Anda di halaman 1dari 34

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

INFEKSI
INFEKSI DAERAH OPERASI / IDO

Materi Pada pelatihan Pencegahan Dan pengendalian


Infeksi (PPI)
T.A. 2023-2024
JULIANDI, S.Pd, S.Kep,Ns, M.Kes
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti
pembelajaran ini
diharapkan peserta
mengerti dan memahami
tentang cara pencegahan
dan pengendalian Infeksi
Daerah Operasi
(IDO)/Surgical Site
Infection(SSI) dan
mampu melakukan
survailance IDO di RS
tempat bekerja
POKOK BAHASAN
 Pendahuluan
 Pengertian SSI
 Faktor risiko SSI
 Klasifikasi SSI
 Kategori SSI
 Pencegahan dan Pengendalian SSI
 Stratifikasi SSI
 Surveilans SSI
 SSI adalah salah satu masalah yang paling penting untuk di
perhatikan dalam pengendalian infeksi pada pelayanan
kesehatan

 Kejadian infeksi sekitar 25 – 40% akibat pembedahan yang


dilakukan

 Menurut NHS 15.9 % kejadian SSI dan menghabiskan


biaya £30 million per year

 Di Indonesia data infeksi luka operasi karena infeksi akibat


operasi yang dilakukan belum ada.
PENDAHULUAN
 Di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita angka SSI 2.5
s/d 3 % pada tahun 2010 s/d 2012

 Jumlah kematian akibat SSI : 10.000 kematian /tahun


(CDC)

 Meningkat sehubungan dengan peningkatan penggunaan


antibiotika

 Lama perawatan meningkat,60% stay in ICU

 Biaya meningkat dan 30 % masuk RS setelah pulang


 Mutu RS turun
Infeksi akibat tindakan Pembedahan,
dapat mengenai berbagai lapisan jaringan
tubuh,superfisial atau dalam

Diklasifikasikan menjadi:
• Infeksi insisional superfisial
• Infeksi insisional dalam

Infeksi organ/ rongga (Infeksi Organ /


rongga pada organ yang dilewati dalam
proses pembedahan)
 Usia
 Status Gizi
 Diabetes
 Perubahan respon imunitas
 Infeksi di tempat lain
 Lama rawat inap preoperatif
 Obesitas
 Merokok
 Kolonisasi mikroorganisme
 Perioperative hypothermia
 Petugas
 Teknik pembedahan
 Lingkungan
 Peralatan
Medical Illustration Copyright © 2006 Nucleus Medical
Art, All rights reserved. www.nucleusinc.com
Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan),
terjadi dalam 30 hari pasca bedah.
kriteria dibawah ini :
 Keluar cairan purulen dari luka insisi

 Kultur positif dari cairan yang keluar atau


jaringan yang diambil secara aseptik
 Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi :
nyeri, bengkak lokal, kemerahan, kecuali bila
hasil kultur negatif
 Dokter yang menangani menyatakan infeksi
Infeksi pada luka insisi, terjadi dalam 30 hari
pasca bedah atau sampai 1 tahun bila ada implant.
Terdapat paling tidak satu keadaan dibawah ini :
 Keluar cairan purulen dari luka insisi, tapi
bukan berasal dari rongga / organ
 S ecara spontan mengalami dehisens atau
dengan sengaja dibuka oleh ahli bedah dan
paling sedikit satu dari tanda berikut : demam
(>38 ˚C), nyeri lokal,kultur ( + )
 Dokter merawat menyatakan luka infeksi
Infeksi yang terjadi dalam 30 hari pasca bedah
apabila tidak ada implant
Infeksi terjadi dalam 1 tahun pasca bedah
apabila terdapat implant
Paling sedikit menunjukkan satu gejala berikut :
 Drainase purulen dari drain yang dipasang

melalui luka insisi kedalam organ / rongga


 Ditemukan organisme melalui aseptik kultur
dari organ / rongga.
 Dokter menyatakan infeksi pada organ tsb
CDC/NHSN Protocol Clarifications ( juli 2013)
CDC/NHSN Protocol Clarifications ( juli 2013)
Luka Bersih :
 Operasi dilakukan pada daerah/ kulit yang pada
kondisi pra bedah tidak terdapat peradangan dan
tidak membuka traktus respiratorius, traktus
gastrointestinal, orofaring, traktus urinarius atau
traktus biller

