Nomor : 068/KF/SK/IX/2023
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI KLINIK FELLA
Ditetapkan di : Pangkajene
Pada tanggal : 09 September 2023
PENANGGUNG JAWAB KLINIK FELLA,
SUWARTA
Lampiran SK Penanggung Jawab Klinik Fella
Nomor : 068/KF/SK/IX/2023
Tentang : Pedoman Pelayanan Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Klinik sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Klinik dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan
pengunjung di Klinik dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi atau infeksi nosokomial
yaitu infeksi yang diperoleh di Klinik, baik karena perawatan atau datang berkunjung ke
Klinik. Angka infeksi nosocomial terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9%
(variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di Klinik seluruh dunia. Hasil
survey point prevalensi dari 11 Klinik di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jay a
dan Klinik Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003 didapatkan
angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran
Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan Infeksi
Saluran Napas lain 15,1%, serta Infeksi lain 32,1%.
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di Klinik dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan,
serta monitoring dan evaluasi.
Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di Klinik sangat penting karena
menggambarkan mutu pelayanan Klinik. Apalagi akhir-akhir ini muncul berbagai penyakit
infeksi baru (new emerging, emerging diseases dan re-emerging diseases).
Wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dari penyakit infeksi sulit diperkirakan
datangnya, sehingga kewaspadaan melalui surveilans dan tindakan pencegahan serta
pengendaliannya perlu terus ditingkatkan. Selain itu infeksi yang terjadi di Klinik tidak
saja dapat dikendalikan tetapi juga dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah yang
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Pedoman ini harus dapat diterapkan di Klinik tanpa membedakan kepemilikan,
kelas, besar kecil Klinik atau kekhususan dari Klinik itu sendiri. Setiap Klinik dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya direkomendasikan dapat menciptakan sendiri Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dengan berdasarkan pada dokumen yang ada, dan
dimodifikasi sesuai dengan fasilitas, kemampuan sumber daya manusia, lingkungan di
wilayah kerja masing-masing.
V. Batasan Operasional
Healthcare-associated infection (HAIs) tidak terbatas infeksi pada pasien saja,
tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan
medis di setiap unit pelayanan di Klinik Fella.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Ketua
Kriteria: Seorang perawat yang mempunyai pengetahuan dan berminat pada
pencegahan dan pengendalian infeksi
1. Tanggung jawab:
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab seluruhnya terhadap
pelaksanaan program PPI.
2. Tugas pokok:
Mengkoordinasi semua pelaksanaan kegiatan program PPI
3. Uraian tugas:
a. Menyusun, merencanakan dan mengevaluasi program kerja PPI
b. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI
c. Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan PPI
d. Bekerjasama dengan tim PPI dalam melakukan investigasi masalah atau
KLB HAIs
e. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan
dan pengendalian infeksi
f. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan klinik dan pelayanan
kesehatan lainnya dalam PPI
g. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan kesehatan, cara pemrosesan alat,
penyimpanan alat dan linen yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi
yang menggunakan.
h. Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan SDM klinik dalam PPI
i. Bertanggung jawab terhadap koordinasi dengan bagian unit kerja terkait
j. Berkoordinasi dengan unit terkait PPI
k. Memimpin pertemuan rutin setiap bulan dengan anggota PPI untuk
membahas dan menginformasikan hal – hal penting yang berkaitan dengan
PPI
l. Meningkatkan pengetahuan anggota, membuat dan memperbaiki cara kerja
dan pedoman kerja yang aman dan efektif
m. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan renovasi
ruangan
n. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena
potensial menyebarkan infeksi
o. Menghadiri pertemuan manajemen, bila dibutuhkan.
B. Anggota tim
1. Tanggung Jawab:
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada Ketua
dalam pelaksanaan program kerja PPI di setiap unitnya masing-masing
2. Tugas Pokok:
Membantu pelaksanaan semua kegiatan di Program PPI di unit masing-masing
3. Uraian Tugas:
a. Melaksanakan semua kegiatan di program PPI di unit masing-masing
b. Memonitoring pelaksanaan PPI, penerapan SPO terkait PPI di masing-
masing unit
c. Mengaudit pelaksanaan PPI di masing-masing unit
d. Membuat laporan evaluasi kegiatan program PPI di unitnya
e. Memberikan penyuluhan / pendidikan kepada staff tentang upaya-upaya PPI
di unitnya.
