Anda di halaman 1dari 23

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

Jl. UripSumoharjo 189 Kediri (0354) 686428 / Fax (0354) 686589


citra_keluarga@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RSIA CITRA KELUARGA
NOMOR: 032/KEP/RSIA.CK/III.2016

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI


DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA KELUARGA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan RSIA Citra Keluarga
maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Unit Kamar Operasi yang
bermutu tinggi.
b. bahwa untuk dapat melaksanakan pelayanan secara optimal dan terarah
diperlukan pedoman perorganisasian Unit Kamar Operasi.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana pada poin a dan b perlu
menetapkan pedoman pelayananUnit Kamar Operasi RSIA Citra
Keluarga
d. bahwa untuk pelaksanaannya perlu ditetapkan dengan surat Keputusan
Direktur RSIA Citra Keluarga

Mengingat : 1. Undang undang Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan.
2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit,
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/Menkes/Per/III/2010
tentang perijinan Rumah Sakit,
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1691 / Menkes / PER / VIII / 2011,
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor/419/Menkes/Per/x/2005 tentang praktek dokter dan dokter gigi,
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor/290/Menkes/Per/III/2008 tentang persetujuan tindakan
kedokteran,

1
7. Permenkes RI 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan Rumah
Sakit,
8. Standar, pedoman dan pernyataan, perhimpunan dokter spesialis
anastesiology dan reanimasi Indonesia (IDSAI) jaya tahun 2003,
9. Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra keluarga tentang
Struktur Organisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Keluarga.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PEDOMAN PELAYANAN UNIT KERJA KAMAR OPERASI DI RSIA


CITRA KELUARGA

KESATU Memberlakukan pedoman pelayanan sebagaimana terlampir dalam surat


keputusan ini di RSIA Citra Keluarga,
KEDUA : Mengamankan kepada seluruh pejabat strukural, fungsional dan seluruh
pejabat jajarannya untuk melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan ,apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : di Kediri
Pada tanggal : 22 Maret 2016
Direktur RSIA Citra Keluarga

dr. Kurniawan Santoso


NIK.26.10.0102

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang maha kuasa karena dengan rahmatNya
sehingga buku pedoman pelayanan Unit Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Keluarga dapat kami selesaikan.
Buku pedoman pelayanan Unit Kamar Oparasi RSIA Citra Keluarga ini diharapkan dapat
membantu para staf pedoman pelayanan Unit Kamar Operasi RSIA Citra Keluarga untuk
mengetahui berbagai macam informasi tentang standar ketenagaan, standar fasilitas,
tatalaksanapelayanan, logistic, keselamatanpasien, keselamatankerja, dan pengendalian mutu
dalam kegiatan unit kamar operasi. Bahan pedoman ini merupakan bahan acuan yang digunakan
oleh pedoman pelayanan Unit Kamar Operasi RSIA Citra Keluarga dan unit yang terkait di
dalam Rumah Sakit.
Manajemen Rumah Sakit mengharapkan semoga dengan adanya Pedoman ini para staf Unit
Kamar Operasi RSIA Citra Keluarga dapat mengetahui serta mempraktekkan dalam kegiatan
sehari-hari di Rumah sakit.
Besar harapan kami semoga pedoman ini dapat memberikan manfaat yang maksimal untuk
semua staf Rumah sakit pada umumnya dan staf Unit Kamar Operasi pada khususnya dalam
melakukan pedoman pelayanan Unit Kamar Operasi di RSIA Citra Keluarga.
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang ada dalam pedoman ini. oleh karena itu, saran
dan kritik konstruktif sangat kami harapkan untuk penyempurnaan di masa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan pedoman ini. yang
banyak memberikan saran dan masukannya kami ucapkan banyak terima kasih.

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
SK PEDOMAN PELAYANAN . . II
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
SAMBUTAN DIREKTUR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..........................................................................
B. TUJUAN PEDOMAN ..........................................................................
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN ....................................................
D. BATASAN OPERASIONAL ..............................................................
E. LANDASAN HUKUM ........................................................................

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. KUALIFIKASI SDM ...........................................................................
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN............................................................
C. PENGATURAN JAGA ........................................................................

