Anda di halaman 1dari 19

KLINIK PRATAMA KARUNIA SEHAT

SIPK :503/0281/SIPK/IV.03/II/2018
Jl.Trans Sumatera Gg.Melati I RT 002/007 JatiBening Desa Pasuruan

Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan

KEPUTUSAN
PIMPINAN KLINIK PRATAMA KARUNIA SEHAT
NOMOR : 036 / KS / VI /2023

TENTANG
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PIMPINAN KLINIK PRATAMA KARUNIA SEHAT

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di


klinik, maka diperlukan penyelenggaraan Pelayanan
Pencegahan Pengendalian Infeksi;
b. Bahwa agar pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi
di Klinik dapat terlaksana dengan baik, maka perlu
adanya kebijakan sebagai landasan dalam pelaksanaan
Pencegahan Pengendalian Infeksi di Klinik;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, maka perlu ditetapkan Keputusan
Penanggung Jawab Klinik tentang Kebijakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik Pratama
Jasmine Medika;
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
9 Tahun 2014 Tentang Klinik;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/Menkes/1983/2022 Tentang Standar
Akreditasi Klinik;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK PRATAMA KARUNIA


SEHAT TENTANG PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI.
Kesatu : Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lampung Selatan


Pada tanggal : 02 JUNI 2023

PIMPINAN KLINIK PRATAMA


KARUNIA SEHAT

DEDI KURNIADI,S.KM,MM
LAMPIRAN KEPUTUSAN PIMPIINAN KLINIK
NOMOR : 036 / KS / VI / 2023
TENTANG : KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

A. KEBIJAKAN UMUM
1 Pelayanan klinik di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan cinta kasih,
tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan memperhatikan mereka yang
lemah dan kurang mendapat perhatian (option for the poor).
2. Pelayanan klinik di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu
layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi
pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi,
Falsafah dan Tujuan Klinik Pratama Jasmine Medika.
3. Pelayanan klinik di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien
(patient center) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas
pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian
pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
4. Pelayanan klinik dilaksanakan setiap hari senin – sabtu, mulai dari jam
06.00 – 20.00 WIB..
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui
kegiatan Plan- Do-Check-Action (PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di klinik
dan melibatkan berbagai individu.
7. Klinik memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut uang muka.
8. Klinik bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien yang kurang mampu.
9. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan,
mengendalikan, mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing-masing untuk
mencapai visi-misi unit pelayanan maupun visi-misi klinik.
10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas klinik wajib mematuhi ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) di KLINIK dengan melakukan upaya untuk mengurangi dan mengendalikan
bahaya, resiko, mencegah kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi
lingkungan dan keamanan, termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri
(APD).
11. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan klinik wajib melakukan 6 (enam)
sasaran Keselamatan Pasien.
12. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam
kondisi siap pakai.
13. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan klinik.
14. Semua petugas klinik wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan profesi
dan ketentuan yang berlaku.
15. Setiap petugas klinik harus bekerja sesuai standar profesi, standar kompetensi,
standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik klinik dan semua peraturan
klinik yang berlaku.
16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan sebagai
sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan manajemen dan
pelayanan kepada masyarakat.
17. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan menggunakan
informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara benar untuk
meningkatkan kesehatan pasien serta kinerja klinik baik secara keseluruhan
maupun individu.
18. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan
melalui rapat rutin minimal 1 kali dalam 3 bulan.
19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester dan
tahunan kepada manajemen klinik.
20. Klinik menjalankan program keselamatan pasien melalui 6 sasaran keselamatan
pasien.
21. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak tersedia di klinik, maka pasien harus
dirujuk ke klinik lain yang bisa melayani setelah mendapat persetujuan pasien /
keluarga
22. Klinik menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
23. Seluruh karyawan klinik berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia medis
pasien yang dilayani.
24. Klinik melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal ataupun
eksternal untuk pengembangan pelayanan klinik.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Organisasi Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
a) Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap penularan
infeksi di Klinik, maka Klinik Pratama Jasmine Medika melaksanakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
b) Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur membentuk PJ
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) serta Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi. PJ PPI Klinik Pratama Jasmine Medika bertanggung
jawab langsung kepada Direktur. Tim PPI bertanggung jawab langsung kepada
PJ PPI.
c) PJ dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai
dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik
dan fasilitas kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2011.
d) Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan
fungsional disemua unit dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan
karyawan.
e) Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka
Klinik Pratama Jasmine Medika memiliki 1 PJ PPI purna waktu yang bertugas
mengawasi seluruh kegiatan pencegahan pengendalian infeksi yang meliputi
gugus tugas perawatan, IPSKLINIK, Farmasi, Administrasi dan
Laboratorium.