Sudah/Belum
Kedudukan Kualifikasi
Nama Mengikuti
Dalam Tim Pendidikan
Pelatihan PPI
Ketua Fahrul Mappe, S.Kep., Ns Sudah
Nurul Fadillah, SKM Belum
Nisfa Musdalipah, A.Md.Kes Belum
Anggota
Darmiania, Amd.Keb Belum
Ahmad Danil, A.Md.Farm Belum
Jumlah 4
C. Distribusi Ketenagaan
Ketenagaan di dalam PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) mencakup
ketenagaan disetiap unit yang terdiri dari:
1. Perawat
2. Bidan
3. Petugas laboratorium
4. Petugas farmasi
5. Kesehatan Masyarakat
D. Jadwal Kegiatan
Jenis Kegiatan Jadwal
Audit PPI Dilakukan secara acak dalam satu bulan di
masing-masing unit
Audit ICRA Dilakukan tiap akhir bulan di masing-masing
unit
Rapat Semester Dilakukan setiap awal semester
In House Training Dilakukan setahun 2x setelah rapat semester
BAB III
STANDAR FASILITAS
I. Denah Ruangan
A. Standar Fasilitas
No Jenis Peralatan Pelayanan Standar Tersedia
1 APD
Masker bedah
Sarung tangan
- Steril
- Non Steril Sesuai Sesuai
- Rumah tangga Kebutuhan Kebutuhan
Google
Fice shield
Kap penutup kepala
Sandal tertutup/sepatu booth
2 Spill Kit Tersedia di Kamar Tindakan
Sign warning “Awas Lantai Licin” 1 1
Box casing 1 1
Appron plastic 1 1
Sarung tangan 1 1
Tisue 1 1
Kain lap 1 1
Penjepit/pincet 1 1
Topi 1 1
Kantong plastik medis 1 1
Chlorin 1 1
Botol spray 1 1
Pasir silica Sesuai Sesuai
kebutuhan kebutuhan
Senter Sesuai Sesuai
kebutuhan kebutuhan
Sapu & serok 1 1
Google /Kaca mata 1 1
Masker 1 1
Sepatu Booth 1 1
3 AHP Cuci Tangan
Briket/botol handrub
Sesuai Sesuai
Alkohol
kebutuhan kebutuhan
Sabun cair/ handwash
Tissue
4 Safety Box Sesuai Sesuai
kebutuhan kebutuhan
BAB IV
I. Lingkup Kegiatan
A. Metode
Metode merupakan cara-cara yang dilakukan untuk terlaksanya kegiatan PPI di
Klinik , dilakukan dengan cara audit, penyampaian laporan, pertemuan.
1. Audit
Audit dilaksanakan setahun 2x (tiap semester) sesuai jadwal pada masing-masing unit.
2. Pelaporan
a. Laporan Bulanan meliputi rekapitulasi surveilans HAIs tiap bulan di masing-
masing unit, dan daftar tilik pelaksanaan kewaspdaan standar;
b. Laporan Semester meliputi rekapitulasi HAIs, ICRA, audit PPI terkait
kewaspadaan standar, penggunaan antibiotik rasional dan In House Training
dibuat oleh PJ PPI untuk dilaporkan ke PJ Mutu, meliputi laporan kegiatan PPI
dalam waktu 6 bulan.
3. Pertemuan
a. Rapat Terjadwal:
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh PJ PPI dengan tim di masing-
masing unit setiap 6 bulan sekali, dengan agenda rapat evaluasi kegiatan PPI
dalam satu semester.
b. Rapat Tidak Terjadwal
Rapat tidak terjadwal merupakan rapat yang sifatnya situasional sesuai
masalah PPI yang muncul di tiap unit.
B. Langkah Kegiatan
1. Surveilans HAIs
Jenis surveilans HAIs yang dilakukan di Klinik Fella adalah Surveilans Target
yaitu survei yang berfokus pada ruangan atau pasien dengan risiko infeksi spesifik
seperti Unit Gawat Darurat, ruang pelayanan dokter gigi, ruang laboratorium, ruang
rawat inap dan ruang kamar bersalin. Surveilans target dapat memberikan hasil yang
lebih tajam dan memerlukan sumber daya manusia yang sedikit.
