Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

RSUD TRIKORA SALAKAN


Jl. Trans Peling Km 5 No. 01 Salakan Kode Pos 94785
Telepon (0462) 2222118, Faks (0462) 2222118
Email : rsudtrikorasalakan@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


TRIKORA SALAKAN TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN DAN
PROSEDUR KEWASPADAAN ISOLASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TRIKORA SALAKAN
NOMOR: ........

DIREKTUR RUMAH SAKIT TRIKORA SALAKAN

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah ,


maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu
tinggi .
b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
merupakan salah satu gugus tugas/ unit pelayanan di RSUD
Trikora yang harus mendukung pelayanan rumah sakit secara
keseluruhan maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang bermutu tinggi.
c. bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Surat Keputusan
Direktur tentang Kebijakan pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan
Direktur .
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
3. Keputusan Direktur Nomor ………. Tentang penetapan
Stuktur TIM PPI
4. Surat Keputusan Direktur RSUD Trikora Nomor ……tentang
Kebijakan Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TRIKORA SALAKAN


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN DAN PROSEDUR
KEWASPADAAN ISOLASI DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TRIKORA SALAKAN
Kesatu : Kebijakan prosedur kewaspadaan isolasi di rumah sakit umum
daerah trikora salakan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
Kedua : Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Prosedur
Kewaspadaan Isolasi di Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan dilaksanakan oleh Direktur.
Ketiga : Seluruh Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Rumah
Sakit Umum Daerah Trikora Salakan.
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya

Ditetapkan di : Salakan
Tanggal :

Direktur
Rumah Sakit Trikora Salakan

James H.D. Pinontoan


Lampiran: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH TRIKORA
SALAKAN TENTANG KEBIJAKAN
PELAYANAN DAN PROSEDUR
KEWASPADAAN ISOLASI DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TRIKORA SALAKAN
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN DAN PROSEDUR KEWASPADAAN ISOLASI


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TRIKORA SALAKAN

A. KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi
dengan cinta kasih, tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan
memperhatikan mereka yang lemah dan kurang mendapat perhatian (option
for the poor).
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi
pada mutu layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai
dengan Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah
Trikora Salakan.
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada
pasien (patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan
kontinuitas pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien,
pemberian pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.
4. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali
beberapa unit pelayanan tertentu seperti poliklinik.
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui
kegiatan Plan-Do-Check-Action (PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan isolasi melalui
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap
pelayanan di rumah sakit dan melibatkan berbagai individu.
7. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan,
mengendalikan, mengelolah, dan memimpin unit pelayanan masing-masing
untuk mencapai visi-misi unit pelayanan maupun visi-misi rumah sakit.
8. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi
ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan
upaya untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya, risiko, mencegah
kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi lingkungan dan keamanan,
termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
9. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib
melakukan 6 (enam) sasaran Keselamatan Pasien.
10. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam
kondisi siap pakai.
11. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
12. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/sertifikasi sesuai
dengan profesi dan ketentuan yang berlaku.
13. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar
kompetensi, standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah
sakit dan semua peraturan rumah sakit yang berlaku.
14. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan
sebagai sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan
manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
15. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan
menggunakan informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara
benar untuk meningkatkan kesehatan pasien serta kinerja rumah sakit baik
secara keseluruhan maupun individu.
16. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib
dilaksanakan melalui rapat rutin minimal 1 kali dalam satu bulan.
17. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester
dan tahunan kepada manajemen rumah sakit.
18. Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui 7 (tujuh)
standar keselamatan pasien, dan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan
pasien rumah sakit.
19. Rumah Sakit Umum Daerah Trikora Salakan melakukan penanggulangan
Tuberkulosa ( TB ) sesuai dengan pedoman stategi DOTS
20. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak bersedia di rumah sakit, maka
pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah
mendapat persetujuan pasien/keluarga
21. Seluruh karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Trikora Salakan
berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia medis pasien yang dilayani.
22. Rumah Sakit Umum Daerah Trikora Salakan melakukan pengumpulan,
validasi dan analisis data baik internal ataupun eksternal untuk
pengembangan pelayanan rumah sakit.