BAB III STANDAR FASILITAS


A. DENAH RUANGAN ...........................................................................
B. STANDAR FASILITAS ......................................................................

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ..................................................


BAB V LOGISTIK ........................................................................................
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ...............................................................
BAB VII KESELAMATAN KERJA.................................. .............................
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU .............................................................
BAB IX PENUTUP .......................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum dan
kompleks di rumah sakit. Tindakan-tindakan ini membutuhkan asesmen pasien yang
lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring pasien yang
berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya
transfer maupun pemulangan (discharge).
Pelayanan bedah di Instalasi Kamar Operasi RSIA Citra Keluarga harus terencana dan
terdokumentasikan berdasarkan hasil assesmen. Karena tindakan pembedahan membawa
risiko dengan tingkatan tinggi, maka penggunaannya haruslah direncanakan secara seksama.
Asesmen pasien adalah dasar untuk memilih prosedur yang tepat. Assesmen memberikan
informasi penting terhadap pemilihan prosedur yang tepat dan waktu yang optimal,
terlaksananya prosedur secara yang aman, menginterpretasikan temuan dalam monitoring
pasien. Pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, status fisik, dan data diagnostik
termasuk risiko dan manfaat prosedur bagi pasien. Pemilihan prosedur mempertimbangkan
informasi dari asesmen saat masuk rawat inap, tes diagnostik, dan sumber lain yang tersedia.
Proses asesmen dapat dijalankan dalam kerangka waktu yang lebih singkat bilamana
pasien secara darurat membutuhkan pembedahan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
edukasi dan diskusi dengan pasien dan keluarganya atau orang yang berwenang membuat
keputusan bagi pasien. Pasien dan keluarga atau para pembuat keputusan menerima
informasi yang adekuat untuk berpartisipasi dalam keputusan pemberian pelayanan dan
memberikan persetujuan (informed consent) yang berisi risiko dari prosedur yang
direncanakan, manfaat prosedur yang direncanakan, komplikasi yang potensial terjadi,
alternatif tindakan pembedahan dan nonbedah yang tersedia untuk merawat.

B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman ini dibuat sebagai acuan/standar bagi instalasi kamar operasi dalam melakukan
pelayanan pembedahan, anestesi dan sedasi sehingga tercapai mutu dan keselamatan kerja.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang Lingkup Pelayanan Kamar Operasi adalah Pelayanan Operasi yang di laksanakan di
Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Keluarga

5
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Bedah
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi
dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan kata Chirurgia (dibaca:
KI-RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani Cheir artinya tangan; dan ergon artinya kerja.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-
obatan sederhana (Potter, 2006)
Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan
prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut pembedahan
tanpa rawat inap (outpatient surgery) atau pembedahan sehari (one-day surgery).
2. Jenis Pembedahan
A. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara
sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan
asisten untuk melakukannya, seperti: membuka abses superficial, pembersihan luka,
inokulasi, superfisial neuroktomi dan tenotomi
B. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit untuk
dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko
terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah caesar,
mammektomi, bedah torak, bedah otak.
C. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap
penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol kontaminasi bakterial.
D. Bedah konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai cara untuk
melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat mengalami
perbaikan, daripada melakukan amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi dari fraktur
pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap kaki.
E. Bedah Radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau sumber dari
penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal untuk neoplasma, pembedahan
radikal untuk hernia.
F. Pembedahan Rekonstruktif
Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan untuk
melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan pada deformitas atau

6
malformasi, seperti: pembedahan terhadap langit-langit mulut yang terbelah, tendon
yang mengalami kontraksi.
G. Bedah Plastik
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk memperbaiki
defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau dengan transfer jaringan dari
bagian tubuh lainnya.
3. Sifat Operasi:
A. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan tanpa
membahayakan nyawa pasien.
B. Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat
mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk
menyelamatkan jiwa pasien.

LANDASAN HUKUM

a. Penyelenggaraan pelayanan Instalasi Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Keluarga sesuai dengan:
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Standar, Pedoman dan Pernyataan, Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Reanimasi Indonesia (IDSAI) Jaya tahun 2003.
4. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 1993.

