Anda di halaman 1dari 21

KLINIK PRATAMA KENANGA

Jln. Kenanga Rt.15 Rw.006 Dusun IV Sarirejo Desa Natar


Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, Kode pos 35362

KEPUTUSAN
KEPALA KLINIK PRATAMA KENANGA
NOMOR : 024/SK/KPPI_KK/I/2023

TENTANG
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA KLINIK PRATAMA KENANGA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di


klinik, maka diperlukan penyelenggaraan Pelayanan
Pencegahan Pengendalian Infeksi;
b. bahwa agar pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi
di Puskesmas dapat terlaksana dengan baik, maka perlu
adanya kebijakan sebagai landasan dalam pelaksanaan
Pencegahan Pengendalian Infeksi di Klinik;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, maka perlu ditetapkan Keputusan
Kepala Klinik tentang Kebijakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Klinik Pratama Kenanga.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
9 Tahun 2014 Tentang Klinik;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/Menkes/1983/2022 Tentang Standar
Akreditasi Klinik.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Kepala Klinik Pratama Kenanga Tentang


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Kesatu : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perbaikan / perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Natar
Pada tanggal : 20 Januari 2023

KEPALA KLINIK PRATAMA KENANGA,

EKA APRIYANTI
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA KLINIK PRATAMA KENANGA
NOMOR 024/SK/KPPI_KK/I/2023
TENTANG : KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

A. KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan klinik di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan cinta
kasih, tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan memperhatikan mereka
yang lemah dan kurang mendapat perhatian (option for the poor).
2. Pelayanan klinik di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu
layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi
pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi, dan
Tujuan Klinik Pratama Kenanga.
3. Pelayanan klinik di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien
(patient center) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas
pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian
pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
4. Pelayanan klinik dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali beberapa unit
pelayanan tertentu seperti laboratorium.
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui
kegiatan Plan- Do-Check-Action (PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di klinik
dan melibatkan berbagai individu.
7. Klinik memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut uang muka.
8. Klinik bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien yang kurang mampu.
9. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan,
mengendalikan, mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing-masing untuk
mencapai visi-misi unit pelayanan maupun visi-misi klinik.
10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas klinik wajib mematuhi ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) di Klinik Pratama Kenanga dengan melakukan upaya untuk
mengurangi dan mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan dan cedera,
dan memelihara kondisi lingkungan dan keamanan, termasuk dalam penggunaan
alat pelindung diri (APD).
11. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan klinik wajib melakukan 6 (enam)
sasaran Keselamatan Pasien.
12. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap pakai.
13. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan klinik.
14. Semua petugas klinik wajib memiliki izin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan
profesi dan ketentuan yang berlaku.
15. Setiap petugas klinik harus bekerja sesuai standar profesi, standar kompetensi,
standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik klinik dan semua peraturan
klinik yang berlaku.
16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan sebagai
sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan manajemen dan
pelayanan kepada masyarakat.
17. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan menggunakan
informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara benar untuk
meningkatkan kesehatan pasien serta kinerja klinik baik secara keseluruhan
maupun individu.
18. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan
melalui rapat rutin minimal 1 kali dalam 3 bulan.
19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester dan
tahunan kepada manajemen klinik.
20. Klinik menjalankan program keselamatan pasien melalui 6 sasaran keselamatan
pasien.
21. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak beklinikedia di klinik, maka pasien
harus dirujuk ke klinik lain yang bisa melayani setelah mendapat pekliniketujuan
pasien / keluarga
22. Klinik menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
23. Seluruh karyawan klinik berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia medis
pasien yang dilayani.
24. Klinik melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal ataupun
eksternal untuk pengembangan pelayanan klinik.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Organisasi Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
a) Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap penularan
infeksi di Klinik, maka Klinik Pratama Kenanga melaksanakan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI).
b) Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur membentuk PJ
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) serta Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi. PJ PPI Klinik Pratama Kenanga bertanggung jawab
langsung kepada Direktur. Tim PPI bertanggung jawab langsung kepada PJ
PPI.
c) PJ dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai
dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik
Pratama Kenanga dan fasilitas kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011.
d) Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan fungsional
disemua unit dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan karyawan.
e) Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka
Klinik Pratama Kenanga memiliki 1 PJ PPI purna waktu yang bertugas
mengawasi seluruh kegiatan pencegahan pengendalian infeksi yang meliputi
gugus tugas Perawatan, Farmasi, Gizi, Administrasi, dan Laboratorium.

