Anda di halaman 1dari 55

PERHIMPUNAN KLINIK DAN FASILITAS

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER INDONESIA


KLINIK PADEPOKAN GANESA
Nomor : 445.5/8/DPM-PTSP/IPMDS.B/II/2021
Jl. Padepokan Ganesha II/A No 9-10 Semarang
Email : klinikpadepokanganesa@gmail.com Hp: 082220014630

KEPUTUSAN MANAJER OPERASIONAL KLINIK PADEPOKAN


GANESA

Nomor : 004/SK/I/2023

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN KLINIK PADEPOKAN GANESA

Menimbang : a. bahwa pelayanan di Klinik Padepokan Ganesa dilaksanakan


berdasarkan kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan di Klinik Padepokan Ganesa perlu
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin pelayanan klinis dilaksanakan sesuai
kebutuhan pasien, bermutu dan memperhatikan keselamatan
pasien, maka perlu disuse pedoman Pelayanan Pelayanan Klinik
Padepokan Ganesa

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


2. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2014 Tentang Klinik.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tenntang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatanm Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter
dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi

MEMUTUSKAN

Menetapka : KEPUTUSAN MANAJER OPERASIONAL TENTANG PEDOMAN


n PELAYANAN KLINIK PADEPOKAN GANESA

Kesatu : Kebijakan pelayanan klinis di Klinik Padepokan Ganesa, sebagaimana


tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
surat Keputusan ini.
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal 30 Januari 2023
Manajer Operasional Klinik Padepokan
Ganesa,

dr. Dita Putri


LAMPIRAN KEPUTUSAN MANAJER
OPERASIONAL KLINIK PADEPOKAN
GANESA NOMOR : 002/SK/I/2023

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan peningkatan pembangunan di segala bidang maka perubahan sistem tata
nilai di masyarakat juga semakin berkembang. Pengetahuan dan pendidikan yang meningkat
menyebabkan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang bermutu seperti pelayanan
kesehatan semakin tinggi. Pelayanan kesehatan di klinik sesungguhnya tidak hanya
memberikan pelayanan medis professional namun juga memberikan pelayanan umum
kepada masyarakat. Selain mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
,pasien dan keluarga pasien juga mengharapkan kenyamanan dan keamanan baik dari segi
petugas yang cekatan dan terampil, kenyamanan ruang tunggu, antrian yang tidak terlalu
lama, kebersihan ruangan dan toilet serta sikap ramah sopan dan santun dari petugas klinik
dalam melayani. Selainitu pelayanan klinis klinik merupakan salah satu tempat
pertama ,yang diharapkan pasien dan keluarga pasien bahkan sebagai tempat pemberi
informasi yang jelas sebelum mendapatkan tindakan/pelayanan berikutnya bahkan sampai
memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
Klinik Padepokan Ganesa merupakan salah satu pelayanan klinis yang kompleks dengan
volume pelayanan cukup besar dengan kapitasi BPJS lebih dari 10.000 peserta. Klinik
Padepokan Ganesa ini memberikan pelayanan medis kepada pasien untuk tujuan observasi,
diagnosis dan pengobatan dan pelayanan lainnya.
Saat ini upaya peningkatan mutu pelayanan terus dilakukan terutama mutu pelayanan klinis
sehingga diharapkan dapat terwujud pelayanan klinis yang bermututinggi ditunjang dengan
sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang berkualitas dan memenuhi standar
yang telah ditetapkan. Melihat kompleksitas pelayanan serta besarnya volume pelayanan di
Klinik Padepokan Ganesa, maka perlu disusun suatu acuan untuk kegiatan operasional
harian di Klinik Padepokan Ganesa terutama untuk peningkatan penyelenggaraan pelayanan
klinis yang professional dan bermutu. Untuk itu maka disusunlah pedoman pelayanan Klinik
Padepokan Ganesa ini.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan
klinisyang profesional dan bermutu di Klinik Padepokan Ganesa.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya pelayanan klinis yang professional dan bermutu tinggi
b. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan klinis di Klinik Padepokan
Ganesa.
c. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan pada pelayanan klinis Klinik Padepokan
Ganesa.
d. Meningkatnya kepuasan dan harapan pasien terhadap pelayanan klinis di Klinik
Padepokan Ganesa.

C. RUANG LINGKUP

Planning
1. Penyusunan Pedoman Pelayanan Klinik
2. Penyusunan Berbagai Kebijakan dan Prosedur
3. Koordinasi dengan unit lain
Action
1. Pendaftaran dan rekam medis adalah melayani pendaftaran pasien baru dan
pasien lama yang akan mendapatkan pelayanan rawat jalan beserta rekam
medisnya.
2. Ruang pemeriksaan umum adalah unit pelayanan yang melayani pemeriksaan
kesehatan umum dewasa,anak dan balita.
3. Ruang Tindakan menangani pasien yang membutuhkan pertolongan segera
baik pasien Ruang pemeriksaan umum dan Ruang pemeriksaan gigi yang
memerlukan tindakan medik dan melakukan rujukan emergensi ke Rumah Sakit
bila diperlukan.
4. Ruang pemeriksaan gigi unit pelayanan yang melayani pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut dewasa, anak dan balita.
5. Ruang KIA adalah unit pelayanan yang melayani pemeriksaan Kesehatan ibu
hamil dan ibu masa subur
6. Ruang farmasi adalah unit pelayanan yang melayani pemberian obat dan alat
kesehatan yang diresepkan dokter dan dokter gigi serta menyediakan
perbekalan farmasi yang dibutuhkan klinik.

