Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN

SKRINING PASIEN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TRIKORA SALAKAN
2018

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya
sehingga penyusunan Panduan Skrining Pasien dapat terselesaikan.
Terimakasih diucapkan kepada seluruh pihak terkait yang telah berperan
dalam membantu penyusunan Panduan Skrining Pasien ini.
Permohonan maaf disampaikan kepada semua pihak apabila dalam
penyusunan Panduan Skrining Pasien ini masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan. Mudah-mudahan semua pihak dapat memaklumi serta dapat
memberikan masukan untuk perbaikan dan kesempurnaan.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, semoga Panduan Skrining
Pasien ini dapat berguna dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan
mutu pelayanan di RSUD Trikora Salakan.

Salakan,
Direktur RSUD Trikora Salakan

dr. James H.D Pinontoan


NIP 1977012005011007

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

SURAT KEPUTUSAN............................................................................ iv

BAB I DEFINISI........................................................................... 1

BAB II RUANG LINGKUP............................................................ 3

BAB III TATA LAKSANA................................................................ 4

BAB IV DOKUMENTASI................................................................ 17

III
PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN
RSUD TRIKORA SALAKAN
Jl. Trans Peling Km 5 No. 01 Salakan Kode Pos 94785
Telepon (0462) 2222118, Faks (0462) 2222118
Email : rsudtrikorasalakan@gmail.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TRIKORA SALAKAN
NOMOR : 000/ 001/ ARK/RSUD-TRIKORA
TENTANG
PANDUAN SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TRIKORA SALAKAN
TAHUN 2018
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM TRIKORA SALAKAN

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan kepada masyarakat, memberikan
kepastian dan perlindungan hukum kepada para
petugas dalam melaksanakan tugas, perlu dibuat
dokumen di Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan yang memenuhi kaidah hukum yang
berlaku di Indonesia
2. Bahwa untuk mewujudkan skrining pasien di
lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan, dipandang perlu membuat suatu
Panduan;
3. Bahwa acuan sebagaimana dimaksud dalam huruf
b di atas, disusun dalam bentuk Panduan Skrining
Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan yang ditetapkan Direktur Utama Rumah
Sakit Umum Daerah Trikora Salakan.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9


Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269Tahun
2008 tentang Rekam Medis
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 191/MENKES/PER/VIII/2011
Tentang Skrining Pasien Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun
2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/V/2009
tentang Sistem Kesehatan Nasional

IV
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu: Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Trikora Salakan
tentang Panduan Skrining Pasien di Rumah Sakit Daerah Trikora Salakan
Kedua: Panduan Skrining Pasien Rumah Sakit Daerah Trikora Salakan
tercantum dalam lampiran keputusan ini
Ketiga: Panduan Skrining Pasien sebagaimana dimaksud dalam diktum
kedua dipergunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit
Daerah Trikora Salakan dalam meningkatkan mutu dan skrining pasien.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Salakan
Pada tanggal, 9 Januari 2018
Direktur RSUD Trikora Salakan

James H. D Pinontoan

LAMPIRAN: PANDUAN SKRINING PASIEN

Nomor : 000/ 001/ ARK/RSUD-TRIKORA

Tanggal : 9 JANUARI 2018

Direktur RSUD Trikora Salakan

JAMES H. D PINONTOAN

V
PANDUAN

SKRINING PASIEN
BAB I

DEFINISI

Rumah sakit seharusnya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit


merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional
dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu
kontinuitas pelayanan. Pelayanan yang terintegrasi ini bertujuan untuk menyelaraskan
kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di
rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien selain
meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga, juga akan meningkatkan mutu pelayanan
serta mengoptimalkan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit
dan biaya pelayanan.
Skrining merupakan metode untuk mengetahui kebutuhan pelayanan pasien secara
cermat dan tepat. Skrining yang dimaksud dalam pelayanan di rumah sakit merupakan
suatu proses memeriksa pasien pada kontak pertama baik didalam rumah sakit maupun
diluar rumah sakit dengan tujuan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan kemampuan
rumah sakit. Untuk itu, dibutuhkan pengumpulan informasi yang memadai di saat
pasien pertama kali mengakses pelayanan baik pre-hospital maupun intra-hospital.
Informasi yang dikumpulkan saat proses skrining pasien membantu dalam pengambilan
keputusan yang sesuai tentang kriteria pasien, yaitu mana yang dapat dilayani dan mana
yang tidak mampu dilayani, dengan mempertimbangkan fasilitas yang dimiliki di
Rumah Sakit Trikora Salakan.
Skrining dibagi dalam dua cara, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining
pra-hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum dirujuk

