Menimbang :
1
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
pertama : PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
CITAMA
Kedua : Kebijakan sebagaimana dimaksud di atas termuat pada lampiran
peraturan ini
Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan
Ditetapkan di : Bogor
pada tanggal : 1 Agustus 2018
2
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit Citama
Nomor : 137 / SK / DIR / RSC /VIII / 2018
Tentang : PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT CITAMA
KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI.
DI RUMAH SAKIT CITAMA
A. KEBIJAKAN UMUM
1. Rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan cinta kasih, tidak
membedakan suku, ras, agama, golongan, dan memperhatikan mereka yang lemah dan kurang
mendapat perhatian (option for the poor).
2. Rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu layanan,
keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi pasien, keluarga dan
masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Citama
3. Rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien (patient
centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan,
memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian pelayanan pasien, serta
memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
4. Rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali beberapa unit pelayanan tertentu
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui kegiatan Plan-Do-
Check-Action (PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di rumah sakit dan melibatkan
berbagai individu.
7. Rumah sakit memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut uang muka.
8. Rumah sakit bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien yang kurang mampu.
9. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan, mengendalikan, mengelola,
dan memimpin unit pelayanan masing-masing untuk mencapai visi-misi unit pelayanan maupun
visi-misi rumah sakit.
10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya untuk mengurangi dan
mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi
lingkungan dan keamanan, termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
11. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6 (enam) sasaran
Keselamatan Pasien.
3
12. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi secara teratur
sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap pakai.
13. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
14. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan profesi dan
ketentuan yang berlaku.
15. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar kompetensi, standar
prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit dan semua peraturan rumah sakit
yang berlaku.
16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan manajemen dan pelayanan kepada
masyarakat.
17. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan menggunakan informasi
secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara benar untuk meningkatkan kesehatan pasien
serta kinerja rumah sakit baik secara keseluruhan maupun individu.
18. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan melalui rapat
rutin minimal 1 kali dalam satu bulan.
19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester dan tahunan kepada
manajemen rumah sakit.
20. Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui 7 (tujuh) standar keselamatan
pasien, dan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
21. Rumah sakit melakukan penanggulangan Tuberkulosa ( TB ) sesuia dengan pedoman stategi
DOTS
22. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak bersedia di rumah sakit, maka pasien harus
dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah mendapat persetujuan pasien / keluarga
23. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
24. Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia medis pasien
yang dilayani.
25. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal ataupun
eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.
B. KEBIJAKAN KHUSUS :
1. Organisasi Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
a. Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap penularan infeksi di
Rumah Sakit, maka Rumah Sakit Citama melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI).
b. Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur membentuk Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (TPPI) serta Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (TPPI). Tim PPI
4
Rumah Sakit Citama bertanggung jawab langsung kepada Direktur.Tim PPI bertanggung
jawab langsung kepada Tim PPI.
c. Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuaidengan Pedoman
Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakitdan fasilitas kesehatan
lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian KesehatanRepublik Indonesia Tahun 2011.
d. Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan fungsional disemua unit
dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan karyawan.
e. Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka Rumah Sakit
Rumah Sakit Citama memiliki 1 IPCN (Infection Prevention and Control Nurse) purna waktu
yang bertugas mengawasi seluruh kegiatan pencegahan pengendalian infeksi yang meliputi
gugus tugas perawatan,IPSRS,Farmasi,Gizi, Administrasi, Igd, Laboratorium,.
f. Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (InfectionPrevention and Control
Link Nurse) penghubung di unit masing-masing.
2. Kewaspadaan Standar
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri,disinfeksi dan sterilisasi, tatalaksana
linen, penatalaksanaan limbah dan benda tajam,pengendalian lingkungan, praktik menyuntik
yang aman,kebersihan pernafasan/etika batuk,praktek lumbal punksi,perawatan peralatan
pasien,penatalaksanaan linen,program kesehatan karyawan,penempatan pasien.Kewaspadaan
standar diterapkan secara menyeluruh di semua area RS dengan mengukur risiko yang
dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas pelayanan sesuai Panduan PPI Rumah Sakit Citama
.
3. Kebersihan Tangan
a. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis di
Seluruh lingkungan Rumah Sakit Citama .
b. Indikasi kebersihan tangan secara umum :
1) Segera : setelah tiba di tempat kerja
2) Sebelum :
a) Kontak langsung dengan pasien
b) Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan
invasif
a. Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
b. Mempersiapkan makanan
c. Memberi makan pasien
d. Meninggalkan rumah sakit
1) Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan
terkontaminasi untuk menghindari kontaminasi silang
2) Setelah :
a) Kontak dengan pasien
5
b) Melepas sarung tangan
c) Melepas alat pelindung diri
d) Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ludah, dahak, muntahan,
urine, keringat dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, pispot, urinal baik
menggunakan atau tidak menggunakan sarung tangan.
e) Menggunakan toilet, menyentuh / melap hidung dengan tangan (batuk
/ bersin).
f) Menyentuh lingkungan di sekitar pasien
b. 4 Jenis kebersihan tangan .
