Anda di halaman 1dari 12

PUSAT PENDIDIKAN SABHARA POLRI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


Jalan Raya Porong 1 Sidoarjo 61274

BUKTI PENGUMPULAN DATA A – F


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PUSDIK SABHARA


PORONG

Jl. Raya Porong No,1 Sidoarjo, Jawa Timur 61274


Telp. (0343) 856444, 852104, 854258 Fak. (0343) 850920
Email : rsbporong@gmail.com
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit merupakan suatu upaya


kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien,
petugas,pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit. Salah satu program PPI
adalah kegiatan surveillans, pendidikan dan l atihan, kewaspadaan isolasi. Infeksi
rumah sakit atau lebih dikenal dengan istilah Healthcare Asssosiated Infections
(HAIS) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
atau fasilitas pelayanan kesehatan lain, yang tidak terjadi infeksi dan tidak dalam masa
inkubasi saat pasien masuk rumah sakit. HAIS juga mencakup infeksi yang didapat di
rumah sakit tetapi bisa juga muncul setelah keluar rumah sakit dan juga infeksi akibat
kerja pada fasilitas kesehatan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1. Mendapatkan data dasar infeksi rumah sakit

2. Menurunkan laju kejadian infeksi

3. Identifikasi dini kejadian luar biasa (KLB) di rumah sakit


BAB II

MACAM-MACAM INFEKSI RUMAH SAKIT

Surveillans infeksi rumah sakit adalah proses dinamis, sistematis, terus menerus
dalam mengumpulkan data, identifikasi, analisis dan interpretasi dari data kesehatan
yang penting pada suatu populasi spesifik yang diseminasikan secara berkala kepada
pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan
evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Surveillans harus
mempunyai tujuan yang jelas dan ditinjau secara berkala untuk menyesuaikan dengan
situasi, kondisi dan kebutuhan yang telah berubah.
Perubahan - perubahan yang mungkin terjadi tersebut meliputi
1. Adanya infeksi baru
2. Perubahan kelompok populasi pasien seperti perlunya penerapan cara
intervensi medis lain yang berisiko tinggi.
Macam-macam infeksi rumah sakit yang dikumpulkan adalah :
1. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
IADP merupakan Jenis infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroba melalui
peralata yang kita masukkan langsung ke sistem pembuluh darah atau ditemukannya
organism dari hasil kultur darah yang semi kuantitatif/kualitatif disertai tanda klinis jelas.
Akses langsung ke peredaran darah ini dapat berupa kateter vena maupun arteri,
contohnya pemasangan vena central (CVC: central venous catheter), vena perifer
infus).
2. Infeksi yang berhubungan dengan pemasangan Ventilator atau Ventilator
Assosiated infention Pneumonia (VAP)
Ventilator Asosiated Pneumonia (VAP) adalah infeksi saluran nafas bawah
yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam
dan sebelumnya tidak ditemukan infeksi saluran nafas.
3. Hospital Asguired Pneumonia (HAP)
HAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pasien dirawat dirumah sakit > 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya
tidak menderita infeksi saluran nafas bawah.
4. Infeksi akibat pemasangan kateter urine atau Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK adalah infeksi yang terjadi akibat adanya pemasangan kateter urine.
5. Akibat tindakan pembedahan (SSI)
Surgical Site Infection (SSI) atau ILO adalah infeksi luka operasi yang terjadi
pada tempat/daerah akibat adanya tindakan pembedahan yang terjadi dalam 30 - 90
hari pasca operasi, pada luka terbuka dan tertutup.
BAB III

ANALISIS DATA INFEKSI RUMAH SAKIT

3.1 Data HAI’S Survailans di Rumah Sakit

Rumah Sakit telah mengumpulkan dan mengevaluasi data mengenai infeksi


serta lokasinya sebagai berikut :

a. Saluran pernafasan seperti prosedur dan tindakan terkait intubasi,


bantuan ventilasi mekanik dan trakeostomi

Pada Tahun 2022 di Rumah Sakit Bhayangkara Porong tidak pernah


dilakukan / menggunakan prosedur dan tindakan terkait intubasi, bantuan
ventilasi mekanik dan trakeostomi sehingga data pasien tidak ada.

b. Saluran kencing seperti kateter terdapat pemasangan kateter urine

Pada tahun 2022, Saluran kencing seperti kateter terdapat 947


pemasangan kateter urine pada pasien namun tidak terdapat infeksi saluran
kencing yang terjadi setelah pemasangan kateter pada semua rawat inap di
Rumah Sakit.

c. Alat invasive intravaskuler, saluran vena perifer, saluran vena sentral

Pada tahun 2022, Untuk alat invasive intravaskuler, saluran vena perifer
dan saluran vena sentral di rumah sakit Bhayangkara jarang ada pasien
dengan kondisi yang membutuhkan pemasangan kateter vena sentral bahkan
tidak ada atau termasuk dalam data infeksi IADP. Pemasangan kateter vena
sentral, yang juga disebut kateterisasi vena sentral atau akses vena sentral,
adalah pemasukan kateter (tabung kecil lentur) ke dalam vena besar.