VI
dari fasilitas kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari
luar rumah sakit. Keputusan untuk menerima pasien yang melewati skrining pra-
hospital ini harus disertai kepastian bahwa pasien akan mendapatkan pelayanan di
rumah sakit yang dituju, dengan identifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit tujuan,
sehingga akan dapat meminimalisir rujukan berulang ke rumah sakit lainnya kembali,
menurunkan keterlambatan pelayanan, mengurangi mortalitas dan morbiditas,
mengurangi biaya yang dibebankan kepada pasien, serta meningkatkan kenyamanan
pasien.
Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit.
Pada area rawat jalan, baik tenaga medis maupun paramedis wajib untuk segera
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien
mendaftar di poliklinik maupun menunggu di ruang tunggu. Skrining pada kasus
emergensi atau instalasi gawat darurat dilaksanakan melalui metode triage, evaluasi
visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau
diagnostik imaging sebelumnya. Pengkajian riwayat pasien dalam proses skrining
dilakukan melalui autoanamnesa dan heteroanamnesa. Dokter melakukan pelayanan
medis, identifikasi kebutuhan pelayanan khusus, menerima konsultasi dan penilaian
keputusan pasien apakah di rawat inap-kan, dipulangkan atau dirujuk.

Tujuan
 Mengetahui kesesuaian antara kebutuhan pasien dengan ketersediaan asuhan dan
layanan di RSUD Trikora Salakan
 Dengan hasil skrining akan didapatkan keputusan untuk mengobati, mengirim atau
merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai
sesuai kebutuhan pasien.

a. Pengertian Fast Track


Suatu konsep memprioritaskan dan mengatur pelayanan pasien di poliklinik
berdasarkan kondisi pasien, dan jenis pelayanan yang diharapkan oleh pasien
dan keluarga sesuai kemampuan RS Prima Medika Pemalang, sehingga
pelayanan poliklinik kususnya poliklinik geriatri berjalan lancar dengan
memperhatikan keselamatan pasien.

VII
b. Tujuan
 Memberikan pelayanan kompreshensif
 Memprioritaskan pasien geriatri
 Memprioritaskan pasien yang tiba tiba mengalami penurunan keadaan umum
 Memberikan pasien safety

c. Kebijakan
Keputusan Direktur Nomor :
Tentang Pemberlakuan Prosedur Tetap (Protap) Fast Track

VIII
BAB II
RUANG LINGKUP

Proses skrining / pemeriksaan dilakukan saat kontak pertama terhadap semua


pasien yang datang ke RSUD Trikora Salakan, meliputi :

1. Skrining di luar RSUD Trikora Salakan (Pra – hospital) :


1. Melalui komunikasi telepon antara petugas medis di RSUD Trikora Salakan
dengan pasien / keluarga pasien dari rumah (lokasi non fasilitas kesehatan)
atau antara petugas medis RSUD Trikora Salakan dengan petugas medis
perujuk dari fasilitas kesehatan lainnya.
2. Pra rumah sakit (di tempat perujuk atau tempat kejadian)
3. Saat tranportasi (di ambulance)
2. Skrining di dalam RSUD Trikora Salakan (Intra – hospital) :
1. Saat datang di unit/instalasi RSUD Trikora Salakan, yaitu :
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD).
b. Instalasi Rawat Jalan yaitu di poliklinik rawat jalan.
c. Instalasi Penunjang yaitu di Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi,
Instalasi Farmasi.
d. Tempat pendaftaran rawat inap