2. Kewaspadaan Standar
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, disinfeksi dan
sterilisasi, penatalaksanaan limbah dan benda tajam, pengendalian lingkungan,
praktik menyuntik yang aman, kebersihan pernafasan/etika batuk, praktek lumbal
punksi, perawatan peralatan pasien, penatalaksanaan linen, program kesehatan
karyawan dan penempatan pasien.
Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area Klinik
Pratama Kenanga dengan mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan
aktivitaspelayanan sesuai Pedoman PPI Klinik Pratama Kenanga

3. Kebersihan Tangan
a. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non-
klinis di seluruh lingkungan Klinik Pratama Kenanga.
b. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan (WHO) :
1) Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
2) Momen 2 : sebelum tindakan asepsis
3) Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
4) Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
5) Momen 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
c. 6 langkah kebersihan tangan dilakukan sesuai standar who.
1) Langkah pertama : Usap dan ratakan pada permukaan tangan
2) Langkah kedua : Gosok pada punggung tangan kanan dan kiri
3) Langkah ketiga : Gosokkan pada sela-sela jari
4) Langkah keempat : Gosok punggung jari-jari dengan cara mengait dan
mengunci
5) Langkah kelima : Pegang dan gosok ibu jari dengan cara berputar
6) Langkah keenam : Dengan cara menguncup, gosokkan pada telapak
tangan,lakukan bergantian
d. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-
klinis) di Klinik Pratama Kenanga, yaitu :
1) Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun cair (sosial)
2) Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
3) Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan antiseptik
chlorhexidine 4% (surgical).
e. Kebersihan tangan efektif :
1) Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien kecuali
petugas laboratorium
2) Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinisi),
semua perhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang)
sebaiknya dilepaskan selama bertugas dan di lepas pada saat melakukan
kebersihan tangan
3) Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm dan tidak menggunakan
kuku palsu dan cat kuku bagi petugas yang kontak langsung dengan pasien
4) Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
5) Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila
tangan terlihatkotor
6) Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
bila tangantidak terlihat kotor diantara tindakan
7) Keringkan tangan menggunakan handuk sekali pakai / hand towel
8) Tutuplah kran dengan handuk sekali pakai / hand towel
9) Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung
tangan
10) Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya
11) Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
12) Pengaturan penempatan cairan untuk melakukan kebersihan tangan adalah
sebagai berikut :
a) Area klinis (area pelayanan langsung pada ) : Wastafel dengan air yang
mengalir dan sabun cair minimal 1 wastafel untuk maksimal 6 tempat
tidur pasien, 1 wastafel untuk setiap ruangan poliklinik dan ruangan
keperawatan ER dan IPD, dan Larutan chlorhexidine 4% untuk ruangan
operasi sedangkancairan berbahan dasar alkohol (handrub) pada setiap
tempat tidur pasien IPD dan ER, setiap ruangan poliklinik, setiap pintu
masuk kamar pasien, dan padameja trolly tindakan.
b) Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien) :
Wastafel dengan air yang mengalir dan sabun cair pada toilet, dapur,
perkantoran, kantin dan aula sedangakan cairan berbahan dasar alkohol
(handrub) : berada pada setiap ruangan kantor yang ada.
f. Melakukan monitoring kebersihan tangan dengan cara Mengukur /
mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan tenaga keperawatan dan dokter
disetiap ruang perawatan yang dilakukan satu minimal 3 kali setiap minggu
oleh IPCLN.
g. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien, keluarga
dengan menggunakan metode ceramah, demo, diskusi dan praktek langsung
minimal 1 kali dalam semingggu setiap hari selasa bagi pasien yang berada di
OPD/ unit rawat jalan dan hari kamis bagi pasien yang berada di IPD/ unit
rawat inap.
h. Setiap petugas di Klinik Pratama Kenanga wajib mengikuti pelatihan
kebersihan tangan yang diadakan oleh klinik secara berkesinambungan
mengenai prosedur kebersihan tangan melalui orientasi saat masuk dan
pendidikan berkelanjutan.

4. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


Merupakan tambahan kewaspadaan standar yang diterapkan pada pasien rawat
inap yang suspek atau telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara
transmisi kontak, droplet atau airbone. Tatalaksana administratif meliputi
percepatan akses diagnosis, pemisahan penempatan pasien, mempersingkat waktu
pelayanan di klinik, penyediaan paket perlindungan petugas ; tatalaksana
lingkungan meliputi penataan alur pasien, penataan sistem ventilasi (natural
maupun mekanikal) tatalaksana penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri.
a) Klinik menyediakan penghalang/ alat pelindung diri untuk pencegahan dan
prosedur isolasi yang melindungi pasien, pengunjung, staf terhadap penyakit
menular dan pasien yang rentan terhadap infeksi nosokomial (imuno
supressed)
b) Pasien dengan imuno supressed hanya di lakukan stabilisasi keadaan untuk
selanjutnya dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
c) Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip
kewaspadaan isolasi sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas menerapkan
prinsip kewaspadaan kontak atau droplet atau airbone atau kombinasinya.
d) Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi seminimal
mungkin dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi.
Pembersihan ruang isolasi dilakukan setelah pembersihan ruang perawatan
umum dengan menggunakan bahan desinfektan.
e) Prosedur penunjang medik (pengambilan darah, pemberian gizi) dilakukan
setelah pasien yang tidak menular.
f) Setiap pengunjung atau pasien ruang kohort harus dilakukan edukasi
penggunaan APD, kebersihan tangan dan etika batuk.
g) Adanya pengaturan alur penyakit menular lihat SPO.
5. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Tuberkolosis
Merupakan bagian tidak terpisahkan dari PPI Klinik Pratama Kenanga,
khususnya kewaspadaan infeksi airbone, dimaksudkan untuk lebih
memprioritaskan kewaspadaan terhadap risiko transmisi penyakit TB. Semua
pasien yang berobat ke ER dengan keluhan batuk akan diberikan edukasi oleh
petugas Klinik Pratama Kenanga terlatih mengenai etika batuk serta higiene
respirasi dan diharuskan memakai masker bedah, jika keluhan pasien mengarah
ke TB ( batuk ≥2 minggu atau batuk darah )
a) Semua pasien yang datang berobat ke poli rawat jalan dengan keluhan batuk
akan diberikan edukasi oleh staff Klinik Pratama Kenanga terlatih mengenai
etika batuk serta higiene respirasi dan diharuskan memakai masker bedah jika
keluhan pasien mengarah ke TB (batuk berdahak atau batuk darah).
b) Petugas klinik memberikan pelayanan baik administrasi maupun medis
segera (maksimal 30 menit) bagi pasien suspek TB dan pasien TB sehingga
mengurangi waktu pasien tersebut berada di fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Penampungan sputum oleh pasien harus dilakukan dalam ruangan dengan
konsep AII (Airbone Infection Isolation) atau box khusus dengan pengaturan
sistem ventilasi (Well Ventilated Sputum Induction Booth).
d) Pasien disarankan untuk membersihkan tangan setelah menampung sputum
dengan air mengalir dan sabun cair atau dengan larutan handrubs.
e) Saat memproses spesimen, petugas laboratorium tetap mengacu pada
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui udara
(airbone) dan transmisi melalui kontak.
f) Semua petugas kesehatan yang menangani pasien TB akan dilakukan
pemeriksaan kesehatan rutin secara berkala bekerjasama dengan Sub Sumber
Daya Manusia dan K3 Klinik Pratama Kenanga.
g) Klinik menjamin dilaksanakannya upaya perlindungan diri yang adekuat bagi
petugas kesehatan dan mereka yang bertugas di tempat pelayanan.
h) Pasien yang mengalami TB dan perlu perawatan, jika ruangan isolasi belum
tersedia maupun penuh maka pasien akan dirujuk ke fasilitas kesehatan
lain.
6. Alat Pelindung Diri (APD)
Ditata perencanaan, penyediaan, penggunaan dan evaluasinya oleh PJ PPI Klinik
Pratama Kenanga bersama K3 Klinik Pratama Kenanga, Instalasi Farmasi, dan
bagian logistik Klinik Pratama Kenanga.
a) APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi dengan
selalu mengukur potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas
pelayanan/tindakan medik sehingga tepat, efektif, dan efisien.
b) APD sekali pakai disediakan melalui farmasi.
c) Masker untuk ruang kohort air borne desease dengan masker bedah rangkap 2.
d) Tim K3 Klinik Pratama Kenanga melakukan monitoring dan audit ketepatan
penggunaan APD sebagai bahan dalam evaluasi dan rekomendasi peningkatan
efektivitasnya.

