PEDOMAN PMKP
KLINIK TANTYA SUDHIRAJATI POLRES TUAL
TAHUN 2023
TENTANG
PEDOMAN PMKP KLINIK TANTYA SUDHIRAJATI POLRES TUAL
tentang Kesehatan;
Kesehatan Nasional;
Klinik;
Transfusi Darah.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Tual
Pada Tanggal : Agustus 2023
KEPALA KLINIK TANTYA SUDHIRAJATI POLRES TUAL
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga Pedoman Indikator Mutu dan Keselamatan
Pasien dapat diselesaikan.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu merupakan salah satu
kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang, termasuk pelayanan di Klinik .
Pendekatan mutu yang ada saat ini berorientasi pada kepuasan pelanggan
atau pasien. Salah satu faktor kunci sukses pelayanan kesehatan di Klinik
adalah dengan mengembangkan mutu pelayanan klinis sebagai inti pelayanan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan mutu pelayanan di unit kerja;
b. Meningkatkan mutu keselamatan pasien;
c. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di Klinik Tantya
Sudhirajati Polres Tual.
C. RUANG LINGKUP
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien dalam pedoman ini terdiri dari:
1. Pelatihan PMKP
2. Pemilihan indikator mutu prioritas
3. Pemilihan indikator mutu unit kerja
4. Mutu pelayanan yang dikontrakkan
5. Evaluasi panduan paraktek klinik (ppk)
6. Sistem manajemen data
7. Perbaikan indikator mutu
8. Insiden keselamatan pasien
9. Sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
10. Budaya keselamatan
11. Manajemen risiko
D. DEFINISI
1. Analisis Akar Masalah/Root Cause Analysis (RCA), adalah suatu
proses berulang yang sistematik dimana faktor-faktor yang berkontribusi
dalam suatu insiden diidentifikasi dengan merekontruksi kronologis
kejadian menggunakan pertanyaan “kenapa‟ yang diulang hingga
menemukan akar penyebab;
12. Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien
lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
E. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3441);
1) Pelaporan unit kerja dilakukan setiap bulan sekali kepada Komite Mutu
dan Keselamatan Pasien;
3) Komite PMKP melakukan analisa data indikator mutu dari unit kerja;
TATA LAKSANA
2. WAKTU PELAKSANAAN
D. MELAKUKAN ANALISA
1. Analisa 6 sasaran keselamatan pasien dilakukan setiap 3 bulan
F. PELATIHAN PMKP
1. Staf yang berada di unit kerja (PIC) yang saat ini di pegang oleh
Kepala Unit maupun di Komite Mutu dan Keselamatan Pasien yang
bertugas dalam mengumpulkan data akan menentukan jenis data,
validasi, serta analisis data memerlukan peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan. Pelatihan staf perlu direncanakan dan dilaksanakan sesuai
dengan peran staf dalam program PMKP. Klinik mengidentifikasi dan
menyediakan pelatih yang kompeten untuk pendidikan dan pelatihan
ini. Kompeten di sini, yaitu pelatih tersebut pernah mengikuti
pelatihan/workshop peningkatan mutu serta keselamatan pasien dan
atau telah mendapat pendidikan tentang peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
2. Program Pelatihan PMKP
Karena terdapat keterbatasan staf dan sumber daya, tidak semua proses
di Klinik dapat diukur dan diperbaiki pada saat yang bersamaan. Oleh karena
itu, tanggungnjawab utama Kepala Klinik adalah menetapkan prioritas
pengukuran dan perbaikan di seluruh Klinik . Prioritas ini meliputi upaya
pengukuran dan perbaikan yang memengaruhi atau mencerminkan aktivitas
yang terdapat di berbagai unit pelayanan.