IX
BAB III

TATA LAKSANA

1. Skrining Pra-Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
maupun Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon bisa
datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan
panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang
berencana merujuk pasien ke RSUD Trikora Salakan.
Langkah-langkah skrining pra hospital :
A. Instalasi Rawat Jalan
1. Pasien atau keluarga pasien dapat mengakses informasi ketersediaan pelayanan
RSUD Trikora Salakan via telepon ke bagian pendaftaran.
2. Bagian pendaftaran menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ beserta jam
pelayanan, mengidentifikasi dan menginformasikan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien dan bagaimana cara mengakses pelayanan tersebut /
pendaftaran.
3. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima telepon segera mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan bagi calon pasien (yang belum terdaftar sebagai pasien)
maupun pasien lama, untuk merencanakan tindak lanjut.
B. Instalasi Gawat Darurat
 Pasien dari rumah atau tempat lain selain fasilitas kesehatan. Penatalaksanaannya
adalah :
1. Dokter melakukan alloanamnesis / heteroanamnesis secukupnya terhadap
keluhan dan kondisi pasien
2. Dokter menetapkan diagnosa kerja sementara berdasarkan data yang diperoleh
untuk mentukan kategori triase
3. Sesuaikan pelayanan yang dibutuhkan pasien dengan ketersediaan fasilitas
pelayanan yang ada di RSUD Trikora Salakan
4. Dokter memutuskan untuk dapat dirawat jika fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan pasien tersedia

X
5. Apabila pasien membutuhkan resusitasi namun fasilitas pelayanan lanjutan tidak
tersedia, maka dokter memutuskan untuk melakukan stabilisasi terlebih dahulu
di IGD kemudian merujuk ke fasilitas kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan
pasien.
 Pasien dari fasilitas kesehatan perujuk. Penatalaksanaannya adalah :
1. Dokter melakukan heteroanamnesis secukupnya terhadap keluhan dan kondisi
pasien pada petugas medis perujuk
2. Dokter meminta data pemeriksaan fisik terhadap pasien yang bersangkutan pada
tenaga medis perujuk yang meliputi : kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, temperatur tubuh dan saturasi oksigen
3. Dokter menetapkan diagnosa kerja sementara berdasarkan data yang diperoleh
untuk mentukan kategori triase
4. Sesuaikan pelayanan yang dibutuhkan pasien dengan ketersediaan fasilitas
pelayanan yang ada di RSUD Trikora Salakan
5. Dokter memutuskan untuk dapat dirawat jika fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan pasien tersedia
6. Apabila pasien membutuhkan resusitasi namun fasilitas pelayanan lanjutan tidak
tersedia, maka dokter memutuskan untuk melakukan stabilisasi terlebih dahulu
di IGD kemudian merujuk ke fasilitas kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan
pasien.

2. Skrining Intra Hospital


Skrining/pemeriksaan dilaksanakan pada kontak pertama dengan melalui :
A. Kriteria triase,
B. Evaluasi visual atau pengamatan,
C. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik,
D. Laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.

A. Triage
Triage Triage merupakan proses formal dalam penilaian dan pemilahan pasien
yang sifatnya segera terhadap semua pasien yang datang ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD) berdasarkan tingkat kegawatannya baik trauma maupun medis
untuk menentukan prioritas penanganan pasien tersebut.
 Tatalaksana triase akan dijelaskan lebih lanjut pada panduan triase pasien

XI
B. Evaluasi Visual atau Pengamatan
Evaluasi visual atau pengamatan merupakan salah satu kegiatan pemilahan pasien
melalui visual atau pengamatan untuk menentukan apakah pasien ini
membutuhkan penanganan segera atau tidak (prioritas penanganan pasien).
Evaluasi visual atau pengamatan ini dapat dilakukan oleh semua tenaga medis
selain petugas triage. Contoh : pasien yang tampak kondisinya lemah, pasien
dengan sesak napas, pasien yang tampak sianosis, pasien yang tampak
pucat/anemis, pasien yang tampak kesakitan, pasien yang tampak kebingungan,
dan lain-lain.
Evaluasi visual bisa dilakukan terhadap semua pengunjung yang ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD Trikora Salakan.