7. Surveilans Infeksi Klinik


Dilakukan secara sistematik aktif oleh PJ PPI untuk menggambarkan tingkat
kejadian berbagai penyakit infeksi target sesuai Pedoman Surveilans Infeksi
Klinik, Kemenkes dan penyakit endemis di klinik. Target surveilans, yaitu
Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait kateterisasi, Infeksi Luka Infus atau plebitis
VAP/HAP, maka tim PPI melakukan survei pada risiko infeksi terhadap adanya
ISK dan plebitis sesuai dengan keadaan di Klinik Pratama Kenanga. Adapun
alur dalam melakukan surveilan adalah :
a) Melakukan surveilens PPI Klinik Pratama Kenanga
b) Melakukan Analisis, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut data infeksi
dilakukan PJ PPI Klinik Pratama Kenanga di bawah koordinator Dokter PJ
PPI untuk tujuan pengendalian, manajemen risiko dan kewaspadaan terhadap
kejadian luar biasa (KLB)
c) Pengendalian angka Infeksi menggunakan target sasaran sesuai program PPI.
Sasaran angka infeksi dievaluasi setiap 3 tahun.
d) Kejadian luar biasa Infeksi ditetapkan oleh direktur Klinik Pratama Kenanga
berdasarkan pertimbangan PJ PPI Klinik Pratama Kenanga pada hasil
evaluasi epidemiologik kecenderungan angka infeksi melalui surveilans.
Kecenderungan kejadian infeksi yang terus menerus meningkat signifikan
selama 3 bulan berturut-turut atau peningkatan signifikan angka kejadian pada
suatu waktu pengamatan tertentu diwaspadai sebagai KLB. Pencegahan dan
pengendalian risiko penyebaran kejadian yang berpotensi menjadi KLB
dilakukan segera secara sinergi melalui kerjasama lintas unit/satuan kerja oleh
PJ PPI Klinik Pratama Kenanga.
e) Laporan Infeksi Klinik Pratama Kenanga disampaikan PJ PPI Klinik Pratama
Kenanga kepada Direktur Medik dan Keperawatan setiap bulan.
f) Pemantauan penerapan bundles Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (ILI,
ISK,VAP/HAP, IDO) adalah sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan
surveilans infeksi Klinik Pratama Kenanga.

8. Pengendalian Resistensi Antibiotika


a) Pemilihan terapi antibiotik secara rasional kepada pasien didasarkan tujuan
dan indikasi (profilaksis atau terapi) sesuai hasil pemeriksaan kultur dan
resistensi mikroba, sehingga untuk penderita penyakit infeksi perlu dilakukan
pemeriksaan mikrobiologi.
b) Ketepatan pemberian antibiotika agar aman bagi pasien meliputi :
1) Tepat indikasi, obat benar-benar dibutuhkan;
2) Tepat pemilihan obat dengan perbandingan biaya efektivitas yang baik
3) Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi, efek sampingi minimal;
4) Tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat durasi pemakaian;
5) Tepat informasi, kepada pasien dan keluarganya.
c) Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek
yangditimbulkan

9. Sterilisasi Alat/Instrumen Kesehatan Paska Pakai


Sterilisasi alat di Klinik Pratama Kenanga dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
fisika atau kimia, melalui tahapan pencucian (termasuk perendaman dan
pembilasan), pengeringan, pengemasan, labeling, indikatorisasi, sterilisasi,
penyimpanan, distribusi diikuti dengan pemantauan dan evaluai proses serta
kualitas/mutu hasil sterilisasi secara terpusat melalui Instalasi Pusat Pelayanan
Sterilisasi (CSSD).
1. Pemrosesan alat/instrumen paska pakai dipilih berdasarkan kriteria alat.
Sterilisasi dilakukan untuk alat kritikal, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi
(DTT) dilakukan untuk alat semi kritikal dan disinfeksi tingkat rendah untuk
alat non kritikal.
2. Kriteria pemilihan desinfektan didasari telaah secara cermat terkait kriteria
memiliki spektrum luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi dengan
toksisitas rendah, waktu disinfeksi singkat, stabil dalam penyimpanan, tidak
merusak bahan dan efisien.
Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap penyediaan desinfektan dan
antiseptik di Klinik Pratama Kenanga sesuai rekomendasi PJ PPI Klinik
Pratama Kenanga melalui farmasi.
3. Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) bertanggung jawab menyusun
panduan dan prosedur tetap, mengkoordinasikan serta melakukan monitoring
dan evaluasi dan proses serta kualitas/mutu hasil sterilisasi dengan persetujuan
PJ PPI Klinik Pratama Kenanga.
4. Unit CSSD memonitor pelaksanaan proses dekontaminasi di setiap unit
menggunakanform.