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SDM
1. Kualifikasi Tenaga Di Instalasi Kamar Operasi RSIA Citra Keluarga
2. Dokter Bedah Instalasi kamar Operasi menggunakan jasa Pelayanan dokter tetap
3. Kualifikasi Tenaga Perawat Instalasi Kamar Operasi RS
4. Perawat instalasi kamar Operasi memiliki: sertifikat Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat (PPGD), Basic Cardiac Life Support (BCLS).
5. Mempunyai sertifikat Pelatihan dasar instrumen.
6. Perawat Ruang Pulih Sadar memiliki sertifikat Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat (PPGD) dan Basic Cardiac Life Support (BCLS)

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dalam pelayanan bedah perlu menyediakan sumber daya manusia yang kompeten,
cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga dapat
memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka
perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang
ada. Untuk menunjang pelayanan bedah di instalasi kamar operasi, maka dibutuhkan tenaga
dokter, perawat yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.

C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi perawat untuk
melaksanakan tugas pelayanan di instalasi kamar operasi sehingga semua kegiatan
pelayanan bedah dapat terkoordinir dengan baik. Pengaturan dinas dibuat 4 shift dalam 24
jam yaitu:
Dinas Pagi Jam 07.00 sampai dengan Jam 14.00.
Dinas Sore Jam 14.00 sampai dengan Jam 21.00.
Dinas Malam Jam 21.00 sampai dengan Jam 07.00.
On Call Jam 21.00 sampai dengan 07.00