2. Kewaspadaan Standar
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, disinfeksi dan
sterilisasi, penatalaksanaan limbah dan benda tajam, pengendalian lingkungan,
praktik menyuntik yang aman, kebersihan pernafasan/etika batuk, praktek lumbal
punksi, perawatan peralatan pasien, penatalaksanaan linen, program kesehatan
karyawan
dan penempatan pasien. Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di
semuaarea KLINIK dengan mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan
aktivitas pelayanan sesuai Pedoman PPI Klinik Pratama Jasmine Medika

3. Kebersihan Tangan
a. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis
maupun non klinis diSeluruh lingkungan Klinik Pratama
Jasmine Medika
b. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan
(WHO) :
1) Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
2) Momen 2 : sebelum tindakan aseptik
3) Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
4) Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
5) Momen 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
c. 6 langkah kebersihan tangan dilakukan sesuai standar who.
1) Langkah pertama : Usap dan ratakan pada permukaan tangan
2) Langkah kedua : Gosok pada punggung tangan kanan dan kiri
3) Langkah ketiga : Gosokkan pada sela-sela jari
4) Langkah keempat : Gosok punggung jari-jari dengan cara mengait dan
mengunci
5) Langkah kelima : Pegang dan gosok ibu jari dengan cara
berputar
6) Langkah keenam : Dengan cara menguncup, gosokkan ujung-
ujung kuku pada telapak tangan,lakukan bergantian
d. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-
klinis) di Klinik Pratama Jasmine Medika, yaitu :
1) Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun cair (sosial)
2) Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
3) Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan antiseptik
(surgical).
e. Kebersihan tangan efektif :
1) Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien kecuali petugas
laboratorium
2) Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinis), semua
perhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) sebaiknya
dilepaskan selama bertugas dan di lepas pada saat melakukan kebersihan
tangan
3) Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm dan tidak menggunakan kuku
palsu dan cat kuku bagi petugas yang kontak langsung dengan pasien
4) Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
5) Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan
terlihat kotor
6) Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol
(handrub) bila tangan tidak terlihat kotor diantara tindakan
7) Keringkan tangan menggunakan tisue
8) Tutuplah kran dengan tisue
9) Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung
tangan
10) Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya
11) Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
12) Pengaturan penempatan cairan untuk melakukan kebersihan tangan adalah
sebagai berikut :
a) Area klinis (area pelayanan langsung pada ) : Wastafel dengan air yang
mengalir dan sabun cair minimal 1 wastafel untuk maksimal 6 tempat
tidur pasien, 1 wastafel untuk setiap ruangan poliklinik dan ruangan
keperawatan ER dan IPD, sedangkan cairan berbahan dasar alkohol
(handrub) pada, setiap ruangan poliklinik.
b) Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien)
: Wastafel dengan air yang mengalir dan sabun cair pada ruang UGD,
Pemeriksaan umum, Apoteker, Sterilisasi, Gigi, KIA, Bersalin, Nifas,
Laboratorium sedangakan cairan berbahan dasar alkohol (handrub) :
berada pada setiap ruangan klinik yang ada.
13) Melakukan monitoring kebersihan tangan dengan cara Mengukur /
mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan tenaga medis disetiap ruang
perawatan yang dilakukan minimal 3 kali setiap minggu oleh IPCLN
14) Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas,
pasien, keluarga dengan menggunakan metode ceramah, demo, diskusi dan
praktek langsung minimal 1 kali dalam semingggu bagi pasien yang berada
di OPD/ unit rawat jalan
15) Setiap petugas di Klinik Pratama Jasmine Medika wajib mengikuti
pelatihan kebersihan tangan yang diadakan oleh klinik secara
berkesinambungan mengenai prosedur kebersihan tangan melalui orientasi
saat masuk dan pendidikan berkelanjutan.

4. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


Merupakan tambahan kewaspadaan standar yang diterapkan pada pasien rawat
inap yang suspek atau telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara transmisi
kontak, droplet atau airbone. Tatalaksana administratif meliputi percepatan akses
diagnosis, pemisahan penempatan pasien, mempersingkat waktu pelayanan di
klinik, penyediaan paket perlindungan petugas ; tatalaksana lingkungan meliputi
penataan alur pasien, penataan sistem ventilasi (natural maupun mekanikal)
tatalaksana penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri.
a) Klinik menyediakan penghalang/ alat pelindung diri untuk pencegahan dan
prosedur isolasi yang melindungi pasien, pengunjung, staf terhadap penyakit
menulardan pasien yang rentan terhadap infeksi nosokomial ( imuno supressed
)
b) Pasien dengan imuno supressed hanya di lakukan stabilisasi keadaan untuk
selanjutnya dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
c) Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip
kewaspadaan isolasi sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas menerapkan
prinsip kewaspadaan kontak atau droplet atau airbone atau kombinasinya.
d) Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi seminimal
mungkin dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi.
Pembersihan ruang isolasi dilakukan setelah pembersihan ruang perawatan
umum dengan menggunakan bahan desinfektan.
e) Prosedur penunjang medik (pengambilan darah) dilakukan setelah pasien yang
tidak menular.
f) Setiap pengunjung atau pasien ruang kohort harus dilakukan edukasi
penggunaan APD, kebersihan tangan dan etika batuk.
g) Adanya pengaturan alur penyakit menular lihat SPO.

5. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Tuberkolosis


Merupakan bagian tidak terpisahkan dari PPI KLINIK , khususnya
kewaspadaan infeksiairbone, dimaksudkan untuk lebih memprioritaskan
kewaspadaan terhadap risiko transmisi penyakit TB, MDR dan XDR-TB
(Multiple Extend Drug Resistance TB).
a) Semua pasien yang berobat ke KLINIK dengan keluhan batuk akan diberikan
edukasi oleh petugas KLINIK terlatih mengenai etika batuk
serta higiene respirasi dan diharuskan memakai masker bedah, jika keluhan
pasien mengarah ke TB ( batuk ≥2 minggu atau batuk darah )
b) Semua pasien yang datang berobat ke poli rawat jalan dengan keluhan batuk
akan diberikan edukasi oleh staff KLINIK terlatih mengenai etika batuk serta
higiene respirasi dan diharuskan memakai masker bedah jika keluhan pasien
mengarah ke TB ( batuk ≥2 minggu atau batuk darah ).
c) Petugas klinik memberikan pelayanan baik administrasi maupun medis segera
(maksimal 30 menit) bagi pasien suspek TB dan pasien TB sehingga
mengurangi waktu pasien tersebut berada di fasilitas pelayanan kesehatan.
d) Penampungan sputum oleh pasien harus dilakukan dalam ruangan dengan
konsep AII(Airbone Infection Isolation) atau box khusus dengan pengaturan
sistem ventilasi (Well Ventilated Sputum Induction Booth).
e) Pasien disarankan untuk membersihkan tangan setelah menampung sputum
dengan air mengalir dan sabun cair atau dengan larutan handrub.
f) Saat memproses spesimen, petugas laboratorium tetap mengacu pada
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui udara
(airbone) dan transmisi melalui kontak.
g) Semua petugas kesehatan yang menangani pasien TB akan dilakukan
pemeriksaan kesehatan rutin secara berkala bekerjasama dengan Sub Sumber
Daya Manusia dan K3 KLINIK.
h) Apabila pasien akan ditransportasikan keluar dari ruang isolasi, pasien
harusmengenakan masker bedah untuk melindungi lingkungan sekitar.
i) Klinik menjamin dilaksanakannya upaya perlindungan diri yang adekuat
bagipetugas kesehatan dan mereka yang bertugas di tempat pelayanan.
j) Jika ruangan isolasi belum tersedia maupun penuh maka pasien akan
dirujuk kefasilitas kesehatan lain.

6. Alat Pelindung Diri (APD)


Ditata perencanaan, penyediaan, penggunaan dan evaluasinya oleh PJ PPI KLINIK
bersama K3 KLINIK , instalasi farmasi dan bagian logistik KLINIK .
a) APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi dengan
selalu mengukur potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas
pelayanan/tindakan medik sehingga tepat, efektif dan efisien.
b) APD sekali pakai disediakan melalui farmasi.
c) Tim K3 KLINIK melakukan monitoring dan audit ketepatan penggunaan APD
sebagai bahan dalam evaluasi dan rekomendasi peningkatan efektivitasnya.
7. Surveilans Infeksi Klinik
Dilakukan secara sistematik aktif oleh PJ PPI (Infection Prevention Control
Nurse perawat pengendali infeksi purna waktu) dan IPCLN (link nurse – perawat
penghubung pengendali infeksi) untuk menggambarkan
tingkat kejadian berbagai penyakit infeksi target sesuai Pedoman Surveilans
Infeksi Klinik, Kemenkes dan penyakit endemis di klinik. Target surveilans
yaitu : Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait kateterisasi, Infeksi Luka Infus atau
plebitis VAP/HAP/ Infeksi daerah operasi dan sebagai awal maka tim ppi
melakukan survei pada resiko infeksi terhadap adanya infeksisaluran kemih dan
plebitis sesuai dengan keadaan di klinik kartini. Adapun alur dalam melakukan
surveilance adalah :
a) Melakukan surveilens PPI KLINIK
b) Melakukan Analisis, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut data infeksi
dilakukan PJ PPI KLINIK di bawah koordinator Dokter Penanggung jawab
PPI (IPCO) untuk tujuan pengendalian, manajemen risiko dan kewaspadaan
terhadap kejadian luar biasa(KLB)
c) Pengendalian angka INFEKSI menggunakan target sasaran sesuai program
PPI. Sasaran angka INFEKSI dievaluasi setiap 3 tahun.
d) Kejadian luar biasa INFEKSI ditetapkan oleh direktur KLINIK berdasarkan
pertimbangan PJ PPI KLINIK pada hasil evaluasi epidemiologik
kecenderungan angka INFEKSI melalui surveilans. Kecenderungan kejadian
INFEKSI yang terus menerus meningkat signifikan selama 3 bulan berturut-
turut atau peningkatan signifikan angka kejadian pada suatu waktu pengamatan
tertentu diwaspadai sebagai KLB. Pencegahan dan pengendalian risiko
penyebaran kejadian yang berpotensi menjadi KLB dilakukan segera secara
sinergi melalui kerjasama lintas unit/satuan kerja oleh PJ PPI KLINIK .
e) Laporan Infeksi KLINIK disampaikan PJ PPI KLINIK kepada Direktur Medik
dan Keperawatan setiap bulan.
f) Pemantauan penerapan bundles Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (ILI,
ISK,VAP/HAP, IDO) adalah sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan
surveilans infeksi KLINIK