Adapun langkah-langkah kegiatan surveilans HAIs adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Melakukan pengkajian populasi pasien, menyeleksi hasil/proses surveilans, dan
penggunaan definisi infeksi
b. Pengumpulan Data
Dilakukan oleh seseorang yang kompeten dibidangnya dan telah mendapatkan
pelatihan. Hasil dari pengumpulan data berupa buku rekapitulasi HAIs yang ditutup
selama satu semester oleh Penanggung Jawab PPI.
c. Analisis
Data harus dianalisa dengan cepat dan tepat dengan menggunakan daftar tilik
kamus indikator mutu klinik untuk mendapatkan informasi apakah ada masalah
infeksi klinik yang memerlukan penanggulangan atau investigasi lebih lanjut.
d. Interpretasi
Interpretasi yang dibuat harus menunjukkan informasi tentang penyimpangan yang
terjadi. Bandingkan angka infeksi klinik apakah ada penyimpangan, dimana terjadi
kenaikan atau penurunan yang cukup tajam. Bandingkan rate infeksi dengan
NNIS/CDC/WHO. Perhatikan dan bandingkan kecenderungan menurut jenis
infeksi, ruang perawatan dan mikroorganisme patogen penyebab bila ada. Jelaskan
sebab-sebab peningkatan atau penurunan angka infeksi klinik dengan melampirkan
data pendukung yang relevan dengan masalah yang dimaksud.
e. Pelaporan
Laporan dibuat secara periodik, yaitu tiap semester. Laporan dilengkapi dengan
rekomendasi tindak lanjut bagi pihak terkait dengan peningkatan infeksi. Laporan
didesiminasikan kepada pihak-pihak terkait. Tujuan diseminasi agar pihak terkait
dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk menetapkan strategi pengendalian
infeksi klinik.
f. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan keseluruhan langkah-langkah proses surveilans, ketepatan
waktu dari data, kualitas data, ketepatan analisa, dan menghasilkan penilaian
apakah sistem surveilans sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil pelaksanaan surveilans merupakan dasar untuk melakukan perencanaan
lebih lanjut. Jika terjadi peningkatan infeksi yang signifikan yang dapat dikatagorikan
kejadian luar biasa, maka perlu dilakukan upaya penanggulangan kejadian luar biasa.
Monitoring dan evaluasi proses serta hasil sterilisasi harus dilakukan sesuai
ketentuan sebagai jaminan mutu/kualitas hasil sterilisasi, meliputi:
a. Monitoring proses secara visual dengan melihat kondisi post sterilisasi
b. Indikator eksternal dilakukan/diberikan pada setiap kemasan (perubahan
warna)
c. Indikator mekanik yaitu dengan mencatat kondisi suhu, waktu dan tekanan
selama proses
d. Bowie Dick Test dilakukan setiap 1 (satu) kali sebulan sebelum mesin
autoclave dengan vakum
e. Indikator biologi, dilakukan minimal 2 (dua) minggu sekali tiap mesin
autoclave steam
Alat kesehatan/instrumen, bahan habis pakai (BHP), serta linen medis yang
telah disterilkan disimpan di ruang steril. Penyimpanan di unit pelayanan minimal
di tempat/ruang yang jauh dari lalu lintas utama atau pada kotak/ almari yang bersih
dan kering serta mudah dilakukan disinfeksi.
Masa kadaluarsa cara sterilisasi dengan bahan pengemas Satu minggu
Sterilisasi dengan metode panas basah (autoclave steam) dengan pengemas kertas
perkamen rangkap 2; linen rangkap 2 atau ditempatkan dalam tromol
Satu bulan Sama seperti 1 minggu jika kondisi ruang penyimpanan sesuai
standar (suhu 180 – 220C kelembaban 35 -75 %)
Satu 3 bulan Sterilisasi dengan metode panas basah (autoclave steam)
pengemas pouches
Sebelum penggunaan alat/instrumen/bahan yang disteril, pastikan bahwa:
a. Kemasan dalam kondisi baik (tidak rusak, kering dan belum terbuka);
b. Monitoring ketepatan penerapan standar, analisis evaluasi dan tindak lanjut
sesuai hasil evaluasi dilakukan Tim PPI setiap 3 bulan, disampaikan kepada
Tim Mutu Klinik.