Monitoring
Merupakan proses pengawasan terhadap keseluruhan sistem pelayanan Klinik Padepokan
Ganesa yang menerapkan indikator mutu dan kinerja dengan cara melihat performance dan
disiplin SDM dan selalu melakukan updating standar profesi dengan latest evidence.

Evaluation
1. Evaluasi Prosedur (SOP) & Kebijakan
2. Evaluasi Alat (Equipment)
3. Evaluasi Data Indikator Pelayanan

Pada prinsipnya merupakan upaya pengolahan data dan analisa hasil monitoring yang
dilakukan Klinik Padepokan Ganesa secara berkala. Pembanding antara data yang
dikumpulkan, kemudian dibandingkan dengan standart yang ada.

1. Administrasi dan Pengelolaan


Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan klinik yang efisien
dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan keprofesian yang
universal.
1) Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang
dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam pelayanan klinik yang
ditetapkan oleh manajer operasional.
2) Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali dan diubah bila
terdapat hal :
i. Perubahan pola kepegawaian
ii. Perubahan standar pelayanan farmasi
iii. Perubahan peran klinik
iv. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3) Direktur klink beserta koordinator terlibat dalam perencanaan manajemen dan
penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.
4) Klinik Padepokan Ganesa menyelenggarakan rapat pertemuan untuk
membicarakan masalah- masalah dalam peningkatan pelayanan klinik. Hasil
pertemuan tersebut disebarluaskan, dicatat dan disimpan.
5) Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu
berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar
bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan
klinik.
6) Hasil penilaian/pencatatan terhadap staf didokumentasikan secara rahasia dan
hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.
7) Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan klinik dan dilakukan evaluasi
terhadap pelayanan klinik setiap tahun.
8) Direktur klinik harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan yang
berhubungan dengan pelayanan klinik..

2. Staf dan Pimpinan


Pelayanan klinik diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan
1) Klinik Padepokan Ganesa dipimpin oleh Dokter sebagai Manajer Operasional.
2) Pelayanan klinik diselenggarakan dan dikelola oleh Dokter yang mempunyai
pengalaman minimal satu tahun sebagai struktural pelayanan kesehatan.
3) Dokter telah terdaftar di DepKes dan mempunyai surat ijin kerja.
4) Pada pelaksanaannya Manajer Operasional dibantu koordinator.
5) Manajer Operasional bertanggung jawab terhadap aspek hukum dan peraturan-
peraturan klinik.
6) Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan manajer operasional.
7) Adanya staf klinik yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
8) Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan
pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang
dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.

3. Fasilitas dan Peralatan


Tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung administrasi,
profesionalisme dan fungsi pelayanan klinik, sehingga menjamin terselenggaranya
pelayanan klinik yang fungsional, profesional dan etis.

4. Kebijakan dan Prosedur


Semua kebijakan dan prosedur yang ada tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya
peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar
pelayanan klinik mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada pelayanan
klinik itu sendiri.
Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat bersama tim dan Manajer Operasional. Kebijakan dan
prosedur harus konsisten terhadap sistempelayanan klinik lainnya.

5. Pengembangan Staff dan Program Pendidikan


Setiap staf di klinik harus mempunyai kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya.
a) Koordinator pelayanan harus memberikan masukan kepada Manajer Operasional
dalam menyusun program pengembangan staf.
b) Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui tugas dan
tanggung jawab.
c) Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan bagi staf.
d) Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan dan
program pendidikan berkelanjutan.
e) Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang diadakan oleh
organisasi profesi, perkumpulan dan institusi terkait.

6. Evaluasi dan Pengendalian Mutu


Pelayanan klinik harus mencerminkan kualitas pelayanan klinik yang bermutu tinggi, melalui
cara pelayanan klinik yang baik.
1) Pelayanan klinik dilibatkan dalam program pengendalian mutu.
2) Mutu pelayanan klinik harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep,
kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan
mutu pelayanan.
3) Koordinator pelayanan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut :
a) Pemantauan : pengumpulan semua informasi yang penting
yang berhubungan dengan pelayanan farmasi.
b) Penilaian : penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah
pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.
c) Tindakan : bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus diambil
tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.
d) Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan dalam
program jangka panjang.
e) Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada staf.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Klinik :
a. Ruang pemeriksaan umum dimana didalamnya mencakup pelayanan
pemeriksaan fisik dan penentuan diagnosa, . Dokter yang melayani adalah
dokter umum.
b. Gawat Darurat didalamnya mencakup pelayanan pemeriksaan fisik dan
penentuan diagnosis serta tindakan emergency yang diperlukan sebelum
diputuskan dirujuk ke rumah sakit bila diperlukan. Dokter yang melayani
adalah dokter umum.
c. Ruang pemeriksaan gigi dimana didalamnya mencakup pelayanan
pemeriksaan, penentuan diagnosa dan tindakan. Dokter yang melayani
adalah dokter gigi.
d. Ruang Farmasi melayani pemberian obat dan alat kesehatan yang
diresepkan oleh dokter umum dan atau dokter gigi serta menyiapkan
kebutuhan perbekalan farmasi lainnya. Yang melayani adalah Apoteker dan
asisten apoteker.
2. Pelayanan Administrasi
a. Pendaftaran dan rekam medis : menerima pendaftaran untuk didata dan
disiapkan rekam medik yang pendistribusian ke klinik pelayanan yang di tuju,
Mendata jumlah pasien untuk tiap tiap dokter, mencatat dan menerima
pendaftaran per telepon bagi pasien yang kembali kontrol klinik yang
selanjutnya akan didaftarkan ke petugas pendaftaran. Yang melayani adalah
petugas rekam medis.
b. Kasir : menerima pembayaran pelayanan kesehatan yang diterima pasien.