8. Pengendalian Resistensi Antibiotika


a) Pemilihan terapi antibiotik secara rasional kepada pasien didasarkan tujuan dan
indikasi (profilaksis atau terapi) sesuai hasil pemeriksaan kultur dan resistensi
mikroba, sehingga untuk penderita penyakit infeksi perlu dilakukan
pemeriksaan mikrobiologi.
b) Ketepatan pemberian antibiotika agar aman bagi pasien meliputi :
1) Tepat indikasi, obat benar-benar dibutuhkan;
2) Tepat pemilihan obat dengan perbandingan biaya efektivitas yang baik
3) Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi, efek sampingi minimal;
4) Tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat durasi pemakaian;
5) Tepat informasi, kepada pasien dan keluarganya.

c) Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek
yangditimbulkan

9. Sterilisasi Alat/Instrumen Kesehatan Paska Pakai


Di KLINIK dilakukan dengan 2 cara yaitu secara fisika atau kimia, melalui
tahapan pencucian (termasuk perendaman dan pembilasan), pengeringan,
pengemasan, labeling, indikatorisasi, sterilisasi, penyimpanan, distribusi diikuti
dengan pemantauan dan evaluai proses serta kualitas/mutu hasil sterilisasi secara
terpusat melalui Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD)
1. Pemrosesan alat/instrumen paska pakai dipilih berdasarkan kriteria alat.
Sterilisasi dilakukan untuk alat kritikal, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi
(DTT) dilakukan untuk alat semi kritikal dan disinfeksi tingkat rendah untuk
alat non kritikal.
2. Kriteria pemilihan desinfektan didasari telaah secara cermat terkait kriteria
memiliki spektrum luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi dengan
toksisitas rendah, waktu disinfeksi singkat, stabil dalam penyimpanan, tidak
merusak bahan dan efisien.
Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap penyediaan desinfektan dan
antiseptik di KLINIK sesuai rekomendasi PJ PPI Klinik Pratama Jasmine
Medika melalui farmasi.
3. Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) bertanggung jawab menyusun
panduan dan prosedur tetap, mengkoordinasikan serta melakukan monitoring
dan evaluasi dan proses serta kualitas/mutu hasil sterilisasi dengan persetujuan
PJ PPI KLINIK .
4. Unit CSSD memonitor pelaksanaan proses dekontaminasi di setiap unit
menggunakanform.

10. Pengendalian Lingkungan Klinik


Meliputi penyehatan air, pengendalian serangga dan binatang pengganggu,
penyehatan ruang dan bangunan, pemantauan higiene sanitasi makanan,
pemantauan penyehatan linen, disinfeksi permukaan/udara/lantai, pengelolaan
limbah cair/limbah B3, limbah padat medis/non medis dikelola oleh Instalasi
Sanitasi Lingkungan KLINIK (ISLKLINIK) dan Sub Bagian Rumah Tangga
bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan PJPPI KLINIK , sehingga
aman bagi lingkungan.
a) Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
1) Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/ tanda yang jelas.
2) Wadah /container diberi alas kantong plastic dengan warna : kuning untuk
limbah infeksius & B3 dan jika memakai palstik berwarna lain maka wajib
di ikat dengan tali rafia kuning saat pengangkutan, hitam untuk limbah non
medis / domestika.
3) Limbah noninfeksius diantar ke insenerator pada pihak ke 3 dan untuk
limbahnoninfeksius di ambil oleh petugas kebersihan minimal 2 hari sekali
4) Kantong plastic tempat limbah tidak diisi terlalu penuh ( cukup 3/4)
5) Wadah / container sampah yang digunakan pada saat pengangkutan
sampah harus tertutup, tahan bocor, tidak berkarat, mudah dikosongkan
atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada ditempat yang terlindungi
binatang atau serangga.
b) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan
tahan tusukan ( safety box), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak.
c) Jarum dan syringe harus dimasukkan ke dalam “ Safety box “
d) Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup.
Pengangkutan dilakukan 1 kali sehari
e) Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini Klinik bekerjasama dengan pihak
ketiga
f) Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung
tangan khusus, masker, sepatu boot
g) Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan
bahan desinfektan , cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan
berdasarkan telaahpanitia PPI KLINIK untuk mencapai efektivitas yang
tinggi.