B. KEBIJAKAN KHUSUS :
1. ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
a. Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap
penularan infeksi di Rumah Sakit, maka RSUD Trikora melaksanakan
Pencegahandan Pengendalian Infeksi (PPI).
b. Kewaspadaan Isolasi sebagai bagian dari program PPI meliputi
Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan berdasarkan transmisi.
c. Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur membentuk
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) serta Tim
Pencegahan danPengendalian Infeksi (TPPI). Komite PPI RSUD
Trikora bertanggung jawab langsung kepadaDirektur.Tim PPI
bertanggung jawab langsung kepada Komite PPI.
d. Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang
jelas sesuai dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang dikeluarkan
oleh Kementerian KesehatanRepublik Indonesia Tahun 2011 dan KMK
no. 27 tahun 2017.
e. Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan
fungsional disemua unit dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan
karyawan.
f. Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar,
maka Rumah Sakit Umum Daerah Trikora memiliki 1 IPCN (Infection
Prevention and Control Nurse) yang bertugas mengawasi seluruh
kegiatan pencegahan pengendalian infeksi yang meliputi gugus tugas
perawatan, IPSRS, Farmasi, Gizi, Administrasi, Ugd, Laboratorium, dan
OK.
g. Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN
(InfectionPrevention and Control Link Nurse) sebagai pelaksana
harian/penghubungdi unit masing-masing.
C. KEWASPADAAN STANDAR
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, disinfeksi dan
sterilisasi, tatalaksana linen, penatalaksanaan limbah dan benda tajam,
pengendalian lingkungan, praktik menyuntik yang aman, kebersihan
pernafasan/etika batuk, praktek lumbal punksi, perawatan peralatanpasien,
penatalaksanaan linen, program kesehatan karyawan, penempatan pasien.
Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area RS dengan
mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas pelayanan sesuai
Panduan PPI RSUD TRIKORA SALAKAN.