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

B. STANDAR FASILITAS
a. Pembatasan :
1. Zona 1
Pakaian dari luar Instalasi Kamar Operasi boleh dipakai.
2. Zona 2
Pakaian luar Instalasi Kamar Operasi masih boleh dipakai.
3. Zona 3
Petugas Instalasi Kamar Operasi wajib menggunakan pakaian khusus
4. Zona 4
Tim Instalasi Kamar Operasi wajib memakai jas operasi.
Prinsip-prinsip fasilitas yang harus dipenuhi di kamar operasi antara lain:
a. Pembagian Daerah-daerah di Kamar Operasi
1. Daerah Bebas
Daerah bebas merupakan daerah dimana pengunjung tidak diizinkan masuk, dan
petugas harus melepaskan alas kaki.
2. Daerah Bersih
a. Koridor transfer pasien
b. Kamar ganti Pakaian dokter
c. Kamar ganti Perawat
d. Kamar persiapan dan pemulihan pasien
3. Area Semirestriktik (koridor)
Area semirestriktik adalah daerah dimana pengunjung dan petugas harus
melepaskan alas kaki.
4. Area restriktik (kamar operasi dan koridor kamar operasi)
Area restriktik adalah daerah dimana pengunjung tidak diizinkan masuk, petugas
harus memakai perlengkapan khusus (topi, masker, alas kaki, pakaian khusus),
harus ganti pakaian, tidak boleh rangkap.
Pembagian Daerah di Sekitar Kamar Operasi
1. Daerah Publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus. Misalnya:
kamar tunggu kamar operasi.
2. Daerah Semi Publik
9
Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas. Pada
daerah ini biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS
dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas
(pakaian khusus kamar operasi) serta penggunaan alas kaki khusus di dalam.
3. Daerah Aseptik
Daerah aseptik merupakan daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki
oleh orang yang langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan, umumnya
daerah yang harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3
bagian, yaitu:
- Daerah aseptik 0, yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya
pembedahan.
- Daerah aseptik 1, yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk atau kain
steril, tempat instrumen dan tempat perawat instrumen mengatur dan
mempersiapkan alat.
- Daerah aseptik 2, yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk.
c. Bagian-bagian Kamar Operasi
Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang, baik itu di dalam kamar operasi
maupun di lingkungan kamar operasi:
1. Ruang Penerimaan Pasien
Ruang Penerimaan Pasien adalah ruang serah terima pre operasi Instalasi
Kamar Operasi yang dilengkapi dengan brankar, lemari tempat pakaian Instalasi
Kamar Operasi bagi pasien yang akan menjalani operasi, dilengkapi ruang ganti.
2. Ruang Induksi dan Premedikasi
Ruang induksi dan premedikasi adalah ruang dimana pasien dari ruang
penerimaan dibawa ke ruang induksi untuk dilakukan premedikasi, tersedia
oksigen sentral.
3. Ruang Operasi I
Ruang operasi II dilengkapi meja operasi (datar, head up-head down, tilt
kiri-kanan, duduk atau setengah duduk, V atau V terbalik) secara manual. Ruang
Operasi II dilengkapi dengan lampu operasi yang mampu menerangi bagian-
bagian operasi. Mesin anestesi dilengkapi dengan tabung penampung gas anestesi
(merek Penlon), monitor EKG yang bisa terlihat tekanan darah, rekaman jantung,
nadi, saturasi oksigen, AC sentral, Suction, oksigen sentral, alat kauter (Alsa bisa
dipakai untuk TUR, bisa dipakai untuk Bifolar), tersedianya alat kesehatan dan
obat-obatan, dan jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang
tersedia dalam troli.
4. Ruang Operasi II
Ruang operasi I dilengkapi meja operasi (datar, head up-head down, tilt kiri-
kanan, duduk atau setengah duduk, V atau V terbalik) secara manual. Ruang
10
operasi I dilengkapi lampu operasi yang mampu menerangi bagian-bagian operasi,
menggunakan oksigen sentral, suction, mesin anestesi, monitor pasien,
tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan dan jenis cairan yang bisa memenuhi
kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli. Kamar Operasi I digunakan untuk
operasi biasa.
8. Tempat Penyimpan Alat Steril
a. Lemari linen dan instrumen steril
Tersedia lemari untuk penyimpanan alat instrumen dan linen sudah steril
terbungkus yang siap pakai disimpan di lemari masing-masing.
b. Lemari linen non steril
Tersedia juga lemari untuk penyimpanan linen biasa, seperti baju petugas
instalasi kamar operasi, stik laken, selimut dan untuk kebutuhan linen lainnya.
9. Ruang Penyimpanan Alat Kesehatan
Tersedia lemari untuk penyimpanan alat kesehatan, sesuai jumlah inventaris.
10. Ruang Penyimpanan Obat dan Alat Anestesi
Tersedia tempat untuk menyimpan obat dan alat kesehatan anestesi yang
terkunci, kulkas untuk menyimpan obat yang memerlukan suhu tertentu.
11. Ruang Sadar Pulih atau Recovery Room
Ruang sadar pulih adalah ruang dimana pasien setelah operasi dibawa ke
ruang sadar pulih untuk diobservasi sekitar 3 jam. Ruang sadar pulih dilengkapi
dengan 2 buah tempat tidur (standar dengan hek pengaman), oksigen sentral,
monitor pasien 1 set, persediaan cairan infus, meja tulis, dan alat-alat untuk
keperluan administrasi. Di ruang ini juga tersedia spool hoek, toilet. Di ruang
sadar pulih ini serah terima pasien dari instalasi kamar operasi dengan perawat
ruang inap (pasien kembali ke ruangan).
15. Ruang Ganti Wanita
Ruang ini digunakan khusus untuk wanita ganti pakaian, dengan pakaian
instalasi kamar operasi. Di ruang ini terdapat lemari pakaian gantung, lemari
pakaian dan persediaan pakaian bersih instalasi kamar operasi, dan loker yang
terkunci.
17. Kamar Mandi
Tersedia Shower untuk mandi, closet duduk.
18. Ruang Kepala Instalasi Kamar Operasi
Tersedia kursi meja, lemari kecil.