Kepala Klinik dengan para Kabag/Kabid merancang upaya peningkatan
mutu pelayanan prioritas Klinik dengan memperhatikan:
1. Misi Klinik ;
2. Data-data permasalahan yang ada;
3. Sistem dan proses yang memperlihatkan variasi penerapan dan
hasil yang paling banyak;
4. Perbaikan yang berdampak pada efesiensi;
5. Dampak pada perbaikan sistem sehingga efek dari perbaikan
dapat terjadi diseluruh Klinik ;
6. Riset klinis dan program pendidikan profesi kesehatan.
Semua unit pelayanan baik klinis dan manajerial memilih indikator yang
terkait dengan prioritas mereka. Diantisipasi kemungkinan indikator yang
serupa dipilih oleh beberapa unit pelayanan. Indikator mutu di unit
pelayanan/kerja dipergunakan untuk menilai mutu unit pelayanan/kerja. Komite
Mutu dan Keselamatan Pasien melakukan koordinasi dan mengorganisasi
pemilihan indikator mutu di unit kerja tersebut sehingga indikator yang dipilih
tersebut valid, reliable, sensitive, dan spesifik. Pengukuran mutu perlu juga
memperhatikan dimensi mutu dari WHO, yaitu effective, efficient, accessible,
accepted (patientcentred), equity, and safe.
Pimpinan unit kerja terlibat langsung dalam pemilihan dan penetapan
yang ingin diukur di unit kerja. Indikator mutu unit kerja dapat menggunakan
indikator mutu yang tercantum di dalam standar pelayanan minimal. Indikator
mutu di unit pelayanan dapat meliputi indikator mutu area klinis, indikator mutu
area manajemen, indikator mutu penerapan sasaran keselamatan pasien, dan
indikator mutu unit kerja (nonpelayanan), minimal meliputi indikator area
manajemen.
Dalam memilih indikator mutu maka kepala unit kerja dan unit pelayanan
agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Fokus mengukur hal-hal yang ingin diperbaiki;
2. Prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis di Klinik . Indikator
mutu yang dipergunakan untuk mengukur mutu diprioritas
pengukuran mutu Klinik , sumber data pasti dari unit, dan menjadi
indikator mutu unit;
3. Pengukuran mutu nasional;
4. Melakukan koordinasi dengan komite medis bila evaluasi
penerapan panduan praktik klinis dan evaluasi kinerja dokter
menggunakan indikator mutu;
5. Bila di unit kerja ada KSO alat medis, outsourching pelayanan,
maka perlu ada indikator yang memonitor mutu alat / outsourching
tersebut, selanjutnya unit kerja harus mengumpulkan data mutu
dan mengukur indikatornya.
Indikator mutu yang sudah dipilih bila sudah tercapai terus menerus
selama setahun tidak bermanfaat untuk melakukan perbaikan karena sudah
tidak ada lagi yang perlu diperbaiki, dengan demikian sebaiknya diganti dengan
indikator mutu baru.
I. MUTU PELAYANAN YANG DIKONTRAKKAN
Klinik perlu melakukan evaluasi mutu pelayanan dan keselamatan
pasien pada semua pelayanan di Klinik , baik yang secara langsung
disediakan sendiri oleh Klinik maupun yang disediakan berdasar atas kontrak
atau perjanjian lainnya. Klinik perlu mendapat informasi mutu dari pelayanan
yang disediakan berdasar atas kontrak atau perjanjian lainnya, lalu
menganalisis informasi tersebiut, kemudian mengambil tindakan berdasar atas
data dan informasi tersebut. Pelayanan yang disediakan berdasar atas kontrak
dan perjanjian lainnya perlu mencantumkan indikator mutu yang dapat
dipergunakan untuk mengukur mutu pelayanan yang disediakan berdasar atas
kontrak tersebut.
Kepala unit layanan menerima laporan mutu dari penyedia kontrak yang
kemudian ditindaklanjuti dan memastikan bahwa laporan-laporan tersebut
diintegrasikan kedalam proses penilaian mutu Klinik .
