Anda di halaman 1dari 20

KONSEP IMUNISASI

PADA ANAK
PERTEMUAN X
BY. SULASTRI GP TAMBUNAN, M.Kep
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
• Mahasiswa mampu memahami sistem imunisasi pada anak
Pendahuluan
• Seorang anak dapat menerima penyakit karena adanya interaksi
antara “host” (penjamu) dengan “agent” dan “enviroment”. Sebagai
upaya pencegahan dapat dikendalikan dengan faktor penjamu
melalui imunisasi. Diharapkan melalui imunisasi dapat
mempertinggi kekebalan tubuh penjamu tanpa harus mengalami
sakit terlebih dahulu
Pengertian
• Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak
terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit
• Imunisasi merupakan salah satu cara menjaga kesehatan yang
tergolong murah, karena terbukti dapat mencegah atau mengurangi
sakit kejadian sakit, cacat, dan kematian akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I)
Jenis Vaksin
Pada dasarnya vaksin dibuat dari:
•Kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan
•Zat racun kuman (toksin) yang telah dilemahkan
•Bagian kuman tertentu/komponen kuman yang biasanya berupa
protein khusus
Jenis imunisasi
• Imunisasi aktif
 Merupakan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibody) oleh sistem imun dalam tubuh.
 Berbagai jenis vaksin bila diberikan pada anak merupakan contoh
imunisasi aktif.
 Dalam hal ini tubuh anak akan membuat sendiri zat anti setelah suatu
rangsangan antigen dari luar tubuh, setelah rangsangan tersebut,
kadar zat anti dalam tubuh anak akan meningkat
 Anak akan menjadi kebal.
 Pada imunisasi aktif, tubuh anak sendiri secara aktif akan
menghasilkan zat anti setelah adanya rangsangan vaksin dari luar
tubuh
• Imunisasi pasif
 Suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif
 Imunisasi dilakukan dengan penyuntikan sejumlah zat anti, sehingga
kadarnya dalam darah meningkat
Perbedaan imunisasi aktif dan pasif
• Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam
tubuh harus meningkat, pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang
agak lama untuk membuat zat anti itu dibandingkan dengan
imunisasi pasif
• Kekebalan yang terdapat dalam imunisasi aktif bertahan lama
(bertahun-tahun), sedangkan pada imunisasi pasif hanya berlangsung
beberapa bulan
Tujuan Imunisasi
• Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecatatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
• Penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis),
campak (measles), polio dan tuberculosis.
Manfaat Imunisasi
1. Bagi anak
• Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, kemungkinan
cacat atau kematian
2. Bagi keluarga
• Menghilangkan kecemasan dan stress akibat anak sering sakit
• Mendorong anak untuk menciptakan kondisi bagi anaknya untuk
menjalani masa kanak kanak yang ceria dan sehat
3. Bagi negara
• Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
cerdas untuk melanjutkan pembangunan negara
(Menurut Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010)
Jenis Imunisasi
1. BCG
• Tujuan: untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC.
• Mengandung kuman BCG (Bacillus calmette guerin)
• Tidak boleh diberikan kepada pasien imunokompromise (ex: leukemia,
dll)
• Pemberian imunisasi sebaiknya dilakukan ketika BBL sampai usia 12
bulan, tetapi umumnya diberikan pada usia 0-2 bulan.
• Diberikan hanya 1 kali
• Dosisnya adalah 0,05 ml melalui intrakutan di lengan kanan atas pada
insersio m. deltoideus.
• Vaksin yang telah diencerkan harus dipergunakan dalam waktu 8 jam
• Tidak boleh dilakukan pada anak yang positif TBC
2. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

• Manfaat: menimbulkan kekebalan aktif thd penyakit difteri, pertusis (batuk


rejan) dan tetanus
• Vaksin difteri terbuat dari vaksin difteria yang dilemahkan
• Vaksin tetanus yang digunakan adalah toksoid tetanus yaitu toksin dari
kuman tetanus yang telah dilemahkan
• Imunisasi DPT diberikan 3 kali, sejak usia 2 bulan, dengan selang waktu
minimal penyuntikan adalah 4 minggu
• Reaksinya anak demam ringan, pembengkakan dan nyeri pada area
penyuntikan selama 1-2 hari
• ES: demam dan kejang, jika anak mengalami pertusis
• Kontraindikasi: tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah, anak
yang menderita kejang demam kompleks, anak batuk rejan, anak gangguan
kekebalan tubuh
3. Vaksin Polio

• Terdiri dari 2 kemasan, yaitu


 OPV (oral polio vaccine) → diberikan secara oral sebanyak 2 tetes
 IPV (inactivated polio vaccine) → tersedia pada kemasan 0,5 ml diberikan
melalui injeksi intramuskular
• Imunisasi dasar diberikan 4 kali, yaitu:
 Saat bayi lahir
 Umur 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan
 Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 18-24 bulan atau saat anak
berusia 4-6 tahun
4. Vaksin Hepatitis B

• Hepatitis B diberikan secara intramuskular


• Segera diberikan saat bayi lahir
• Hep B 1 diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir
• Hep B 2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi Hep B 1
• Untuk mengoptimalkan respon imun, interval Hep B 2 dgn Hep B 3
minimal 2 bulan, terbaiknya 5 bulan, sehingga diberikan saat anak usia 3-6
bulan
• Pemberian vaksin dilakukan secara intramuskular di daerah paha dengan
dosis 0,05 ml
5. Vaksin Campak

• Jenis vaksin campak:


 Monovalen
 Kombinasi vaksin campak dengan vaksin rubela
 Kombinasi dengan mumps dan rubella
 Kombinasi dengan mumps, rubela dan varisella
• Diberikan 2 kali, yaitu umur 9 bulan sebagai imunisasi dasar dan umur 2
tahun sebagai imunisasi lanjutan
• Imunisasi ketiga diberikan saat anak usia sekolah dasar
• Diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml
Jenis-jenis imunisasi tambahan yang diberikan

1. MMR
• Usia: 15-18 bulan
• Dosis: 0,5 ml
• Bila anak MMR, campak II (5-6 tahun) tidak diberikan
• Ulang usia 10-12 tahun
VAKSIN NON-PPI

• Haemophilus Influenza tipe B


• MMR
• Varisella
• Demam tifoid
• Hepatitis A
• Influenza
• Pneumococcus
2. Hib
•Hib menyebakan kondisi seperti meningitis, epiglotis dan radang paru-paru
•Vaksin Hib diberikan pada bayi usia 2, 4 , dan 6 bulan
•ES: demam, sakit, kemerahan, pembengkakan pada tempat suntikan,
kehilangan nafsu makan, gelisah, tingkah laku capek pada anak-anak

Anda mungkin juga menyukai