1. Kebersihan tangan surgical
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan alkohol handrub
4. Kebersihan tangan Sosial
c. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan (WHO):
1. Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
2. Momen 2 : sebelum tindakan asepsis
3. Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
5. Momen 5: setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
d. 6 langkah kebersihan tangan.
e. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-klinis) di
Rumah Sakit Citama , yaitu :
1. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (sosial)
2. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik chlorhexidine 2%
(aseptik)
3. Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
4. Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan antiseptik
chlorhexidine 4 % (surgical).
f. Kebersihan tangan efektif :
1. Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien
2. Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinisi),
semuaperhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) harus
dilepaskanselama bertugas dan pada saat melakukan kebersihan tangan
3. Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan kuku palsu dan
cat kuku
4. Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
5. Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan handuk sekali pakai
6
6. Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan terlihat
kotor
7. Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub) bila tangan
tidak terlihat kotor diantara tindakan
8. Keringkan tangan menggunakan handuk sekali pakai
9. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung tangan
10. Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya.
11. Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
g. Sediakan di setiap ruangan / bagian :
1. Area klinis (area perawatan / pelayanan langsung terhadap pasien) :
a. Wastafel dengan air yang mengalir.
b. Larutan chlorhexidine 2 % (indikasi kebersihan tangan momen 2 dan 3) : poli
rawat jalan, HCU, kamar bayi, IGD (area non tindakan), ruang keperawatan, unit
penunjang medik (radiologi,laboratorium klinik, farmasi, gizi,laundry, fisioterapi )
c. Larutan chlorhexidine 4 % : IGD (area tindakan), kamar bedah, VK
d. Sabun biasa (handsoap) : kamar pasien, pos perawat (indikasi
kebersihan tangan momen 1,4,5), toilet, dapur.
e. Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : setiap tempat tidur pasien di area kritis
(IGD, kamar bayi, ruang observasi VK, HCU, kamar bedah), setiap pintu masuk
kamar pasien,meja trolly tindakan.
2. Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien) :
a. Wastafel dengan air yang mengalir.
b. Sabun biasa (handsoap) : toilet, dapur, perkantoran, kantin, aula.
c. Larutan chlorhexidine 2% (indikasi kebersihan tangan momen 3):
sanitasi, kamar cuci, kamar jenazah, CSSD.
d. Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : pintu keluar-masuk petugas /
pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamarjenazah, area dimana
fasilitas kebersihan tangan dengan sabun dan airmengalir tidak tersedia / jauh
letaknya.
h. Melakukan monitoring compliance kebersihan tangan dengan cara :
Mengukur / mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan :
a) Petugas klinis setiap 2 minggu sekali(ruang keperawatan,IGD,HCU,
OK,rawat jalan, kamar bayi, VK, Gizi) .Dengan memperhatikan 4,5,6
kebersihan tangan. Sebelum kontak dengan pasien (Momen 1 menurut WHO).
b) Petugas non-klinis setiap sebulan sekali (kamar cuci, farmasi, dapur,IPSRS,
sanitasi, kamar jenazah) : sesuai indikasi kebersihantangan secara umum.
7
i. Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan petugas klinis maupun nonklinis dengan
sasaran 30 % dari jumlah masing-masing profesi (Dokter,Perawat,Fisioterapi dan
Gizi).
j. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien, keluarga
dan pengunjung yang merupakansalah satu bagian dari proses penerimaan
pasien baru.
k. Setiap petugas di Rumah Sakit Citama wajib mengikuti pelatihan kebersihan
tangan yang diadakan oleh rumah sakit secara berkesinambungan mengenai
prosedur kebersihan tangan melalui orientasi dan pendidikan berkelanjutan.
l. Dilakukan monitoring kepatuhan kebersihan tangan petugas
(dokter,perawat,fisioterapi,gizi) setiap 2 minggu sekali pada hari selasa pada
setiap minggu ke 2.
m. Setiap minggu ke 2 hari selasa seluruh karyawan bebas assesoris tangan.