Fasilitas Non Medis


1. Pintu
Bentuk pintu sliding, pintu harus selalu tertutup dengan menggunakan penutup
otomatis. Pintu selalu terawat dan tidak boleh mengeluarkan suara.
11
2. Ventilasi
Memakai AC dilengkapi filter dan sistem ultraclean luminay airflow. Suhu diatur antara 19-
22?C dan kelembaban udara 50-60 %
3. Sistem Penerangan
Lampu ruangan memakai lampu pijar putih tertanam di dalam langit-langit sehingga tidak
menampung debu dan mudah dibersihkan. Pencahayaan ruangan sesuai peraturan pencahayaan
pada buku ini. Lampu operasi merupakan lampu khusus yang terdiri dari beberapa lampu yang
fokusnya dapat diatur, tidak panas, terang, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan
4. Sistem Gas
Sistem gas sebaiknya dibuat sentral memakai sistem pipa. Sistem pipa melalui bawah lantai atau
di atas langit-langit, dibedakan sistem pipa O2 dan Nitrogen Oksida
5. Sistem Listrik
Ada sistem penerangan darurat dan sistem listrik cadangan
6. Sistem Komunikasi
Ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam rumah sakit dan ke luar Rumah Sakit
f. Instrumentasi
Semua peralatan menggunakan mobile atau troli, mempunyai roda atau diletakkan di atas troli
beroda. Semua alat terbuat dari stainless steel dan mudah dibersihkan.

g. Pembersihan
Pembersihan Harian
Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks kamar operasi dibersihkan dan didesinfeksi.
Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti
penyediaan air bersih, kelistrikan, pencahayaan, ventilasi, dan sebagainya. Pelaksana adalah
Cleaning Service dan tim kamar operasi, dan penanggung jawab adalah Kepala Instalasi Kamar
Operasi.
Pembersihan Mingguan
Seluruh permukaan dinding Kamar Operasi dibersihkan dengan cairan didesinfeksi. Lantai
dibersihkan dengan deterjen, dikeringkan dan didesinfeksi. Seluruh permukaan lain seperti
permukaan lampu operasi, troli anestesi, kabel-kabel dan selang, tabung N2O, meja operasi troli
alat kesehatan, kursi, AC dibersihkan dan didesinfeksi. Kamar mandi dibersihkan pagi sore.
Semua bahan medis yang disterilisasi kering diperiksa kapasitas formalinnya.
Pembersihan Pra Operasi
Bila jadwal operasi dilaksanakan setelah dilakukan pembersihan rutin maka ruangan bedah tidak
perlu dibersihkan lagi. Bila jadwal operasi dilaksanakan sebelum dilaksanakan pembersihan
rutin, maka segera dilakukan pembersihan ruangan operasi dan sekitarnya.
Pembersihan Pasca Operasi
Dinding dibersihkan dan didesinfeksi

12
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Persiapan Lingkungan Kamar Operasi Bedah