11. Pengelolaan Linen


a) Jenis Linen Di Klinik Pratama Jasmine Medika dikualifikasikan menjadi linen
bersih, linen kotor infeksius, linen kotor non infeksius
b) Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong
linen yang berbeda, linen kotor dengan kantong linen berwarna hitam dan
linen kotor infeksius dengan kantong linen kuning atau yang bertanda khusus
dengan tulisan yang jelas
c) Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan dengan
desinfeksi kereta linen, pengepelan/disinfeksi lantai, implementasi praktik
kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi
resiko selama bekerja

12. Pendidikan Dan Pelatihan PPI Klinik


Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan oleh
bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) bekerjasama dengan PJ PPI KLINIK
untukmenjamin setiap petugas yang berada dan bekerja di KLINIK (termasuk
peserta didik dan karyawan kontrak) memahami dan mampu melaksanakan
program PPI KLINIK , khususnya kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berbasis transmisi.
a) Seluruh SDM baru di KLINIK wajib mengikuti program orientasi dan materi
PPI KLINIK
b) Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh bagian
SDM bersama PJ PPI KLINIK sesuai ketentuan yang berlaku sebagai dasar
perencanaan program selanjutnya.
c) Seluruh staff dididik tentang pengelolaan infeksius.

13. Pendidikan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Diberikan Untuk Setiap Pasien.
a) Dilakukan edukasi terkait PPI melalui metode ceramah, diskusi dan
praktek kepada seluruh pasien, pengunjung dan staff KLINIK
14. Pengkajian Risiko Infeksi Pada Konstruksi Dan Renovasi Di Klinik
a) Sebelum melakukan kontruksi atau renovasi bangunan dilakukan analisis
terhadap kualitas udara, persyaratan utilisasi, kebisingan, getaran dan
prosedur emergensi.
b) Setiap konstruksi maupun renovasi bangunan yang dilakukan di KLINIK
harus mengutamakan keselamatan pasien, pengunjung dan petugas
berdasarkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi .
c) Pengkajian risiko infeksi dibuat berdasarkan dari panduan Infection Control
Risk Assesment (ICRA).
d) PJ Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Klinik melakukan pengkajian risiko
infeksi dan tindak lanjut berkolaborasi dengan bagian pemeliharaan dan K3
KLINIK .

15. Penggunaan Cairan Desinfektan


a) Proses desinfeksi alat dapat dikategorikan menjadi:
1) Peralatan Kritis/risiko tinggi: adalah peralatan medis yang masuk kedalam
jaringan tubuh steril atau sirkulasi darah. Contoh isntrumen bedah, kateter
intravena, kateter jantung. Pengelolaannya dengan cara sterilisasi.
2) Peralatan semikritis/risiko sedang: adalah peralatan yang kontak dengan
membran mukosa tubuh. Pada peralatan semikritis, proses sterilisasi
disarankan namun tidak mutlak, jadi bisa dilakukan disinfeksi tingkat
tinggi.
3) Peralatan Nonkritis/resiko rendah: adalah peralatan yang kontak dengan
permukaan kulit utuh contoh: tensimeter, stetoskop, linen, alat makan,
lantai,perabot, tempat tidur. Untuk jenis peralatan ini dapat digunakan
disinfeksi tingkat sedang sampai tingkat rendah.
b) Disinfeksi lingkungan klinik
1) Permukaan lingkungan : lantai, dinding, dan permukaan meja, trolly
didisenfeksi dengan detergen netral.
2) Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan
dengan desinfektan tingkat menengah.
c) Penggunaan disinfektan di ruang infeksi (menular) dan Area kritis
1) Untuk mengepel/membersihkan lantai dan wc menggunakan : clorine
2) Untuk area yang sering disentuh (High touch area) menggunakan
disinfektan : Lysol 1:100 (permukaan logam), Chlorine 0.05 %
(permukaanbukan logam).
3) Untuk area yang jarang disentuh (Non High touch area)
menggunakansabun PH netral
4) Penggunaan disinfektan di area banyak tumpahan darah/cairan
tubuhmenggunakan disinfektan Chlorine 0.5%
Cairan desinfektan yang digunakan di Klinik Pratama Jasmine Medika
NO ISI MERK PENGGUNAAN

