Anda di halaman 1dari 7

Bab 6

IMUNISASI

A. Pengertian
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu gen, sehingga kelak terpajan pada antigen yang serupa. Tidak
terjadi penyakit.
Antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila
antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai
reaksinya tubuh akan membantuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang
dibuat oleh tubuh disebut antibody.
B. Jenis Vaksin
1. Pada dasarnya vaksin dibuat dari :
a. Kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan.
b. Zat racun kuman (toksin) yang telah dilemahkan.
c. Bagian kuman tertentu/komponen kuman yang biasanya berupa protein
khusus.
2. Imunisasi Aktif dan Imunisasi Pasif
Ada dua jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
 Imunisasi pasif adalah suatu pemindahan atau transfer antibody secara
pasif. Sedangkan
 Imunisasi aktif atau vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang
dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) oleh sistem imun
dalam tubuh.
C. Tujuan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan agar anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak
(measles), polio dan tuberculose.
D. Jenis Imunisasi
1. BCG
a. Vaksinasi dan jenis vaksin
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman
BCG (Bacillus Clmette-Guerin) yang masih hidup, maka tidak diberikan pada
pasien imunikompromais (leukimia, anak yang sedang mendapat pengobatan
steroid jangka panjang, atau bayi yang diketahui atau dicurigai menderita HIV.
b. Penjelasan penyakit
Seorang anak akan menderita TBC karena terhisapnya percikan udara
yang mengandung kuman TBC yang berasal dari orang dewasa berpenyakit
TBC.
c. Cara imunisasi
Pemberian imunisasi TBC sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir
sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Imunisasi
BCG diberikan satu kali saja. Pada anak yang berumur lebih dari 2 tahun
dianjurkan untuk melakukan uji mantoux sebelum imunisasi BCG, gunanya
untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC.
d. Reaksi Imunisasi
Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita demam.
Bilaia demam setelah imunisasi BCG umunya disebabkan oleh keadaan lain,
untuk itu dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter.
e. Efek Samping
Umumnya pada imunisasi BCG jarang dijumpai akibat samping.
Mungkin terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas
dan biasanya menyembuh sendiri walaupun lambat. Bila suntikan BCG
dilakukan di lengan atas, pembengkakan kelenjar terdapat diketiak atau leher
bagian bawah.
f. Indikasi kontra
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada
anak yang berpenyakit TBC atau menunjukkan uji mantoux positif.
2. Vaksin DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus)
a. Vaksinasi dan jenis vaksin
Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan kekebalan
aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk
rejan) dan tetanus. Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman (vaksin tripel).
b. Penjelasan penyakit
1) Difteria : disebabkan oleh sejenis bakteria yang disebut corynebacterium
diphteria.
2) Pertusis : pertusis atau penyakit batuk rejan atau lebih dikenal dengan
batuk seratus hari, disebabkan oleh kuman bordetella pertuSIS.
3) Tetanus : penyakit tetanus ada pada luka seperti terjatuh, luka tusuk, luka
bakar, koreng, gigitan binatang, gigi bolong, radang telinga.
c. Cara imunisasi
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 bulan
dengan selang waktu antara penyuntikan minimal 4 minggu. Imunisasi ulang
pertama dilakukan pada usia 15-18 bulan atau kurang lebih satu tahun setelah
suntikan imunisasi dasar ketiga serta usia 4-6 tahun.
d. Reaksi imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan
dan rasa nyeri ditempat suntikan selama 1-2 hari.
e. Efek samping
Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat, sepeti demam
tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh unsure pertusisnya. Bila
hanya DT maka tidak kan timbul akibat samping yang demikian.
f. Indikasi kontra
Imunisasi tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak
yang menderita penyakit kejang demam kompleks, anak dengan batuk yang
duduga batuk rejan dalam tahap awal atau pada gangguan kekebalan.
3. Vaksin Polio
a. Vaksinasi dan jenis vaksin
Vaksin polio terdiri dari 2 kemasan :
1) OPV (Oral Polio Vaccine), virus hidup yang dilemahkan diberikan melalui
oral dengan cara tetes sebanyak 2 tetes. Cara kerja vaksin ini ada 2 cara
yaitu memproduksi antibody dalam darah (imunitas humoral) terhadap
ketiga tipe virus polio sehingga pada kejadian inveksi, vaksin ini akan
memberikan perlindungan dengan mencegah penyebaran virus ke sistem
saraf.
2) IPV (Inactivated Polio Vaccine), IPV sedikit memberikan kekebalan pada
dinding usus sehingga perkembang biakan virus diusus masih dapat
terjadi. Hal ini akan memungkinkan terjadinya penyebaran virus ke
sekitarnya.IPV rusak tidak boleh dipakai apabila disimpan dalam suhu 0 C.
Sebaiknya disimpan pada suhu 2-8 C karena akan stabil dan bertahan
selama ± 2 tahun.
b. Cara imunisasi
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali, pada saat bayi lahir dan
berumur 2, 4 dan 6 bulan. Imunisasi ualng pertama dilakukan pada usia 18-24
bulan atau pada saat anak berusia 4-6 tahun.
4. Vaksin Hepatitis B
a. Vaksinasi dan jenis vaksin
Vaksin ini harus segera diberikan segerasetelah bayi baru lahir untuk
memutus rantai penularan melalui trasmisi maternal dari ibu pada bayinya.
Pemberian HepB-1 diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, baik pada bayi
dengan HbsAg ibu yang tidak diketahui maupun positif atau negatif. Imunisasi
HepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi HepB-1 yaitu saat
bayi berumur 1 bulan. Untuk mengoptimalkan respon imun, interval imunisasi
HepB-2 dengan HepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Jadi HepB-3
diberikan pada umur 3-6 bulan.
b. Cara imunisasi
Penyimpanan vaksin ini pada suhu 2 – 8 C akan stabil selama 2 tahun.
Dan bertahan selama 30 hari apabila disimpan pada suhu 22 – 25 C. Diberikan
dengan dosis 0,5 ml secara intramuscular didaerah paha.
5. Vaksin Campak
a. Vaksinasi dan jenis vaksin
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak. Ada beberapa macam
vaksin campak Monovalen, Kombinasi vaksin campak dengan vaksin rubella,
Kombinasi dengan mumps dan rubella, Kombinasi dengan mumps dan rubella
dan varisela
b. Cara imunisasi
Pemberian imunisasi untuk campak diberikan 2 kali, pada umur 9
bulan sebagai imunisasi dasar dan pada umur 2 tahun sebagai imunisasi
lanjutan. Dosis vaksin campak 0,5 ml yang diberikan secara subkutan
walaupun dapat diberikan secara intramuscular.
Bab 7