Alur dalam Proses Evaluasi Visual atau Pengamatan :


1. Pasien datang ke RSUD Trikora Salakan, diterima oleh petugas RSUD Trikora
Salakan (bagian pendaftaran, perawat, dan DPJP).
2. Petugas RSUD Trikora Salakan menerima atau melayani pasien tersebut, juga
melakukan evaluasi visual atau pengamatan.
3. Jika hasil evaluasi visual atau pengamatan bahwa pasien dapat dilayani di
Instalasi Rawat Jalan maka lakukan prosedur untuk pasien rawat jalan.
4. Jika hasil evaluasi visual atau pengamatan bahwa pasien tidak dapat dilayani
di Instalasi Rawat Jalan, tetapi harus dilayani di Instalasi Gawat Darurat, maka
jelaskan ke pasien dan keluarga pasien dan lakukan koordinasi dengan petugas
Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk selanjutnya lakukan prosedur transfer
pasien.
5. Untuk pasien rujukan ke Instalasi Laboratorium dan Instalasi Radiologi juga
dilakukan hal yang sama.
C. Pemeriksaan Fisik atau Hasil dari Pemeriksaan Fisik maupun Psikologik
serta Anamnesa
Salah satu keterampilan yang paling penting yang dibutuhkan dalam
skrining pasien adalah melakukan pemeriksaan fisik dan menegakkan diagnosis
kerja. Selama memeriksa pasien, dokter juga perlu mengumpulkan data-data klinis
dan pada saat yang bersamaan melakukan suatu proses pengambilan keputusan

XII
yang sangat integratif. Keputusan merawat pasien dimulai pada saat
mewawancarai pasien. Seorang dokter memperoleh sedikit informasi tentang
pasien dan menganalisanya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya. Semua dokter memakai strategi kognitif yang sama untuk membuat
keputusan klinis tertentu dalam mengolah informasi dan kemungkinan diagnostik
yang tidak terbatas.

Pemeriksaan Fisik untuk skrining meliputi :

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, denyut nadi,


pernafasan, suhu tubuh, dan saturasi oksigen.
b. Pemeriksaan seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung jari kaki (head to
toe) baik pada tubuh bagian depan maupun belakang.

Anamnesa yaitu suatu kegiatan wawancara antara pasien dengan dokter


atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-
keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien. Anamnesa dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu (a) auto anamnesa dan (b) allo anamnesa. Auto
Anamnesa yaitu anamnesa yang dilakukan langsung kepada pasien karena pasien
kuasa atau mampu melakukan tanya jawab. Allo Anamnesa yaitu anamnesa yang
dilakukan secara tak langsung karena pasien tak kuasa mampu melakukan tanya
jawab. Misal : belum dewasa / masih kanak-kanak, tidak sadar, tidak dapat
berkomunikasi, dalam keadaan gangguan jiwa. Anamnesameliputi :

b. Keluhan utama : merupakan dasar utama untuk memulai evaluasi masalah


pasien.
c. Riwayat penyakit sekarang : merupakan penyakit yang sekarang diderita
merupakan alasan untuk perawatan di rumah sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat social

Ketidakmampuan dalam mencari informasi ketika meng-anamnesa pasien


membuat kita tidak bisa menentukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk
menyingkirkan diagnosis banding. Kesalahan mendiagnosis juga berarti kesalahan
melakukan terapi yang tepat.

XIII
D. Pemeriksaan Laboratorium Klinik atau Diagnostik Imajing (Radiologi).
Meskipun pemeriksaan fisik merupakan titiktolak yang sangat penting untuk
semua perawatan pasien, ia masih belum cukup untuk memastikan banyak
hipotesis yang disarankan kepada seorang dokter. Tes-tes sering diperlukan untuk
memastikan adanya penyakit yang berada dalam stadium dini..

