Surat Keputusan
BAB I
BATASAN – BATASAN
CATATAN :
A. Bila tanda – tanda infeksi sudah timbul pada masa kurang dari 3 x 24 jam sejak mulai perawatan tergantung masa
inkubasi dari masing – masing jenis infeksi.
B. Untuk penderita yang setelah keluar Rumah Sakit kemudian timbul tanda – tanda infeksi, baru dapat digolongkan
sebagai Infeksi Nosokomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari Rumah sakit.
C. Tidak termasuk infeksi nosokomial ialah : keracunan makanan yang tidak disebabkan oleh produk bakteri.
BAB II
Disebut ILO bersih terkontaminasi apabila infeksi terjadi pada operasi bersih terkontaminasi dan memenuhi criteria
ILO dalam.
Operasi terkontaminasi atau operasi kotor dinyatakan infeksi nosokomial apabila dapat dibuktikan bahwa penyebab
infeksi adalah kuman yang berasal dari Rumah Sakit atau ditemukan kuman strain lain dari kuman yang ditemukan
sebelum masuk Rumah Sakit.
Catatan :
• Didalam penggunaan antibiotic yang irasonal jika ditemukan tanda peradangan maka dimasukkan kedalam
kemungkinan infeksi.
• Abses jahitan yang sembuh 3 hari setelah jahitan diangkat bukan infeksi operasi.
Catatan :
Antimikroba yang diberikan pada luka operasi kotor dimasukkan dalam kelompok terapeutik.
INTRA OPERASI
1. Tehnik operasi : harus dilakukan dengan sempurna untuk menghindari kerusakan jaringan lunak yang berlebihan,
menghilangkan rongga, mengurangi perdarahan dan menghindarkan tertinggalnya benda asing yang tidak
diperlukan ( kategori I ).
2. lama operasi : operasi dilakukan secepat – cepatnya dalam batas yang aman ( kategori I )
3. pemakai drain : pemakaian drain harus dengan system tertutup, baik dengan cara penghisapan atau dengan cara
memakai gaya tarik bumi ( gravitasi ) dan drain harus melalui luka tusukan di luar luka operasi ( kategori I ).
PERAWATAN PASCA OPERASI
1. Untuk luka kotor atau infeksi, kulit tidak ditutup primer ( kategori I ).
2. petugas harus mencuci tangan dengan standar cuci tangan yang baku sebelum dan sesudah merawat luka. Petugas
tidak boleh menyentuh luka secara langsung dengan tangan kecuali setelah memakai sarung tangan steril ( kategori I
)
3. Kasa penutup luka diganti apabila basah dan atau menunjukkan tanda – tanda infeksi.
4. Jika cairan keluar dari luka, lakukan pewarnaan gram dan biakan ( kategori I )
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
1. Semua pintu kamar operasi harus tertutup dan jumlah personil yang keluar masuk kamar operasi harus dibatasi (
kategori I ).
2. Alat – alat operasi setelah dibersihkan dari jaringan, darah atau sekresi harus disterilkan dengan autoklaf.
3. Kamar operasi harus dibersihkan :
• Antara 2 operasi.
• Tiap hari walaupun kamar operasi tidak dipakai.
• Tiap minggu ( 1 hari untuk pembersihan menyeluruh ) ( kategori I )
4. Pemakaian keset dengan antiseptic pada pintu masuk kamar operasi tidak dianjurkan ( kategori I )
5. Biakan udara dan biakan yang diambil dari personil kamar operasi secara rutin, tidak diperlukan ( kategori I )
6. Operasi bersih dilakukan sebelum operasi kotr, jika akan dipakai untuk operasi berikutnya harus dibersihkan
secara sempurna ( kategori I ).
7. Barang – barang terkontaminasi seperti pus, harus dikumpulkan terpisah dan di beri tanda kontaminasi ( kategori I
).
8. untuk operasi pasien infeksi misalnya hepatitis, usahakan memakai alat sekali pakai dikumpulkan secara khusus
dan diberi tanda infeksi ( kategori I ).
2. PNUEMONIA
2.1. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia suatu infeksi saluran pernafasan bagian bawah ( ISPB )
Seorang pasien dikatakan menderita pneumonia bila ditemukan satu diantara kriteria berikut ini :
Untuk dewasa dan anak > 12 bulan.
Kriteria I : Pada pemeriksaan fisik terdapat ronki basah atau pekak ( dullness ) pada perkusi, febris > 380C dan salah
satu keadaan berikut :
• Baru timbulnya sputum purulen atau terjadinya perubahan sifat sputum.