10. Pengendalian Lingkungan Klinik


Meliputi penyehatan air, pengendalian serangga dan binatang pengganggu,
penyehatan ruang dan bangunan, pemantauan higiene sanitasi makanan,
pemantauan penyehatan linen, disinfeksi permukaan/udara/lantai, pengelolaan
limbah cair/limbah B3, limbah padat medis/non medis dikelola oleh Instalasi
Sanitasi Lingkungan Klinik (ISL KLINIK) dan Sub Bagian Rumah Tangga
bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan PJ PPI Klinik Pratama
Kenanga sehingga aman bagi lingkungan.
a) Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
1) Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/ tanda yang jelas.
2) Wadah /container diberi alas kantong plastic dengan warna kuning untuk
limbah infeksius & B3 dan jika memakai palstik berwarna lain maka wajib
di ikat dengan tali rafia kuning saat pengangkutan, hitam untuk limbah
non medis / domestika.
3) Limbah noninfeksius diantar ke insenerator pada pihak ke 3 dan untuk
limbah noninfeksius di ambil oleh petugas kebersihan minimal 2 hari
sekali
4) Kantong plastik tempat limbah tidak diisi terlalu penuh (cukup 3/4)
5) Wadah / kontainer sampah yang digunakan pada saat pengangkutan
sampah harus tertutup, tahan bocor, tidak berkarat, mudah dikosongkan
atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada ditempat yang terlindungi
binatang atau serangga.
b) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan
tahan tusukan ( safety box), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak.
c) Jarum dan syringe harus dimasukkan ke dalam “ Safety box “
d) Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup. Pengangkutan
dilakukan 3 kali sehari sesuai dengan jadwal yang telah diberikan untuk
menghindari pengangkutan di saat bersamaan dengan waktu pengantaran
makan
e) Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini Klinik bekerjasama dengan pihak
ketiga
f) Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung
tangan khusus, masker, epatu boot, apron, elindung mata, dan bila perlu helm
g) Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan
bahan desinfektan, cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan
berdasarkan telaah panitia PPI Klinik Pratama Kenanga untuk mencapai
efektivitas yang tinggi.

11. Pengelolaan Linen


a) Jenis Linen di Klinik Pratama Kenanga dikualifikasikan menjadi linen bersih,
linen kotor infeksius, linen kotor non infeksius
b) Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong
linen yang berbeda, linen kotor dengan kantong linen berwarna hitam dan
linen kotor infeksius dengan kantong linen kuning atau yang bertanda khusus
dengan tulisan yang jelas
c) Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan dengan
desinfeksi kereta linen, pengepelan/disinfeksi lantai, implementasi praktik
kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi
resiko selama bekerja

12. Pengelolaan Makanan


Pengelolaan makanan di instalasi gizi memperhatikan standar sanitasi
makanan minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan
penjamah makanan.
a) Semua bahan makanan yang disiapkan sampai dengan disajikan kepada
pasien, pegawai atau pengunjung dikelola sesuai pedoman dan standar
prosedur pelayananinstalasi gizi agat terhindar dari pencemaran dan
penularan infeksi melalui makanan
b) Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih,terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan lain serta suhu
penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan
c) Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari proses
penyiapan bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene
pribadi berupa monitoring kultur mikrobiologi swab rektal, dikoordinasikan
dan di bawahtanggung jawab PJ K3 Klinik Pratama Kenanga
d) Petugas unit harus dalam kondisi sehat dan dilakukan pemeriksaan berkala
selama1 tahun sekali

13. Pendidikan Dan Pelatihan PPI Klinik


Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan oleh
bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) bekerjasama dengan PJ PPI Klinik
Pratama Kenanga untuk menjamin setiap petugas yang berada dan bekerja di
Klinik Pratama Kenanga (termasuk peserta didik dan karyawan kontrak)
memahami dan mampu melaksanakan program PPI Klinik Pratama Kenanga,
khususnya kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi.
a) Seluruh SDM baru di Klinik Pratama Kenanga wajib mengikuti program
orientasi dan materi PPI Klinik Pratama Kenanga termasuk juga
b) Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh
bagian SDM bersama PJ PPI Klinik Pratama Kenanga sesuai ketentuan yang
berlaku sebagai dasar perencanaan program selanjutnya
c) Seluruh staff dididik tentang pengelolaan infeksius