1. Persiapan alat-alat
Semua kebutuhan perlengkapan bedah dikemas atau dibungkus dengan pembungkus steril
yang memenuhi syarat.
Kemasan atau pembungkus steril harus diperiksa terhadap:
Keutuhan dari bungkusan atau kemasan tersebut (tidak robek, tidak terbuka, tidak kotor).
Kelembaban dari kemasan atau bungkusan.
Tanggal steril harus tercantum di bagian luar pembungkus, bila lewat dari 3 x 24 jam harus
disteril ulang.
Perlengkapan bedah yang dipergunakan untuk operasi sepsis, harus segera diamankan agar
tidak menyebabkan kontaminasi.
Alat-alat bedah yang disposable tidak boleh diulang, harus segera langsung dibuang.
Tempat larutan antiseptik atau desinfektan yang dipakai di kamar bedah harus sering diganti.
Alat-alat besar seperti: lampu operasi, alat-alat anestesi, troli dibersihkan dengan desinfektan
tertentu.
2. Ventilasi
Udara yang masuk kamar bedah disaring bebas debu dan kuman, filter harus sering diganti
sesuai dengan petunjuk dan harus sering diperiksa. Suhu dan kelembaban udara harus diatur,
suhu antara 200 -250 C, kelembaban antara 50-55.
Tekanan udara dalam kamar operasi sedikit lebih tinggi dari ruang sekitarnya supaya kotoran
tidak masuk ke dalam kamar operasi bila pintu dibuka.
3. Persiapan Permukaan Kamar Operasi (Dinding, Lantai, Plafon)
Klorinasi air yang dipakai untuk cuci tangan.
Dinding dan lantai dicuci dengan desinfektan tertentu (Steriliside)
B. Syarat-Syarat Bekerja di Kamar Operasi
13
1. Displin yang tinggi dalam menjalankan peraturan sepsis jangan banyak bicara.
2. Jangan banyak mondar-mandir dan usahakan jangan terlalu banyak orang dalam kamar
operasi.
3. Kesehatan dan kebersihan.
4. Petugas kamar operasi harus bebas dari kuman-kuman yang mudah ditularkan (karier sangat
sukar ditentukan).
5. Perlengkapan petugas:
- Perlengkapan petugas yang ikut pembedahan:
- Baju kamar operasi
- Penutup kepala
- Masker
- Alas kaki atau sepatu dalam kamar operasi
- Jas operasi steril
- Sarung tangan steril
- Perlengkapan petugas yang lain:
- Baju kamar operasi
- Penutup kepala
- Masker
- Alas kaki
C. Lalu Lintas di Lingkungan Kamar Operasi
Pada lalu lintas ini perlu diingat adanya daerah-daerah bebas, area semirestriktik, daerah bersih
dan area restriktik.
Lalu lintas meliputi:
1. Lalu lintas Petugas
Sarana pada lalu lintas petugas harus ditentukan adanya:
Ruang ganti pakaian
Perlengkapan-perlengkapan khusus
Batas daerah bersih dan kotor
Batas-batas tersebut meliputi:
a. Petugas buka alas kaki, masuk ruang bedah lewat pintu khusus, menuju ruang ganti pakaian
(daerah bersih)
b. Petugas ganti pakaian dengan pakaian khusus bedah (tidak boleh dirangkap) dan cuci tangan.
c. Pakaian petugas disimpan dalam lemari pakaian yang sudah disiapkan.
d. Petugas masuk dalam area restriktik dalam kedaan sudah memakai tutup kepala, masker dan
alas kaki khusus.
e. Bila sudah selesai bekerja petugas keluar melalui jalur yang sama waktu masuk dengan
meletakkan kembali perlengkapan-perlengkapan yang sudah dipakai di tempat yang sudah
ditentukan.
2. Lalu lintas Penderita
14
a. Penderita dikirim ke ruang bedah lewat koridor transfer penderita.
b. Petugas kamar operasi menyemput dengan brankar kamar operasi di koridor transfer.
c. Dari kamar persiapan, penderita dibawa ke kamar operasi dengan memakai brankar di Instalasi
Kamar Operasi, dipindahkan ke meja operasi, brankar disimpan di luar kamar operasi (masih
dalam area restriktik).
d. Selesai operasi penderita dibawa ke kamar pemulihan atau ruang sadar pulih dengan
menggunakan Brankar Instalasi Kamar Operasi dan memakai pakaian bedah.
e. Penderita keluar dari kamar pemulihan menuju ruangan lewat pintu ruang pulih sadar.
3. Lalu lintas Alat
a. Sarana untuk lalu lintas.
Ruang untuk penyimpanan alat yang sudah steril.
Alat pengangkut: troli atau meja kecil.
b. Prosedurnya:
Sebelum operasi dimulai, semua alat yang mungkin akan dipakai sudah ada di dalam kamar
operasi.
Setelah selesai operasi, semua alat yang sudah dipakai harus segera diletakkan di loket yang
telah disiapkan tempatnya, dibawa ke Instalasi Sterilisasi Sentral bagian pengepakan.
Instrumen disiapkan oleh petugas Instalasi Sterilisasi Sentral sampai instrumen siap pakai.
Penyerahan instrumen oleh petugas Instalasi Sterilisasi Sentral lewat loket.
Alat linen yang sudah dipakai dimasukan ke dalam tempat khusus lewat loket dan dikirim ke
bagian pencucian.
Alatalat disposable yang sudah dipakai dimasukkan ke dalam kantong atau tempat khusus dan
dikirim ke bagian pembakaran.
D. Tata Laksana Pembedahan pada Penderita dengan HIV dan Hepatitis B dan C
1. Penderita direncanakan dilakukan operasi terakhir, supaya kamar operasi bisa langsung
dibersihkan setelah selesai pembedahan.
2. Harus menggunakan mesin anestesi yang bagian-bagiannya dapat disterilkan dengan
autoclave atau memakai yang disposable, dan memakai virus filter antarra endotracheal tube
dengan closed circuitnya.
3. Harus disiapkan:
a. Desinfektan yang cukup (glutaraldehyde 2 %)
b. Celemek plastik yang kedap cairan.
c. Pelindung mata dan muka.
d. Kantong plastik yang tebal dan kedap air dengan tanda khusus untuk tempat kotor yang
terkontaminasi.
4. Personil kamar operasi harus memakai celemek plastik kedap air di bawah jas operasi
memakai pelindung mata (kaca mata) dan pelindung muka, memakai sarung tangan rangkap dua.