• Isolasi kuman positif biakan darah.
• Isolasi kuman pathogen positif dari aspirasi trakea, sikatann / cuci bronkus atau biopsi.
Kriteria II : Foto thorax menunjukkan adanya infiltrate, konsolidasi, kavitasi, efusi pleura baru atau progesif dan
salah satu diantara keadaan berikut :
• Baru timbulnya sputum purulen atau terjadinya perubahan sifat sputum.
• Isolasi kuman positif dan biakan darah.
• Isolasi kuman pathogen positif dari aspirasi trakea, sikatan / cuci bronkus atau biopsi.
• Virus dapat diisolasi atau terdapat antigen virus dalam sekresi saluran nafas.
• Titer IgM atau IgG spesifik meningkat 4x lipat dalam 2 kali pemeriksaan.
• Terdapat tanda – tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.
Kriteria III : Penderita berusia < 12 bulan dengan 2 ( dua ) tanda dari tanda – tanda dibawah ini :
• Apnea.
• Bradikardi
• Whezing
• Brachipnea
• Ronki atau batuk disertai salah satu dari keadaan.
Kriteria IV: Pada anak berusia < 12 bulan yang pada foto toraknya menunjukkan infiltrasi cara yang progesif,
cavitas, konsolidasi atau adanya “ pleural effusion “ disertai sesuai dengan salah satu keadaan seperti criteria 3.
1. Instrumentasi system saluran pernafasan misalnya pada pemasangan pipa endotrakea, ventilasi mekanis dan
trakeostomi.
2. Tindakan operasi terutama operasi thorax dan abdomen.
3. Kondisi yang mudah menyebabkan aspirasi misalnya pada pemasangan pipa lambung ( Nasogastrik tube ),
penurunan kesadaran dan disfagia.
4. Usia tua.
5. obesitas
6. Penyakit obstruksi paru menahun
7. Tes fungsi paru abnormal (terutama dengan penurunan kecepatan ekspirasi).
8. Intubasi dalam waktu lama.
9. Gangguan fungsi imunologi.
CUCI TANGAN
Cuci tangan dilakukan setiap kali kontak dengan sekret saluran nafas baik dengan atau tanpa sarung tangan. Cuci
tangan juga dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien yang mendapat intubasi dan trakeostomi (
kategori I ).
PEMANTAUAN MIKROORGANISME
1. Jika tidak ada kejadian luar biasa ( KLB ) atau rate endemic infeksi paru nosokornial tidak tinggi maka proses
desinfeksi alat terapa pernafasan tidak perlu dipantau dengan biakan sampel dari alat tersebut. Dengan kata lain
sampel rutin tidak perlu dilakukan ( kategori I )
2. Interpretasi hasil pemeriksaan mikro biologik sulit dilakukan karena itu sampel mikro biologik rutin alat bantu
nafas yang sedang dipakai pasien dianjurkan ( kategori I )
ISK SIMPTOMATIK
Seorang pasien dikatakan menderita ISK bila ditemukan satu di antara 3 kriteria berilkut :
( Untuk orang dewasa dan anak > 12 bulan )
Kriteria 1. Didapatkan salah satu dari gejala / keluhan ini :
Demam > 380 C, axilar
Disuri
Polakisuri
Nikuri ( anyang – anyangan )
Nyeri supra pubik dan hasil biakan urin porsi tengah ( midstream ) lebih dari 105 kumam perml urin dengan jenis
kumam tidak lebih dari 2 species
Kriteria 2 Ditemukan dua diantara gejala / keluhan berikut ::
Demam > 380 C
Disuri
Polakisuri
Nyeri supra pubik dan salah satu dari hal berikut :
• Tes carik celup ( diptick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit
• Piuri terdapat lebih dari 10 lekosit per ml atau terdapat lebih dari 3 lekosit per LPB 45 kali dari urin yang tidak
dipusing
• Ditemukan kumam dengan pewarnaan gram dari urin yang tidak dipusing ( decentrifuge )
• Biakan urin 2 kali berturut – turut menunjukkan jenis kumam urophatogen yang sama, dengan jumlah labih dari
100 koloni kumam per ml urin yang di ambil dengan kateter
• Biakan urin menunjukkan 1 jenis urophatogen dengan jumlah < 105 koloni per ml pada penderita yang telah
mendapat pengobatan anti mikroba yang sesuai
• Atau di diagnosa ISK oleh dokter yang menangani