8
Gambar 2. cara kebersihan tangan dengan antiseptic berbasis alcohol
9
a) Rumah Sakit menyediakan penghalang untuk pencegahan dan prosedur isolasi yang
melindungi pasien, pengunjung, staf terhadap penyakit menular dan pasien yang
rentan terhadap infeksi nosokomial ( imuno supressed )
b) Pasien dengan imuno supressed hanya di lakukan stabilisasi keadaan untuk
selanjutnya dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
c) Rumah Sakit berencana untuk saat ini menyiapkan ruang tekanan negatif , namun
saat ini kita menyiapkan ruang kohort untuk perawatan pasien airbone disease,
dengan sistem HEPA fillter dan pertukaran udara 12 kali per jam, yang terpisah dari
pasien non infeksidan khususnya terpisah dari pasien dengan kondisi
imunocompromise.
d) Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip
kewaspadaan isolasi sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas menerapkan
prinsip kewaspadaan kontak atau droplet atau airbone atau kombinasinya.
e) Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi seminimal
mungkin dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi.
h) Setiap pengunjung atau pasien ruang kohort harus dilakukan edukasi penggunaan
APD, kebersihan tangan, etika batuk.
10
c) Petugas rumah sakit memberikan pelayanan baik administrasi maupun medis segera
(maksimal 30 menit) bagi pasien suspek TB dan pasien TB sehinggamengurangi
waktu pasien tersebut berada di fasilitas pelayanan kesehatan.
d) Pasien TB yang perlu dirawat inap ditempatkan di ruang terpisah dari pasien
lain(ruang isolasi), jika tidak memungkinkan bisa menggunakan sistem kohorting
dengan lama perawatan maksimal 2 minggu.
e) Rumah sakit menggunakan sistem ventilasi alamiah dan campuran
(menggunakanekshaust) di ruang perawatan infeksi (Poli DOTS dan ruang isolasi
rawatinap serta IGD) untuk mengurangi penyebaran dan menurunkan kadar
penularan percik renik sehingga tidak menularkan orang lain.
f) Pasien rawat inap MDR TB ditempatkan di ruang isolasi airbone dengan ventilasi
tekanan negatif dan petugas medis menggunakan masker N-95 dalam melakukan
pelayanan kesehatan terhadap pasien tersebut.
g) Penampungan sputum oleh pasien harus dilakukan dalam ruangan dengan
konsepAII (Airbone Infection Isolation) atau box khusus dengan pengaturan sistem
ventilasi (Well Ventilated Sputum Induction Booth).
h) Pasien disarankan untuk membersihkan tangan setelah menampung sputum dengan
air mengalir dan sabun atau dengan larutan handrubs.
i) Saat memproses spesimen, petugas laboratorium tetap mengacu padakewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui udara
(airbone) dan transmisi melalui kontak.
j) Semua petugas kesehatan yang menangani pasien TB akan dilakukan pemeriksaan
kesehatan rutin secara berkala bekerjasama dengan Sub Sumber Daya Manusia
danK3 RS.
k) Apabila pasien akan ditransportasikan keluar dari ruang isolasi, pasien harus
mengenakan masker bedah untuk melindungi lingkungan sekitar.
l) Rumah sakit menjamin dilaksanakannya upaya perlindungan diri yang adekuat bagi
petugas kesehatan dan mereka yang bertugas di tempat pelayanan.
12
8. Sterilisasi Alat/Instrumen Kesehatan Paska Pakai
Di RS dilakukan dengan 2 cara yaitu secara fisika atau kimia, melalui tahapan
pencucian(termasuk perendaman dan pembilasan), pengeringan, pengemasan,
labeling,indikatorisasi, sterilisasi, penyimpanan, distribusi diikuti dengan pemantauan dan
evaluaiproses serta kualitas/mutu hasil sterilisasi secara terpusat melalui Instalasi
PusatPelayanan Sterilisasi (CSSD) yang saat ini berada di kamar bedah.
1. Pemrosesan alat/instrumen paska pakai dipilih berdasarkan kriteria alat.
Sterilisasidilakukan untuk alat kritikal, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi
(DTT)dilakukan untuk alat semi kritikal, disinfeksi tingkat rendah untuk alat non
kritikal.
2. Kriteria pemilihan desinfektan didasari telaah secara cermat terkait kriteria
memiliki spektrum luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi dengan
toksisitasrendah, waktu disinfeksi singkat, stabil dalam penyimpanan, tidak merusak
bahandan efisien. Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap penyediaan
desinfektandan antiseptik di RS sesuai rekomendasi Tim PPI Rumah Sakit Citama
Citama melalui instalasi farmasi.
3. Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) bertanggung jawab menyusun
panduandan prosedur tetap, mengkoordinasikan serta melakukan monitoring dan
evaluasi proses serta kualitas/mutu hasil sterilisasi dengan persetujuan Tim PPI RS.
4. Unit CSSD memonitor pelaksanaan proses dekontaminasi di setiap unit
menggunakan form.
9. PEMAKAIAN ULANG PERALATAN & MATERIAL SEKALI PAKAI (single use yang dire-
use).