4. Pengendalian Lingkungan
Kebersihan Ruang di lingkungan klinik merupakan tindakan pembersihan
secara seksama yang dilakukan teratur meliputi:
1. Pembersihan dilaksanakan terhadap barang yang sering tersentuh tangan,
misalnya: tepi tempat tidur dengan bed rails, tiang infus, tombol telpon, gagang
pintu, permukaan meja kerja, anak kunci, dll.
2. Pengepelan lantai meliputi seluruh permukaan dengan disinfektan standar klinik
setiap hari mimimal 2 kali/hari
3. Pembersihan sekat/ gordyn pembatas antar pasien dilakukan minimal setiap 3
bulan (bahan gordyn dipilih yang mudah dibersihkan dan tidak bergelombang)
4. Pembersihan kamar mandi/ WC/ wastafel dilakukan setiap hari atau sewaktu-
waktu diperlukan dengan disinfektan sesuai standar.
5. Bongkaran pada ruang rawat dilakukan setiap 1 (satu) bulan atau sesuai dengan
kondisi hunian ruangan.
Prinsip Pembersihan lingkungan:
1. Dilaksanakan sesuai standar zonasi ruangan di klinik
2. Mengusap seluruh permukaan Lingkungan dengan disinfektan standar klinik
3. Untuk mencegah aerosolisasi kuman patogen penyebab infeksi pada saluran
napas, hindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, tapi gunakan cara basah
(kain basah) dan mop (untuk pembersihan kering/lantai), bila dimungkinkan mop
terbuat dari microfiber.
4. Tidak dianjurkan menggunakan karpet di ruang perawatan dan menempatkan
bunga segar, tanaman pot, bunga plastik di ruang perawatan. Pembersihan
permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila ada cairan
tubuh menggunakan klorin 0,5%.
Gambar 13. Mop
3
Appron plastik Plastik 1 pcs
4
Sarung tangan Medis non steril 1 pasang
5
Tisue Putih,daya serap tinggi 2 pcs
7
Penjepit/pincet Stainless steel 1 pcs
8
Topi Disposible 2 pcs
9
Kantong plastik medis Ukuran 40x40 cm 4 pcs
10
Chlorin Botol 200 ml 1 pcs
11
Botol spray Bahan plastik,ukuran 500 ml 1 pcs
14
Senter Bahan plastik,Bateray 1 pcs
15
Sapu & serok Bahan plstik ukuran kecil 1 pcs
16
Google /Kaca mata Bahan plastik,fleksible 1 pcs
17
Masker Masker bedah,disposible 4 pcs
18
Sepatu Booth Bahan karet/latex,ukuran 41 1 pasang
6. Pengelolaan Linen
Pengelolaan linen yang aman adalah kegiatan yang bertujuan mencegah
kontaminasi linen kotor atau infeksius kepada petugas, pasien dan lingkungan,
meliputi proses pengumpulan, pemilahan, pengangkutan linen kotor, pencucian
sampai distribusi linen. Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi.
Linen terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya,
termasuk juga benda tajam. Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus
dilakukan dengan hati-hati. Kehatian-hatian ini mencakup penggunaan perlengkapan
APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur sesuai pedoman
kewaspadaan standar dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Membuat SPO penatalaksanaan linen.
2. Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan rumah
tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
3. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan tubuh,
pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat atau petugas.
4. Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke udara dan
petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor segera
dibungkus/dimasukkan ke dalam kantong kuning di lokasi penggunaannya dan
tidak boleh disortir atau dicuci di lokasi dimana linen dipakai.
5. Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus
dibungkus, dimasukkan kantong kuning dan diangkut/ditranportasikan secara
berhati-hati agar tidak terjadi kebocoran.
6. Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer bedpan, spoelhoek atau
toilet dan segera tempatkan linen terkontaminasi ke dalam kantong
kuning/infeksius. Pengangkutan dengan troli yang terpisah, untuk linen kotor atau
terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong kuning. Pastikan kantong tidak
bocor dan lepas ikatan selama transportasi.
7. Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry terpisah
dengan linen yang sudah bersih.
8. Cuci dan keringkan linen di ruang laundry. Linen terkontaminasi seyogyanya
langsung masuk mesin cuci yang segera diberi disinfektan.
9. Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen dilakukan melalui 2
tahap yaitu menggunakan deterjen dan selanjutnya dengan Natrium hipoklorit
(Klorin) 0,5%. Pengelolaan linen di Klinik meliputi kegiatan, penerimaan dan
pencucian linen kotor, penyediaan linen bersih siap pakai, pemeliharaan, dan
pemusnahan linen rusak.
Jenis linen di Klinik dikualifikasikan menjadi linen bersih, linen kotor
infeksius dan linen kotor non infeksius (terdiri atas linen kotor berat dan linen kotor
ringan). linen bersih pasca pencucian di laundry. Linen kotor infeksius adalah linen yg
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari infeksi
TB, Salmonella & Shigella, HBV, HCV, HIV, dll yang dapat menularkan
mikroorganisme tersebut kepada pasien lain, petugas ataupun mencemari lingkungan.
7. Penempatan Pasien
Untuk mencegah transmisi silang agen patogen penyebab infeksi,
direkomendasikan penempatan pasien secara kohorting (penempatan pasien
berkelompok besama pasien lain dengan infeksi sejenis), penempatan dalam ruang
tunggal atau penempatan dalam ruang isolasi. Penataan ventilasi dapat dilakukan
secara alamiah atau campuran (dibantu sistem fan dan exhaust).
8. Hygiene Respirasi/ Etika Batuk
Hygiene pernafasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya. Semua pasien, pengunjung dan
petugas kesehatan hanus direkomendasikan untuk selalu mematuhi etika batuk dan
kebersihan pernafasan untuk mencegah ekskresi sekret pernafasan (droplet nuclei).
Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran nafas harus:
a. Menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin;
b. Gunakan tisu/saputangan untuk menutup batuk, buang tisu pasca pakai ke tempat
limbah infeksius;
c. Atau gunakan lengan baju bagian dalam untuk menutup batuk,
d. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih mengalir dan sabun atau lakukan
alternatif cuci tangan menggunakan larutan handrub berbasis alkohol;
e. Gunakan masker kain/masker medikal bila sedang batuk/ flu.
Penyuluhan Kesehatan dilakukan untuk memperkenalkan hygiene respirasi/
etika batuk:
a. Edukasi kepada semua petugas, pasien dan pengunjung Klinik dengan infeksi
saluran napas;
b. Edukasi petugas, pasien, keluarga dan pengunjung akan pentingnya pengendalian
transmisi kandungan aerosol dan sekresi saluran nafas dalam mencegah penularan
infeksi saluran napas;
c. Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alkohol handrub, wastafel, sabun
biasa/ antiseptik, tissue towel), terutama pada area tunggu perlu diprioritaskan.
9. Praktek Menyuntik Yang Aman
Praktek menyuntik yang dapat dilakukan tenaga Kesehatan agar terhindar dari
infeksi adalah sebagai berikut:
a. Tidak memakai ulang jarum suntik;
b. Upayakan tidak memakai obat- obat/cairan multidose;
c. Pertahankan teknik aseptik dan antiseptik pada pemberian injeksi;
d. Segera buang jarum suntik habis pakai pada kontainer benda tajam;
e. Tidak melakukan recapping jarum suntik habis pakai.
10. Kesehatan Dan Perlindungan Petugas Kesehatan
Upaya kesehatan dan perlindungan karyawan/petugas kesehatan ditujukan
kepada seluruh karyawan baik yang berhubungan langsung dengan pasien maupun
tidak. Pelaksanaan upaya kesehatan kerja meliputi:
a. Pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi yang pelaksanaannya tergantung pada:
1) Resiko ekspos petugas
2) Kontak petugas dengan pasien
3) Karakteristik pasien Klinik
4) Dana Klinik
c. Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum)
d. Pengobatan dan atau konseling.
11. Kewaspadaan Berdasarkan Penularan/Transmisi
Kewaspadan berdasarkan penularan dibutuhkan untuk memutus mata rantai
transmisi mikroba penyebab infeksi, dibuat untuk diterapkan terhadap pasien yang
diketahui atau diduga terinfeksi atau terkolonisasi patogen yang dapat ditransmisikan
lewat udara, droplet, kontak dengan kulit atau permukaan terkontaminasi.
Kewaspadaan ini diterapkan sebagai tambahan terhadap kewaspadaan standar. Jenis
kewaspadaan berdasarkan transmisi:
a. Kewaspadaan kontak
Kunci kewaspadaan transmisi kontak:
1) Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien
2) Gunakan sarung tangan besih, tidak perlu steril dan gaun disposable/
reusable bilamana kontak dengan pasien infeksi kontak.
3) Lepaskan dan proses segera sarung tangan dan gaun pasca pakai perawatan
pasien infeksi kontak secara tepat (dimasukkan limbah medis dan kantong
linen infeksius). Lakukan kebersihan tangan segera setelah melepas sarung
tangan.
4) Hindari menyentuh wajah, mata atau mulut dengan tangan yang memakai
atau tidak memakai sarung tangan sebelum melakukan kebesihan tangan
5) Pasien ditempatkan dalam ruang perawatan yang terpisah atau secara
kohorting dengan pasien lain yang menderita infeksi sejenis (kontak)
6) Minimalkan kontak antar pasien dan batasi gerak pasien keluar ruang
perawatan
7) Pengendalian lingkungan: pembemasihan dan dekontaminasi permukaan
lingkungan dan benda-benda terkontaminasi dengan disinfektan standar
klinik
b. Kewaspadaan Transmisi Droplet
Kunci Kewaspadaan Droplet:
1) Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien, dan segera setelah setiap
kali melepas alat pelindung diri
2) Gunakan masker bedah setiap kali berada dalam jarak 1 meter dengan
pasien
3) Pasien ditempatkan dalam ruang perawatan yang terpisah atau secara
kohorting dengan pasien lain yang menderita infeksi sejenis, berjarak antar
pasien minimal 1 meter
4) Minimalkan transportasi pasien keluar ruang perawatan
5) APD masker bedah/medik, sarung tangan, gaun
6) Pengendalian lingkungan : pembersihan dan dekontaminasi permukaan
lingkungan dan benda-benda terkontaminasi dengan disinfektan standar
Klinik
c. Kewaspadaan Transmisi melalui Udara (Airborne)
Kunci Kewaspadaan Udara (Airborne):
1) Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien, dan segera setelah setiap
kali melepas alat pelindung diri
2) Gunakan respirator partikulat saat memasuki ruang isolasi udara, cek setiap
akan pakai (fit test)
3) Pasien ditempatkan dalam ruang perawatan dengan ventilasi
memadai/ruang dengan pertukaran udara 12x/jam atau ruang bertekanan
negatif (bila mungkin), dipisahkan dan pasien lain atau ditempatkan
dengan prinsip kohorting besama pasien dengan infeksi udara sejenis
4) Batasi gerak pasien, edukasi etika batuk, pakai masker bila keluar ruang
rawat
5) APD : masker bedah (untuk pasien/pengunjung, sarung tangan, gaun, apron
(bila menghadapi cairan dalam jumlah banyak)
5. In House Training
Untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi dibutuhkan
pendidikan dan pelatihan baik terhadap seluruh SDM Wihdatul Ummah Medikal
Center maupun pengunjung dan keluarga pasien. Bentuk pendidikan dan/atau
pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:
a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
b. Pelatihan PPI
BAB V
LOGISTIK
Alat dan bahan yang harus disediakan untuk menunjang kegiatan PPI di Klinik Fella adalah:
LOGISTIK UNTUK ADMINISTRASI:
1. Formulir :
a. Formulir survelilans HAIs
b. Formulir ICRA
c. Buku Rekapitulasi HAIs
d. Daftar tilik Audit PPI
e. Buku Notulen Rapat PPI
2. Komputer
3. Printer
4. ATK : Kertas HVS, bolpoint, pensil, penghapus, tip ex, buku
Target
No Indikator Unit Terkait
Pencapaian
Indikator keselamatan pasien diatas dilakukan pencatatan dan pelaporan setiap bulan
kepada ketua tim PPI untuk dilakukan evaluasi, analisa dan tindaklanjut.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Upaya kesehatan dan keselamatan kerja ditujukan kepada seluruh karyawan baik yang
berhubungan langsung dengan pasien maupun tidak. Pelaksanaan upaya kesehatan kerja
meliputi :
a. Pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi yang pelaksanaannya tergantung pada:
- Resiko ekspose petugas
- Kontak petugas dengan pasien
- Karakteristik pasien Klinik
- Dana Klinik
c. Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum)
d. Pengobatan dan atau konseling.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, maka saat ini
masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Pengendalian mutu di Pencegahan dan Pengendalian Infeksi harus dilakukan demi
kepentingan dan keselamatan pasien sehingga nantinya dapat menimbulkan kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan di Klinik Fella.