15
5. Personil dalam kamar operasi sesedikit mungkin dan alat-alat yang diperlukan saja, harus ada
dua orang perawat keliling: 1 orang di dalam dan 1 orang lagi di luar untuk menghindari
kontaminasi ke luar ruangan.
6. Perawat keliling juga harus menggunakan sarung tangan, pelindung mata dan muka, celemek
kedap air di bawah jas operasi yang steril.
7. Harus memakai linen disposable, meja operasi tertutup dan kain yang kedap air, kemudian
ditutup lagi dengan kain disposable.
8. Penderita dibawa ruang pemulihan setelah sadar benar.
9. Instrumen yang telah dipakai harus dicuci dengan sabun air panas sebelum di autoclave.
Instrumen yang tidak dapat di-autoclave setelah dicuci dengan sabun air panas harus direndam
dengan sterilicide atau Natrium dichloroisocyanurate atau NaDCC (Solution) sesuai kebutuhan.
10. Perawat yang mencuci instrumen tersebut harus memakai perlengkapan seperti:
a. Sarung tangan yang kuat dan utuh.
b. Celemek plastik kedap air di bawah jas luar.
c. Pelindung mata (kaca mata), pelindung wajah ini sangat penting dengan banyaknya percikan-
percikan air yang mengandung kuman.
11. Alat anestesi (closed circuit) setelah dipakai disterilkan.
12. Setelah pembedahan, kamar operasi dan alat-alat yang telah dipakai harus segera dibersihkan
dengan air sabun panas.
13. Rahasia penderita harus dijaga kecuali tanda merah status.
14. Darah dan cairan tubuh penderita harus dibakar.
15. Kamar operasi segera harus disterilkan sesuai prosedur yang berlaku di kamar operasi (1 kali
saja)

E. Tata Laksana di Ruang Sadar Pulih


1. Semua petugas di ruang sadar pulih harus bebas dari penyakit yang menular melalui
pernapasan atau udara dan bebas dari luka terbuka.
2. Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan merujuk pada penularan lewat darah.
3. Sebelum masuk ruang sadar pulih semua petugas harus mengganti pakaian dengan pakaian
yang khusus dipakai untuk bekerja di ruang tersebut, termasuk alas kaki, pakaian tersebut tidak
diperbolehkan dibawa ke luar ruangan, dan pakaian dari luar tidak boleh dibawa masuk.
4. Semua pengunjung harus mengenakan gaun pelindung atau gaun dan alas kaki pelindung yang
disediakan sebelum memasuki ruangan.
5. Petugas diharuskan selalu mencuci tangan dengan sabun antiseptik setiap kali kontak dengan
pasien.

16
BAB V
LOGISTK

Copy paste data tabel Pengadaan Barang Operasional dari TOR tiap unit Unit.
- ATK.
- Barang Cetakan.
- Barang Bengkel.
- Barang Rumah Tangga & Dapur.
- Pengadaan Investasi.
Pengelolaan obat dan alat kesehatan / alkes meliputi pemesanan,
pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat / alkes untuk pemakaian
sehari- hari pada pasien operasi.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

6.1. Pengertian.
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat

17
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, implementasi untuk mencegah meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

6.2. Tujuan.
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu tujuan agar tercipta budaya
keselamatan di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit
terhadap pasien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit dan terlaksananya program- program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.