1 Isopropyl, ethil Alkohol 70 %, Antiseptik kulit


alkohol

2 Povidone Iodine Bethadine Solotion Antiseptik kulit dan luka


7.5% Operasi

3 Chlorin Bycline a. Disinfektan


tumpahandarah dan
cairan tubuh lainnya.
b. penggunaan di
kamarbersalin
c. untuk wabah (mis
;Cdifficile)
d. Multi Drug
Resisten Organisem
(Mis MRSA)

16. Praktek Menyuntik Yang Aman


a. Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk
mencegahkontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
b. Vial/ampul/botol infus untuk single use harus dapat digunakan
dengan cara yang dapat menjaga syarat aseptik.
c. Multi dose vial digunakan
1) Hanya untuk satu orang pasien
2) Setiap mengakses via multi dose harus menggunakan jarum dan spuit yang
steril
3) Tidak disimpan atau dibawa ke kamar pasien atau ruang tindakan kecuali
vial tersebut hanya diperuntukkan untuk satu orang pasien tertentu.
4) Cairan infus dalam botol (plastik atau kaca) dapat digunakan maksimal 1
kali 24jam

17. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Untuk Pasien, dan Pengunjung.


a. Salah satu Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di klinik adalah kepedulian
terhadap pasien, keluarga dan pengunjung klinik.
b. Pasien , keluarga dan pengunjung harus diberikan edukasi tentang PPI
KLINIK
c. Pencegahan dan pengendalian infeksi klinik di Klinik Pratama Jasmine
Medika dikoordinasi oleh Tim PPI KLINIK yang tergabung dalam unit rawat
jalan.
d. Masing –masing dari tenaga kesehatan ( dokter, perawat, petugas lab, farmasi
dll ) maupun non kesehatan (petugas kebersihan, admin dll ) pasien, keluarga
dan pengunjung turut ambil bagian dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi.
e. Pasien, keluarga, dan pengunjung yang dirawat di Klinik Pratama
Jasmine Medika harus mentaati peraturan yang ada di Klinik Pratama Jasmine
Medika sesuai dengan peraturan tata tertib klinik.
f. Pasien dapat mengingatkan petugas kesehatan (dokter, Perawat, petugas lab,
dll) bila tidak melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah menyentuh
pasien dan lingkungan pasien.
g. Pencegahan dan pengendalian infeksi di klinik adalah tanggung jawab pasien,
keluarga dan pengunjung.
h. Pasien, keluarga dan pengunjung berperan penting di dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi di klinik. Setiap ruangan / unit harus menyediakan
fasilitas wastafel, tempat sampah non infeksius (kantong hitam), sabun cair,
keluarga dan pengunjung.

18. Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB)