14
5) Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini Rumah Sakit bekerjasama dengan pihak
ketiga
6) Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung tangan
khusus,masker,sepatu boot,apron,pelindung mata,dan bila perlu helm
7) Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan bahan
desinfektan ,cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan berdasarkan telaah
panitia PPI RS untuk mencapai efektivitas yang tinggi.
11. Pengelolaan Linen
a) Jenis linen di Rumah Sakit Citama dikualifikasikan menjadi linen bersih, linen kotor
infeksius, linen kotor non infeksius
b) Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan wadah linen yang
berbeda,linen kotor dengan wadah linen berwarna birudan linen kotor infeksius
dengan wadah linen merah .
c) wadah linen yang digunakan untuk pengangkutan linen bersih dan kotor di lakukan
pencucian setiap habis pakai.
d) pengangkatan linen kotor dilakukan pada jam jam 07.wib, jam 10 wib dan jam 13 wib
e) pengangktan linen bersih dilakukan pada jam 09.30 wib, 12.30 wib dan 14.30 wib
f) Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan dengan
desinfeksi wadah linen, pengepelan/disinfeksi lantai, implementasi praktik
kebersihan tangan,penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi resiko
selama bekerja
12. Pengelolaan Makanan
Pengelolaan makanan di instalasi gizi memperhatikan standar sanitasi makananminuman,
alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan penjamah makanan.
a) Semua bahan makanan yang disiapkan sampai dengan disajikan kepada pasien,
pegawai atau pengunjung dikelola sesuai pedoman dan standar prosedur
pelayananinstalasi gizi agat terhindar dari pencemaran dan penularan infeksi melalui
makanan
b) Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih,terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan lain serta
suhupenyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan.
c) Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari proses
penyiapan bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene
pribadiberupa monitoring kultur mikrobiologi swab rektal, dikoordinasikan dan di
bawahtanggung jawab Tim K3 RS.
d) Petugas unit harus dalam kondisi sehat dan dilakukan pemeriksaan berkala selama
6 (enam) bulan sekali
15
13. Pendidikan Dan Pelatihan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rumah sakit
Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan oleh bagian
Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) bekerjasama dengan Tim PPI RS untukmenjamin setiap
petugas yang berada dan bekerja di RS (termasuk peserta didik dankaryawan kontrak)
memahami dan mampu melaksanakan program PPI RS , khususnya kewaspadaan standar
dan kewaspadaan berbasis transmisi.
a) Seluruh SDM baru di RS wajib mengikuti program orientasi, termasuk materi PPIRS
b) Setiap ada mahasiswa yang akan praktek harus diberikan materi orientasi PPIRS.
c) Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh bagianSDM
bersama Tim PPI RS sesuai ketentuan yang berlaku sebagai dasarperencanaan
program selanjutnya.
d) Seluruh staff dididik tentang pengelolaan infeksius.
14. Pendidikan pencegahan dan pengendalian infeksi diberikan untuk setiap pasien.
Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi pasien barumasuk,
meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan ketertiban membuang sampah.
a) Swab dilakukan 2 kali setahun untuk area kritis (zona risiko tinggi dan sangat tinggi)
b) Area lain bila diperlukan sewaktu-waktu atau bila terjadi wabah/KLB.
c) Persiapan pemakaian ruangan baru paska renovasi atau konstruksi rumah sakit.
d) Dilakukan pemeriksaan pada pasien yang menderita infeksi yang terjadi ,ilo.
e) Kultur dilakukan jika ada curiga kasus ILO.
21. Penanganan Pasien Immunosuppresed
a. Penanganan pasien immunocopromised hanya melakukan kestabilisasi keadaan
umum, bila sudah stabil rumah sakit merujuk ke fasilitas kesehatan yang lain.
b. Rumah Sakit Citama tidak melakukan perawatan pasien imuncompromised.Apabila
terdapat pasien imunocompromised,maka dirujuk kefasilitas kesehatan yang lainnya.
22. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (Ppi) Di Pemulasaran Jenazah
a) Pemindahan jenazah dari ruang perawatan:
1. Proses pemindahan harus sesuai dengan prinsip-prinsip Kewaspadaan Standar.
2. Aspek budaya dan agama harus diperhatikan. Keluarga pasien yang ingin melihat
jenazah setelah dipindahkan dari ruang perawatan juga harus menerapkan
Kewaspadaan Standar.
3. Penanganan semua jenazah petugas harus menggunakan APD yang sesuai.
23
c. Semua tumpahan darah dan cairan tubuh harus dibersihkan dengan
menggunakandesinfektan chlorine.
d. Tempat tidur, meja pasien, lemari harus dibersihkan dengan
menggunakandeterjen netral setiap selesai digunakan.