 Operasi berencana dengan penutupan kulit primer,


dengan atau tanpa pemakaian drain tertutup

 Kemungkinan infeksi tidak lebih dari 2 % ( infeksi


saat operasi dari petugas/lingkungan )
2. Luka Bersih Tercemar :

 Operasi membuka traktus digestivus, traktus biller,


traktus urinarius, traktus respiratorius sampai
dengan orofaring, atau traktus reproduksi kecuali
ovarium

 Operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage),


contohnya operasi pada traktus billier, apendiks,
vagina a orofaring.

 Kemungkinan untuk infeksi 4 – 10 %


3. Luka Tercemar :
 Operasi yang dilakukan pada kulit yang
terbuka, tetapi masih dalam waktu emas
(Golden periode )
 Kemungkinan untuk infeksi 20 %
4. Luka Kotor atau Infeksi :

Perforasi traktus digestivus, traktus


urogenitalis atau traktus respiratorius yang
terinfeksi

Melewati daerah purulen (Inflamasi Bakterial)

Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian ,


terdapat jaringan luas atau kotor

Dokter yang melakukan operasi menyatakan


sebagai luka operasi kotor/ terinfeksi
Kemungkinan untuk infeksi 40 %
KATEGORI RISK SSI

1. Klasifikasi luka operasi

2. Kondisi Pasien Berdasarkan American Society of nesthesiologis


( ASA Score)

3. T. Time / T Point
1. Klasifikasi luka operasi:
 Operasi Bersih
 Operasi Bersih Tercemar
 Operasi Tercemar
 Operasi Kotor atau dengan Infeksi

2. Kondisi Pasien Berdasarkan American Society of nesthesiologists


(ASA Score) :
 ASA 1 : Pasien sehat
 ASA 2 : Pasien dg gangguan sistemik ringan – sedang
 ASA 3 : Pasien dg gangguan sistemik berat
 ASA 4 : Pasien dg gangguan sistemik berat yg mengancam
kehidupan
 ASA 5 : Pasien tdk diharapkan hidup walaupun dioperasi atau
tidak.
3.T .TIME ( T POINT )
Jenis operasi T Point ( Hours )
Coronary artery bypass graft 5
Bile duct, liver or pancreatic surgery 4
Craniotomy 4
Head and neck surgery 4
Colonic surgery 3
Joint prosthesis surgery 3
Vascular surgery 3
Abdominal or vaginal hysterectomy 2
Ventricular shunt 2 2
Herniorrhaphy 2
Appendectomy 1 1
Limb amputation 1
SC 1
Berdasarkan :
 Klasifikasi luka (kategori operasi)
 Bersih
 Bersih tercemar 0
 Tercemar
1
 Kotor}
 Klasifikasi kondisi pasien
 ASA : 1
0
 ASA : 2
 ASA : 3
 ASA : 4 1
 ASA : 5
 Durasi operasi / T.Time / T Point :
 Sesuai dgn waktu yg ditentukan nilai } 0
 Lebih dari waktu yg ditentukan nilai } 1
22
Pasca Operasi CABG

Klasifikasi Klasifikasi Durasi


luka Score berdasarkan Score Operasi Score
operasi ASA

Bersih 0 3 1 . 5 jam 1
tercemar :

Kategori Risk operasi tersebut adalah 2 dan risiko infeksi pada pasien ini adalah
20 %
Pasca Operasi CABG