a. Agar kejadian KLB dapat dikendalikan dan segera ditangani, Klinik Pratama
Jasmine Medika perlu mempunyai sistem pengendalian dan penanganan KLB.
b. Untuk mendeteksi secara dini adanya KLB, dilakukan surveilans infeksi di
klinik. Selain untuk deteksi dini, surveilans secara aktif juga bertujuan untuk
mencegah supaya KLB tidak terulang lagi.
c. Surveilans dilakukan oleh PJ PPI bekerjasama dengan IPCLN. Data yang
didapat dari surveilans diolah oleh PJ PPI KLINIK , disertai analisis,
rekomendasi dan tindak lanjut, dan digunakan sebagai bahan laporan kepada
Direktur klinik, dan bahan komunikasi dengan bagian yang terkait.
d. Kejadian Luar Biasa Infeksi Klinik ditetapkan oleh Penanggung Jawab
berdasarkan pertimbangan PJ PPI Klinik Pratama Jasmine Medika pada hasil
evaluasi epidemiologik kecenderungan peningkatan angka INFEKSI secara
signifikan selama 3 bulan berturut- turut. Peningkatan signifikan angka
kejadian INFEKSI pada suatu waktu pengamatan tertentu diwaspadai sebagai
KLB.
e. Penanganan KLB INFEKSI harus dilakukan dengan segera dan secara
terpadu oleh seluruh unsur yang terkait, dikoordinasikan oleh PJ PPI
KLINIK .
f. Setelah menerima laporan dugaan adanya KLB, PJ PPI KLINIK
melakukan investigasi bersama di tempat terjadinya KLB, meliputi:
1) Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans Infeksi
Klinik
2) Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans Infeksi
Klinik.
3) Berkoordinasi dengan Kepala ruangan serta dokter yang bertanggung jawab
menangani pasien, untuk melakukan verifikasi diagnosis infeksi klinik,
penegakan diagnosis INFEKSI dan mengkonfirmasi sebagai kasus KLB.
Selain itu juga dilakukan investigasi terhadap kemungkinan sumber
penularan, cara penularan dan kemungkinan penyebarannya, serta aspek lain
yang diperlukan untuk penanggulangan atau memutuskan rantai penularan.
4) Berkoordinasi dengan Bagian Laboratorium untuk melakukan :
a) Swab ruang/alat yang diduga terkontaminasi bakteri.
b) Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber infeksi untuk
dibiakkan dan antibiogram.
c) Pemasangan label di tempat penampungan bahan pemeriksaan
laboratorium pasien penyakit menular. Label bertuliskan ”Awas Bahan
Menular”
5) Berkoordinasi dengan seluruh personil di bagian terkait untuk memberikan
klarifikasi-klarifikasi perihal yang terkait dengan KLB, misalnya pelaksanaan
Prosedur Tetap secara benar.
a) Apabila hasil investigasi menyimpulkan telah terjadi KLB, maka PJ
PPIKLINIK menetapkan status siaga bencana KLB dan melaporkan
kepada pimpinan KLINIK .
b) Untuk menanggulangi KLB PJ PPIKLINIK berkoordinasi dengan
direktorat pelayanan medik , laboratorium, farmasi, dan bagian terkait
lainnya sesuai kebutuhan.
c) Apabila diperlukan pasien kasus KLB dirujuk ke klinik rujukan infeksi
yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan.
d) Agar KLB INFEKSI tidak meluas, PJ PPI bersama IPCLN dan perawat
ruangan melakukan langkah-langkah pencegahan dan pembatasan dengan
cara:
6) Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci tangan
yangbenar dan tepat.
7) Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan APD
lainsesuai indikasi.
8) Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar
9) Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan pasien yang
sama-sama terinfeksi/kohorting dan menentukan staf yang akan
memberikanpenanganan (dipisahkan dengan staf lainnya)
10) Apabila diperlukan mengusulkan kepada Direktur Utama untuk mengisolasi
ruangan atau mengisolasi pasien bersangkutan yang dianggap tercemar oleh
infeksi.
11) Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar.
12) Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi.
a) PJ PPIKLINIK melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan
yang telah diambil terhadap data atau informasi KLB.
b) PJ PPIKLINIK terus melakukan monitoring dan evaluasi sampai KLB
berhasildiatasi.
c) Status KLB wajib dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.
d) PJ PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi
terpanjang tidakditemukan kasus baru.

19. Pemeriksaan Kultur dan Swab Mikrobiologi di Lingkungan klinik


a. Swab dilakukan bila diperlukan sewaktu-waktu atau bila terjadi
wabah/KLB.
b. Persiapan pemakaian ruangan baru paska renovasi atau konstruksi
klinik.
c. Kultur dilakukan jika ada curiga kasus HAIs yang memerlukan
pemeriksaan

20. Penanganan Pasien Imuncompromised


a. Penanganan pasien immunocopromised hanya melakukan kestabilisasi
keadaanumum, bila sudah stabil klinik merujuk ke fasilitas kesehatan yang
lain.
b. Klinik Pratama Jasmine Medika tidak melakukan perawatan pasien
imuncompromised. Apabilaterdapat pasien imunocompromised, maka
dirujuk kefasilitas kesehatan yang lainnya.

21. Persiapan Pemakaian Ruangan Baru Paska Konstruksi / Renovasi Klinik


a. Melakukan analisis dampak renovasi dan konstruksi terhadap kualitas
udara,tingkat kebisingan .
b. Melakukan edukasi (pemasangan rambu2 atau gambar diarea renovasi)
kepadapetugas ,pengunjung dan pasien.
c. Melakukan pembersihan menyeluruh dan dekontaminasi semua
permukaan,termasuk dinding, langit-langit, jendela dan sistem ventilasi
berisiko tinggi.
d. Makukan swab ruangan dan uji kualitas udara, khususnya di area
berisikotinggi sebelum ruangan digunakan.

22. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (Ppi) Di Operating Room (OR)