Skrining rawat jalan dilakukan oleh dokter dan perawat di rawat jalan. Skrining rawat
jalan meliputi :
a. Kondisi umum pasien
Dinilai dari kesadaran, jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi
o Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh (composmentis),
atau apakah pasien mengalami penurunan kesadaran (mulai gelisah, sangat
mengantuk, sampai penurunan kesadaran lebih lanjut)
o Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan ataukah ada
kondisi potensial yang akan mengancam patensi jalan nafas.
Contoh kondisi yang mengancam jalan nafas :
1. Pasien bayi/ balita datang dengan batuk pilek, batuk berulang sangat
mengganggu diikuti suara mengorok.
Pernafasan dinilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah, bahkan
ada resiko distress nafas. Pasien dengan pernafasan yang layak mendapatkan
pelayan di UGD adalah:
1. Penggunaan otot bantu nafas contoh : penggunaan otot sternocleidomastoidea
saat bernafas posisi tripod.
2. Jika dihitung laju pernafasan pasien > 30x/menit untuk pasien dewasa dan
frekuensi pernafasan melebihi normal sesuai batas normal frekuensi
pernapasan sesuai usia pada bayi dan anak.
o Sirkulasi diilai apakah normal atau ada masalah. Pasien dengan sirkulasi drop
yang layak mendapatkan pelayanan di UGD adalah :
1. Pasien yang sangat pucat
2. Pasien yang datang dengan keringat dingin, nadi teraba lemah.
3. Akral dingin
4. Pasien dengan nyeri dada kiri, curiga iskemik jantung

XIV
5. Pasien dengan nyeri ulu hati, disertai keringat dingin, nadi lemah
6. Pasien dengan perdarahan sedang – hebat di dalamnya perdarah pervaginam
b. Penilaian nyeri
Penilaian nyeri menggunakan wong baker face pain sating scale. Pasien dengan nilai
nyeri ≥ 8 layak mendapakan pelayanan UGD

c. Skrining batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien batuk, apakah
sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk semua diberikan masker
wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ dua minggu diarahkan untuk memperoleh
prioritas pelayanan untuk mengurangi resiko penularan infeksi air bone. Pasien yang
dengan TBC diarahkan ke jalur fast track ke poli.
d. Skrining pasien jatuh
Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test:
1. Pengkajian
No Penilaian Pengkajian YA TIDAK
1. Cara berjalan pasien (salah satu/lebih)
1. Tidak seimbang/ sempoyongan/limbung
2. Jalan mengguanakan alat bantu
( tripod /kursi roda/ orang lain)
2. Menompang saat akan duduk: tampak
memegang pinggiran kursi/ meja/ benda lain

2. Hasil
No Pengkajian Hasil Tindakan
1 Jika 1 dan 2 Tidak Resiko rendah Tidak ada tindakan
2 Jika 1 atau 2 YA Resiko sedang Edukasi
3 Jika 1 dan 2 YA Resiko tinggi Edukasi dan pasang
gelang resiko jatuh

 Instalasi Gawat Darurat


Skrining berdasarkan triase berbasis bukti yang akan dibahas secara khusus pada
panduaan triase pasien.
 Instalasi Rawat Inap

XV
 Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitative dan paliatif dan isolasi diprioritaskan
 Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui
UGD/Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis
 pasien akan masuk pada kriteria kuratif, preventif, rehabilitative, pasien indikasi
rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.
Kuratif:
Upaya merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit. Pasien kuratif
indikasi rawat inap:
Diagnosa Indikasi
Epistaksis 1. Perdarahan massif
2. Hipertensi tak terkontrol
3. observasi perdarahan lanjut
Prolonged pregnancy Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Pre eclampsia 1. Tekanan darah ≥ 160/110
2. Proteinuria ≥ + 2
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR
5. Peningkatan SGPT/SGOT
Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis
Hiperemesis gravidarum 1. Keton urin +
2. Keadaan umum lemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal uterine bleeding 1. Hb ≤ 8 mg/dl
Atau di atas 8 mg/dl dengan
perdarahan yang masih aktif
DBD 1. Trombosit < 100.000
2. Tekanan darah < 100/70 mmHg
(presyok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dispepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal
reflux desease
3. Dehidrasi

XVI
Diare 1. Dehidrasi Ringan – sedang pada
anak yang disertai muntah
2. Dehidrasi sedang – berat
3. Muntah sampai tidak ada obat yang
bias masuk
4. Pre-syok TD <100/60
Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x
nebulizer
2. Respirasi rate >30 pada dewasa,
frekuensi pernafasan melebihi normal
sesuai batas normal frekuensi
pernapasan sesuai usia pada bayi dan
anak.

 Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat
inap, dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan didokumentasikan
dalam form instruksi pasien pulang
 Selanjutkan form tersebut akan dibawa pulang dan menjadi pedoman
perawatan pasien dan keluarga dirumah
Preventif:
Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit / deteksi dini faktor resiko:
- Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan, balita)
- Deteksi dini kasus, faktor resiko maternal dan balita
- Imunisasi / vaksin pada bayi, anak, hamil dan dewasa
Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan kontrol /
imunisasi lanjutan.
Paliatif:
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup. Pasien
paliatif yang masuk indikasi rawat inap:
Diagnosa Indikasi
Congestif heart failure 1. Edema perifer
2. Dyspneu
3. Pembesaran hati
4. Emboli paru
5. kardiomiopati
6. Disritmia
Chronic kidney disease/CKD 1. Mual, muntah berlebihan
2. Perubahan status mental
3. Sesak nafas
4. Asidosis

XVII
Skrining dilakukan oleh dokter umum di poliklinik umum atau IGD atau dokter
spesialis
o Jika ada indikasi rawat inap, perawat wajib melakukan konfirmasi ke dokter
apakah pasien memerlukan ruang khusus seperti ICU dan isolasi
o Perawat menghubungi bagian pendaftar rawat inap, melakukan konfirmasi
ketersediaan ruang yang dibutuhkan pasien.
o Jika ruang perawatan positif tersedia, perawat mengarahkan keluarga pasien
untuk mendaftar rawat inap.
Isolasi / indikasi masuk rumah sakit:
 Ruang isolasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang merawat pasien
dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari pasien lain untuk mencegah
penyebaran penyakit dan mengurangi resiko terhadap pemberian pelayanan
kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau
memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas
kesehatan.
 Perawat wajib melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat inap
ketersediaan ruang isolasi
 Jika ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat inap
dengan isolasi harus ditempatkan di ruang yang setidaknya hanya 1 pasien
dalam satu kamar.
 Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko penularan
infeksi tinggi, tidak bisa digunakan pada pasien immucompromise sebelum
ruang dinyatakan steril.
Diagnosa Kriteria
TBC
 Batuk berdarah
 Keadaan umum buruk
 Pneumothoraks
 Empiema
 Efusi pleural massif
 Sesak nafas berat TB paru
milier
 Meningitis TB

Tetanus Semua grade tetanus


Pasien immunodefisiensi dan

XVIII
penyakit menular lainnya
 Demam
Kondisi pasien immunocompromise  Ada infeksi tumpangan
( ex: pansitopenia, keganasan post
kemoterapi)

Rehabilitatif
 Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi
/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh
dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan
(tertiary prevention)
 Contoh tindakan rehabilitative adalah fisioterapi
 Tindakan fisioterapi bisa dilakukan dengan rawat jalan (tidak memerlukan
rawat inap), kecuali pada terdapat kasus penyerta sebagai contoh pengerjaan
fisioterapi untuk pemulihan pasca operasi

Skrining sebelum dirujuk


 Dokter dan perawat melakukan penilaian visual, anamnesa, dan melakukan
vital sign
 Perawat dan dokter memastikan apakah fasilitas RS dapat mendukung upaya
pertolongan pasien
 Dokter melakukan pemeriksaan penunjang minimal sebelum diputuskan
rawat inap atau rujuk
 Jika pasien memenuhi kriteria untuk dirujuk, maka dokter atau perawat
wajib memastikan apakah pasien dalam keadaan stabil untuk dirujuk
 Perawat memastikan adanya ruang/tempat di RS rujukan
 Dokter dan perawat melengkapi rekam medis pasien yang kemudian harus
dibawa saat merujuk pasien
 Perawat memastikan kesiapan ambulan berserta peralatan medis yang
diperlukan untuk merujuk pasien
 Petugas yang mengantar pasien ketempat rujukan adalah petugas yang
terampil dalam batuan hidup dasar, transport pasien dan skrining pasien
 Semua kegiatan harus terdokumentasi dengan baik