2. Alat dan linen
a. Instrumen yang telah dipakai dicuci dengan air mengalir hanya untuk
menghilangkannoda darah (proses dekontaminasi) dan langsung dikirim
ke CSSD.
b. Kemasan steril tidak boleh robek, tidak boleh terbuka dan tidak kotor, dan
lihattanggal kadaluarsa.
c. Semua peralatan medik steril yang akan dipakai dibatasi secukupnya
sesuaidengan keperluaan saat itu.
d. Kain gorden harus diganti setiap 1 bulan sekali atau kalau perlu bila
terkena darah.
e. Linen pasien harus diganti segera setelah pasien selesai tindakan.
f. Linen yang telah terkontaminasi dengan darah harus dimasukkan ke
dalamkantong plastik warna kuning.
g. Penanganan terhadap ibu yang positif terpapar virus yang ditularkan
melalui darah– Hepatitis B, C dan HIV.Untuk meminimalkan resiko
kelahiran bayidengan kelainan darah karena ibunyapositif terkena virus
yang ditularkan melalui darah, beberapa langkah yang harusdilakukan:
3. Pertahankan selaput ketuban tetap utuh selama mungkin.
4. Tali pusat diklem/ditutup sesegera mungkin untuk menghindari tranfusi
janinmaupunibu yang tidak perlu.
5. Suntikan dan contoh darah bayi ditunda sampai darah yang berasal dari
ibudibersihkan.
6. Dalam keadaan ibu positif menderita Hepatitis B, maka dorongan
untukimnunisasi terhadap bayi sebaiknya aktif dilakukan.
7. Pada saat bayi dimandikan, harus dilakukan secara hari-hari sehingga
semuadarah menempel bisa dibersihkan, semua peralatan yang digunakan
dibuangdiplastik warna kuning atau dibersihkan sehingga semua yang
mengandungprotein terangkat. Segera setelah prosedur ini selesai dilakukan,
bayi bisaditangani dengan normal, tidak perlu diambil tindakan pengisolasian.
8. Lakukan imunisasi bayi baru lahir dengan ibu yang positif hepatitis B.
2. Item steril
Semua item yang telah steril harus disimpan di area yang bersih dan kering.Jika
bungkusan steril mengalami kerusakan atau bocor, maka kemasantersebut
dinyatakan tidak steril lagi dan item didalamnya tidak bolehdigunakan.
Pengecekan item steril pada stok steril harus dilakukan secarareguler. Semua
item steril harus dicek keutuhan kemasannya sebelum digunakan (dibuka).
e) Pengelolaan Linen
1. Linen kotor adalah merupakan sumber kontaminasi mikroorganisme
yangsignifikan linen kotor saat penggantian linen (oleh karena itu penggantian
linen tidakboleh dilakukan dengan mengibaskan linen ke udara).
28
2. Linen disimpan di tempat yang bersih, kering dan tertutup untuk
mencegahkontaminasi kuman dari udara. Jika linen bersih tidak jadi digunakan,
makatidak boleh disimpan di area penyimpanan stok linen ruangan, tetapi
harusdikembalikan ke laundry untuk dicuci ulang.
3. Tidak boleh meletakkan linen kotor di lantai, di kursi atau di meja. Linenkotor
dimasukkan ke dalam kantong plastik trolly linen kotor yang telahtersedia. Trolly
linen yang digunakan untuk mengangkut linen kotor tidakboleh digunakan untuk
membawa linen bersih.
f) Obat-obatan
1. Obat-obatan harus disiapkan dengan menggunakan teknik tanpa sentuhan,obat-
obat parenteral harus disiapkan secara aseptik menggunakan spuit danjarum
steril. Cairan intravena dan cairan irigasi steril harus diberi labeltanggal, waktu
dibuka dan dibuang setelah 24 jam (jika setelah dibuka dantidak digunakan lagi).
2. Antibiotika
Pemberian antibiotika pada pasien ICU yang tidak memperhatikan
polasensitivitas kuman akan memberikan andil terjadinya KLB infeksi
seriusdengan konsekuensi yang fatal. Adanya kebijakan penggunaan antibiotika
dirumah sakit akan lebih rasional dalam pemberiannya dan merupakankeputusan
yang dapat diterima secara hukum dibandingkan mereka yangtidak mempunyai
kebijakan tentang pemberiaan antibiotika yang benar.
3. Pemberian multi dose
Karena adanya potensi terjadi infeksi silang, maka penggunaan vial untukmulti
dose dan ampul untuk pasien lebih dari satu sangat tidak dianjurkanditerapkan di
Rumah Sakit Citama , oleh karena itu isi vial atau ampul hanyadigunakan oleh
satu pasien saja dengan alternatif lainnya yaitu denganmemisahkan isi vial ke
dalam beberapa spuit steril, beri tanggal dan jam bukavial pada spuit dan
disimpan dalam lemari pendingin obat untuk selama 24jam.