Klasifikasi Klasifikasi Durasi


luka Score berdasarkan Score Operasi Score
operasi ASA

Bersih 0 1 0 . Sesuai 0
tercemar : waktu

Kategori Risk operasi tersebut adalah 0 harusnya tidak terjadi infeksi


1.Pre-operative Phase
 Berikan penjelasan pentingnya pencegahan infeksi

 Kaji adanya tanda – tanda infeksi

 Mandikan pasien dengan antiseptik sore hari sebelum


operasi
 Lakukan pencukuran satu jam sebelum operasi ( bila di
perlukan ) menggunakan elektik clipper
 Mandi dengan antiseptik setelah pencukuran
2.Intra operasi

 Petugas kamar bedah :


• Petugas yang sakit dilarang masuk kamar bedah
• Tidak memakai kutek,berkuku panjang,memakai
perhiasan di tangan ( cincin,gelang,jam tangan )
• Bekerja dengan tehnik aseptik
• Lakukan kebersihan tangan bedah sebelum menggunakan
sarung tangan
• Gunakan baju dan sandal khusus kamar bedah
• Gunakan APD sebelum masuk kamar bedah
 Lingkungan kamar bedah
• Tekanan positive

• Kelembaban 40 -60 %

• Suhu 20 – 25 º C
• Pertukaran udara 15 x/jam

• personil yang bekerja di kamar bedah minimum dan


tamu hanya maximal 2 orang

• Kamar operasi /lingkungan dibersihkan menggunakan


disinfektan ( tidak ada fogging atau UV )
 Pasien
• Kaji ada alergi atau tidak dengan antiseptik

• Antibiotika diberikan 1 jam sebelum insisi

• Gula darah terkontrol selama di kamar bedah

• Suhu pasien sebelum anaesthesi normal

• Preparasi kulit sebelum operasi menggunakan antiseptik yang


sesuai dengan pasien

• Saat preparasi kulit dengan cara melingkar dari dalam keluar


3.Post operasi
Ada 2 macam luka post operasi
 Tertutup (the skin edges are held in approximation by
staples or sutures)
• Rawat luka dengan cara septik dan aseptik

• Gunakan APD

• Luka ditutup hanya 48 jam

• Rawat luka dengan cairan normal salin

 Terbuka ( delayed primary clossured )

 Rawat luka bila kotor atau sesuai indikasi


4.Petugas
 Pendidikan dan pelatihan

 Motivasi

5. Pasien & Keluarga


 Berikan pendidikan:

 Cara merawat luka

 Menjaga kebersihan diri

 Makan Makanan bergizi


Risiko terjadinya SSI tergantung banyak faktor baik faktor dari
pasien itu sendiri maupun dari lingkungan dan SSI bisa didapatkan
pada preopersi,intra operasi, post operasi,post discharge dari
Rumah Sakit

Kondisi tersebut dapat dicegah atau dieliminir dengan cara


mengelompokan atau bundles dari mulai persiapan sd perawatan
post
operasi sehingga mudah untuk pelaksanaannya

Pendidikan dan latihan serta motivasi kepada petugas adalah hal


Penting dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan SSI

Surveilans SSI adalah hal mutlak yang harus dilakukan untuk


memudahkan melakukan monitoring dan evaluasi
SUMBER
1. Institute for Health care Improvement ( IHI )
2. National Health Care Scotland ( NHS )
3. Center of Prevention and deseases Controle ( CDC ) guideline
SSI tahun 1999
4. APIC Guidelines of SSI prevention
5. Patient Risk Factors and Best Practicesfor Surgical Site
Infection Prevention (by Suzanne M. Pear, RN, Ph.D, CIC )
www.pdffactory.com
6. Canadian Nosocomial Infection Surveillance Program 2011
7 Protocol for the Surveillance of Surgical Site Infection (NHS2010)
8 Website www.health.vic.gov.au/sssl
9. Surveillance of surgical site infections in european hospitals – HAISSI
protocol(www.ecdc.europa.eu)

Anda mungkin juga menyukai