Indikator Mutu Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mengacu pada Pedoman
Indikator Mutu unit pelayanan di Klinik Fella yaitu :
1. Surveilans Infeksi di Klinik Fella yang meliputi:
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
b. Infeksi Aliran Darah/PLABSI
c. Infeksi karena tindakan Hecting/IDO
d. Infeksi Saluran Pernapasan
2. Unit Pelayanan Housekeeping
a. Pemantauan pembuangan sampah
b. Pemantauan kepatuhan pengelompokan sampah
c. Pemantauan pembuangan limbah B3
3. Unit Pelayanan CSSD
a. Pemantauan mutu sterilisasi
b. Pementauan kepatuhan penggunaan APD
BAB IX
PENUTUP
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi klinik merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan paripurna di klinik, yang terkait dengan keenam dasar fungsi klinik, yaitu
peningkatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, pendidikan dan penelitian.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang berhasil akan mempercepat penyembuhan,
mencegah terjadinya komplikasi penyakit, memperpendek hari rawat pasien dan merupakan
indikasi mutu pelayanan klinik. Buku Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan tim PPI yang diselenggarakan di Klinik
Fella. Dengan ini, diharapkan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi klinik dapat
terlaksana dengan baik dan dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan klinik.
DAFTAR PUSTAKA
Data Pasien:
Nama Pasien : No Rekam Medis :
Tanggal lahir : No. Formulir Surveilans :
Jenis Kelamin : L/P Cara dirawat : darurat/elektif
Tempat Dirawat:
Ruang ……………… tgl………………s/d……………….
Ruang ……………….tgl………………s/d………………
Tanggal keluar :
Sebab keluar :
Diagnosa akhir :
Faktor Risiko:
Tindakan Dokter/Petugas:
Perawat:
Jenis tindakan :
Tipe tindakan : kecil/sedang
Jenis luka : bersih/ bersih kontaminasi/ kontaminasi/ kotor
Lama tindakan : 1 jam, 2 jam, >2 jam
ASA Score :
Risk score :
Pemasangan alat
Intra vena cateter perifer: tgl........s/d........
Kateter urine : tgl........s/d........
Pemakaian antibiotika : Ada / tidak ada Profilaksis / Pengobatan
Nama /jenis obat :
Pemeriksaan kultur : Darah / Urine / Sputum / Pus luka Suhu:
Hasil Kultur :
HAIS yang terjadi :
Bakteremia/sepsis :
HAP :
Infeksi Saluran Kemih :
Infeksi Luka Tindakan :
Dekubitus :
Plebitis :
Infeksi lain :
2. Buku Rekapitulasi HAIs
3. Formulir ICRA
4. Daftar Tilik Audit PPI (Cuci tangan 6 langkah dan Penggunaan APD)
…………………. ………………….
OBSERVER :
SESUAI
TANGGAL NAMA JENIS JENIS APD YANG INDIKASI
NO UNIT
PENGAMATAN PETUGAS KEGIATAN DIPAKAI
YA TIDAK
□ Masker □ Google
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□ Masker □ Google
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□ Masker □ Google
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□ Masker □ Google
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□ Masker □ Google
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□ Masker □ Google
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□ Masker □ Google
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□ Masker □ Google
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□ Masker □ Google
□ □ Topi
Handscoen
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□ Masker □ Google
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□ Masker □ Google
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
□
Handscoen □ Topi
□ Gaun □ Boots
□ Apron □Lainnya.....
Ditetapkan di : Pangkajene
Pada tanggal : 09 September 2023
PENANGGUNG JAWAB KLINIK FELLA,
SUWARTA