• Telah mendapat pengobatan antimikroba yang sesuai oleh dokter yang menangani
Untuk bayi yang berumur < 12 bulan, apabila dijumpai satu kriteria tersebut dibawah ini :
Kriteria 1 Ditemukan salah satu dari tanda / gejala :
Demam 380 C rektal
Hipotermi < 370 C rektal
Apnea
Bradikardi < 100 / menit
Disuri
Letargi atau
Muntah – muntah dan hasil biakan urin > 105 kumam / ml urin dengan tidak lebih dari 2 jenis kumam
Kriteria 2 Atau ditemukan salah satu dari tanda / gejala :
Demam 380 C rektal
Hipotermi < 370 C rektal
Apnea
Bradikardi < 100 / menit
Disuri
Letargi atau
Muntah – muntah dan salah satu dari hal berikut
• Test carik celup positif untuk lekosit esterase dan atau nitrit
• Piuri > 10 kkosit / mm3 atau > 3 kkosit perlapangan pandang besar
• Pewarnaan gram urin tanpa dipusing menunjukkan hasil positif
• Biakan urin 2 kali berturut – turut dengan jenis kumam yang sama dengan jumlah > 100 kumam per ml urin yang
diambil dengan kateter
• Pada biakan urin ditemukan satu jenis urophatogen dalam jumlah < 105 koloni kumam per ml pada penderita yang
telah di beri anti mikroba
• Di diagnosa ISK oleh dokter yang menangani
BAKTERIUSASI ASIMPTOMATIK
Seorang dikatakan menderita bakteriuri asimptomatik bila di temukan satu diantara kriteria berikut :
Kriteria 1. Pasien pernah memakai kateter kandung kemih dalam waktu 7 hari sebelum biakan urin dan ditemukan
biakan urin > 105 kumam per ml urin dengan jenis kumam maksimal 2 species.
TANPA gejala – gejala / keluhan : demam suhu > 380 C, polakisuri, nikuri, disuri, dan nyeri suprapubik.
Kriteria 2 Pada pasien tanpa kateter kandung kemih menetap dalam 7 hari sebelum dibiakan pertama dari biakan
urin 2 kali berturut – turut ditemukan tidak lebih 2 jenis kumam yang sama dengan jumlah > 105 per cm3.
TANPA gejala / keluhan : demam, polakisuri, nikuri, disuri, nyeri suprapubik.
ISK LAIN
( Ginjal, ureter, kandung kemih, uretra, jaringan sekitar retroperitoneal atau rongga perinefrik ). Seorang pasien
dikatakan menderita ISK lain bila ditemukan kriteria berikut:
Kriteria 1 Ditemukan kumam yang tumbuh dari biakan cairan bukan urin ( jaringan yang diambil dari lokasi yang
dicurigai terinfeksi )
Kriteria 2 Adanya abses atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, baik secara pemeriksaan langsung, selama
pembedahan, atau melalui pemeriksaan hispatologi.
Kriteria 3 Dua dari tanda berikut :
Demam > 380 C
Nyeri local, nyeri tekan pada daerah yang di curigai terinfeksi. Dan salah satu dari tanda / gejala berikut :
• Keluar pus atau aspirasi purulen dari tempat yang dicurigai terinfeksi
• Ditemukan kumam pada biakan darah. Pemeriksaan radiologis memperlihatkan gambaran terinfeksi
• Di diagnosis infeksi oleh dokter yang menangani
Dokter yang menangani memberikan pengobatan antimikroba yang sesuai
Untuk bayi berumur < 12 bulan
Kriteria 4 Ditemukan salah satu tanda / gejala :
Hipotermi < 370 C rektal
Apnea
Bradikardi < 100 / menit
Letargi
Muntah – muntah dan salah satu diantara keadaan berikut :
• Keluar pus dari lokasi yang terinfeksi
• Biakan darah positif
• Pemeriksaan radiologi memperlihatkan gambaran infeksi
• Di diagnosa infeksi oleh dokter yang menangani
• Dokter yang menangani memberikan pengobatan antimikroba yang sesuai
TENAGA PELAKSANA
1. Pemasangan kateter hanya di kerjakan oleh tenaga yang betul – betul memahami dan trampil dalam teknik
pemasangan kateter secara aseptic dan perawatan kateter ( kategori I )
2. Personil yang memberikan asuhan pada pasien dengan kateter harus mendapat latihan secara berkala khusus
dalam teknik yang benar tentang prosedur pemasangan kateter kandung kemih dan pengetahuan tentang komplikasi