29. Kebijakan Pengelolaan Darah Dan Kompunen Darah Di Rumah Sakit Citama
KEBIJAKAN UMUM
1. pengelolaan darah dan komponen darah diterapkan untuk mengurangi resiko infeksi
penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui
maupun yang tidak diketahui
2. dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang meliputi, kebersihan
tangan , penggunaan APD, pemerosesan peralatan pengambilan darah dan
komponen darah
3. kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai teambahan kewaspadaan
standar pada kasus – kasus yang mempunyai resiko penularan kontk, droplet, airbone.
kebijakan umum
1. pengambilan darah
a. dokter mengajukan permintaan dengan mengisi formulir permintaan darah untuk transfuse
b. petugas mengambil contoh darah sebanyak 5 cc dalam tabung di beri label identitas
pasien
c. nama dan identitas pasien pada formulir dan contoh darah harus sama
d. formulir permintaan darah kemudian segera di kirim bersama contoh darah ke bank darah
/ UTD daerah.
32
2. penerimaan darah
a. darah yang di terima berada dalam wadah untuk menjaga suhu tetap dingin
b. petugas yang menerima darah memriksa kesesuaian etiket yang terdapat pada kantong
darah dan formulir permintaan
c. bila darah tidak segera digunakan maka harus disimpan di dalam lemari pendingin
laboratorium dengan suhu 2-8 ˚c
1. Cuci tangan
a. Semua karyawan rumah sakit, mahasiswa praktek, pasien dan pengunjung harus
melakukan cuci tangan
dengan air bersih dan sabun atau handrub antiseptik berbasis alkohol.
b. Cuci tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu : sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik,setelah melakukan tindakan invasif yang
berhubungan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak
denganlingkungan pasien.
c. Cuci tangan dilakukan dengan benar sesuai dengan 6 langkah cuci tangan yang
direkomendasikan oleh WHO.
d. Infection Prevetion and Control Nurse memantau kepatuhan cuci tangan sesuai
dengan daftar tilik yang tersedia.
33
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah infeksius
yang telah disediakan sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali, setelah
dilepaskan didekontaminasi terlebih dulu sebelum diproses lebih lanjut.
31. Dekontaminasi
a. Dekontaminasi adalah suatu proses yang membuat benda mati lebih aman untk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan dan mengurangi tapi tidak
menghilangkan jumlah mikroorganisme yang terkontaminasi.
b. Dekontaminasi dilakukan pada semua alat medis bekas pakai yang akan dipakai
kembali ( re use ), permukaan kerja, lantai yang mungkin tercemar darah atau
cairan tubuh lainnya, linen bekas pakai yang terkontaminasi cairan tubuh pasien.
c. Dekontaminasi dapat memakai alcohol 60-90 % atau larutan Klorin 0,5% atau
larutan klorin 1% sesuai dengan jenis alat yang akan didekontaminasi
d. Alat-alat harus dibersihkan lebih dulu sebelum didesinfeksi untuk mengurangi
bioburden dan dikeringkan agar cairan desinfektan dapat kontak langsung
dengan seluruh permukaan alat.
e. Antiseptik adalah untuk mengurangi atau menghancurkan mikroorganisme yang
tidak dikehendaki yang terdapat di kulit dan permukaan mukosa tapi tidak
mempengaruhi flora normalnya, contoh : alcohol, hexachlorophyl, hlorrhexidin,
iodine atau iodophor, hydrogen peroxide.
f. Antiseptik digunakan untuk cuci tangan, penyiapan kulit pra operasi,
pembersihan luka, obat kumur, semprot vagina dll.
32. STERILISASI
34
e. setiap unit menyiapkan kebutuhan alat , alat dilakukan pembersihan di ruang unit
masing- masing, kemudian alat tersebut dikirim ke unit kamar bedah untuk di
lakukan sterilisasi setiap hari senin
f. pengambilan alat yang sudah disterilisasi di lakukan di hari penyerahan alat
setiap shift.
35
b. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan kohesty (Pasien dengan
diagnose yang sama ditempatkan secara bersamaan).
Setiap orang yang memiliki tanda atau gejala infeksi pernafasan (batuk, bersin), harus:
menutup hidung atau mulut ketika batuk bersin, menggunakan tissue untuk menahan
sekresi pernafasan dan buang ditempat yang tersedia. Cuci tangan segera setelah
kontak dengan sekresi pernafasan. Rumah sakit menjamin tersedianya:
Kebijakan Umum
1. Pemeriksaan kesehatan karyawan/ personel sangat penting dilakukan, agar karyawan dapat
melakukan pekerjaan dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai
36
penyakit menular yang akan mengenai karyawan yang lain, sehingga dapat bekerja dengan
maksimal.