1. KEBERSIHAN TANGAN
Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non
klinis diSeluruh lingkungan RSUD Trikora.
a. Indikasi kebersihan tangan secara umum :
1) Segera : setelah tiba di tempat kerja
2) Sebelum :
a) Kontak langsung dengan pasien
b) Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan
tindakaninvasif
c) Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
d) Mempersiapkan makanan
e) Memberi makan pasien
f) Meninggalkan rumah sakit
3) Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan
terkontaminasi untuk menghindari kontaminasi silang
4) Setelah :
a) Kontak dengan pasien
b) Melepas sarung tangan
c) Melepas alat pelindung diri
d) Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ludah, dahak,
muntahan,urine, keringat dan peralatan yang diketahui atau
kemungkinan terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, pispot,
urinal baik menggunakan atau tidak menggunakan sarung tangan.
e) Menggunakan toilet, menyentuh/melap hidung dengan tangan (batuk/
bersin)
f) Menyentuh lingkungan di sekitar pasien
b. 4 Jenis kebersihan tangan .
1) Kebersihan tangan surgical
2) Kebersihan tangan Aseptik
3) Kebersihan tangan alkohol handrub
4) Kebersihan tangan Sosial
c. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan
Tangan(WHO):
1) Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
2) Momen 2 : sebelum tindakan asepsis
3) Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
4) Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
5) Momen 5: setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
d. Kebersihan tangan efektif :
1) Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien
2) Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinisi),
semuaperhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) harus
dilepaskanselama bertugas dan pada saat melakukan kebersihan tangan
3) Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan
kuku palsu dan cat kuku
4) Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
5) Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan handuk
sekali pakai
6) Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila
tangan terlihat kotor
7) Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
bila tangan tidak terlihat kotor diantara tindakan
8) Keringkan tangan menggunakan handuk sekali pakai
9) Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung
tangan
10) Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada
isinya.
11) Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian
ulang
e. Sediakan di setiap ruangan/bagian :
1) Area klinis (area perawatan/pelayanan langsung terhadap pasien) :
a) Wastafel dengan air yang mengalir.
b) Larutan chlorhexidine 2 % (indikasi kebersihan tangan momen 2 dan
3) : poli rawat jalan, ICU, perinatologi, UGD (area non tindakan),
ruang keperawatan, unit penunjang medik (radiologi, laboratorium
klinik, rehabilitasi medik)
c) Larutan chlorhexidine 4 % : UGD (area tindakan), kamar bedah,
ROB
d) Sabun biasa (handsoap) : kamar pasien, pos perawat (indikasi
kebersihan tangan momen 1,4,5), toilet, dapur.
e) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : setiap tempat tidur pasien
di area kritis (UGD, perinatologi, ruang observasi ROB, ICU, kamar
bedah), setiap pintu masuk kamar pasien, meja trolly tindakan.
2) Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien) :
a) Wastafel dengan air yang mengalir.
b) Sabun biasa (handsoap) : toilet, dapur, perkantoran, kantin, aula.
c) Larutan chlorhexidine 2% (indikasi kebersihan tangan momen 3):
sanitasi, kamar cuci.
d) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : pintu keluar-masuk
petugas/pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamar
jenazah, area dimana fasilitas kebersihan tangan dengan sabun dan
air mengalir tidak tersedia/jauh letaknya.
f. Melakukan monitoring compliance kebersihan tangan dengan
caraMengukur atau mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan,
1) Petugas klinis setiap 2 minggu sekali(ruang keperawatan, UGD, ICU,
OK, rawat jalan, Perinatologi, ROB, rehabilitasi medik, Gizi) .
2) Petugas non-klinis setiap sebulan sekali(kamar cuci, farmasi,
dapur,IPSRS, sanitasi, kamar jenazah) : sesuai indikasi
kebersihantangan secara umum.
3) Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan petugas klinis maupun
nonklinisdengan sasaran 30 % dari jumlah masing-masing profesi
(Dokter, Perawat, Fisioterapi dan Gizi).
4) Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien,
keluarga dan pengunjung yang merupakansalah satu bagian dari proses
penerimaan pasien baru.
5) Dilakukan monitoring kepatuhan kebersihan tangan petugas (dokter,
perawat, fisioterapi, gizi) sesuai dengan jadwal kerja IPCN

2. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


Ditata perencanaan, penyediaan, penggunaan danevaluasinya oleh
Komite PPI RS bersama K3 RS, instalasi farmasi dan bagian logistik RS.
a. APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi
denganselalu mengukur potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas
pelayanan/tindakanmedik sehingga tepat, efektif dan efisien.
b. APD sekali pakai disediakan melalui instalasi farmasi.
c. Adanya ceklist tindakan yang menggunakan APD dan kebersihan tangan.
d. APD yang lain disediakan melalui unit K3 RS.
e. Masker untuk ruang kohort air borne desease menggunakan masker N95
untuk petugas dan masker bedah untuk pasien.
f. Tim K3 RS melakukan monitoring dan audit ketepatan penggunaan APD
sebagaibahan dalam evaluasi dan rekomendasi peningkatan efektivitasnya.

3. PERALATAN PERAWATAN PASIEN


a. Lepaskan bahan organik dari peralatan kritikal, semi kritikal dengan bahan
pembersihsesuai dengan sebelum di DTT atau sterilisasi.
b. Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi
sehingga kulit dan mukus membran terlindungi, cegah baju terkontaminasi,
cegah transfer mikroba kepasien lain dan lingkungan. Pastikan peralatan
yang telah dipakai untuk pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak
dipakai untuk pasien lain. Pastikan peralatan sekali dibuang dan
dihancurkan melalui cara yang benar dan peralatan pakai unlar diproses
dengan benar.
c. Peralatan nonkritikar terkontaminasi didisinfeksi setelah dipakai. Peralatan
semikritikal didisinfeksi atau distelilisasi. Peralatan kritikal harus
didisinfeksi kemudian disterilkan.
d. Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas dan detergen.
e. Bila tidak tampak kotor, lap permukaan peralatan yang besar (USG, X
Ray), setelah keluar ruangan isolasi.
f. Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan terapi pernafasan terutama
setelah dipakai pasien infeksi saluran nafas, dapat dipakai Na hipoklorit
0,05% atau dengan menggunakan klorin.

4. PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT


a. Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
1) Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/ tanda yang jelas.
2) Wadah /container diberi alas kantong plastic dengan warna : kuning
untuklimbah infeksius & B3, hitam untuk limbah non medis /
domestika.
3) Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup.
Pengangkutan dilakukan 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari tidak lebih
dari 24 jam di ruangan
4) Kantong plastic tempat limbah tidak diisi terlalu penuh ( cukup 3/4)
5) Wadah/container harus tertutup, tahan bocor, tidak berkarat,
mudahdikosongkan atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada
ditempat yangterlindungi binatang atau serangga. Tempat sampah harus
dibersihkan setiap hari, memiliki penutup dan dibuka dengan cara
diinjak.
6) Limbah cair harus dibuang ke saluran yang terhubung dengan IPAL RS
7) Darah dan produk darah harus dibuang pada spoelhoek yang terhubung
dengan IPAL RS.
8) Limbah benda tajam dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan
tahantusukan seperti jarum dan syringe dimasukkan ke dalam safety
box. Pengadaan safety box yang ada di RSUD Trikora Salakan untuk
saat ini masih berbahan dasar kardus sehingga tidak boleh diletakkan
dilantai agar tidak lembab dan basah untuk menghindari kontaminasi,
pada penggunaannya harus selalu digantung atau diberi dudukan agar
tidak langsung menempel dilantai.
9) Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di
tempat pengelolaan sampah medis menggunakan insenerator
10) Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti
sarung tangan khusus,masker,sepatu boot,apron,pelindung mata,dan
bila perlu helm
b. Permukaan lingkungan
1) Seluruh pemukaan lingkungan datar, bebas debu, bebas sampah, bebas
serangga (semut, kecoa, lalat, nyamuk) dan binatang pengganggu
(kucing, anjing dan tikus) dan harus dibersihkan secara terus menerus.
Tidak dianjurkan menggunakan karpet di ruang perawatan dan
menempatkan bunga segar, tanaman pot, bunga plastik di ruang
perawatan. Perbersihan permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, atau
bila ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%.
2) Di setiap unit pelayanan harus melaksanakan SPO untuk pembersihan,
disinfeksi permukaan lingkungan,tempat tidur pasien, peralatan
disamping tempat tidur dan pinggirannya yang sering tersentuh dengan
menggunakan detergen dan desinfektan setiap hari dan setelah pasien
pulang atau pindah ruangan.
3) Pembersihan juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang sering
tersentuh tangan, misalnya: nakas disamping tempat tidur,tepi tempat
tidur dengan bed rails,tiang infus, tombol telpon, gagang pintu,
permukaan meja kerja, anak kunci, dll.
4) Bongkaran pada ruang rawat dilakukan setiap 1 (satu) bulan atau
sesuai dengan kondisi hunian ruangan.
5) Untuk mencegah aerosolisasi kuman patogen penyebab infeksi pada
saluran napas, hindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, tapi
gunakan cara basah (kain basah) dan mop (untuk pembersihan
kering/lantai),bila dimungkinkan mop terbuat dari microfiber.
6) Mop untuk ruang isolasi harus digunakan tersendiri, tidak digunakan
lagi untuk ruang lainnya.
7) Bila ada cairan tubuh, alcohol digunakan untuk area sempit, atau
menggunakan spill kit bila cairan tubuh agak banyak.

5. PEMPROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSAAN


LINEN
a. Pemprosesan Peralatan Pasien
Pemrosesan perlatan pasien di RSUD Trikora Salakan
menggunakan alat sterilisator yang berada di ruang OK, Poli Bedah.
Sebelum alat kritikal disterilakan terlebih dahulu dilakukan proses
precleaning, cleaning, dan disinfeksi.
b. Penatalaksanan Linen
1) Jenis linen di RSUD Trikora Salakan dibagi menjadi linen bersih, linen
kotor infeksius, linen kotor non infeksius.
2) Box linen kotor dan linen bersih dibedakan dan dipisahkan diruangan
3) Linen kotor infeksius di simpan dalam kantong plastik kuning, diikat
lalu disimpan di box linen kotor
4) Kereta untuk mengangkut linen dibedakan antara kereta linen kotor dan
kereta linen bersih.
5) Petugas laundry mencuci dan mendesinfeksi box linen dan kereta linen
setiap hari.
6) Mesin cuci linen kotor infeksius dan non infeksius terpisah

6. KESEHATAN KARYAWAN DAN PERLINDUNGAN PETUGAS


KESEHATAN
a. Setiap karyawan baru harus sehat secara jasmani dan rohani.
b. Petugas yang menderita penyakit menular diistirahatkan pada masa
infeksius penyakitnya.
c. Petugas yang bertugas di ruang isolasi harus diperiksa kesehatannya sesuai
ketentuan secara berkala.
d. Petugas kesehatan yang bertugas di tempat beresiko (UGD, OK, Ruang
Bersalin, Poli Gigi, Poli KIA, Poli Bedah, ICU, laundry, Laboratorium)
akan diprogramkan untuk divaksinasi Hepatitis B secara berkala dengan
melakukan kordinasi dengan Tim K3 dalam hal kesehatan karyawan.
e. Untuk perlindungan petugas kesehatan diharapkan:
1) Berhati-hati dalam bekerja untuk mencegah trauma saat menangani
jarum, scalpe dan alat tajam lain yang dipakai setelah prosedur, saat
membersihkan instrumen dan saat membuang jarum.
2) Jangan recap jarum yang dipakai, memanipulasi jarum dengan tangan,
menekuk jarum, mematahkan, melepas jarum dari spuit. Buang jarum,
spuit, pisau, scalpel, dan peralatan tajam habis pakai kedalam wadah
tahan tusukan sebelum dibuang ke insenerator.
3) Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan ventilasi lain pengganti
metoda resusitasi mulut ke mulut.
4) Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh selaian akan
menyuntik.

7. PENEMPATAN PASIEN
Penanganan Pasien Dengan Penyakit Menular/Suspek.
a. Untuk kasus/dugaan kasus penyakit menular melalui udara :
1) Letakkan pasien di Ruang Isolasi. Jika ruangan isolasi penuh/full bed,
kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara terpisah di dalam
ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat tidur dari kasus yang
belum dikonfirmasi atau sedang didiagnosis (kohorting).
2) Bila ditempatkan dalam satu ruangan, jarak atar tempat tidur harus lebih
dari 2 meter dan diantara tempat tidur harus ditempatklan penghalang
fisik seperti tirai atau sekat.
b. Transpor pasien infeksius
Dibatasi bila perlu saja, dengan ketentuan :
1) Pasien diberi APD (masker)
2) Petugas didaerah tujuan harus diingatkan akan kedatangan pasien
tersebut melaksanakan kewaspadaan yang sesuai
3) Pasien diberi informasi untuk dilibatkan kewaspadaanya agar tidak
terjadi transmisi kepada orang lain.
c. Pemindahan pasien yang dirawat di ruang isolasi
Untuk keluarga pendamping pasien dirumah sakit perlu edukasi
oleh petugas agar mejaga kebersihan tangan dan menjalankan kewaspadaan
isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi kepada mereka sendiri ataupun
kepada pasien lain. Kewaspadaan yang dijalankan seperti yang dijalankan
oleh petugas kecuali pamakaian sarung tangan.
d. Pemulangan pasien
1) Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya diberi pendidikan
kesehatan tentang tindakan pencegahan yang perlu dilakukan , sesuai
dengan cara pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan cara
penyakit menular yang diderita pasien.
2) Melakukan pembersihan dan disinfeksi ruangan yang benar perlu
dilakukan setelah pemulangan pasien.
e. Pemulasaran Jenazah
1) Petugas kesehatan melakukan kewaspadaan standar ketika menangani
pasien yang meninggal akibat penyakit menular.
2) Menggunakan APD lengkap saat menangani jenazah.
3) Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diizinkan
oleh keluarga dan direktur rumah sakit.
4) Jenazah diantar menggunakan mobil jenazah khusus
5) Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di ruang
perawatan.