a. Pencegahan dan pengendalian Infeksi di Operating Room berfokus pada
pasien, petugas, teknik pembedahan, lingkungan, dan peralatan. PPI di
Operating Room meliputi :
1) Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilaksanakan melalui praktek mencuci tangan
menggunakan sabun antiseptik (chlorhexidin 4 %) dan air mengalir,
atau handrub. Kebersihan tangan wajib diimplementasikan di OR oleh
setiappetugas OR sesuai dengan kebijakan kebersihan tangan di Klinik
Pratama Jasmine Medika Penerapan praktik kebersihan tangan oleh
seluruh petugas kamar bedahberpedoman pada lima saat kebersihan
tangan wajib dilaksanakan (standarWHO) dan enam langkah prosedur
Kebersihan tangan surgical, menggunakan chlorhexidin 4 %, dengan
enam langkah prosedur dan mencuci sampai siku tangan.
2) Alat Pelindung Diri (APD)
a) Pakai sarung tangan sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan
b) Cuci tangan segera setelah melepas sarung tanganPakai sarung
tangan bila ada kemungkinan akan terkontaminasi darah, cairan
tubuh, sekret, ekskret, bahan/benda terkontaminasi, mukosa, kulit
yang tidak utuh, atau kulit utuh yang potensial terkontaminasi.
c) Gantilah sarung tangan bila akan merawat pasien yang berbeda.
d) Masker bedah dipakai selama tindakan operasi dan diganti
dengan maskerbaru pada saat akan operasi berikutnya.
e) Kenakan apron sebelum akan memakai gaun steril
f) Kenakan Gaun steril untuk tindakan operasi
g) Kenakan Gaun bersih tidak steril untuk melindungni kulit dari
kontaminasi dan mencegah baju menjadi kotor, selama tindakan
/merawat pasien yang memungkinkan terjadinya percikan cairan
tubuh pasien.
h) Tutup kepala digunakan mulai pintu masuk kamar bedah, dan
digantisetiapkali selesai operasi.
i) Gunakan alas kaki yang tertutup bagian depan, dan tertutup (tidak
ada lubang-lubang).
3) Penanganan peralatan perawatan pasien
a) Pembersihan dan desinfeksi dilakukan segera setelah alat- alat
dipergunakan dan dilakukan oleh petugas terlatih.
b) Peralatan untuk ventilasi dan pernapasan yang digunakan pada
penderita TB yang dioperasi digunakan alat yang sekali pakai.
4) Pembersihan lingkungan
a) Menggunakan cairan desinfektan untuk KLINIK sesuai dengan
pedoman KLINIK
b) Tempat tidur/ kursi, meja, permukaan meja operasi, permukaan
meja instrument dibersihkan setiap selesai dipakai pasien dengan
menggunakan clorin 0,05 % atau desinfektan yang lain sesuai
kebijakan Klinik
c) Penanganan limbah, sampah medis (infeksius) dalam kantong
kuning kemudian dibakar di incenerator, benda tajam masuk ke
dalam box safety , sampah umum/rumah tangga (non infeksi)
dibuang di TPA.
d) Penanganan tumpahan darah atau bahan infeksi harus dibersihkan
sesuai SPO.
5) Pasien
a) Pasien di anjurkan berhenti merokok 1 bulan sebelum operasi.
b) Mandi pasien dengan antiseptik malam dan pagi hari sebelum
operasi.
c) Cukur rambut, dilakukan bila benar-benar diperlukan segera
sebelum operasidengan menggunakan clipper bukan razor.
d) Post operasi, meliputi pencegahan dan rawatan pasien sebelum,
selama pasien dan sesudah pasien operasi.
e) Penderita TB sewaktu dibawa masuk ke OR segera langsung
masuk kamar operasi tidak diperbolehkan menunggu di lingkungan
kamar operasi. Masker bedah harus dipakai pasien selama pasien
dipindah ke kamar operasi
f) Pasien TB harus dipulihkan kesadarannya diruang OR /
ruangan anastesi, tidak boleh di ruangan pemulihan.
6) Petugas
a) Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas kamar bedah
b) Memberikan motivasi kepada petugas.
c) Petugas tidak memakai jam tangan, gelang, cincin.
d) Tidak berkuku panjang dan memakai kutek
e) Petugas yang sakit menular dilarang untuk bekerja di kamar
bedah.

23. Perbandingan Data Dasar Infeksi (Benchmarking)


a) Perbandingan data dasar infeksi dilakukan secara internal (antar unit) maupun
eksternal (dengan Klinik lain yang sejenis atau dengan praktik terbaik /bukti
ilmiah yang diakui).
b) Perbandingan data dasar infeksi dilakukan oleh tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi setiap bulan (benchmarking internal) dan setahun sekali
(benchmarking eksternal).
c) Klinik yang menjadi mitra dalam bench marking eksternal adalah klinik lokal /
nasional yang setara maupun organisasi kesehatan internasional yang terbukti
memiliki praktik terbaik secara ilmiah.
d) Hasil perbandingan dianalisa, ditindak lanjuti dan dilaporkan kepada Direksi
secara tertulis dalam bentuk laporan bulanan PPI (benchmarking internal) dan
laporan surveilans tahunan (benchmarking eksternal).
e) Hasil perbandingan data dasar infeksi internal maupun eksternal
dikoordinasikandalam rapat tim pokja PPI setiap 3 bulan sekali.

PIMPINAN KLINIK PRATAMA


KARUNIA SEHAT

DEDI KURNIADI,S.KM,MM

Anda mungkin juga menyukai