Infeksi luka operasi merupakan infeksi yang terjadi pada pasien paska pembedahan.
Infeksi luka operasi (ILO) merupakan infeksi yang sering terjadi pada pasien paska
pembedahan1 . Survey World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa angka
kejadian ILO atau Surgical Site Infection (SSI) di dunia berkisar antara 5% sampai 15% .
Data WHO menunjukkan bahwa sekitar 5% -34% dari total infeksi nosokomial adalah ILO.
National Nosocomial Infection Surveillace United States America mengindikasikan bahwa
ILO merupakan infeksi ketiga tersering yang terjadi di rumah sakit sekitar 14- 16% dari total
pasien di rumah sakit mengalami SSI.
Kejadian ILO terkait operasi juga disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang
mengkontaminasi daerah luka operasi pada saat berlangsungnya operasi atau sesudah operasi
saat pasien dirawat di rumah sakit. Faktor kejadian ILO post operasi meliputi nutrisi, personal
hygiene, mobilisasi dan perawatan luka.
Lamanya Hari Perawatan : Penambahan hari perawatan paska pembedahan 7-10 hari
Cost ( biaya) : Sebagian Perkiraan didasarkan pada biaya rata rata rawat inap pada
saat operasi dan tidak memperhitungkan biaya tambahan re- hospitalization biaya
rawat jalan dan cacat jangka panjang.
Penyebab Infeksi
Infeksi yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri gram
negatif (E. coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri anaerob dapat yang
berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka dan operasi. Bakteri yang
paling banyak adalah Staphylococcus.
Infeksi potensial terjadi tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yang terpenting adalah
1. Operating suite, yaitu tidak adanya batas yang jelas antara ruang untuk operasi dan
ruang untuk mempersiapkan pasien atau untuk pemulihan dan juga pakaian yang
digunakan hampir tidak ada bedanya.
2. Operating room, ruangan yang digunakan untuk operasi harus dijaga sterilitasnya.
3. Tim operasi, yaitu harus ada orang yang merawat pasien dari sebelum, saat dan
setelah operasi. Operator, asisten dan instrumen harus menjaga sterilitas karena
berhubungan langsung dengan daerah lapang operasi. Orang-orang yang tidak ikut
sebagai tim operasi harus menjauhi daerah lapang operasi dan menjauhi daerah alat
karena mereka tidak steril dan pasien bisa terinfeksi nantinya.
Faktor pasien
1. Status nutrisi yang buruk Dapat menjadi atau tidak dapat menjadi faktor yang
mengkontribusi. Sayangnya beberapa penelitian tidak dilakukan pada negara
berkembang dimana malnutrisi berat lebih banyak terjadi.
2. Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol
3. Merokok
4. Kegemukan Meningkatkan resiko pada lapisan lemak abdomen subkutan yang lebih
dari 3 cm (1,5 inch). Resiko meningkat dikarenakan dibutuhkan incisi yang lebih luas,
sirkulasi yang berkurang pada jaringan lemak atau kesulitan teknik operasi saat
melewati lapisan lemak
5. Infeksi koeksisten pada tempat lain di tubuh Dapat meningkatkan resiko penyebaran
infeksi melalui aliran darah
6. Kolonisasi dengan mikroorganisme
7. Perubahan respon imun ( HIV / AIDS dan pengguna kortikosteroid jangka panjang)
8. Lamanya perawatan sebelum operasi
Faktor Operasi
1. Sekresi toksin
2. Hambantan pembersihan ( contoh : karena pembentukan kapsul)
Pasien merasakan beberapa gejala yang dirasakan saat terjadi infeksi pada luka operasi :
Nyeri.
Hipotermi atau hipertermi.
Tekanan darah rendah.
Palpitasi.
Keluar cairan dari luka operasi, bisa berupa darah ataupun nanah (bisa berwarna dan
berbau).
Bengkak
Untuk mendiagnosa apakah itu suatu infeksi luka operasi dapat dengan cara :
1. Pemeriksaan fisik, dengan memeriksa apakah ada pembengkakan, cairan atau sekret
yang keluar. Harus diperhatikan juga apakah ada penyebaran dari infeksi.
2. Tes darah, darah dapat mengetahui bagaimana keadaan tubuh kita dan bakteri apa
yang terdapat dan yang menginfeksi.
3. Tes pencitraan, termasuk x-ray,MRI, scan tulang.
4. Kultur dari luka dan biopsi jaringan, untuk mengidentifikasikan bakteri apa yang
terdapat pada luka, jenis infeksi dan pengobatan apa yang tepat.
1. Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dan
infeksi hanya mengenai pada kulit atau jaringan subkutan pada daerah bekas insisi.
2. Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana
tidak menggunakan alat-alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan
alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi
berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai jaringan lunak yang dalam
dari luka bekas insisi.
3. Organ atau ruang, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana
tidak menggunakan alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat
yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi
berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai salah satu dari bagian organ
tubuh, selain pada daerah insisi tapi juga selama operasi berlangsung karena
manipulasi-yang-terjadi.
imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun
seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah
hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan
sebagai antikanker.
Untuk Intra-Operasi