Anda di halaman 1dari 5

Imunisasi Manfaat Pengertian dan Jenis Imunisasi Dasar

Devenisi
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan untuk mendapatkan kekebalan
awal secara aktif . cara untuk mendapatkan kekebalan atau meningkatkan daya
tahan tubuh seseorang terhadap suatu jenis penyakit tertentu dengan jalan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Jadi bila orang tersebut suatu saat terkena
serangan jenis penyakit tertentu yang sesuai dengan vaksin yang diberikan, maka
akan terhindar dari sakit atau bila sakit tidak akan terlalu parah. Imunisasi pertama di
Indonesia dilakukan pada tahun 1956 untuk imunisasi cacar.
Manfaat Imunisasi
* Memberi kekebalan tubuh untuk jenis penyakit tertentu.
* Memutus mata rantai penularan jenis penyakit tertentu.
* Menurunkan angka kematian.
* Menurunkan angka kesakitan.
Imunisasi BCG
Vaksin pada imunisasi BCG akan memberikan daya tahan terhadap serangan
penyakit Tuberkulosis (TBC). Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) adalah jenis
basil yang tidak berbahaya bagi tubuh dan bermanfaat sebagai kekebalan aktif
terhadap Tuberkulosis (TBC).
1) Diskripsi
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis
hidup
yang sudah dilemahkan dari strain Paris no. 1173.P2.
2) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
3) Cara Pemberian dan Dosis :

Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml

pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril


dengan jarum panjang.
Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.

4) Kontra indikasi :
Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, furunkulosis dan
sebagainya.
Mereka yang sedang menderita TBC.
5) Efek samping :
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2
minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikkan yang
berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadangkadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher, terasa padat,
tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan
pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
Imunisasi Campak
Meskipun campak hanya akan menyerang satu kali seumur hidup pada seseorang,
penyakit ini bisa berkibat fatal dan berujung dengan meninggalnya penderita apabila
terjadi radang paru-paru dan radang pada organ otak akibat komplikasi campak.
Dan untuk mencegahnya yang paling efektif adalah memberikan imunisasi campak.
1) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
2) Cara pemberian dan dosis

Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus

dilarutkan dengann pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml


cairan pelarut aquabidest.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan

atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun
(kelas 1 SD) setelah cath-up campaign Campak pada anak Sekolah
Dasar kelas 1-6.
Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan
maksimum 6 jam.

3) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

4) Kontraindikasi
Individu yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma. ( Dinkes Prov Jatim,
2005 )
Imunisasi Hepatitis B
Untuk mencegah terserang Hepatitis B maka akan diberikan vaksin untuk
menangkal penyakit ini. Imunisasi Hepatitis B akan diberikan sejak 12 jam setelah
kelahiran bayi kemudian ketika bati berumur lebih dari 1 bulan, dan ketika bayi
berusia 3 sampai 6 bulan.
1) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan


oleh virus Hepatitis B.
Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A
atau C atau yang diketahui dapat menginfeksi hati.
2) Cara pemberian dan dosis

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.

Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu

kamar.
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID,

pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada


anterolateral paha.
Pemberian sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan

interval minimum 4 minggu (1 bulan).


Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah
terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
m
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari.
Imunisasi Polio

Polio merupakan penyakit yang juga banyak menimbulkan korban, dan merupakan
salah satu target pemerintah untuk mencegah keberadaanya saat ini. Imunisasi
Polio akan diberikan pertama saat kunjungan pertama ke posyandu atau lembaga
terkait lainnya. Kemudian berturut-turut akan diberikan ketika bayi berusia 2, 4 dan 6
bulan dan diulang kembali setelah berumur 18 bulan dan ketika anak berusia 5
tahun.
1) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
2) Cara pemberian dan dosis

Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial

vaksin.
Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali

(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.


Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)

yang baru.
Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh

digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan :


vaksin belum kadaluarsa
vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8

derajat Celcius
tidak pernah terendam air
sterilitasnya terjaga
VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B

3) Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi
untuk hari berikutnya.
4) Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralysis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000; Bull
WHO 66 : 1988).
5) Kontraindikasi
Pada individu yang menderita immune deficiency. Tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada
keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan

setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV (Human Immunodefisiency
Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus
berdasarkan standar jadwal tertentu.

Imunisasi DTP
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah tiga jenis penyakit yaitu Difteri, Tetanus, dan
Pertusis. Imunisasi DTP akan diberikan ketika berusia lebih dari 6 minggu, 4,6,18
bulan, 5 tahun dan terakhir pada usia anak 12 tahun.
Upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat kekebalan
masyarakat yang tinggi sehingga PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi) dapat dibasmi, dieliminasi atau dikendalikan berdasarkan pada Kep.
Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/ 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi (Dinkes.Prov.Jatim, 2006).
Indikator keberhasilan program imunisasi dikatakan berhasil jika cakupan target
imunisasi mencapai target UCI (Universal Child Imunization) yakni 86% balita telah
diimunisasi (www.indomedia.com)

Anda mungkin juga menyukai