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
Klinik.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat.
6. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1333/Menkes/SK/XII/1999 Standar Pelayanan Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2019
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun
2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik, Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SDM
Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di instalasi rawat jalan adalah :
1. Tenaga Medis
Tenaga medis yang ada di Klinik Padepokan Ganesa adalah tenaga medis yang
bersertifikat,dan berkompeten dibidangnya dalam arti sudah lulus dari pendidikan kedokteran
baik sebagai dokter umum maupun dokter gigi serta lulus dalam kredential yang di lakukan
oleh klinik.
2. Tenaga Perawat / Bidan
Untuk menunjang pelayanan perawatan di Klinik Padepokan Ganesa harus di dukung oleh
tenaga perawat / bidan yang memiliki ketrampilan, pendidikan dan pelatihan yang
mendukung dalam pelayanan klinik.
3. Tenaga kesehatan lain
Dalam hal ini tenaga kesehatan lain juga juga diperlukan oleh Klinik Padepokan Ganesa
untuk mendukung berjalannya pelayanan klinik, diantaranya farmasi, rekam medis dan
pekarya kesehatan yang terdidik dan terlatih.
A. DISTRIBUSI KETENAGAAN

JABATAN KUALIFIKASI JUMLAH SDM


Manajer Minimal S1 Profesi 1
Operasional Kedokteran
Dokter Umum S1 Profesi Kedokteran 3
Umum
Dokter Gigi S1 Profesi Kedoktera Gigi 3
Perawat D3 Keperawatan 2
Perawat Gigi D3 Keperawatan Gigi 2
Bidan D3 Kebidanan 2
Apoteker S1 Profesi Apoteker 1
Asisten Apoteker S1 / D3 Farmasi 1
Marketing S1 Kesehatan Masyarakat 1
Administrasi Minimal SMA atau sederajat 3
Penjaga m SMP 1
B. PENGATURAN JAGA DAN JADWAL KEGIATAN
Dalam pelayanan di Klinik Padepokan Ganesa pengaturan jaga/ shift dinas diatur
sebagai berikut :
JENIS PELAYANAN HARI WAKTU
Pelayanan Ruang Senin - Sabtu Shift pagi : 07.00 – 12.00
pemeriksaan umum Shift sore : 16.30 – 19.30
Pelayanan Ruang Senin - Sabtu Shift sore : 16.30 – 19.30
pemeriksaan gigi
Pelayanan Ruang KIA Senin - Jumat Shift sore : 16.30 – 19.30
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas yang ada di Klinik Padepokan Ganesa :

Ruang Pendaftaran dan Rekam Medis


Ruang pemeriksaan Ruang pemeriksaan umum
Ruang pemeriksaan Ruang pemeriksaan gigi
Ruang KIA
Ruang tindakan
Ruang pelayanan farmasi
Ruang sampling
Ruang ASI / laktasi
Ruang tunggu
Kamar mandi / WC
Parkir

Peralatan di tiap ruangan pelayanan :


1. Peralatan ruang pemeriksaan umum
 Stetoskop
 Termometer
 Pen light
 Palu reflek
 Otoskop
 Buku buta warna
2. Peralatan ruang tindakan :
 Set alat hecting
 Set GV
 Nebulizer
 Tabung O2
 Kotak emergency
 Alat sterilisator
3. Peralatan ruang pemeriksaan gigi :
 Dental unit
 Ligh curing
 Alat penambalan (anak dan dewasa)
 Alat pencabutan (anak dan dewasa)
 Scaller ultrasonic
 Alat perawatan saluran akar
 Alat cetak
 Kompresor
 Alat sterilisator
 Kotak emergency
 emergency

C. DOKUMEN
Setiap peralatan selalu diinventarisasi secara berkala, baik bulanan maupun harian
tergantung dari jenis peralatannya. Seluruh peralatan baik peralatan dan bahan habis pakai
di inventarisasi oleh para petugas masing-masing dan didokumentasikan ke dalam file-file
tersendiri yang diletakkan sebagian di dalam ruangan masing-masing dan sebagian di dalam
ruangan administrasi.

D. PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA


1. Pemeliharaan fasilitas dan peralatan sesuai dengan prosedur kerja yang
diterapkan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur masing-masing alat.
Hal ini untuk memastikan bahwa ruangan dan alat-alat medik di Klinik
Padepokan Ganesa selalu dalam kondisi siap pakai.
2. Dalam hal pemeliharaan peralatan yang ada, seluruh peralatan medis selalu di
cek secara berkala. Jika ada peralatan yang bermasalah maka akan dilaporkan
ke pihak maintenance medik dengan mengisi form perbaikan alat untuk
kemudian diproses sesuai dengan alur yang berlaku.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN KLINIK DOKTER UMUM.