MANAJEMEN NYERI PADA ANAK

A. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan stimulus yang dirasakan oleh sensoris dan bersifat subjektif,
nyeri yang dialami seorang anak akan mempengaruhi dan melibatkan
perkembangan, fisiologis, psikologis dan faktor-faktor situasional padaanak
tersebut.
B. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis :
1. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga 6
bulan.
2. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermitten ayng menetap sepanjang satu
periode waktu dan bersifat dalam, tumpul, diikuti berbagai macam gangguan,
terjadi lambat dan meningkat secara perlahan. Nyeri kronis sering didefiniskan
sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih.
C. Waktu Pengkajian Nyeri
1. Saat menerima pasien dan 1x / shift
2. Tiap jam sampai tujuan nyeri tercapai
3. Sebelum, selama dan sesudah prosedur invasif
D. Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri pada anak yang menyeluruh dan akurat adalah kunci untuk
menentukan intervensi nyeri yang baik dan efektif.
1. Wawancara Nyeri dan Riwayat Nyeri
Perawat perlu menanyakan kepada anak dan pengasuh (misal orang tua)
tentang intervensi dan strategi koping. Pengkajian nyeri meliputi OPQRSTUV

O: Onset Tentukan rasatidak nyaman dimulai. Kapan


mulainya? Akut atau bertahap?
P: prsence of pain Adanya nyeri : “apakah merasakan nyeri / sakit
hari ini?
Q: quality Kualitas: “apa kata yang menggambarkan rasa
sakit/nyeri?
Misalnya tajam, membakar, kesemutan”
R: radiation Radiasi atau lokasi :”dimana rasa sakit / nyeri?
Apakah nyerinya hanya disitu atau menyebar
ditempat lain?”
S: severity Keparahan :”berikan saya nomor antara 1-10
untuk menunjukkan nyeri?
T: timing Waktu : sudah berapa lama kamu merasakan
nyeri ini. Berapa lama rasa nyeri itu kamu
rasakan setiap kali nyeri itu datang?
Understanting Bagaimana persepsi nyeri klien? Apakah pernnah
merasakan nyeri sebelumnya?
Jika iya, apa masalahnya?
Value Tujuan dan harapan untuk nyeri yang diderita
pasien.

2. Pengukuran Nyeri
Pengukuran nyeri dibagi menjadi 2 kategori, yaitu : pengukuran objektif
digunakan untuk mengobservasi skor parameter perilaku atau fisiologis dan
pengukuran subjektif yaitu laporan diri yang digunakan agar anak dapat mengukur
nyerinya.
3. Intervensi Nyeri
a. Manajemen nyeri
Tedapat tiga tahapan nyeri dalam pendekatan farmakologi yang
diberikan sesuai dengan tingkat nyeri pasien.
1) Tahap 1 (Nyeriringan)
Pasien diberikan obat-obatan non-opioid, seperti paracetamol
dan NSAID
2) Tahap 2 (Nyeri sedang)
Lanjutkan medikasi tahap pertama dan tambahkan opioid
sedang, seperti codeine atau dihydrocodene.
3) Tahap 3 (Nyeriberat)
Lanjutkan medikasi tahap pertama dan kedua tambahkan jenis
opioid yang kuat, sepert imorfinata fentanyl.
b. Manajemen nyeri non farmakologi
Terdapat berbagai metode penelitian non farmakologi yang digunakan
untuk mengurangi rasa nyeri, ketakutan , dan kecemasan antara lain
1.) Pemberian informasi
Informasi yang diberikan kepada anak dan anggota keluarga
sehingga mengerti kondisi sakit
2.) Relaksasi
Teknik relaksasi akan memberikan relaksasi otot dan
mengurangi kecemasan
3.) Pengalihan
Metode pengalihan dengan berbagai aktifitas mambantu anak
dari berbagai usia untuk menghilangkan nyeri
4.) Hipnoterapi
Hipnoterapi membantu anak untuk membayangkan yang
pernah dialami
5.) Pemberian rasa manis
Pemberian sukrosa atau glukosa dapat mengurangi rasa nyeri
sangat baik pada neonatus
6.) Terapi mendekap
Dalam penelitian menunjukkan distress pada anak yang diberi
dekapan keluarga dan posisi duduk pada saat pemasangan infus sanga
tbaik
7.) Lingkungan ruangan
Menciptakan suatu lingkungan yang tepat merupakan hal yang
esensial untuk mengurangi nyeri dan kecemasan pada anak.

Anda mungkin juga menyukai