Evaluasi dapat dilakukan melalui audit medis dan atau audit klinis untuk
menilai efektivitas penerapan panduan praktik klinik dan alur klinis sehingga
dapat dibuktikan bahwa penggunaan panduan praktik klinis serta alur klinis
telah mengurangi variasi proses dan hasil. Indikator area klinis (IAK), indikator
area manajemen (IAK), dan indikator sasaran keselamatan pasien (ISKP) dapat
digunakan sebagai indikator audit medis dan atau audit klinis sesuai dengan
dimensi mutu WHO.
3) Data yang dimaksud meliputi data dari indikator mutu unit, indikator mutu
prioritas Klinik dan indikator nasional;
1. Pengumpulan Data
a. Pencatatan data dilakukan oleh PIC dengan menggunakan format
(sensus) pengumpulan data yang ada di unit kerja. Selanjutnya data
tersebut setiap harinya diinput oleh PIC kedalam web MUTU
FASYANKES. Proses pengumpulan data dari unit kerja di web MUTU
FASYANKES. Sub Komite Mutu melakukan evaluasi data yang diinput
oleh PIC setiap harinya. Sub Komite Mutu akan melakukan konfirmasi
kepada PIC jika dalam penginputan data ada yang kurang / tidak tepat
atau data tidak diinput oleh PIC;
2. Pelaporan
Laporan Komite Mutu dan Keselamatan Pasien kepada Kabag/Kabid,
Wakarumkit, Kepala Klinik dilakukan 3 bulan sekali.
3. Analisa Data
a. Data harus digabungkan, dianalisis, dan diubah menjadi informasi yang
berguna. Hasil analisis data harus dilaporkan kepada Karumkit sebagai
dasar untuk melakukan perbaikan proses klinis dan manajerial secara
terus menerus;
PIMPINAN KLINIK :
1. Menerima laporan
2. Memberi arahan
PJ KLINIK :
1. Menerima laporan
2. Memberi arahan
atau masukan
Sekretariat :
Ketua TIM Mutu dan
Keselamatan Pasien: 1. Kompulir data
2. Pelaporan data
1. Analisa Data
3. Penerbitan surat
2. Pelaporan data laporan internal
Bulanan dan Triwulan
7. Publikasi Data
a. Publikasi adalah proses penerbitan laporan dengan media ke
luar Klinik setelah mendapatkan persetujuan dari Karumkit,
dengan tujuan memberikan kepercayaan publik mengenai mutu
pelayanan yang diberikan di Klinik Bhayangkara Tingkat III
Ambon;
b. Data yang akan dipublikasikan terlebih dahulu harus melalui
proses validasi untuk menjamin keakuratan data dan harus
menjamin kerahasiaan pasien.
3. Penanganan insiden
a. Setiap Insiden harus dilaporkan secara internal kepada tim
Keselamatan Pasien dalam waktu paling lambat 2x24 (dua kali
dua puluh empat) jam;
b. Laporan insiden diverifikasi oleh Sub Komite Keselamatan
Pasien untuk memastikan kebenaran adanya insiden;
c. Setelah melakukan verifikasi Sub Komite Keselamatan Pasien
melakukan investigasi dalam bentuk wawancara dan
pemeriksaan dokumen;
d. Berdasarkan hasil investigasi Sub Komite Keselamatan Pasien
menentukan derajat insiden (grading) dan melakukan Root
Cause Analysis (RCA) dengan metode baku untuk menemukan
akar masalah;
e. Sub Komite Keselamatan pasien harus memberikan
rekomendasi keselamatan pasien kepada Kepala Klinik
berdasarkan hasil Root Cause Analysis (RCA);
f. RCA diterapkan pada kejadian resiko tinggi, berdampak luas
yaitu semua KTD dan Sentinel;
g. Langkah-langkah Root Cause Analysis (RCA)
1) Identifikasi insiden yang akan di investigasi (lampiran form
lihat di buku panduan RCA dan FMEA)
2) Tentukan tim investigator
3) Kumpulan data dan informasi (lampiran form lihat di buku
panduan RCA dan FMEA)
a) Observasi;
b) Dokumentasi;
c) Interview.