Tindakan ini dilakukan karena beberapa alasan, seperti memasukkan


cairan atau obat-obatan, mengukur tekanan di vena sentral (dekat dengan
jantung), menjalankan pemeriksaan darah khusus yang disebut saturasi
oksigen vena sentral, dan sebagainya. Kateter dimasukkan melalui proses
yang rumit dengan menggunakan metode khusus seperti teknik Seldinger,
untuk memastikan ketepatan penempatan dan mencegah kemungkinan
komplikasi; termasuk infeksi, pendarahan, pneumotoraks (pengumpulan
udara pada rongga pleura), dan lain-lain.
Pemasangan kateter vena sentral paling bermanfaat untuk pasien yang
mengalami sakit kronis, dirawat dalam waktu lama, dan memerlukan akses
intravena (infus) yang berulang kali atau secara terus-menerus, untuk
memasukkan cairan, obat, atau nutrisi. Hal ini karena kateterisasi vena dapat
dipasang untuk waktu yang lebih lama dibanding pilihan infus lainnya

d. Lokasi operasi, perawatan, pembalutan luka, prosedur aseptic

Pada tahun 2022, Lokasi Operasi, perawatan dan pembalutan luka dapat
dilihat pada survailans infeksi ILO/IDO di rumah sakit. Untuk data infeksi yang
terjadi di rumah sakit meliputi ILO (SSI), VAP, HAP, IADP, ISK, Decubitus
dan Phlebitis pada tahun 2022, dapat dilihat pada data Survailans di rumah
sakit (terdapat di lampiran).

Gambar 1. Data Phlebitis di Rawat Inap RS Bhayangkara Pusdik Sabhara


Tahun 2022

Grafik di atas menunjukkan data phlebitis di rumah sakit Bhayangkara


Pusdik Sabhara yang paling tinggi ruangan rawat inap Sakura di bulan Maret
di tahun 2022 sebanyak 23 pasien dan nilai phlebitis sebesar 1.8 ‰. Hal ini
disebabkan beberapa factor yaitu kepatuhan penggunaan APD dan cuci
tangan petugas yang merawat pasien.

e. Penyakit dan organism yang penting dari sudut epidemiologi seperti


multidrug resistant organism dan infeksi yang virulen
Penyakit dan organism yang penting dari sudut epidemiologi seperti multidrug
resistant organism, di Rumah Sakit Bhayangkara belum dilakukan peta kuman
sehingga tidak diketahui miktoorganisme yang sensitive dan resisten di Rumah Sakit
Bhayangkara Pusdik Sabhara.

e. Timbulnya penyakit infeksi baru atau timbul kembali penyakit infeksi di

masyarakat (Emerging and or Re-Emerging Disease)

Pada tahun 2022, Di Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Sabhara tidak terjadi infeksi
baru atau muncul infeksi di masayarakat. Munculnya infeksi baru adalah disebabkan
terjadinya infeksi nosocomial di rumah sakit. Umumnya, infeksi nosokomial disebabkan
oleh bakteri yang ada di rumah sakit. Bakteri tersebut bisa didapat dari orang lain yang
ada di rumah sakit, bakteri yang menjadi flora normal (bakteri yang secara normal ada
di dalam tubuh dan pada keadaan normal tidak menyebabkan gangguan orang itu
sendiri, atau bakteri yang mengontaminasi lingkungan dan alat-alat di rumah sakit.
Selain bakteri, jamur dan virus atau parasit juga dapat menjadi penyebab infeksi
nosocomial (Alodokter, 2016).

3.2 Analsis Penyebab / Faktor Terjadinya Infeksi di Rumah Sakit

Penyebab terjadinya infeksi di rumah sakit adalah Jumlah dan virulensi


(kekuatan) bakteri yang tinggi, serta resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomial. Umumnya, infeksi nosokomial
disebabkan oleh bakteri yang ada di rumah sakit. Bakteri tersebut bisa didapat dari
orang lain yang ada di rumah sakit, bakteri yang menjadi flora normal (bakteri yang
secara normal ada di dalam tubuh dan pada keadaan normal tidak menyebabkan
gangguan) orang itu sendiri, atau bakteri yang mengontaminasi lingkungan dan alat-alat
di rumah sakit. Selain bakteri, jamur dan virus atau parasit juga dapat menjadi
penyebab infeksi nosocomial (Alodokter, 2016).