1. Kebijakan
a. Dokter Umum melayani pasien umum dan pasien BPJS.
b. Ruang Pemeriksaan Umum beroperasi setiap hari
c. Pasien akan dilayani oleh dokter umum sesuai standar profesi yang berlaku.
d. Kebijakan rujukan sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh
Ikatan Dokter Indonesia
e. Pengkajian pasien dilakukan dan didokumentasikan di dalam rekam medik
lengkap dengan catatan waktunya
f. Pasien dilayani sesuai dengan urutan pendaftarannya.
2. Rincian Pelayanan Dokter Umum
Bidang pelayanan seorang dokter umum, tidak spesifik namun mencakup seluruh
bidang kedokteran umum secara keseluruhan meliputi konsultasi, pemeriksaan fisik,
diagnosis dan tindakan bila diperlukan. Pelayanan dokter umum juga dilengkapi
dengan ruang tindakan sehingga jika diperlukan dapat dilakukan tindakan seperti
tindakan GV, hecting dan aff hecting.

B. PELAYANAN KLINIK DOKTER GIGI


1. Kebijakan
a. Dokter Gigi melayani pasien umum dan pasien BPJS.
b. Ruang Pemeriksaan gigi beroperasi setiap hari kerja
c. Pasien akan dilayani oleh dokter gigi umum sesuai dengan standar profesi
dokter gigi yang berlaku di Indonesia
d. Pengkajian pasien dilakukan dan didokumentasikan di dalam rekam medik
lengkap dengan catatan waktunya
e. Pasien dilayani sesuai dengan urutan pendaftaran.

2. Rincian Pelayanan Dokter Gigi


Pelayanan dokter gigi berupa pelayanan konsultasi dan tindakan yang dilakukan
langsung di Ruang pemeriksaan gigi. Untuk menunjang setiap pelayanan di Ruang
pemeriksaan gigi dilengkapi dengan sebuah dental unit. Pelayanan di Ruang
pemeriksaan gigi ini didukung oleh alat-alat diagnostik serta ruang tindakan
sehingga tindakan pengobatan dapat dilakukan secara menyeluruh. Tindakan yang
dilakukan di poliRuang pemeriksaan gigi dapat berupa cabut gigi dewasa, cabut gigi
anak, tambal gigi dewasa, tambal gigi anak, perawatan saluran akar gigi,
pembersihan karang gigi (scalling), pembuatan gigi tiruan.

Semua pelayanan di Klinik Padepokan Ganesa sebagian besar adalah berupa


konsultasi dan pemeriksaan fisik, namun juga memungkinan dilakukannya tindakan-
tindakan minor yang tidak memerlukan anestesi atau hanya memerlukan anestesi
lokal sehingga dapat dikerjakan di ruang tindakan masing-masing klinik.

C. METODE PELAYANAN
a. Pendaftaran Pasien dan Rekam Medis
Metode yang dilakukan pada pendaftaran pasien menggunakan metode antrian dan untuk
rekam medis menggunakan metode pemberian nomor secara unit. Metode pemberian nomor
secara unit, pada pasien datang pertama kali untuk berobat jalan maka pasien tersebut
mendapat satu nomor rekam medis. Yang mana pada nomor tersebut akan dipakai
selamanya untuk melakukan kunjungan- kunjungan selanjutnya. Dan berkas rekam medis
tersebut akan tersimpan dalam satu berkas dengan nomor pasien berdasarkan nomor rekam
medis.
b. Metode Pengkajian.
Keputusan, rencana layanan klinis, dan pelaksanaan layanan serta rencana rujukan pasien
meliputi :
1. Anamnesis (Subyektif)
Hasil anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering disampaikan
oleh pasien atau keluarga pasien. Penelusuran riwayat penyakit yang diderita saat ini,
penyakit lainnya yang merupakan faktorresiko, riwayat keluarga, riwayat sosial, dan riwayat
alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini. Pada beberapa penyakit, bagian ini memuat
informasispesifik yang harus diperoleh dokter dari pasien atau keluarga pasien atau keluarga
pasien untuk menguatkan diagnosis penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
Sederhana (Objective).
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang spesifik,
mengarah kepada diagnosis penyakit (pathognomosis). Meskipun tidak memuat rangkaian
pemeriksaan fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap
harus dilakukan oleh dokter untuk memastikan diagnosis serta menyingkirkan diagnosis
banding.
3. Penegakan Diagnosis ( Assesment)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil pemeriksaan penunjang untuk
memastikan diagnosis atau karena telah menjadi standar logaritma penegakkan diagnosis.
Selain itu, bagian ini juga memuat klasifikasi penyakit, diagnosis banding, dan komplikasi
penyakit.
4. Rencana Penatalaksanaan Komperhensif (Plan)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada pasien (patient
centered) yang terbagi atas dua bagian yaitu penatalaksanaan non farmakologi dan
farmakologi. Selain itu, bagian ini juga berisi edukasi dan konseling terhadap pasien dan
keluarga (family focus), aspek komunitas lainnya (community oriented) serta kapan dokter
perlu merujuk pasien (kriteria rujukan). Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah
satu dari kriteria “TACC” (Time Age- Complication Comorbidity) berikut:
Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi kronis atau melewati
Golsden Time Standart.
Age : jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan meningkatkam resiko
komplikasi serta resiko kondisi penyakit lebih berat
Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi pasien.
Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang memperberat kondisi
pasien.
Selain empat kriteria diatas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar bagi dokter
untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan penatalaksanaan dengan
persetujuan pasien.