4) Petakan kronologi kejadian
a) Narrative Chronology;
b) Timeline;
c) Tabular Timeline;
d) Time Person Grid.
5) Identifikasi CMP (Care Management Problem)
(lampiran form lihat di buku panduan RCA dan FMEA)
a) Brainstroming;
b) Bainwriting.
6) Analisis Informasi
a) 5 Why‟s;
b) Analisis Perubahan;
c) Analisis penghalang;
d) Fisbone/Analisis Tulang Ikan;
e) Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk
Improvement.
7) Alur Pelaksanaan RCA
a) Input : UKPRS menerima laporan insiden;
b) Langkah 1 UKPRS menunjuk fasilitator;
c) Langkah 2 Fasilitator mengumpulkan data dan
menyusun tim pembahas;
d) Langkah 3. Pembahasan insiden;
e) Output : Pelaporan dan Saran.
8) RCA dilaksanakan apabila ada laporan insiden yang
berasal dari semua pihak (input) :
a) Laporan Dokter / perawat / petugas Klinik /
penggerak UKPRS;
b) Kesalahan medis;
c) Komplain / keluhan pasien dan keluarganya.
d) Komplain / keluhan manajemen RS.
9) Sub Komite Keselamatan Pasien menunjuk satu orang
fasilitator sebagai pelaksana RCA, dengan syarat :
a) Tidak terlibat langsung dalam insiden;
b) Tidak memiliki kepentingan dengan akar masalah;
c) Memahami RCA;
d) Memiliki kredibilitas di RS;
e) Terlatih dengan penjaminan mutu.
10) Tim Pembahas adalah multi-disiplin yang meliputi :
a) Personil yang terlibat dalam insiden;
b) Narasumber yang terkait dari dokter;
c) Narasumber yang terkait dari keperawatan;
d) Narasumber yang terkait dari penunjang
umum/medis;
e) Pendukung Administrasi;
f) Setiap peserta mempunyai kedudukan yang sama
11) Kegiatan pengumpulan fakta meliputi :
a) Risalah perjalanan penyakit yang terkait dengan
insiden : catatan medik, laporan insiden;
b) Hasil wawancara dengan petugas yang terlibat;
c) Hasil wawancara dengan narasumber;
d) Standar pelayanan dan SPO yang berlaku terkait
insiden;
e) Pengamatan prosedur khusus.
12) Wawancara oleh fasilitator :
a) Didasarkan atas rasa percaya pada semua yang
terlibat dalam kejadian;
b) Membantu memilah data yang penting untuk
pembahasan;
c) Mencegah gosip, spekulasi dan perselisihan bila
dilakukan segera setelah terjadinya insiden;
13) Pelaksanaan pembahasan pada RCA harus mengikuti
hal-hal mendasar :
a) Fokus pada sistem dan bukan pada
personal/petugas;
b) Membahas dari penyebab khusus ke hal-hal
penyebab umum;
c) Lebih sering mempertanyakan : Mengapa?
Mengapa? Mengapa?
M. MANAJEMEN RISIKO
Setiap organisasi akan menghadapi risiko yang dapat
menghalangi pencapaian sasaran maupun tujuannya. Mengingat
kegiatan pelayanan di Klinik yang sangat kompleks, padat modal, padat
karya, padat teknologi, dan banyak permasalahan yang terjadi dalam
proses pelayanan maka perlu ada manajemen risiko yang dilaksanakan
dengan baik untuk mengantisipasi seluruh kemungkinan risiko yang
mungkin terjadi
2. Risiko Hazard
Bahaya (Hazard) adalah suatu kondisi tempat kerja yang terdapat
kombinasi berbagai variabel yang ada dan berpontensi
3. Risiko Keuangan
Regulasi pemerintah, ketidakpastian ekonomi, risiko pasar, tingginya
target dan tuntutan akuntabilitas menyebabkan risiko meningkat.