3. Pemeriksaan kesehatan berdasarkan pedoman dan petunjuk pelaksanaan dari SPO yang telah
direkomendasikan.
4. Dalam pemeriksaan kesehatan karyawan/ personel berkoordinasi dengan personalia, Unit igd
Poliklinik yang sesuai dengan keluhan/diagnosa karyawan/personel.
Kebijakan Khusus
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan/ personel sebelum bekerja Rumah Sakit
diantara lain :
b. Kesegaran Jasmani.
c. Rontgen paru-paru.
d. Laboratorium rutin.
e. Apakah pernah mendapatkan imunisasi BCG dan ada ada riwayat pengobatan DOT TB
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan/ personel Rumah Sakit antara lain
a. Pemeriksaan fisik, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bila diperlukan), laboratorium rutin,
serta pemeriksaan-pemeriksaan yang dianggap perlu, termasuk pemberian imunisasi kepada
karyawan/ personel yang bekerja di area/ tempat yang berisiko dan berbahaya.
a. Karyawan/ personel Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu.
b. Karyawan/ personel Rumah Sakit yang berusia 40 (empat puluh) tahun atau karyawan/
personel wanita yang cacat serta karyawan/ personel yang berusia muda melakukan
pekerjaan tertentu.
37
c. Karyawan/ personel Rumah Sakit yang terdapat dugaan tertentu mengenai gangguan
kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
d. Pemeriksaan kesehatan dilakukan apabila terdapat catatan atau hasil pengamatan dari
organisasi pelaksana kesehatan dan Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah
Sakit bagi karyawan/ personel yang mengalami keluhan.
e. Karyawan yang bekerja pada kelompok pelayanan high risk infeksi : ok, HCU, Ruang
Isolasi,,IGD
f. Khusus untuk karyawan paru dan petugas analis yang terpapar TB harus rutin cek up 1 tahun
sekali dan laporan diberikan ke PPIRS
38
41. KEBIJAKAN SAMPAH INFEKSIUS DAN CAIRAN TUBUH
Limbah dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya dapat berupa yang telah terkontaminasi
(secara potensial sangat berbahaya) atau tidak terkontaminasi. Sekitar 85 % limbah umum yang
dihasilkan dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya tidak terkontaminasi dan tidak berbahaya
bagi petugas yang menangani, namun demikian penanganan limbah ini harus dikelola dengan baik
dan benar Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh pasien,
ekskresi, sekresi yang dapat menularkan kepada orang lain
Limbah infeksius. Bagian dari limbah medis yang dapat menyebabkan penyakit infeksi
1. Penyimpanan
a. Simpan limbah di tempat penampungan sementara khusus
b. Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat
c. Beri label pada kantong plastik limbah
d. Setiap hari limbah diangkat dari tempat penampungan sementara
e. Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
f. Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
g. Tidak boleh ada yang tercecer
h. Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien
i. Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
j. Tempat penampungan sementara harus di area terbuka, terjangkau (oleh
kendaraan),aman dan selalu dijaga kebersihannya dan kondisi kering.
2. Pengangkutan
a. Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
b. Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
c. Tidak boleh ada yang tercecer
d. Sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien
e. Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah.
3. Treatment
Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi
39
1. Benda-benda tajam sekali pakai (jarum suntik, jarum jahit, silet, pisau skalpel) memerlukan
penanganan khusus karena benda-benda ini dapat melukai petugas kesehatan dan juga
masyarakat sekitarnya jika limbah ini dibuang di tempat pembuangan limbah umum.
2. Enkapsulasi: dianjurkan sebagai cara termudah membuang benda-benda tajam. Benda
tajam dikumpulkan dalam wadah tahan tusukan dan antibocor. Sesudah 3/4 penuh,
bahanseperti semen, pasir, atau bubuk plastik dimasukkan dalam wadah sampai penuh.
Sesudahbahan-bahan menjadi padat dan kering, wadah ditutup, disebarkan pada tanah
rendah,ditimbun dan dapat dikuburkan. Bahan-bahan sisa kimia dapat dimasukkan bersama
dengan benda-benda tajam (WHO, 1999).
3. Insenerasi: adalah proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi isi dan berat limbah.
Prosesini biasanya dipilih untuk menangani limbah yang tidak dapat didaur ulang, dipakai lagi,
ataudibuang ke tempat pembuangan limbah atau tempat kebersihan perataan tanah.
