) dan
suntikan (IPV)
Lebih baik Vaksin Polio Injeksi. Karena OPV adalah virus vaksin yang hidup, selain
dapat menimbulkan kelumpuhan pada penerima vaksin (VAPP), penggunaan yang lama
akan menyebabkan virus yang lemah dapat bermutasi menjadi ganas yang biasa disebut
dengan VDPV (vaccine derived polio virus),
Cara penyimpanan vaksin
Penyimpanan vaksin bisa dilakukan di cold room karena
Hampir semua vaksin dapat disimpan pada suhu dingin 2-
8oC kecuali vaksin polio yang penyimpanannya harus pada
suhu beku.
suhu dingin : hepatitis A dan hepatitis B
suhu beku : polio
cara memonitor penyimpanan vaksin
Pengontrolan suhu lemari es dengan penempatan termometer
Pengamatan data vaksin (tanggal, no batch, tanggal kadaluarsa
dan jumlah)
VVM ( Vacine Vial Monitor, ketentuan EEFO ( Earliest Expired
First Out )
vaksin
monovalent : Vaksin tunggal/monovalen
yang hanya berisi satu jenis antigen yang menginduksi
satu respon imun. Contoh dari
vaksin tunggal adalah vaksin TT , Polio dan Campak
a. Tes kulit.
0,1 cc serum diencerkan dengan akuades atau cairan NaC1
0,9 % menjadi 1 cc. Disuntik 0,1 cc dari larutan yang telah
diencerkan pada lengan bawah sebelah voler secara intrakutan,
tunggu selama 15 menit. Reaksi positif (penderita hipersensitif
terhadap serum) bila terjadi infiltrat / indurasi dengan diameter
lebih besar dari 10 mm (1 cm), yang dapat disertai rasa panas
dan gatal.
b. Tes mata.
Diteteskan 1 tetes cairan serum pada mata, kemudian ditunggu
selama 15 menit. Reaksi positif bila mata merah dan bengkak. Bila
hasil uji sensitivitas positif, maka pemberian sera harus dilakukan
dengan cara Bedreska dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. 0,1 cc serum + 0,9 cc akuades atau NaC1 0,9 % disuntikkan
secara subkutan, ditunggu selama 30 menit.
2. Kemudian suntikkan 0,5 cc serum + 0,5 cc serum +0,5 cc
akuades atau NaC1 0,9 % secara subkutan, ditunggu 30 menit.
Perhatikan reaksi. Bila tampak tanda – tanda hipersensitivitas,
hentikan pemberian, dan berikan antihistamin serta
kortikosteroid. Rawat penderita sesuai keadaannya.
3. Bila tidak ada reaksi berarti setelah 30 menit sisa serum dapat
disuntikkan secara intramuscular.