A. LANGKAH KEGIATAN
Tata laksana pelayanan dalam pelayanan klinik rawat jalan pada umumnya dikerjakan
secara team work, dilakukan sesuai pelayanan klinis dokter, asuhan keperawatan, asuhan
kebidanan, dan terdokumentasikan dengan baik.
1. Pendaftaran pasien.
Pada proses pendaftaran pasien dipandu dengan prosedur yang jelas dan dilakukan oleh
petugas pendaftaran. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan cara identifikasi,
yaitu : nama pasien, tanggal lahir, alamat dan nomor rekam medis.
Adanya informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi lain yang
dibutuhkan masyarakat yang meliputi : tarif, jenis, dan informasi tentang kerjasama dengan
fasilitas kesehatan yang lain harus dapat disediakan di tempat pendaftaran.
Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses pelayanan yang
dimulai dari pendaftaran.
Hak-hak pasien meliputi:
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku.
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
d. Memperoleh layanan yang efektif dan efisein sehingga terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
e. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
f. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP).
g. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya.
h. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnose dan tata cara tindakan
medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan/tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya.
i. Memberi persetujuan atau menolak sebagian atau seluruh tindakan yang
akan diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut
secara lengkap dengan pengecualian yang diatur dalam ketentuan undang-
undang.
j. Didampingi keluarganya atau penasehatnya dalam keadaan kritis.
k. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama berobat di klinik
l. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan klinik terhadap dirinya

Kewajiban pasien meliputi:


a. Mentaati segala peraturan dan tata tertib di klinik.

b. Mematuhi segala instruksi Dokter dan tenaga paramedis (perawat dan


bidan) dalam pengobatannya.
c. Memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit
yang diderita kepada dokter yang merawat.
d. Mematuhi hal-hal yang telah disepakati/diperjanjikan.
e. Melakukan identifikasi kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghalang
lain dan ditindak lanjuti.
2. Pengkajian, keputusan dan rencana layanan.
Pengkajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga yang kompeten
melakukan pengkajian. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian
kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan
dan diidentifikasi serta dicatat dalam rekam medis
dengan langkah SOAP. Proses kajian tersebut mengacu pada standar profesi masing-
masing profesi. Dimana proses pelaksanaan pelayanan klinis ini harus didukung oleh
peralatan dan tempat yang memadai dan menjamin keamanan bagi petugas dan
pasien. Untuk tiap pasien rencana layanan yang disusun dikelola dengan rencana
layanan terpadu dan berkesinambungan dan melibatkan pasien serta
mempertimbangkan tata nilai budaya pasien. Pemberian infomasi mengenai efek
samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan diberitahukan kepada
pasien begitu juga hal-hal yang memuat pendidikan. Dan penyuluhan pasien
dilakukan dalam rencana layanan klinis. Semua hal yang dilakukan selama pengkajian
dicatat di rekam medis.
Pada pasien dengan kondisi gawat datau darurat harus diprioritaskan dalam
pelayanan berdasarkan SOP triase/pedoman triase. Adanya pembentukan tim
kesehatan antar profesi diperlukan bila dilakukan pelayanan klinis secara tim.
Pendelegasian wewenang pada layanan klinis diperlukan agar terjaga
kesinambungan pelayanan dan pelayanan terjaga dan tertata dengan baik sehinggga
penanganan pasien dapat dilakukan dengan baik. Namun dalam pelaksanaan
pendelegasian wewenang baik dalam kajian maupun keputusan layanan harus
dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang dan pendelegasian wewenang
diberikan kepada tenaga kesehatan profesional yang memenuhi
persyaratan dimana diatur dalam SOP pendelegasian wewenang.

Pelaksanaan layanan.
Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis
(pelayanan medis, keperawatan, kebidanan dan pelayanan profesi kesehatan yang
lain) sesuai dengan rencana layanan dan perkembangan serta perubahan rencana
layanan tercatat dalam rekam medis oleh tenaga medis/paramedic dan profesi
kesehatan lainnya. Pelaksanaan layanan ini dilaksanakan secara tepat dan terencana
untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu. Dalam pelaksanaan layanan klinis
ini, pasien dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.
Bila dalam pelaksanaan layanan dilakukan tindakan medis/pengobatan yang
beresiko (anestesi, pembedahan dan tindakan lainnya) maka dilakukan pemberian
informasi kepada pasien dan adanya persetujuan pasien (pasien mengisi from
informed consent) serta didokumentasikan pada rekam medis. Pasien berhak untuk
menolak pengobatan, berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain.

Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, maka pasien diberikan informasi
tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung
jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut. Kasus-kasus gawat darurat
harus diperioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan pasien gawat
darurat dan kasus-kasus beresiko tinggi harusditangani sesuai dengan prosedur
pelayanan kasus beresiko tinggi. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal
terhadap terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur
pencengahan (kewaspadaan universal). Pemberian obatharus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat yang baku dan mengikuti prosedur aseptic. Untuk pelayanan
anestesi local dan pembedahan harus dipandu dengan SOP anestesi dan
pembedahan serta dilaksanakan oleh petugas yang kompeten. Status pasien wajib
dimonitor setelah pemberian anestesi dan pembedahan.
Dalam pelaksanaan pelayanan ini tenaga medis/paramedis/tenaga kesehatan lainnya
harus memperhatikan hak dan kewajiban pasien serta mengidentifikasi keluhan
pasien dan tindak lanjutnya.
Rencana rujukan.
Dokter yang menangani bertanggungjawab untuk melaksanakan proses
rujukan.Adanya umpan balik dari fasilitas rujukan, maka dokter yang menangani wajib
menindaklanjuti. Pada rujukan pasien ditulis resume klinis. Resume klinis meliputi:
nama pasien, kondisi klinis, prosedur/tindakan dan terapi yang telah dilakukan, dan
kebutuhan akan tindak lanjut dan diberi informasi pilihan tempat rujukan pasien untuk
pasien umum atau BPJS (berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk tempat rujukan
BPJS).
Kriteria merujuk pasien meliputi:
1) Dari hasil pemeriksaan, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat
diatasi di klinik
2) Dari hasil pemeriksaan fisik dengan hasil pemeriksaan penunjang medis di
klinik ternyata tidak mampu diatasi
3) Pasien memerlukan pelayanan medis spesialis/subspesialis di Rumah Sakit
berdasarkan keadaaan penyakit yang diderita pasien
4) Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang
tidaktersedia di fasilitas pelayanan klinik
5) Apabila telah diobati berulang kali di klinik ternyata pasien memerlukan
pemeriksaan dan pengobatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
6) Pada saat merujuk, pasien/ keluarga pasien diberi informasi tentang tindak
lanjut layanan
BAB V
LOGISTIK

A. PENGERTIAN
Manajemen klinik dan pelayanan lain yang terlibat dalam penggunaan asesmen pasien
merupakan penyelenggaraan pengurusan bahan habis pakai dan formulir-formulir
pendukung terhadap kebutuhan asesmen pasien dan barang untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan di rumah sakit secara teratur dalam kurun waktu tertentu secara cermat dan tepat
dengan biaya seefisien mungkin.

B. TUJUAN
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang
tepat dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan.
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional di atas tercapai, dengan biaya
yang rendah.
3. Tujuan keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak
sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akuntansi.

C. SYARAT MANAJEMEN LOGISTIK


1. Sirkulasi pengeluaran bahan atau barang berdasar metode FIFO (First In First
Out).
2. Fasilitas penyimpanan terstandar (bersih dan suhu sesuai).
3. Stok bahan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu
4. Menjaga kualitas bahan tetap terjamin.
5. Adanya sistem pencatatan.

D. KEGIATAN LOGISTIK DI KLINIK.


Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan pelayanan klinis berdasarkan permintaan
tiap unit pelayanan. Pemesanan bahan/barang bahan habis pakai secara periodik dan sesuai
dengan kebutuhan ruangan masing-masing Kebutuhan logistik peralatan kantor berupa :
form pengkajian awal form
informed consent,form rujukan BPJS, form rujukan umum, kertas resep, permintaan
laboratorium, form rujukan klinik konsultasi form surat keterangan sakit, ballpoint, kertas A4
dan F4, cartridge print, tintastempel, buku register, buku register rujukan, dan buku tindakan,
map, type x, peralatan untuk kebersihan, serta sabun handwash (handscrub) , bayclin,
plastik,dan lain-lain. Untuk kebutuhan logistik bahan habis pakai medis unit layanan meminta
kebutuhantersebut sesuai dengan keperluan kepada unit layanan farmasi (unit obat). Logistik
bahan habis pakai medis di unit layanan klinis berupa kasa kotak steril, kasa gulung,
jarum ,spuit 3/5/10 cc, benang, povidone iodine (Betadine), plester, NaCl 0,9%, infus set,
obat-obat emergency, dll.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah sistem yang dijalankan klinik untuk memberikan jaminan
keselamatan paien sehingga kepercayaan pasien terhadap pelayan klinik meningkat.
Keselamatan pasien termasuk asesmen resiko pasien. Pelaporan setiap kali terjadi insident
dianalisis dan ditindak lanjuti dengan implementasi yang dapat berulangnya kembali insident
tersebut sehingga dapat meminimalkan resiko terhadap pasien

B. TUJUAN
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh tindakan
pelayanan yang tidak seharusnya atau seharusnya dikerjakan tidak dilaksanakan Selain itu
agar tercipta budaya keselamatan pasien,

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN SECARA UMUM


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan
pasien klinik. Adapun tujuh langkah tersebut adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang
kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan pengkajian hal
potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada manajemen.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
1. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