Risiko keuangan timbul akibat transaksi-transaksi keuangan, seperti
proses pelayanan , penggunaan peralatan, piutang perusahaan ,
piutang asuransi , piutang pelanggan individu , dll. Risiko ini tidak
dapat dihindari, namun dapat dikelola. Analisa risiko finansial
mengharuskan Klinik memikirkan strategi yang paling efektif untuk
mengurangi risiko.
4. Risiko Operasional
di Klinik
Peta Risiko
Mungkin 2 2 4 6
terjadi (50
–
50
kesempatan)
Kecil 1 1 2 3
kemungkinann
ya untuk
terjadi
1 2 3
Dampak Ringa Sedan Sanga
n g t berat
3) Mengevaluasi Risiko
Langkah-langkah yang diambil manajemen untuk
mengendalikan risiko adalah :
a) Mencari jalan untuk menghilangkan risiko ,
b) Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap
probabilitasnya maupun terhadap derajat keparahannya,
c) Mengurangi dampaknya, dan
d) Melakukan Risk transfer. Akhirnya apabila risiko itu
akhirnya terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka
diperlukan pengalihan penanganan risiko tersebut
kepada pihak yang sesuai, misalnya menyerahkannya
kepada sistem asuransi.
e) Menyusun Risk Action Plan (Rencana penanganan
risiko), yaitu Perencanaan tindakan yang dilakukan
apabila terjadi risiko , misalnya apa yang dilakukan
apabila terjadi kebakaran. Risk Action Plan ditinjau ulang
minimal 2 tahun 1 kali atau apabila diperlukan.
f) Pelaporan risiko.
Rumah sakit perlu memakai pendekatan proaktif untuk
manajemen risiko. Salah satu caranya adalah dengan program
manajemen risiko formal yang komponen-komponen pentingnya
meliputi:
1. Identifikasi risiko;
2. Prioritas risiko;
3. Pelaporan risiko;
4. Manajemen risiko;
5. Invesigasi kejadian yang tidak diharapkan (KTD);
1. Manajemen pengobatan;
2. Risiko jatuh;
3. Pengendalian infeksi;
4. Gizi;
5. Risiko peralatan; dan
6. Risiko sebagai akibat kondisi yang sudah lama berlangsung.
1. Pasien;
2. Staf medis;
3. Tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang bekerja di Klinik;
4. Fasilitas Klinik ;
5. Lingkungan Klinik ; dan
6. Bisnis Klinik
BAB V
DOKUMENTASI
A. PENCATATAN
1. Kegiatan Survey Budaya Keselamatan Pasien
Kegiatan survey budaya keselamatan pasien menggunakan
kuisioner 12 dimensi budaya keselamatan, yang mana form untuk
kuisioner terdapat dalam lampiran.
2. Pencatatan Capaian Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
Formulir pengumpulan data indicator keselamatan pasien
terdapat dalam lampiran dan data dimasukkan dalam MUTU
FASYANKES.
3. Pencatatan Laporan Insiden Keselamatan Pasien
Pencatatan laporan insiden keselamatan pasien menggunakan
formular yang terdapat dalam panduan pelaporan insiden
keselamatan pasien.
B. PELAPORAN
1. Pelaporan kegiatan survey budaya keselamatan pasien dilaporkan
pada Kepala Klinik Teratai Satbrimob Polda Maluku untuk
ditindaklanjuti.
2. Pelaporan digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana budaya
keselamatan pasien diterapkan di Klinik Teratai Satbrimob Polda
Maluku.
Ditetapkan di : Tual
Pada Tanggal : Agustus 2023
KEPALA KLINIK TANTYA SUDHIRAJATI POLRES TUAL