XIX
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam melengkapi proses skrining :
1. Kasus Anak
a. Pemeriksaan Hematologi : Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit,
Trombosit, HitungJenis)
b. Pemeriksaan Urinalisa
c. Widal (sesuai kasus)
2. Kasus Umum
a. Hematologi/Darah Lengkap : Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Trombosit,
Eritrosit, dan Hitung Jenis.
b. Glukosa darah sewaktu ( sesuai kasus )
c. Kimia Klinik Standar : Creatinin, SGPT ( Sesuai kasus )
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. EKG (untuk pasien jantung , pasien dewasa usia > 40 tahun & sesuai indikasi )
f. Pemeriksaan Radiologi : Foto Rontgen Thorax (sesuai kasus)
3. Perawatan Geriatri
a. Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis)
b. Glukosa darah sewaktu
c. Kimia Klinik Standar : Creatinin, SGPT
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. EKG, Rontgen Thorax (sesuai kasus)
4. Perawatan Perinatologi
a. Hematologi Rutin & Golongan darah (sesuai indikasi)
b. Glukosa darah sewaktu ( sesuai indikasi )
c. Radiologi : Thoracoabdomen ( sesuai indikasi )
5. Perawatan Pre Operatif
a. Untuk Golongan Operasi Kecil / Sedang :
- Hematologi Rutin,
- Gula darah sewaktu
- CT/BT ( sesuai indikasi )
b. Untuk Golongan Operasi Besar :
- Hematologi Rutin
- Golongan Darah dan Rhesus
- CT/BT

XX
- Creatinin (sesuai indikasi)
- SGOT /SGPT (sesuai indikasi)
- Glukosa Darah sewaktu
- Urine Lengkap (sesuai indikasi)
- Rontgen : Foto Thorax
- EKG
- Konsul Pre Operatif : dokter Spesialis penyakit dalam (sesuai indikasi) & dokter
Spesialis Anestesi

3. Fast Track
1. Petugas pendaftaran menerima pendaftaran pasien dan melakukan skrining
2. Apabila RS Prima Medika Pemalang belum mampu memberikan pelayanan sesuai
dengan yang diharapkan karena kurangnya jenis pelayanan dan fasilitas poliklinik
maka pasien diarahkan ke poliklinik sesuai dengan keluhan pasien dan mendapatkan
prioritas awal.
3. petugas memberi kartu fast track pada keluarga pasien atau pasien yang memenuhi
kriteria fast track yaitu:
a. Indikasi non medis
 Pasien usia diatas 65 tahun yang sudah melalui sekrining barthel
 Pasien yang menggunakan kursi roda, brankart.
 Pasien dengan prioritas.
b. Indikasi Medis
 Batuk hebat tidak berhenti – henti
 Tekanan darah > 180/120
 Pernafasan> 24x/menit dewasa, > 30 x/menit anak, >40 x/menit bayi,
 Nadi> 120x/menit
 Anak – anak rewel dengan suhu>38 C
4. Dalam keadaan tertentu petugas dapat mengantarkan pasien yang mendapat kartu fast
track ke poliklinik yang dituju dan keluarga pasien menuju loket pendaftaran fast
track rawat jalan.
5. Petugas pendaftaran melakukan entry data pasien fast track ke dalam Sistem
Informasi Managemen Rumah Sakit (SIMRS).
6. Petugas rekam medis mendahulukan mencarikan berkas pasien yang ada bertanda fast
track.
7. Petugas rekam medis memberi tanda fast track yang ditempel pada berkas rekam
medis pasien dan mendistribusikan ke pelayanan rawat jalan yang dituju.

XXI
8. Petugas Instalasi Rawat Jalan mendahulukan pemeriksaan dan pelayanan medis yang
dibutuhkan, dan tetap memberi tanda fast track yang ditempel pada formulir
permintaan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan sesuai dengan perintah dokter.
9. Petugas di pelayanan penunjang mendahulukan pemeriksaan pasien yang membawa
label fast track pada lembar permintaan pemeriksaan
10. Dokter menyimpulkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan, serta menentukan tindakan selanjutnya, yakni:
 Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan
 Rawat inap ruang biasa
 Rawat inap ruang khusus atau intensive

XXII
BAB IV

DOKUMENTASI

Adapun dokumentasi untuk skrining pasie adalah :

1. Rekam medis
2. Formulir skrining pasien rawat jalan
3. Formulir skrining pasien rawat inap
4. SPO skrining pasien dari luar rumah sakit (pra hospital)
5. SPO skrining pasien rawat inap (intra hospital)
6. SPO Rujukan pasien

XXIII
XXIV

Anda mungkin juga menyukai