14. Pendidikan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Diberikan Untuk Setiap


Pasien.
a) Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi pasien baru
masuk, meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan ketertiban membuang
sampah
b) Dilakukan edukasi terkait PPI melalui metode ceramah, diskusi dan praktek
kepada seluruh pasien, pengunjung dan staff Klinik Pratama Kenanga
melalui pengeras suara pada hari senin bagi pasien dan pengunjung OPD
(Out Patient Dept) dan hari kamis bagi pasien dan pengunjung di IPD (In
Patient Dept)

15. Pengkajian Risiko Infeksi Pada Konstruksi Dan Renovasi Di Klinik


a) Sebelum melakukan kontruksi atau renovasi bangunan dilakukan analisis
terhadap kualitas udara, persyaratan utilisasi, kebisingan, getaran dan
prosedur emergensi.
b) Setiap konstruksi maupun renovasi bangunan yang dilakukan di Klinik
Pratama Kenanga harus mengutamakan keselamatan pasien, pengunjung dan
petugas berdasarkan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.
c) Pengkajian risiko infeksi dibuat berdasarkan dari panduan Infection Control
Risk Assesment (ICRA).
d) PJ PPI Klinik Pratama Kenanga melakukan pengkajian risiko infeksi dan
tindak lanjut berkolaborasi dengan bagian pemeliharaan dan K3 Klinik
Pratama Kenanga.

16. Penggunaan Cairan Desinfektan


a) Proses desinfeksi alat dapat dikategorikan menjadi:
1) Peralatan Kritis/risiko tinggi: adalah peralatan medis yang masuk
kedalam jaringan tubuh steril atau sirkulasi darah. Contoh kateter
intravena. Pengelolaannya dengan cara sterilisasi.
2) Peralatan semikritis/risiko sedang: adalah peralatan yang kontak dengan
membran mukosa tubuh. Pada peralatan semikritis, proses sterilisasi
disarankan namun tidak mutlak, jadi bisa dilakukan disinfeksi tingkat
tinggi.
3) Peralatan Nonkritis/resiko rendah: adalah peralatan yang kontak dengan
permukaan kulit utuh contoh: tensimeter, stetoskop, linen, alat makan,
lantai, perabot, tempat tidur. Untuk jenis peralatan ini dapat digunakan
disinfeksi tingkat sedang sampai tingkat rendah.
b) Disinfeksi lingkungan klinik
1) Permukaan lingkungan : lantai, dinding, dan permukaan meja, trolly
didisenfeksi dengan detergen netral.
2) Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan
dengan desinfektan tingkat menengah.
c) Penggunaan disinfektan di ruang infeksi (menular) dan Area kritis
1) Untuk mengepel/membersihkan lantai dan wc menggunakan : creolin
2) Untuk area yang sering disentuh (High touch area) menggunakan
disinfektan Lysol 1:100 (permukaan logam), Chlorine 0.05%
(permukaanbukan logam)
3) Untuk area yang jarang disentuh (Non High touch area) menggunakan
sabun PH netral
4) Penggunaan disinfektan di area banyak tumpahan darah/cairan tubuh
menggunakan disinfektan Chlorine 0,5%

Cairan desinfektan yang digunakan di Klinik Pratama Kenanga

NO ISI MERK PENGGUNAAN


1 Isopropyl, ethil Alkohol 70%, Softa- Antiseptik kulit
Alkohol man
2 Povidone Iodine Bethadine Solotion Antiseptik kulit dan luka
7,5%
3 Chlorin Bycline □ Disinfektan tumpahan
darah dan cairan tubuh
lainnya.
□ untuk wabah
(contoh: C.difficile)
17. Praktek Menyuntik Yang Aman
a. Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk
mencegahkontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
b. Vial/ampul/botol infus untuk single use harus dapat digunakan dengan
cara yangdapat menjaga syarat aseptik.
c. Multi dose vial digunakan
1) Hanya untuk satu orang pasien
2) Setiap mengakses via multi dose harus menggunakan jarum dan spuit yang
steril
3) Tidak disimpan atau dibawa ke kamar pasien atau ruang tindakan
kecuali vial tersebut hanya diperuntukkan untuk satu orang pasien
tertentu.
4) Cairan infus dalam botol (plastik atau kaca) dapat digunakan maksimal 1
kali 24jam
d. Insulin flexpen hanya dapat digunakan untuk satu orang pasien dan
tidak dapatdigunakan untuk bersama-sama untuk beberapa pasien
e. Setiap kali penyuntikan insulin dengan menggunakan flexpen harus
menggunakanjarum baru

18. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Untuk Pasien dan Pengunjung


a. Salah satu Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di klinik adalah kepedulian
terhadap pasien, keluarga dan pengunjung klinik.
b. Pasien , keluarga dan pengunjung harus diberikan edukasi tentang PPI Klinik
Pratama Kenanga.
c. Pencegahan dan pengendalian infeksi klinik di Klinik Pratama Kenanga
dikoordinasi oleh Tim PPIK Klinik Pratama Kenanga yang tergabung dalam
unit rawat jalan dan rawat inap.
d. Masing-masing dari tenaga kesehatan (dokter, perawat, petugas lab, gizi ,
farmasi, dll) maupun non kesehatan (petugas kebersihan, satpam, dll) pasien,
keluarga dan pengunjung turut ambil bagian dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi.
e. Pasien, keluarga, dan pengunjung yang dirawat di Klinik Pratama Kenanga
harus mentaati peraturan yang ada di Klinik Pratama Kenanga sesuai dengan
peraturan tata tertib klinik.
f. Pasien dapat mengingatkan petugas kesehatan (dokter, Perawat, petugas lab,
gizi dll) bila tidak melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah
menyentuh pasien dan lingkungan pasien.
g. Pencegahan dan pengendalian infeksi di klinik adalah tanggung jawab pasien,
keluarga dan pengunjung.
h. Anak-anak di bawah 12 tahun di larang mengunjungi pasien
i. Pasien, keluarga dan pengunjung berperan penting di dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi di klinik. Setiap ruangan / unit harus menyediakan
fasilitas wastafel, tempat sampah non infeksius (kantong hitam), sabun cair,
masker bagi pasien, keluarga dan pengunjung.

19. Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB)


a. Agar kejadian KLB dapat dikendalikan dan segera ditangani, Klinik Pratama
Kenanga perlu mempunyai sistem pengendalian dan penanganan KLB.
b. Untuk mendeteksi secara dini adanya KLB, dilakukan surveilans infeksi di
klinik. Selain untuk deteksi dini, surveilans secara aktif juga bertujuan untuk
mencegah supaya KLB tidak terulang lagi.
c. Surveilans dilakukan oleh PJ PPI bekerjasama dengan IPCLN. Data yang
didapat dari surveilans diolah oleh PJ PPI Klinik Pratama Kenanga, disertai
analisis, rekomendasi dan tindak lanjut, dan digunakan sebagai bahan laporan
kepada Direktur klinik, dan bahan komunikasi dengan bagian yang terkait.
d. Kejadian Luar Biasa Infeksi Klinik ditetapkan oleh Direktur berdasarkan
pertimbangan PJ PPI Klinik Pratama Kenanga pada hasil evaluasi
epidemiologik kecenderungan peningkatan angka infeksi secara signifikan
selama 3 bulan berturut-turut. Peningkatan signifikan angka kejadian infeksi
pada suatu waktu pengamatantertentu diwaspadai sebagai KLB.
e. Penanganan KLB infeksi harus dilakukan dengan segera dan secara terpadu
oleh seluruh unsur yang terkait, dikoordinasikan oleh PJ PPI Klinik Pratama
Kenanga. Selama terjadi KLB, Petugas Ruangan/Bagian terkait, Kepala
Bagian, dan IPCLN, harus berkoordinasi secara intensif dengan Tim dan PJ
PPI Klinik Pratama Kenanga untuk menangani KLB tersebut.
f. Setelah menerima laporan dugaan adanya KLB, PJ PPI Klinik Pratama
Kenanga melakukan investigasi bersama di tempat terjadinya KLB, meliputi:
1) Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans
Infeksi Klinik
2) Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans
Infeksi Klinik.
3) Berkoordinasi dengan Kepala ruangan serta dokter yang bertanggung
jawab menangani pasien, untuk melakukan verifikasi diagnosis infeksi
klinik, penegakan diagnosis infeksi dan mengkonfirmasi sebagai kasus
KLB. Selain itu juga dilakukan investigasi terhadap kemungkinan sumber
penularan, cara penularan dan kemungkinan penyebarannya, serta aspek
lain yang diperlukan untuk penanggulangan atau memutuskan rantai
penularan.
4) Berkoordinasi dengan Bagian Laboratorium untuk melakukan :
a) Swab ruang/alat yang diduga terkontaminasi bakteri.
b) Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber infeksi untuk
dibiakkan dan antibiogram.
c) Pemasangan label di tempat penampungan bahan pemeriksaan
laboratorium pasien penyakit menular. Label bertuliskan ”Awas Bahan
Menular”
5) Berkoordinasi dengan seluruh personil di bagian terkait untuk memberikan
klarifikasi-klarifikasi perihal yang terkait dengan KLB, misalnya
pelaksanaan Prosedur Tetap secara benar.
g. Apabila hasil investigasi menyimpulkan telah terjadi KLB, maka PJ PPI
Klinik Pratama Kenanga menetapkan status siaga bencana KLB dan
melaporkan kepada pimpinan Klinik Pratama Kenanga.
h. Untuk menanggulangi KLB PJ PPI Klinik Pratama Kenanga berkoordinasi
dengan direktorat pelayanan medik, panitia K3 Klinik Pratama Kenanga,
laboratorium, farmasi, sanitasi, CSSD, gizi, laundry dan bagian terkait lainnya
sesuai kebutuhan.
i. Apabila diperlukan pasien kasus KLB dirujuk ke klinik rujukan infeksi yang
telah ditetapkan oleh dinas kesehatan.
j. Agar KLB infeksi tidak meluas, PJ PPI bersama IPCLN dan perawat ruangan
melakukan langkah-langkah pencegahan dan pembatasan dengan cara:
1) Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci tangan
yangbenar dan tepat.
2) Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan APD lain
sesuai indikasi.
3) Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar
4) Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan pasien
yang sama-sama terinfeksi/kohorting dan menentukan staf yang akan
memberikanpenanganan (dipisahkan dengan staf lainnya)
5) Apabila diperlukan mengusulkan kepada Direktur Utama untuk
mengisolasi ruangan atau mengisolasi pasien bersangkutan yang
dianggap tercemar oleh infeksi.
6) Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar.
7) Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi.
k. PJ PPI Klinik Pratama Kenanga melakukan dokumentasi tentang kejadian
dan tindakan yang telah diambil terhadap data atau informasi KLB.
l. PJ PPI Klinik Pratama Kenanga terus melakukan monitoring dan evaluasi
sampai KLB berhasildiatasi.
m. Status KLB wajib dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.
n. PJ PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi terpanjang
tidakditemukan kasus baru.