potensial yang timbul ( kategori II )
PEMASANGAN KATETER
1. Pemasangan kateter dilakukan hanya bila perlu saja dan segera di lepas bila tidak diperlukan lagi. Alas an
pemasangan kateter tidak boleh hanya untuk kemudahan personil dalam memberi asuhan pada pasien ( kategori I )
2. Cara drainase urin yang lain seperti : kateter kondom, kateter suprapubik, kateteriasi selang – seling ( intermitten
)dapat digunakan sebagai ganti kateteriasi menetap bila memungkinkan ( kategori III )
3. Cuci tangan : sebelum dan sesudah manipulasi kateter harus cuci tangan ( kategori I )
PERAWATAN MEATUS
Dianjurkan membersihkan dan perawatan meatus ( selama kateter di pasang ) dengan larutan povidone Iodine,
walaupun tidak mencegah kejadian infeksi saluran kemih ( kategori II )
PENGGANTIAN KATETER
Kateter urin menetap tidak harus diganti menurut waktu tertentu / secara rutin ( kategori II )
RUANG PERAWATAN
Untuk mencegah terjadinya infeksi silang antara pasien yang memakai kateter menetap maka pasien yang terinfeksi
harus di pisahkan dengan tidak terinfeksi ( kategori III )
PEMANTAUAN BAKTERIOLOGIK
Pemantauan bakteriologik secara rutin pada pasien yang memakai kateter tidak di anjurkan ( kategori III )
4. INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER ( IADP )
DEFINISI INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER
Infeksi aliran darah primer adalah infeksi darah yang timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang di curigai
sebagai sumber infeksi.
Kriteria infeksi aliran darah primer dapat di tetapkan secara klinis dan laboratorik, dengan gejala / tanda sebagai
berikut :
A. Klinis
Untuk dewasa dan anak > 12 bulan, di temukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
Suhu > 380 C axilar, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika
Hipotensi, sistolik < 90 mm Hg
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc / kg BB / jam
Semua tanda / gejala yang disebut :
Tidak ada tanda – tanda infeksi ditempat lain
Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis
Penderita usia < 12 bulan dengan salah satu tanda di bawah ini :
Panas > 380 C, hipotermi < 370 C, apnea atau bradikardi < 100 x / menit
Untuk neonatus dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara 6 gejala
berikut :
Keadaan umum menurun, menurun antara lain : hipotermi ( 370 C ), hipertermi ( 380 C ) dan sklerema, malas
minum.
Sistem kardiovaskuler antara lain : tanda renjatan, yaitu takikardi, 160x / menit atau bradikardi 100x / menit dan
sirkulasi perifer buruk.
Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali.
Sistem pernafasan antara lain : nafas tidak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
Sistem saraf pusat antara lain : hipertomi otot, iritabel kejang dan letargi.
Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan semua tanda / gejala di bawah ini :
• Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kumam.
• Tidak terdapat tanda – tanda infeksi di tempat lain.
• Diberikan terapi anti mikroba sesuai dengan sepsis
Telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi.
Catatan :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa di dapatkan pintu masuk kumam.
3. apintu masuk kumam jelas misalnya luka infuse.
B. Laboratorik
Kultur darah menunjukkan kuman kontaminasi kulit pada 2 x pemeriksaan yang berbeda waktu.
Kultur darah menunjukkan kuman kontaminasi kulit pada 1x pemeriksaan pada penderita dengan infuse dan dokter
memberikan terapi antibiotika.
Antigen tes darah yang positif dan disertai gejala serta pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan infeksi di
tempat lain.
