PENDAHULUAN
Surveillans infeksi rumah sakit adalah proses dinamis, sistematis, terus menerus
dalam mengumpulkan data, identifikasi, analisis dan interpretasi dari data kesehatan
yang penting pada suatu populasi spesifik yang diseminasikan secara berkala kepada
pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan
evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Surveillans harus
mempunyai tujuan yang jelas dan ditinjau secara berkala untuk menyesuaikan dengan
situasi, kondisi dan kebutuhan yang telah berubah.
Perubahan - perubahan yang mungkin terjadi tersebut meliputi
1. Adanya infeksi baru
2. Perubahan kelompok populasi pasien seperti perlunya penerapan cara
intervensi medis lain yang berisiko tinggi.
Macam-macam infeksi rumah sakit yang dikumpulkan adalah :
1. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
IADP merupakan Jenis infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroba melalui
peralata yang kita masukkan langsung ke sistem pembuluh darah atau ditemukannya
organism dari hasil kultur darah yang semi kuantitatif/kualitatif disertai tanda klinis jelas.
Akses langsung ke peredaran darah ini dapat berupa kateter vena maupun arteri,
contohnya pemasangan vena central (CVC: central venous catheter), vena perifer
infus).
2. Infeksi yang berhubungan dengan pemasangan Ventilator atau Ventilator
Assosiated infention Pneumonia (VAP)
Ventilator Asosiated Pneumonia (VAP) adalah infeksi saluran nafas bawah
yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam
dan sebelumnya tidak ditemukan infeksi saluran nafas.
3. Hospital Asguired Pneumonia (HAP)
HAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pasien dirawat dirumah sakit > 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya
tidak menderita infeksi saluran nafas bawah.
4. Infeksi akibat pemasangan kateter urine atau Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK adalah infeksi yang terjadi akibat adanya pemasangan kateter urine.
5. Akibat tindakan pembedahan (SSI)
Surgical Site Infection (SSI) atau ILO adalah infeksi luka operasi yang terjadi
pada tempat/daerah akibat adanya tindakan pembedahan yang terjadi dalam 30 - 90
hari pasca operasi, pada luka terbuka dan tertutup.
BAB III
Pada tahun 2022, Untuk alat invasive intravaskuler, saluran vena perifer
dan saluran vena sentral di rumah sakit Bhayangkara jarang ada pasien
dengan kondisi yang membutuhkan pemasangan kateter vena sentral bahkan
tidak ada atau termasuk dalam data infeksi IADP. Pemasangan kateter vena
sentral, yang juga disebut kateterisasi vena sentral atau akses vena sentral,
adalah pemasukan kateter (tabung kecil lentur) ke dalam vena besar.
Pada tahun 2022, Lokasi Operasi, perawatan dan pembalutan luka dapat
dilihat pada survailans infeksi ILO/IDO di rumah sakit. Untuk data infeksi yang
terjadi di rumah sakit meliputi ILO (SSI), VAP, HAP, IADP, ISK, Decubitus
dan Phlebitis pada tahun 2022, dapat dilihat pada data Survailans di rumah
sakit (terdapat di lampiran).
Pada tahun 2022, Di Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Sabhara tidak terjadi infeksi
baru atau muncul infeksi di masayarakat. Munculnya infeksi baru adalah disebabkan
terjadinya infeksi nosocomial di rumah sakit. Umumnya, infeksi nosokomial disebabkan
oleh bakteri yang ada di rumah sakit. Bakteri tersebut bisa didapat dari orang lain yang
ada di rumah sakit, bakteri yang menjadi flora normal (bakteri yang secara normal ada
di dalam tubuh dan pada keadaan normal tidak menyebabkan gangguan orang itu
sendiri, atau bakteri yang mengontaminasi lingkungan dan alat-alat di rumah sakit.
Selain bakteri, jamur dan virus atau parasit juga dapat menjadi penyebab infeksi
nosocomial (Alodokter, 2016).
Yang dimaksud dengan bakteri yang resisten adalah ketika antibiotik menjadi
kurang efektif untuk membunuh bakteri tersebut. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
antibiotik yang tidak sesuai dengan anjuran dokter. Penggunaan antibiotik yang tidak
tepat akan mengakibatkan bakteri yang ada di dalam tubuh manusia berubah karakter
dan menjadi tahan terhadap antibiotik. Rumah sakit merupakan tempat beragam jenis
pasien, sehingga bakteri yang resisten tersebut dapat menyebar di lingkungan rumah
sakit dan akan lebih sulit untuk ditangani bila menjangkiti seseorang (Alodokter, 2016).
Kondisi Pasien
Selain bakteri, kondisi dari pasien tersebut juga memengaruhi dapat atau
tidaknya terkena infeksi nosokomial. Beberapa kondisi pasien yang membuat
lebih mudah terserang infeksi nosokomial:
Usia
Pasien lansia (usia di atas 70 tahun) dan bayi lebih mudah terserang infeksi
nosokomial.
Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu unit
ke unit yang lain, dan penempatan pasien dengan kondisi yang mudah terserang
infeksi nosokomial (misalnya pada ruang perawatan intensif, ruang perawatan
bayi, ruang perawatan luka bakar) di satu tempat dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial. Lamanya waktu perawatan di rumah
sakit juga semakin meningkatkan risiko terkena penyakit nosocomial (Alodokter,
2016).
BAB IV
Tangan merupakan media yang paling baik bagi kuman untuk berpindah. Oleh
karena itu penting bagi seluruh orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan
dengan cara dan waktu yang tepat. Terdapat lima saat yang penting untuk melakukan
cuci tangan: Sebelum memegang pasien, Sebelum melakukan prosedur kepada
pasien, Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses),
Setelah menyentuh pasien dan Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien
(Alodokter, 2016).
BAB IV
REKOMENDASI
3. Menggunakan jarum yang besar pada vena yang besar agar tidak mempercepat
proses terjadinya phlebitis.
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan