SIPK :503/0281/SIPK/IV.03/II/2018
Jl.Trans Sumatera Gg.Melati I RT 002/007 JatiBening Desa Pasuruan
KEPUTUSAN
PIMPINAN KLINIK PRATAMA KARUNIA SEHAT
NOMOR : 036 / KS / VI /2023
TENTANG
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DEDI KURNIADI,S.KM,MM
LAMPIRAN KEPUTUSAN PIMPIINAN KLINIK
NOMOR : 036 / KS / VI / 2023
TENTANG : KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI
A. KEBIJAKAN UMUM
1 Pelayanan klinik di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan cinta kasih,
tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan memperhatikan mereka yang
lemah dan kurang mendapat perhatian (option for the poor).
2. Pelayanan klinik di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu
layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi
pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi,
Falsafah dan Tujuan Klinik Pratama Jasmine Medika.
3. Pelayanan klinik di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien
(patient center) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas
pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian
pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
4. Pelayanan klinik dilaksanakan setiap hari senin – sabtu, mulai dari jam
06.00 – 20.00 WIB..
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui
kegiatan Plan- Do-Check-Action (PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di klinik
dan melibatkan berbagai individu.
7. Klinik memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut uang muka.
8. Klinik bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien yang kurang mampu.
9. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan,
mengendalikan, mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing-masing untuk
mencapai visi-misi unit pelayanan maupun visi-misi klinik.
10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas klinik wajib mematuhi ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) di KLINIK dengan melakukan upaya untuk mengurangi dan mengendalikan
bahaya, resiko, mencegah kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi
lingkungan dan keamanan, termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri
(APD).
11. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan klinik wajib melakukan 6 (enam)
sasaran Keselamatan Pasien.
12. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam
kondisi siap pakai.
13. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan klinik.
14. Semua petugas klinik wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan profesi
dan ketentuan yang berlaku.
15. Setiap petugas klinik harus bekerja sesuai standar profesi, standar kompetensi,
standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik klinik dan semua peraturan
klinik yang berlaku.
16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan sebagai
sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan manajemen dan
pelayanan kepada masyarakat.
17. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan menggunakan
informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara benar untuk
meningkatkan kesehatan pasien serta kinerja klinik baik secara keseluruhan
maupun individu.
18. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan
melalui rapat rutin minimal 1 kali dalam 3 bulan.
19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester dan
tahunan kepada manajemen klinik.
20. Klinik menjalankan program keselamatan pasien melalui 6 sasaran keselamatan
pasien.
21. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak tersedia di klinik, maka pasien harus
dirujuk ke klinik lain yang bisa melayani setelah mendapat persetujuan pasien /
keluarga
22. Klinik menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
23. Seluruh karyawan klinik berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia medis
pasien yang dilayani.
24. Klinik melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal ataupun
eksternal untuk pengembangan pelayanan klinik.
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Organisasi Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
a) Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap penularan
infeksi di Klinik, maka Klinik Pratama Jasmine Medika melaksanakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
b) Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur membentuk PJ
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) serta Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi. PJ PPI Klinik Pratama Jasmine Medika bertanggung
jawab langsung kepada Direktur. Tim PPI bertanggung jawab langsung kepada
PJ PPI.
c) PJ dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai
dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik
dan fasilitas kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2011.
d) Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan
fungsional disemua unit dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan
karyawan.
e) Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka
Klinik Pratama Jasmine Medika memiliki 1 PJ PPI purna waktu yang bertugas
mengawasi seluruh kegiatan pencegahan pengendalian infeksi yang meliputi
gugus tugas perawatan, IPSKLINIK, Farmasi, Administrasi dan
Laboratorium.
2. Kewaspadaan Standar
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, disinfeksi dan
sterilisasi, penatalaksanaan limbah dan benda tajam, pengendalian lingkungan,
praktik menyuntik yang aman, kebersihan pernafasan/etika batuk, praktek lumbal
punksi, perawatan peralatan pasien, penatalaksanaan linen, program kesehatan
karyawan
dan penempatan pasien. Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di
semuaarea KLINIK dengan mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan
aktivitas pelayanan sesuai Pedoman PPI Klinik Pratama Jasmine Medika
3. Kebersihan Tangan
a. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis
maupun non klinis diSeluruh lingkungan Klinik Pratama
Jasmine Medika
b. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan
(WHO) :
1) Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
2) Momen 2 : sebelum tindakan aseptik
3) Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
4) Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
5) Momen 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
c. 6 langkah kebersihan tangan dilakukan sesuai standar who.