20. Penanganan Pasien Imuncompromised


a. Penanganan pasien immunocopromised hanya melakukan kestabilisasi
keadaan umum, bila sudah stabil klinik merujuk ke fasilitas kesehatan yang
lain.
b. Klinik Pratama Kenanga tidak melakukan perawatan pasien
imuncompromised. Apabila terdapat pasien imunocompromised, maka
dirujuk kefasilitas kesehatan yang lainnya.

21. Persiapan Pemakaian Ruangan Baru Paska Konstruksi / Renovasi Klinik


a. Melakukan analisis dampak renovasi dan konstruksi terhadap kualitas
udara,tingkat kebisingan .
b. Melakukan edukasi (pemasangan rambu-rambu atau gambar diarea renovasi)
kepadapetugas, pengunjung dan pasien.
c. Melakukan pembersihan menyeluruh dan dekontaminasi semua permukaan,
termasuk dinding, langit-langit, jendela dan sistem ventilasi berisiko tinggi.
d. Makukan swab ruangan dan uji kualitas udara, khususnya di area
berisikotinggi sebelum ruangan digunakan.

22. Perbandingan Data Dasar Infeksi (Benchmarking)


a) Perbandingan data dasar infeksi dilakukan secara internal (antar unit) maupun
eksternal (dengan Klinik lain yang sejenis atau dengan praktik terbaik /bukti
ilmiah yang diakui).
b) Perbandingan data dasar infeksi dilakukan oleh tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi setiap bulan (benchmarking internal) dan setahun sekali
(benchmarking eksternal).
c) Klinik yang menjadi mitra dalam bench marking eksternal adalah klinik lokal
/ nasional yang setara maupun organisasi kesehatan internasional yang
terbukti memiliki praktik terbaik secara ilmiah.
d) Hasil perbandingan dianalisa, ditindak lanjuti dan dilaporkan kepada Direksi
secara tertulis dalam bentuk laporan bulanan PPI (benchmarking internal) dan
laporan surveilans tahunan (benchmarking eksternal).
e) Hasil perbandingan data dasar infeksi internal maupun eksternal
dikoordinasikandalam rapat tim pokja PPI setiap 3 bulan sekali.

KEPALA KLINIK PRATAMA KENANGA,

EKA APRIYANTI

Anda mungkin juga menyukai