D. PENGERTIAN 6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN


1. Ketepatan Identifikasi Pasien
a. Identifikasi pasien (Patient Identification) adalah prosedur pencatatan
identitas diri pasien yang masuk ke Klinik Padepokan Ganesa.
b. Identifikasi pasien dewasa adalah pencatatan identifikasi diri pasien yang
memuat minimal : nama pasien, nomor rekam medis atau tanggal lahir
2. Peningkatan Komunikasi Efektif Antar Perawat Dan Tenaga Kesehatan Lainnya
Komunikasi verbal antar perawat dan staf yang terkait lainnya, yang mampu mengurangi
kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien selama dalam perawatan di rumah sakit
melalui pemberian informasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh
penerima pesan
3. Peningkatan Keamanan Obat Dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert
Medication)
Obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang secara signifikasi berisiko
membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan yang kurang tepat.
4. Kepastian Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
Klinik harus mempunyai metodologi identifikasi dan verifikasi pemberian tanda pada lokasi
tindakan (Site Marking) berdasarkan diagnosis dan tepat pasien.
5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Hand Hygiene)
a. Cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari
permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.
b. Cuci tangan antiseptik/prosedural adalah proses menghilangkan/ mematikan
mikroorganisme transient.
c. Cuci tangan bedah adalah proses menghilangkan/mematikan
mikroorganisme transient dan mengurangi flora resident.
6. Pengurangan Risiko Pasien Cedera Akibat Jatuh
Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai atau ke tempat
lainnya yang lebih rendah pada saat istiharat maupun pada saat terbangun yang disebabkan
oleh berbagai kondisi penyakit stroke, epilepsi, kejang, penyakit kronis lainnya atau karena
terlalu banyak aktifitas atau akibat kelalaian perawat, pemberian obat-obatan diuretik,
laksatik, sedatif, psikotropik dan obat anti depresan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. KESELAMATAN KERJA
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Klinik adalah
tempat kerja yang termasuk dalam kategori tersebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja. Program kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan
melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar klinik.
Dalam undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 (dua) disebutkan bahwa “setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal
ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dan perlindungan terhadap klinik. Pegawai adalah bagian integral dari
rumah sakit.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit adalah:
1. Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimaksudkan untuk
menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara tepat dan
efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan.
2. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
3. Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
a. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
b. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
c. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin.
d. Tidak tersedia alat-alat pengaman.
e. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.
4. Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja dan petugas kesehatan
a. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika
terpajan.
b. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
c. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum
dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
5. Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan.
a. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk
kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak, droplet atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
b. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
a. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di
instalasi perawatan intensif, ruang rawat anak, ruang bayi Semua petugas
harus menggunakan apron, penutup kepala dan pelindung kaki
(sandal/sepatu boot), sebelum masuk ruangan yang berpenyakit menular.
Termasuk harus harus mengenakan APD tersebut hal ini bertujuan untuk
mengurangi kontaminasi atau penularan
6. Prinsip keselamatan kerja karyawan dalam proses penyelenggaraan pelayanan
pasien
a. Pengendalian teknis mencakup
1) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi
syarat yang telah ditentukan.
2) Perlengkapan alat kesehatan yang cukup disertai tempat
penyimpanan yang praktis.
3) Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
4) Tersedianya ruang istirahat untuk karyawan.
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan.
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
karyawan.
d. Volume kerja yang dibebankan disesuaikan dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas instalasi
pemeliharaan sarana sesuai jadwal.
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi karyawan.
g. Adanya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama
yang cukup.
7. Prosedur keselamatan kerja
a. Keamanan kerja di ruang ini meliputi :
1) Menggunakan alat pembuka peti/bungkus menurut cara yang tepat.
2) Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.
3) Tidak diperkenankan merokok di ruang perawatan
4) Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan.
5) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
6) Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang.
7) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang perawatan

B. KESELAMATAN KERJA DI KLINIK


Klinik harus memiliki pemahaman akan pentingnya keamanan kerja di klinik. Hal ini mutlak
perlu diperhatikan karena mempunyai dampak kesehatan langsung bagi petugas dan
dampak tidak langsung terhadap masyarakat/lingkungan disekitar klinik. Oleh karena itu
pentingnya mengurangi bahaya yang terjadi,klinik harus mempunyai sarana keamanan kerja
yang sesuai dengan standar DepKes RI.

C. RUANGAN DI UNIT PELAYANAN


1. Seluruh ruangan dalam klinik mudah dibersihkan
2. Perabot yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat
3. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan
4. Penerangan klinik sudah cukup memenuhi standart
5. Permukaan dinding, langit-langit dan lantai harus rata agar mudah dibersihkan,
tidak tembus cairan serta tahan terhadap desifektan.
6. Tersedianya desinfektan di setiap pintu keluar untuk kebersihan tangan
7. Tempat sampah dipisahkan antara sampah medis dan non medis (sampah
medis kantong warna kuning dan sampeh non medis kantong warna hitam)
8. Koridor, gang dan lantai
a. Lantai klinik harus bersih, kering dan tidak licin
b. Koridor dan gang harus bebas dari halangan
c. Penerangan dikoridor dan gang cukup
9. Sistem Ventilasi
a. Ventilasi klinik harus cukup
b. Udara klinik dibuat mengalir searah
10. Fasilitas Air dan Listrik
a. Tersedianya aliran listrik dan generator dengan kapasitas yang memadai
b. Tersedianya fasilitas air PAM dengan kualitas air yang memadai sesuai
dengan kebutuhan klinik
c. Pemesanan bahan/barang bahan habis pakai secara periodik dan sesuai
dengan kebutuhan ruangan masing-masing.

D. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan kegiatan klinik diperlukan dalam perencanaan, pemantauan
dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan klinik.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. BENTUK-BENTUK PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


Pencatatan dan pelaporan
1. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Barang /alat habis pakai atau alat
kesehatan
a. Bon pemesanan barang/alat habis pakai
b. Pencatatan pemesanan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan diterima
oleh bagian umum untuk di verifikasi dan diserahkan ke bagian pengadaan.
c. Pencatatan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan yang belum
terealisasi
2. Pencatatan dan Pelaporan Tentang pelayanan pasien
a. Dokumen rekam medis pasien.
b. Buku laporan kegiatan harian.
3. Pencatatan dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan di pelayanan
a. Membuat inventaris peralatan di unit pelayanan
b. Dilaporkan kepada atasan langsung
4. Langkah-langkah Dalam Proses Pengendalian Empat langkah dasar yang harus
dilakukan:
a. Membuat standar untuk pelaksanaan yaitu:
1) Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan serta
jasa yang harus ditentukan atau dibuat patokan (tolok ukur).
2) Standar kuantitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang
diwujudkan dalam ukuran bentuk.
3) Standar biaya adalah harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang
digunakan untuk mengukur biaya lain.
4) Standar prosedur adalah sebagai cara yang benar untuk kegiatan sehari-
hari dalam proses penyelenggaraan pelayanan.
b. Melatih tenaga paramedis untuk memahami dan melaksanakan standar-
standar yang telah ditetapkan.
c. Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang dilakukan
kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar- benar
dilakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya.
d. Menetapkan tindakan perbaikan/koreksi untuk mengatasi penyimpangan
dengan melaksanakan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan data
kegiatan terdahulu.