1) Langkah pertama : Usap dan ratakan pada permukaan tangan
2) Langkah kedua : Gosok pada punggung tangan kanan dan kiri
3) Langkah ketiga : Gosokkan pada sela-sela jari
4) Langkah keempat : Gosok punggung jari-jari dengan cara mengait dan
mengunci
5) Langkah kelima : Pegang dan gosok ibu jari dengan cara
berputar
6) Langkah keenam : Dengan cara menguncup, gosokkan ujung-
ujung kuku pada telapak tangan,lakukan bergantian
d. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-
klinis) di Klinik Pratama Jasmine Medika, yaitu :
1) Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun cair (sosial)
2) Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
3) Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan antiseptik
(surgical).
e. Kebersihan tangan efektif :
1) Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien kecuali petugas
laboratorium
2) Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinis), semua
perhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) sebaiknya
dilepaskan selama bertugas dan di lepas pada saat melakukan kebersihan
tangan
3) Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm dan tidak menggunakan kuku
palsu dan cat kuku bagi petugas yang kontak langsung dengan pasien
4) Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
5) Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan
terlihat kotor
6) Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol
(handrub) bila tangan tidak terlihat kotor diantara tindakan
7) Keringkan tangan menggunakan tisue
8) Tutuplah kran dengan tisue
9) Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung
tangan
10) Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya
11) Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
12) Pengaturan penempatan cairan untuk melakukan kebersihan tangan adalah
sebagai berikut :
a) Area klinis (area pelayanan langsung pada ) : Wastafel dengan air yang
mengalir dan sabun cair minimal 1 wastafel untuk maksimal 6 tempat
tidur pasien, 1 wastafel untuk setiap ruangan poliklinik dan ruangan
keperawatan ER dan IPD, sedangkan cairan berbahan dasar alkohol
(handrub) pada, setiap ruangan poliklinik.
b) Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien)
: Wastafel dengan air yang mengalir dan sabun cair pada ruang UGD,
Pemeriksaan umum, Apoteker, Sterilisasi, Gigi, KIA, Bersalin, Nifas,
Laboratorium sedangakan cairan berbahan dasar alkohol (handrub) :
berada pada setiap ruangan klinik yang ada.
13) Melakukan monitoring kebersihan tangan dengan cara Mengukur /
mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan tenaga medis disetiap ruang
perawatan yang dilakukan minimal 3 kali setiap minggu oleh IPCLN
14) Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas,
pasien, keluarga dengan menggunakan metode ceramah, demo, diskusi dan
praktek langsung minimal 1 kali dalam semingggu bagi pasien yang berada
di OPD/ unit rawat jalan
15) Setiap petugas di Klinik Pratama Jasmine Medika wajib mengikuti
pelatihan kebersihan tangan yang diadakan oleh klinik secara
berkesinambungan mengenai prosedur kebersihan tangan melalui orientasi
saat masuk dan pendidikan berkelanjutan.
c) Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek
yangditimbulkan
13. Pendidikan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Diberikan Untuk Setiap Pasien.
a) Dilakukan edukasi terkait PPI melalui metode ceramah, diskusi dan
praktek kepada seluruh pasien, pengunjung dan staff KLINIK
14. Pengkajian Risiko Infeksi Pada Konstruksi Dan Renovasi Di Klinik
a) Sebelum melakukan kontruksi atau renovasi bangunan dilakukan analisis
terhadap kualitas udara, persyaratan utilisasi, kebisingan, getaran dan
prosedur emergensi.
b) Setiap konstruksi maupun renovasi bangunan yang dilakukan di KLINIK
harus mengutamakan keselamatan pasien, pengunjung dan petugas
berdasarkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi .
c) Pengkajian risiko infeksi dibuat berdasarkan dari panduan Infection Control
Risk Assesment (ICRA).
d) PJ Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Klinik melakukan pengkajian risiko
infeksi dan tindak lanjut berkolaborasi dengan bagian pemeliharaan dan K3
KLINIK .
DEDI KURNIADI,S.KM,MM