6.3. Tata Laksana Keselamatan Pasien.


6.3.1. Enam Langkah Menuju Keselamatan Pasien.
1. Tepat Identifikasi Pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh

18
6.3.2. Standar Melaksanakan Keselamatan Pasien.
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatkan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatkan keselamatan
pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk
mencapai keselamatan pasien

6.3.3. Langkah-Langkah Penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit.


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola
program keselamatan pasien rumah sakit
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi
jajaran manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menetapkan enam langkah menuju keselamatan pasien
7. Menetapkan standar keselamatan pasien rumah sakit dan
melakukan shift assesmen dengan instrumen akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan
pasien rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan

6.4. Tata Laksana Keselamatan Pasien.


Sasaran keselamatan pasien di instalasi kamar operasi Rumah Sakit Baptis
Batu
1. Ketepatan identifikasi pasien

19
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas
pasien awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap
semua pelayanan yang diterima oleh pasien
2. Peningkatan komunikasi yang elektif
Komunikasi yang elektif adalah komunikasi lisan yang
menggunakan sistem write, read dan repeat back ( reconfirm)
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang memilki resiko
lebih tinggi yang dapat menyebabkan atau menimbulkan adanya
komplikasi atau membahayakan secara signifikan terhadap
kesalahan penggunaan.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Salah lokasi, salah prosedur, salahpasien pada operasi merupakan
hal yang menguatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit,
kesalahan ini merupakan komunikasi yang tidak efektif atau tidak
adekuat antar tim bedah, karena tidak melibatkan pasien di dalam
penandaan lokasi (site marking) dan verifikasi lokasi operasi.
Penandaan area operasi di RS Baptis Batu dilakukan oleh
dokter operator, penandaan dilakukan sehari sebelum pasien
operasi ,pada pasien dengan rencana operasi elektif. Sedangkan
pada pasien operasi emergensi dilakukan penandaan di IGD atau
di ruang premedikasi sesaat sebelum pasien operasi. Penandaan
dilakukan dengan memberi tanda chek (). Untuk mencegah
terjadinya salah insisi pada pasien.
Beberapa hal yang berpontesi untuk menimbulkan
kekeliruan untuk wrong surgery:
Lebih dari satu dokter bedah terlibat
Dilakukan lebih dari satu prosedur operasi
Pasien memiliki bebarap karakteristik khusus, seperti
deformitas fisik atau obesitas massif
Ada beberapa asien yang memilki nama yang sama atau
prosedur yang sama atau diwaktu bersamaan
Tiga komponen penting dalam mencegah terjadinya wrong
site, wrong procedure dan wrong person surgery :

20
proses verifikasi
menandai lokasi yang akan dilakukan operasi
time out

Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan :


kasus organ tunggal (jantung, operasi
Caesar, appendiktomi)
kasus intervensi seperti kateter jantung
kasus yang melibatkan gigi
prosedur yang melibatkan bayi premature di mana penandaan akan me
Dalam kasus yang tidak dilakukan penandaan harus
dapat dipertangggjawabkan. Penandaan harus
dilakukan, dengan melibatkan pasien atau keluarga,
untuk menghindarkan kekeliruhan. Penandaan
dilakukan dengan spidol permanen yang tidak dapat
hilang saat dicuci.

5. Pengurangan resiko infeksi pelayanan kesehatan


Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasuk saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia
yang sering terjadi pada pasien dengan ventilasi mekanis . Pokok
eliminasi infeksi maupun infeksi infeksi lain dengan cuci tangan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Jumlah kasus pasien jatuh cukup bermakna sebagai cidera pasien,
sehingga Rumah Sakit Baptis Batu melakukan evaluasi resiko
pasien jatuh danmengambil tindakan untuk mengurangi resiko
cidera sampai jatuh.

21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Semua petugas di ruang sadar pulih harus bebas dari penyakit yang menular melalui
pernafasan/udara dan bebas dari luka terbuka.
Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan merujuk pada penularan lewat darah.
Sebelum masuk ruang sadar pulih semua petugas harus menganti pakaian dengan pakaian
yang khusus dipakai untuk bekerja diruang tersebut, termasuk alas kaki,pakaian tersebut tidak
diperbolehkan dibawa ke luar ruangan, dan pakaian dari luar tidak boleh dibawa masuk.
Semua pengunjung harus mengenakan gaun pelindung/skort dan alas kaki pelindung yang
disediakan sebelum memasuki ruangan.
Petugas diharuskan selalu mencuci tangan dengan sabun anntiseptik setiap kali kontak dengan
pasien.

22
23

Anda mungkin juga menyukai