Yang dimaksud dengan bakteri yang resisten adalah ketika antibiotik menjadi
kurang efektif untuk membunuh bakteri tersebut. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
antibiotik yang tidak sesuai dengan anjuran dokter. Penggunaan antibiotik yang tidak
tepat akan mengakibatkan bakteri yang ada di dalam tubuh manusia berubah karakter
dan menjadi tahan terhadap antibiotik. Rumah sakit merupakan tempat beragam jenis
pasien, sehingga bakteri yang resisten tersebut dapat menyebar di lingkungan rumah
sakit dan akan lebih sulit untuk ditangani bila menjangkiti seseorang (Alodokter, 2016).

 Kondisi Pasien
Selain bakteri, kondisi dari pasien tersebut juga memengaruhi dapat atau
tidaknya terkena infeksi nosokomial. Beberapa kondisi pasien yang membuat
lebih mudah terserang infeksi nosokomial:
 Usia
Pasien lansia (usia di atas 70 tahun) dan bayi lebih mudah terserang infeksi
nosokomial.

 Daya tahan tubuh dan penyakit yang dimiliki.


Pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes, gagal ginjal,
dan kanker meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi nosokomial. Keadaan
akut seperti koma, gagal ginjal akut, cedera berat (seperti habis kecelakaan atau
luka bakar),dan syok juga berkontribusi dalam meningkatkan risiko infeksi
nosokomial. Kondisi yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun seperti pada
penyakit HIV/AIDS, malnutrisi, dan menggunakan obat-obatan yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh. (misalnya: immnunosuppresant, kemoterapi)
akan meningkatkan risiko terkena infeksi nosokomial.

 Prosedur yang dilakukan terhadap pasien.


Prosedur seperti tindakan operasi, pemasangan alat bantu napas (ventilator),
endoskopi, atau kateter meningkatkan risiko seseorang untuk terkena infeksi
nosokomial melalui kontaminasi langsung dengan alat yang masuk ke dalam
tubuh.

 Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu unit
ke unit yang lain, dan penempatan pasien dengan kondisi yang mudah terserang
infeksi nosokomial (misalnya pada ruang perawatan intensif, ruang perawatan
bayi, ruang perawatan luka bakar) di satu tempat dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial. Lamanya waktu perawatan di rumah
sakit juga semakin meningkatkan risiko terkena penyakit nosocomial (Alodokter,
2016).
BAB IV

RENCANA TINDAK LANJUT

Rencana tindak lanjut untuk permasalahan kejadian infeksi phlebitis di rumah


sakit pada tahun 2022 adalah:

1. Menindaklanjuti kejadian phlebitis di tahun sebelumnya di unit rawat inap dengan


melakukan kordinasi atau rapat antara Tim PPI RS, Komite keperawatan dan Unit
Rawat Inap.

2. Mengajukan kepada bagian pendidikan dan pelatihan (DIKLIT) untuk diberikan


pelatihan tentang asuhan keperawatan Infeksi kepada perawat - perawat rumah
sakit.

3. Melakukan sosialisasi perawatan pasien dengan menggunakan bundle


pemasangan infuse perifer

4. Melaksanakan audit Hand Hygiene 5 Moment di rawat inap

Tangan merupakan media yang paling baik bagi kuman untuk berpindah. Oleh
karena itu penting bagi seluruh orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan
dengan cara dan waktu yang tepat. Terdapat lima saat yang penting untuk melakukan
cuci tangan: Sebelum memegang pasien, Sebelum melakukan prosedur kepada
pasien, Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses),
Setelah menyentuh pasien dan Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien
(Alodokter, 2016).
BAB IV

REKOMENDASI

Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian infeksi phlebitis


untuk tahun berikutnya adalah

1. Menggunakan jarum yang sesuai ukuran vena pasien

2. Melakukan sosialisasi tentang pemasangan infuse yang benar

3. Menggunakan jarum yang besar pada vena yang besar agar tidak mempercepat
proses terjadinya phlebitis.
BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Pelaksanaan evaluasi survailans yang dilakukan oleh tim pencegahan dan


pengendalian infeksi rumah sakit merupakan cara untuk meningkatkan kewaspadaan
standart, meminimalisir terjadinya infeksi dan dapat mendeteksi secara dini penyebab
atau faktor terjadinya infeksi di rumah sakit.
Phlebitis merupakan infeksi yang paling tinggi yang terjadi di rumah sakit
berdasarkan hasil analisis data survailans kejadian infeksi di rumah sakit sebesar 6.45
‰. Penyebab terjadinya infeksi ini adalah kurangnya kesadaran tindakan cuci tangan
yang dilakukan petugas maupun pasien dan keluarga, lamanya waktu perawatan di
rumah sakit.

Porong, 9 Desember 2022


Mengetahui
IPCN

TRI RETNO UTAMI


KOMPOL NRP 71030336
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. 2016. Pengertian Infeksi Nosokomial. http://www.alodokter.com/infeksi-


nosokomial. Jakarta.
Priyanti z soepandi. 2010. Diagnosis dan faktor yang mempengaruhi terjadinya tb-mdr.
Departemen pulmonologi & ilmu kedokteran respirasi fkui-rs persahabatan.
Jakarta
.
.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai