RAYA
NOMOR : 043/SK-DIR-SHPR/II/2021
TENTANG
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT
DIREKTUR RUMAH SAKIT
MEMUTUSKAN
NOMOR: 043/SK-DIR-SHPR/II/2021
TENTANG
Revisi: 04
1. Definisi :
a. HAIs (Health Care : Infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di
Associated Infections) rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam
masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi
muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena
pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan .
c. Central Sterile Supply : Merupakan bagian dari rumah sakit yang mengelola
Department (CSSD) semua proses pencucian, disinfeksi dan sterilisasi alat
medis termasuk pendistribusian.
d. APD (Alat Pelindung : Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan
Diri) yang di pakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya
fisik, kimia, biologi/bahan infeksius.
KRS-SHG-LAB-001 1
e. Infeksi Aliran Darah : Adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang
Primer (IADP) atau menggunakan alat sentral intra vaskuler setelah 48 jam
Central Line Associated dan ditemukan tanda atau gejala infeksi yang dibuktikan
Blood Stream Infection dengan hasil kultur positif bakteri patogen yang tidak
(CLABSI) berhubungan dengan infeksi pada organ tubuh yang lain
dan bukan infeksi sekunder.
g. Infeksi Daerah Operasi : Infeksi yang terjadi setelah 30 hari paska operasi jika
(Surgical site Infection/ tidak ada implan atau sampai 90 hari jika ada implan.
SSI) Faktor yang berkontribusi terjadinya suatu infeksi, (dapat
dicegah dengan melihat sumber infeksinya), yaitu:
h. Catheter Urinary Track- : Adalah Infeksi saluran kemih yang terjadi pada saat dan
Infections (CAUTI) atau selama pasien terpasang kateter dirumah sakit dalam
Infeksi Saluran Kemih waktu > 48 jam.
(ISK)
i. Kejadin Luar Biasa : Adalah terjadinya dua atau lebih kasus suatu infeksi pada
(KLB) waktu yang bersamaan atau peningkatan jumlah infeksi
dari yang terjadi pada umumnya. Pada penyakit tertentu
seperti Difteri, satu kasus pada keadaan apapun dapat
dipertimbangkan sebagai kejadian luar biasa.
KRS-SHG-PPI-001 2
k. kMDROs (Multidrug- : Multidrug-resistant Organisms merupakan
resistant Organisms) mikroorganisme yang secara dominan bakteri yang
resisten terhadap satu atau lebih golongan antibiotika
yang tersedia secara komersial sehingga pilihan
pengobatan sangat terbatas. MDROs yang paling sering
di rumah sakit umumnya MRSA (Methicillin Resistant
Staphylococcus Aureus), VRE (Vancomycin Resistant
Enterococcus) dan gram negative resistan ESBL
(Extended Spectrum Beta Lactamase)
2. Direktur rumah sakit membentuk Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
untuk melaksanakan tugas sebagai berikut:
a. Menetapkan definisi infeksi terkait layanan kesehatan.
b. Metode pengumpulan data (surveilans HAIs).
c. Membuat strategi atau program menangani risiko infeksi.
d. Melaksanakan manajemen risiko pencegahan dan pengendalian infeksi.
KRS-SHG-PPI-001 3
3. Direktur rumah sakit menetapkan Infection Prevention and Control Nurse (IPCN) yang
purna waktu sesuai dengan perundangan yang berlaku yaitu 1 : 100 tempat tidur.
4. Direktur rumah sakit menetapkan perawat penghubung PPI atau Prevention and Control
Link Nurse (IPCLN) di setiap ruangan rawat inap dan rawat jalan untuk melakukan
tugasnya yang meliputi:
a. Mencatat data surveilans dari setiap pasien di ruangan rawat inap masing-masing.
b. Memberikan motivasi dan mengingatkan tentang pelaksanaan kepatuhan program PPI
pada setiap personil ruangan di ruangan masing-masing.
c. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam penerapan kewaspadaan
isolasi.
d. Menginformasikan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya HAIs pada pasien.
e. Bila terdapat infeksi potensial KLB, melakukan penyuluhan kepada pengunjung dan
konsultasi prosedur PPI berkoordinasi dengan IPCN.
f. Memantau pelaksanaan penyuluhan kepada pasien, keluarga dan pengunjung serta
konsultasi prosedur yang harus dilaksanakanan PPI.
5. Komite PPI membuat program kerja secara komprehensif dan mencakup seluruh bagian
Rumah Sakit untuk mengurangi risiko HAIs pada pasien dan staf. Program kerja dilakukan
setiap 1 tahun sekali dilengkapi dengan rincian anggaran program yang meliputi:
a. Kebersihan tangan.
b. Kebersihan lingkungan rumah sakit dan desinfeksi.
c. Meningkatkan pegawasan terhadap penggunaan antimikroba secara aman.
d. Surveilans risiko infeksi.
e. Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan antimikroba secara aman.
f. Asesmen berkala terhadap risiko, mengidentifikasi proses-proses yang terkait dengan
risiko infeksi dan analisis serta Menyusun risk register.
g. Menetapkan sasaran penurunan risiko infeksi, mengukur tingkat infeksi dan me-
review risiko infeksi,
h. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPI.
i. Kesehatan dan keselamatan staf.
j. Memberikan edukasi dan melakukan kegiatan berbasis bukti untuk mengurangi risiko
infeksi.
7. Rumah sakit menetapkan surveilans HAIs meliputi angka kejadian: Infeksi Daerah Operasi
(IDO), Infeksi Aliran Darah Primer (IADP), kejadian Ventilator Associated Pneumonia
(VAP), infeksi saluran kemih sehubungan dengan pemasangan kateter urin (CAUTI),
Multidrug Resistance Organism (MDRO) dan kejadian timbulnya infeksi baru atau
timbulnya kembali infeksi di masyarakat. IPCN melakukan Surveilans HAIs dan
menentukan prioritas sesuai dengan kejadian HAIs terbanyak bersama dengan komite,
direktur Rumah Sakit serta kepala divisi. Monitoring pelaksanaan bundle pencegahan HAIs
dilakukan untuk memastikan pencegahan dan penurunan angka kejadian infeksi.
9. Rumah sakit melakukan asesmen risiko infeksi pada: prosedur dan asuhan invasif yang
berisiko infeksi, sterilisasi alat, pengelolaan linen / londri, pengelolaan sampah, penyediaan
makanan, dan kamar jenazah.
KRS-SHG-PPI-001 5
10. Rumah Sakit memiliki proses untuk melindungi pasien dan staf dari pathogen bloodborne
yang terkait dengan paparan darah dan cairan tubuh:
a. Melakukan identifikasi proses yang dapat mengakibatkan pasien atau staf terpapar darah
dan cairan tubuh serta menerapkan praktik untuk mengurangi risiko paparan dengan
melakukan kewaspadaan standar, penyediaan fasilitas dan edukasi.
b. Paparan pasien dan staf terhadap darah dan cairan tubuh dilaporkan melalui incident
report.
c. Action plan segera dilakukan berdasarkan paparan pasien dan staf terhadapa darah dan
Ciaran tubuh.
d. Edukasi diberikan kepada staf terkait dengan proses untuk melaporkan insiden paparan.
e. Pelacakan dan pemantauan insiden pasien dan staf yang terpapar darah dan cairan tubuh
dilakukan ketika ada kejadian.
f. Laporan insiden paparan di riview, dan dilakukan tindaklanjut untuk meminimalkan
risiko paparan darah dan cairan tubuh.
12. Rumah sakit menetapkan ketentuan tentang penggunaan kembali (reuse) alat sekali pakai
yang meliputi:
a. Alat dan material yang dapat dipakai kembali.
b. Jumlah maksimum pemakaian ulang dari setiap alat.
c. Identifikasi kerusakan akibat pemakaian dan keretakan yang menandakan alat tidak
dapat dipakai.
d. Proses pembersihan setiap alat yang segera dilakukan sesudah pemakaian
e. Pemberian identifikasi pasien pada bahan medis habis pakai untuk dialyzer.
f. Pencatatan bahan medis habis pakai yang di reuse di rekam medis
g. Evaluasi untuk menurunkan resiko infeksi bahan medis habis pakai yang di reuse.
KRS-SHG-PPI-001 6
h. Penggunaan kembali (reuse) alat sekali pakai untuk dialyzer Hemodialisis (HD),
dilakukan reuse sebanyak 6 kali dan didukung dengan nilai total cell volume 80%.
16. Rumah sakit melakukan penilaian risiko pengendalian infeksi Infection Control Risk
Assessment (ICRA) pada kegiatan re-kontruksi atau renovasi bangunan meliputi:
a. Identifikasi tipe / jenis konstruksi.
b. Identifikasi kelompok risiko pasien.
c. Matrik pengendalian infeksi antar kelompok risiko atau tipe kegiatan konstruksi.
d. Proyek untuk menetapkan kelas / tingkat infeksi.
e. Tindak pengendalian infeksi berdasarkan kelas infeksi.
f. Monitoring pelaksanaan.
17. Rumah sakit melakukan pengendalian dan mekanis teknis (mechanical dan engineering
controls) untuk fasilitas yang meliputi:
a. Sistem ventilasi bertekanan positif dan negative.
b. Biological safety cabinet.
c. Laminary airflow hood.
d. Pemanas air untuk sterilisasi piring dan alat dapur.
e. Thermostat di lemari pendingin.
18. Rumah Sakit menetapkan peraturan terkait penempatan pasien dengan kategori risiko
meliputi:
a. Pasien dengan penyakit menular secara kontak dan droplet di ruang sendiri (single room)
atau kohorting.
b. Pasien dengan penyakit infeksius lewat udara/airborne yang tiba di Instalasi Gawat
Darurat dalam kamar sendiri dengan exhaust vent /tekanan negatif.
KRS-SHG-PPI-001 8
c. Pasien infeksi airborne di rawat inap ditempatkan di ruang isolasi bertekanan negatif,
jika terjadi ledakan pasien dengan airborne dan kamar isolasi sudah tidak ada, maka
pasien akan dirujuk.
d. Pasien sementara di Emergency Room selama menunggu proses transfer.
e. Pasien dengan penyakit menular secara kontak dan droplet di ruang sendiri (single room)
atau kohort.
19. Rumah sakit menyediakan ruangan untuk pasien dengan imunitas rendah di ruangan single
room dengan tekanan positif (bila mungkin).
20. Rumah sakit berupaya dalam manangani emerging dan re-emerging disease dan menetapkan
penanganan kejadian sesuai dengan ketetapan dari kementerian kesehatan dan badan
kesehatan Rumah Sakit Dunia.
22. Rumah sakit menetapkan aturan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang meliputi: jenis
APD, lokasi penggunaan APD, indikasi penggunaan APD dan cara pemakaian dan melepas
APD yang baik dan aman.
23. Kamar jenazah di rumah sakit dapat digunakan untuk transit dan pemulasaran jenazah baik
dari ruang rawat inap maupun emergency sesuai dengan fasilitas yang tersedia.
24. Rumah sakit memiliki aturan manajemen data dan terintegrasi antara data surveilans dengan
data indikator mutu.
KRS-SHG-PPI-001 9
26. Komite PPI melakukan program edukasi dan pelatihan PPI secara berkala yang dilakukan
kepada:
a. Orientasi karyawan baru baik staf klinis maupun non klinis.
b. Professional pemberi asuhan secara berkala.
c. Staf non klinis, termasuk outsourcing.
d. Pasien dan keluarga.
e. Pengunjung rumah sakit.
Regulasi Terkait:
No Dokumen Judul
KRS-SHG-PPI-001 10
SPO-SHG-CSSD-003 Penerimaan Alat Kotor dan Pendistribusian Kemasan Steril
SPO-SHG-CSSD-010 Pencucian Alat atau Instrumen di CSSD
SPO-SHG-CSSD-014 Pengemasan Alat di CSSD
SPO-SHG-CSSD-006 Pemantauan Mutu Sterilisasi
SPO-SHG-CSSD-005 Penyimpanan Alat Non Steril dan Steril
SPO-SHG-CSSD-016 Persiapan dan Monitoring Mutu Sterilsasi di CSSD
SPO-SHG-CSSD-007 Proses Sterilisasi Implant
SPO-SHG-CSSD-010 Pencucian Alat atau Instrumen di CSSD
SPO-SHG-DLS-011 Re Proses Single Use Dialyzer
SPO-SHG-FM-014 Pemeriksaan Bangunan
SPO-SHG-FM-007 Sistem Tata Udara
SPO-SHG-GA-005 Pengelolaan Linen
SPO-SHG-GA-002 Pembersihan Ruangan
SPO-SHG-GA-006 Pengelolaan Limbah
SPO-SHG-LAB-006 Penanganan Limbah di Laboratorium
SPO-SHG-LAB-002 Penanganan Bahan Infeksius
SPO-SHG-KL-002 Penanganan Limbah B3 di tempat Penampungan Sementara
SPO-SHG-PHA-001 Prosedur Pemesanan, Pembelian, Penerimaan dan Penyimpanan
Sediaan farmasi, Alat Kesehatan Bahan Medis Habis Pakai
No Revisi No Revisi
Rangkuman Revisi
Baru Lama
KRS-SHG-PPI-001 11
03 02 1. Tambahan isi kebijakan nomor 10 terkait dengan patogen
bloodborne
2. Tambahan isi kebijakan nomor 4 terkait program
02 01 1. Perubahan menyesuaikan dengan tata naskah.
2. Perbaikan surat keputusan pada bagian menimbang,
mengingat dan memutuskan.
3. Perubahan Isi kebijakan pada nomor 1 menjadi definisi
sebelumnya ketentuan umum.
Perbaikan isi kebijakan menyesuaikan dengan kebutuhan
standar akreditasi.
01 00 Perubahan format dokumen.
00 - Dokumen baru
KRS-SHG-PPI-001 12