B. SISTEM PENGENDALIAN EFEKTIF


Sistem pengendalian efektif meliputi:
1. Terkoordinasi dengan arus kerja, dan dapat memberikan informasi langsung
kepada atasan langsung.
2. Terfokus pada titik strategis, sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh
orang-orang yang dikendalikan.
3. Objektif dan menyeluruh, sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-
orang yang dikendalikan.
4. Fleksibel. Sistem harus dibuat mudah, sehingga mudah diterapkan.
5. Secara ekonomi realistis, untung rugi pengendalian harus diperhitungkan secara
realistis.
6. Secara organisasi harus realistis, jika sistem tidak realistis (standar yang
ditetapkan terlalu tinggi), maka bawahan cenderung membuat laporan bias.
7. Akurat/tepat yaitu informasi yang dihasilkan oleh sistem harus benar.
8. Tepat waktu, informasi harus didapatkan dalam suatu waktu tertentu, sehingga
dapat dilakukan koreksi bila diperlukan.
9. Sistem harus dapat diterima oleh semua pegawai.

C. EVALUASI
Pada prinsipnya merupakan upaya pengolahan data hasil monitoring yang dilakukan
manajemen klinik secara berkala.
1. Evaluasi Data Indikator Klinis Dan Manajemen
Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk grafik, kemudian dibandingkan
dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Data dibuat trend dan dilakukan analisa setiap 3
bulan sekali. Data dibandingkan dengan standar atau nilai yang diharapkan dari setiap
indikator / parameter yang diukur. Analisa dilakukan untuk mencari penyebab dari
penyimpangan yang ditemukan dari proses pengumpulan data.
2. Evaluasi kinerja SDM
Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, analisa juga dilakukan terhadap data
subyektif hasil pengawasan (Observasi) pelaksanaan POS di lapangan. Adapun proses-
proses yang esensial untuk dilakukan pengawasan di lapangan oleh Koordinator Pelayanan :
a. Proses pendaftaran pasien
b. Proses pembayaran / penyelesaian administrasi
c. Kelengkapan pengisian rekam medik
d. Aktivitas pencegahan dan pengendalian infeksi
3. Evaluasi Insiden Report
Setiap insiden, terutama yang berhubungan dengan pelayanan pasien, baik yang terkait
dengan profesi medik maupun keperawatan, kepuasan pelanggan, maupun keselamatan
pasien/staf dikumpulkan dan dicatat kemudian dilakukan analisa insiden. Untuk kejadian
atau insidenkeselamatan baik pasien, pengunjung maupun staf, akan dilakukan grading oleh
tim K3. Bila grading biru atau hijau, maka analisis dilakukan oleh Koordinator Pelayanan
dengan cara investigasi sederhana. Hasil analisis tersebut berbuah pada kesimpulan /
rekomendasi.
1. Analisis Prospektif
Apabila klinik memiliki suatu program baru atau rencana perubahan alur proses, maka dapat
dilakukan analisis prospektif untuk alur proses yang akan dibuat / diterapkan.
2. Continuous Improvement
Merupakan tindak lanjut perumusan upaya-upaya perbaikan dari hasil analisis. Tujuannya
adalah menyusun rencana atau program kerja dengan tujuan untuk memperbaiki
performance / mutu yang diperoleh dari proses monitoring.
Continuous improvement dapat berupa:
a. Penyusunan program atau rencana kerja baru.
b. Revisi prosedur dan kebijakan, maupun penyusunan prosedur / kebijakan
baru.
c. Penambahan tenaga baik kuantitas (rekruitment) maupun kualitas (training).
d. Penambahan / penggantian medical equipment maupun equipment lain
e. Perubahan Lay Out ruangan
BAB IX PENUTUP

Buku Pedoman Pelayanan Klinik ini di susun dalam rangka memberikan acuan bagi Klinik
Padepokan Ganesa dalam menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, aman, efektif dan
efesien dengan mengutamakan keselamatan pasien.
Buku ini mempunyai peranan yang penting sebagai pedoman, sehingga bermutu pelayanan
yang di berikan kepada pasien terus meningkat.
Penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Klinik ini adalah suatu langkah awal kesuatu proses
yang panjang, sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagi pihak dalam
penerapannya untuk mencapai tujuan.
Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Klinik Padepokan Ganesa ini diharapkan :
1. Dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak yang terkait
2. Diharapkan dengan dukungan, kerjasama dan partisipasi dari semua pihak yang
terkait, pedoman ini dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan demi
terwujudnya peningkatan mutu pelayanan Klinik Padepokan Ganesa sesuai dengan
visi dan misi serta untuk mewujudkan program peningkatan mutu Klinik Padepokan
Ganesa.
:
a. .
klini

Anda mungkin juga menyukai