8. HYGIENE RESPIRASI / ETIKA BATUK


Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan
untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernafasan untuk mencegah
sekresi pernafasan dengan cara :
a. Tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissue / sapu tangan
atau lengan dalam baju atau dengan tangan
b. Segera buang tissue yang sudah di pakai ke dalam tempat sampah
c. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci
tangan berbasis alkohol sesuai prosedur
d. Gunakan selalu masker bedah bila anda sedang batuk.

9. PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN


a. Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk
mencegahkontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
b. Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose. Jarum atau
spuit dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat dipakai
untuk pasien lain, dan setelah digunakan
c. Vial/ampul/botol infus untuk single use harus dapat digunakan dengan
cara yangdapat menjaga syarat aseptik.
d. Multi dose vial digunakan
1) Hanya digunakan untuk satu orang pasien
2) Setiap mengakses via multidose harus menggunakan jarum dan spuit
yangsteril.
3) Tidak disimpan atau dibawa ke kamar pasien atau ruang tindakan
kecuali vialtersebut hanya diperuntukkan untuk satu orang pasien
tertentu.
4) Setelah digunakan untuk pertama kali, harus dicantumkan tanggal
pertama kalivial dibuka dan tanggal beyond use date pada etiket obat.
e. Cairan infus dalam botol (plastik atau kaca) tidak dapat digunakan
bersama samauntuk beberapa pasien.
f. Insulin flexpen hanya dapat digunakan untuk satu orang pasien dan tidak
dapatdigunakan untuk bersama-sama untuk beberapa pasien.
g. Setiap kali penyuntikan insulin dengan menggunakan flexpen harus
menggunakanjarum baru.

10. ISOLASI DENGAN DUGAAN EMERGING DISEASE


Perencanaan untuk menghadapi penyakit menular, merupakan hal yang
sangat penting yang dilakukan meliputi :
a. Koordinasi
b. Surveilans di fasilitas pelayanan kesehatan
c. Komunikasi
d. Identifikasi kasus, penatalaksanaan dan perawatan
e. Pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
f. Mempertahankan fungsi pelayanan kesehatan
g. Penyebaran informasi di masyarakat

D. KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


1. Menerapkan prinsip isolasi terhadap pasien pasien yang memerlukan isolasi
oleh karena penyakit menular.
2. Terhadap pasien dengan penyakit menular secara droplet, kontak maupun
airbone yang tidak bersifat fatal diupayakan untuk dirawat secara terpisah
diruang isolasi bertekanan standar.
3. Untuk pasien dengan penyakit menular secara droplet yang bersifat fatal
seperti flu burung atau SARS, pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
4. Untuk pasien yang rentan atau immunocomprasnized, seperti pasien dengan
diduga HIV/AIDS dilakukan stabilisasi lalu dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih lengkap.
5. Setiap pasien batuk > 2 minggu atau batuk darah yang datang di UGD dan
poliklinik segera diberikan edukasi tentang etika batuk oleh petugas rumah
sakit dan memberikan masker bedah untuk dipakai. Pasien batuk tersebut
harus dilayani duluan dari pasien lain.

Anda mungkin juga menyukai