(HAI’s)
CPD oleh kelompok 6
Fasilitator:
Asrawati, Ulfa Mahmuddin, Nurfadilah, Nurul Hasanah, Nurul Ainun, Yuyun Fitri Angrani
Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
mikroorganisme pathogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik.
Tidak terbatas infeksi kepada pasien namun dapat juga kepada
petugas kesehatan dan pengunjung yang tertular pada saat berada
di dalam lingkungan fasilitas kesehatan.
Infeksi terkait pelayanan kesehatan (Healthcare Associated
Infections) yang selanjutnya di singkat HAIs adalah infeksi yang
terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya, dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak
dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi
muncul setelah pasien pulang, juga karena pekerjaan pada petugas
rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan.
Beberapa faktor resiko yang meningkatkan
resiko HAIs dibagi menjadi dua :
1. faktor resiko yang ada walaupun fasilitas faktor resiko lebih spesifik ke keadaan dengan
yang tersedia memadai: fasilitas yang terbatas:
a. Penggunaan peralatan invasif yang terlalu a. Kebersihan lingkungan yang tidak adequate
lama dan tidak benar b. Infrastruktur yang tidak memadai
b. Prosedur yang berisiko tinggi c. Peralatan yang tidak memadai
c. Keadaan imun yang menurun dan d. Kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM)
keparahan penyakit yang mendasari pada e. Kurangnya pengetahuan dan pengaplikasian
pasien dari dasar dasar pencegahan infeksi; − Prosedur
d. Penerapan dari standar dan teknik isolasi yang salah
yang tidak benar. f. Kurangnya pengetahuan mengenai keamanan
tekhnik injeksi dan tranfusi darah;
Jenis-jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas
pelayanan kesehatan, terutama rumah sakit mencakup :
Infeksi Aliran Darah
01 Ventilator Associated
Pneumonia (VAP)
02 (IAD)
VAP adalah pneumonia atau infeksi parenkim paru yang terjadi IAD adalah masuknya bakteri atau jamur ke
dalam 48-72 jam setelah pemasangan ventilasi mekanik dalam aliran darah yang menyebabkan gejala
invasive. Tanda infeksi pada pasien VAP berupa demam, berupa demam, menggigil, lemas, atau
takikardi, batuk dan perubahan warna sputum. Pada penurunan tekanan darah. Infeksi aliran darah
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan jumlah (IAD) sering ditemukan pada pasien yang sudah
leukosit dalam darah dan pada rontgen didapatkan dipasang alat CVC (Catheter Vena Central)
gambaran infiltrate baru atau persisten. Pencegahan dan dimana kateter vena sentral yang digunakan
pengendalian VAP berupa mencuci tangan dengan 5 variabel hemodinamik yang tidak bisa diukur
langkah kebersihan tangan, posisikan tempat tidur pasien secara akurat untuk pemberian obat dan nutrisi
antara 30-45 bila tidak ada kontraindikasi, manajemen pendukung yang tidak dapat diberikan secara
sekresi oropaingeal dan trakeal seperti melakukan suction, aman melalui kateter vena perifer.
dan melakukan pengkajian setiap hari sedasi dan
03 Infeksi saluran kemih (ISK) 04 Infeksi daerah operasi (IDO)
2. status imun yang rendah/terganggu misalnya penderita dengan penyakit kronis, penderita tumor dan pengguna obat imunosupesan
● Prosedur operasi : dapat menyebabkan infeksi daerah operasi (IDO) atau surgical site infection (SSI)
● Intubasi dan pemakaian ventilator : meningkatkan kejadian “Ventilator Associated Phneumonia (VAP)
4. Implantasi benda asing seperti pemakaian implant pada operasi tulang, penggunaan alat kontrasepsi dan alat pacu jantung
5. Pemakaian antibiotika yang tidak bijak dapat menyebabkan pertumbuhan jamur berlebihan dan timbulnya bakteri resisten terhadap
berbagai antimikroba.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
Secara prinsip, kejadian HAIs dapat dicegah bila fasilitas kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI.
Kewaspadaan isolasi dibagi 2 yaitu kewaspadaan standar (Standart precaution) dan kewaspadaan transmisi atau berdasarkan cara
penularannya (Transmission based precautions).
d. Masker
Masker merupakan alat pelindung yang digunakan untuk melindungi petugas menghirup mikroorganisme dari saluran
pernapasan pasien dan pencegahan penularan phatogen dari saluran pernapasan petugas ke pasien, begitu juga sebaliknya. Masker juga
dapat digunakan untuk mencegah cipratan darah, cairan tubuh, sekresi atau ekresi atau jika petugas berisiko menghasilkan cipratan dari
selaput lendir mulut dan hidung . Masker yang digunakan harus menutupi hidung dan mulut , Khusus golongan masker N95
pemakaiannya harus dilakukan fit test (Penekanan dibagian hidung dan penilaian kerapatan penggunaan masker ).
e. Sarung tangan
Sarung tangan merupakan salah satu alat pelindung diri yang melindungi tangan dari paparan cairan
tubuh, darah, sekresi, eksresi, dan bahan infeksius lainnya.
Terdapat tiga jenis sarung tangan pelindung yakni :
1. sarung tangan bedah (steril) untuk Tindakan invasive
2. sarung tangan pemeriksaan (bersih), melindungi petugas saat memberikan pelayanan Kesehatan/perawatan kepada
pasien.
3. Sarung tangan rumah tangga, digunakan untuk membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
f. Sepatu
Sepatu berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam,
terkena cairan panas atau dingin dan bahan kimia berbahaya, serta terpeleset karena permukaan yang licin. Jenis alat
pelindung kaki berupa sepatu karet (boot) dan safety shoes. Penggunaan sepatu boot sangat membantu petugas kesehatan
ketika melakukan mobilitas di tempat yang berbahaya khususnya ketika berada di luar ruangan. Selain melindungi kaki
dari paparan zat berbahaya seperti darah, cairan atau udara yang banyak mengandung patogen, penggunaan sepatu boot
juga dapat melindungi kaki dari benda tajam.
Apa bila tidak ada sepatu boot, petugas kesehatan wajib menggunakan sepatu biasa namun dengan
tambahan sarung sepatu ketika bertugas agar mengurangi risiko terpapar virus atau cairan berbahaya.
C. Pengendalian lingkungan.
a. Pengelolaan limbah hasil pelayanan kesehatan
Pengelolaan limbah hasil pelayanan kesehatan didasarkan pada
jenis limbah
1. Pengelolaan limbah infeksius dimasukkan ke dalam tempat
yang kuat, tahan air dan mudah dibersihkan dengan kode
infeksius/medis yang didalamnya di pasang kantong berwarna
kuning atau jika tidak memungkinkan diberi label infeksius.
2. Pengelolaan limbah non infeksius ditempatkan dalam tempat
yang kuat, mudah dibersihkan dan ditempatkan kantong plastic
berwarna hitam. contohnya, kertas, sisa makanan dan plastik.
3. Pengelolaan limbah benda tajam dimasukkan ke dalam kotak
benda tajam (safety box) yang kuat, tahan air, tahan tusukan,
berwarna kuning atau kotak benda tanjam yang diberi label
limbah benda tajam contohnya jarum suntik
4. tempat sampah radioaktif adalah Tempat sampah berwarna merah digunakan untuk
menampung limbah radioaktif. Limbah radioaktif merupakan limbah yang berasal dari
penggunaan medis ataupun riset yang berasal dari laboratorium dan mengandung radioaktif.