4. Pembakaran terbuka tidak dianjurkan karena berbahaya, batas pandangan tidak jelas, dan
angin dapat menyebarkan limbah ke sekitarnya kemana-mana. Jika pembakaran terbuka
harus dikerjakan, lakukanlah pada tempat tertentu dan terbatas, pindahkan limbah ke tempat
tersebut hanya segera sebelum dibakar dan biarkan terbakar sehingga surut.Pada fasilitas
kesehatan dengan sumberdaya terbatas dan insinerator bersuhu tinggi tidak tersedia, maka
limbah dapat diinsenerasi dalam insinerator tong. Insinerator tong merupakan jenis insinerator
kamar tunggal. Dapat dibuat dengan murah, dan lebih baik daripada pembakaran terbuka.
5. Mengubur limbah: Di fasilitas kesehatan dengan sumber terbatas, penguburan limbah
secara aman pada atau dekat fasilitas mungkin merupakan satu-satunya alternatif untuk
pembuangan limbah. Caranya : buat lobang sedalam 2,5 m, setiap tinggi limbah 75 cm
ditutupi kapur tembok, kemudian diisi lagi dengan limbah sampai 75 cm ditutupi kapur
tembok, kemudian diisi lagi dengan limbah sampai 75 cm, kemudian dikubur.
40
8. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm
B. Tata Cara Pelaksanaan
i. Bahan Makanan dan Makanan Jadi Pembelian bahan sebaiknya ditempat
yang resmi dan berkualitas baik.
ii. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari instalasi Gizi atau dari
luar rumah sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik, dan laboratorium
minimal 1 bulan Peraturan Mnteri Kesehatan No. 715/MenKes/SK/V/2003
tentang Persyaratan Hygiene
iii. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain
harus selalu diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.
iv. Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merek serta
dalam keadaan baik.
v. Bahan Makanan Tambahan Bahan makanan tambahan (bahan pewarna,
pengawet, pemanis buatan) harus sesuai dengan ketentuan.
vi. Penyimpanan Bahan Makan dan Makanan Jadi Tempat penyimpanan bahan
makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari
debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.
a. Bahan Makanan Kering
a) Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi
b) Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih maupun air
limbah)untuk menghindari terkena bocoran.
c) Tidak ada drainase disekitar gudang makanan.
d) Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak
terbawah 15 cm – 25 cm.
e) Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22 C.
f) Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga.
g) Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat untuk menjaga sirkulasi
udara.
b. Bahan Makanan Basah/Mudah Membusuk dan Minuman Bahan makanan seperti
buah, sayuran, dan minuman, disimpan pada suhu penyimpanan sejuk (cooling) 10 C – 15
C
a) Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali disimpan pada suhu
penyimpanan dingin (chilling) 4 C–10 C
41
b) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam
disimpan pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu 0 C–4 C.
c) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu kurang dari 24 jam
disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu < 0 C.
d) Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu.
e) Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus tertutup.
f) Pengambilan dengan cara First in First Out (FIFO), yaitu yang disimpan lebih dahulu
digunakan dahulu, agar tidak ada makanan yang busuk.
c. Makanan Jadi
a) Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan ketentuan yang
berlaku. Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida, tidak boleh melebihi
ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.
b) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup serta
segera disajikan
C. Pengolahan Makanan
Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :
a. Tempat Pengolahan Makanan
a) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan persyaratan
konstruksi, bangunan dan ruangan dapur
b) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan
antiseptik.
c) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup asap.
d) Intensitas pencahayaan diupayakan
b. Peralatan Masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan
makanan.
1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan
2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.
3) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam yang lazim
dijumpai dalam makanan.
4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya didesinfeksi dan
dikeringkan
5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan disimpan
pada rak terlindung dari vektor.
c. Penjamah Makanan
1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
42
2) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa kesehatannya oleh dokter yang
berwenang.
3) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelidung pengolahan
makanan dapur.
4) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil.
d. Pengangkutan Makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara pengangkutannya,
yaitu :
1) Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup dan bersih.
2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia udara untuk
ruang gerak.
3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut
bahan/barang kotor.
e. Penyajian Makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan yang
dipakai harus bersih
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.
3) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas
penghangat makanan dengan suhu mnimal
60 C dan 4 C untuk makanan dingin.
4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih.
5) Makanan jadi harus segera disajikan.
6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.
5. Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
Pengawasan dilakukan secara :
a. Internal
Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas penanggung jawab kesehatan
lingkungan rumah sakit. Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel
makanan dan minuman meliputi bahan makanan dan minuman yang mengandung protein tinggi,
makanan siap santap, air bersih, alat makanan dan masak serta usap dubur penjamah.
Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan sampel minuman berwarna, makanan yang
diawetkan, sayuran,daging, ikan laut.
Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam setahun.
Bila terjadi keracunan makanan dan minuman d irumah sakit maka petugas sanitasi harus mengambil
sampel makanan dan minuman untuk diperiksakan ke laboratorium Dengan melakukan uji petik yang
dilakukan oleh Petugas Sanitasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil atau
mendadak untuk menilai kualitas
43
44