FAKTOR RESIKO INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER
1. Pemasangan kateter intra vena ( IV) yang berkaitan dengan :
Jenis kanula
Metoda pemasangan
Lama pemasangan kanula
2. Kerentanan pasien terhadap infeksi
11. Penggantian komponen sistem intravena dalam keadaan infeksi atau flebitis. Jika dari tempat tusukan keluar pus
atau terjadi selulitis atau flebitis tanpa gejala – gejala infeksi pada tempat I.V.atau di duga bakterimia yang berasal
dari kanula, maka semua sistem harus di cabut ( kategori I )
12. Pemeriksaan untuk infeksi yang dicurigai karena intravena
Bila di curigai terjadi infeksi karena pemasangan I.V.seperti tromboplebitis purulen, bakterimia, maka di lakukan
pemeriksaan biakan ujung kanula
Cara pengambilan bahan sebagai berikut :
• Kulit tempat tusukan harus di bersihkan dan di desinfeksi dengan alkohol, biarkan sampai kering
• Kanula di lepas, ujung kanula di potong kurang dari 1 cm secara aseptik untuk di biakkan dengan teknik semi
kuantitatif ( kategori II )
• Jika sistem I.V.di hentikan oleh karena kecurigaan kontaminasi cairan, maka cairan harus di biakkan dan sisa botol
diamankan ( kategori I )
• Jika sistem I.V.dihentikan oleh karena kecurigaan bakterimia akibat I.V.cairan harus di biakkan ( kategori II )
• Jika terbukti bahwa cairan terkontaminasi maka sisa botol dan isinya dengan nomor lot yang sama dengan yang
terkontaminasi harus di amankan dan nomor lot harus harus di catat ( kategori I )
• Jika kontaminasi di curigai berasal dari pabrik ( intrinsic contamination ) maka secepatnya harus di laporkan
kepada Dinas Kesehatan atau Kanwil Depkes setempat untuk di teruskan ke Ditjen PPM dan PLP dan Ditjen POM (
kategori I )
13. Kendali mutu selama dan sesudah pencampuran cairan parental :
Cairan parentral dan hiperalimentasi harus di campur di bagian farmasi, kecuali karena kepentingan klinis,
pencampuran di lakukan di ruangan pasien ( kategori II )
Tenaga pelaksana harus mencuci tangan sebelum mencampur cairan parenteral ( kategori I )
Sebelum mencampur dan menggunakan cairan parentral semua wadah harus di periksa untuk melihat adanya
keruhan, kebocoran, keretakan dan partikel tertentu dan tanggal kedaluwarsa. Bila di dapatkan keadaan tersebut
cairan tidak boleh di gunakan dan harus di kembalikan ke bagian farmasi dan dari bagian farmasi tidak boleh di
keluarkan ( kategori I )
Ruangan di bagian farmasi tempat mencampur cairan parentral tersebut harus memiliki pengatur udara laminar (
laminar – flow – hood ) ( kategori II )
Sebaiknya di pakai wadah yang berisi cairan dengan dosis tunggal ( sekali pakai ) Bila di pakai bahan parentral
dengan dosis ganda ( untuk beberapa kali pakai ) dan sisanya untuk wadah harus diberi tanda tanggal dan jam
dikerjakan
Label wadah harus diperiksa untuk mengetahui apakah perlu dimasukkan ke dalam es atau tidak
Kategori I :
Keharusan mutlak ( Strongly Recommended for Adoption )
Ditunjang kuat oleh penelitian klinis yang terencana / terkontrol baik atau dipandang berguna oleh pakar, dapat
dipakai dan praktis untuk semua rumah sakit.
Kategori II :
Sangat dianjurkan ( Moderatly Recommended for Adoption )
Ditunjang oleh penelitian secara klinis dipandang sangat mungkin dan secara teoritis adalah rasional. Praktis tapi tak
dapat dilaksanakan oleh semua rumah sakit.
Kategori III :
Dianjurkan ( Weakly Recommended for Adoption )
Dianjurkan oleh pejabat yang berwenang tapi tidak ditunjang oleh data yang kuat / teori. Dilaksanakan oleh
beberapa rumah sakit.
SURAT - KEPUTUSAN
No:269/SK/UM.11/V/2001
Tentang :
PEMBERLAKUAN BUKU PEDOMAN
PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
MENIMBANG :
a. Bahwa salah satu kegiatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit adalah Pengendalian
Infeksi Nosokomial.
b. Bahwa agar lebih terarah dan teratur kegiatan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit perlu adanya
buku Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial.
c. Bahwa untuk maksud tersebut butir 1 & 2 perlu ditetapkan Surat Keputusan Direktur RS. Islam Klaten tentang
Pemberlakuan Buku Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial.
MENGINGAT :
a. Undang – undang Kesehatan tahun 1992 tentang Pokok Kesehatan.
b. SK nomor 033/SK/YJH/V/2001, tentang penyempurnaan Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja RS.
Islam Klaten.
c. SK Direktur RS. Islam Klaten No. 197/SK/YM.60.5/VIII/2000, tentang Reorganisasi Pokja Pengendalian Infeksi
Nosokomial.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
Pertama : Memberlakukan Buku Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial di lingkungan Rumah Sakit Islam
Klaten
Kedua : Buku Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial berlaku untuk 3 ( yiga ) tahun dan akan ditinjau ulang
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan apabila ada kekeliruan akan di adakan perubahan
sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : KLATEN
Pada tanggal : 30 Mei 2001
Direktur