SOSIALISASI PMKP
KLINIK PRATAMA
BUDI BHAKTI
Dokter Penanggung Jawab : Dr. Anniza komalasari
Jl. Raya Plered No. 101 A Plered – Purwakarta Kode Pos 41162
Telp : (0264) 270320 Email : Budibhakti101a@gmail.com
KEPUTUSAN
PENANGGUNG JAWAB KLINIK BUDI BHAKTI
NOMOR : 013/SK/BB/III/2023
TENTANG
Menetapkan
Kesatu : Menetapkan pembentukan dan penetapan Tim
Mutu sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Penanggung jawab Klinik.
Kedua : Pembentukan dan penetapan Tim Mutu
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu
menjadi acuan bagi Klinik dalam melakukan
kegiatan tata kelola manajemen fasilitas dan
keselamatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Ketiga : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak
tanggal ditetapkan, dan apabila ternyata
terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan perubahan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Purwakarta
Pada Tanggal : 22 Maret 2023
PENANGGUNG JAWAB
KLINIK BUDI BHAKTI
Penanggung Jawab
Klinik
Penanggung Jawab
Mutu
4. Koordinator K3
a. Menyusun program K3 bagi Pegawai Klinik.
b. Melaksanakan program K3 di Klinik.
c. merencanakan ketersediaan sarana dan prasarana, alat dan bahan
untuk memenuhi program K3
d. merencanakan peningkatan kapasitas dan melaksanakan sosialisasi
terkait program K3 Kepada seluruh karyawan.
e. melakukan konseling dan tindak lanjut terhadap pegawai klinik yang
terpapar penyakit infeksi, kekerasan atau cidera akibat kerja.
f. melakukan analisis, evaluasi dan pelaporan program K3 kepada
penanggung jawab mutu.
5. Koordinator PPI
a. Menyusun, merencanakan dan mengevaluasi program kerja PPI
b. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI
c. Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan PPI
d. 4.Bekerjasama dengan tim PPI dalam melakukan investigasi masalah
atau KLB HAIs (
e. Healthcare Assosiated Infection)
f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan puskesmas dan
pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI
h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan kesehatan, cara pemrosesan
alat, penyimpanan alat dan linen yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan.
i. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan SDM puskesmas dalam PPI
j. Bertanggung jawab terhadap koordinasi dengan bagian unit kerja terkait
k. Berkoordinasi dengan unit terkait PPI
l. Memimpin pertemuan rutin setiap bulan dengan anggota PPI untuk
membahas dan menginformasikan hal– hal penting yang berkaitan
dengan PPI
m. Meningkatkan pengetahuan anggota, membuat dan memperbaiki cara
kerja dan pedoman kerja yang aman dan efektif
Ditetapkan di : Purwakarta
Pada Tanggal : 22 Maret 2023
PENANGGUNG JAWAB
KLINIK BUDI BHAKTI
KEPUTUSAN
PENANGGUNG JAWAB KLINIK BUDI BHAKTI
NOMOR : 007/SK/BB/III/2023
TENTANG
MEMUTUSKAN
KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK
BUDI BHAKTI TENTANG KESELAMATAN PASIEN
.
Menetapkan
Kesatu : Menetapkan kebijakan Mutu dan keselamatan
pasien sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Kepala Klinik.
Kedua : Pembentukan dan penetapan Mutu dan
keselamatan pasien sebagaimana dimaksud
dalam Diktum Kesatu menjadi acuan bagi Klinik
dalam melakukan kegiatan tata kelola manajemen
fasilitas dan keselamatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketiga : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan, dan apabila ternyata terdapat
kekeliruan dalam surat keputusan ini akan
diadakan perbaikan perubahan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Purwakarta
Pada Tanggal : 09 Maret 2023
PENANGGUNG JAWAB
KLINIK BUDI BHAKTI
PENDAHULUAN
Klinik Budi bhakti adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan pelayanan medis dasar. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2014 pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan di klinik bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang Memiliki perilaku sehat yang meliputi
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, Mampu
menjangkau pelayanan kesehatan bermutu, Hidup dalam lingkungan
sehat, Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di klinik
sebagaimana dimaksud tersebut mendukung terwujudnya
masyarakat sehat.Hal ini sesuai dengan tujuan pendirian Klinik Budi
Bhakti.
A. Visi
Menjadi klinik pratama pilihan utama masyarakat di kabupaten
Purwakarta untuk membantu upaya pemerintah dalam peningkatan
mutu kesehatan di Indonesia.
B. Misi
1. Memiliki jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat di
wilayah kabupaten Purwakarta.
2. Memiliki alat dan sarana dalam menyelenggarakan layanan
kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat umum.
3. Tenaga Kesehatan yang kompeten , Melakukan upaya peran serta
masyarakat untuk mandiri di bidang kesehatan.
4. Sistem manajemen pelayanan yang berorientasi pada pasien,
keselamatan pasien, tepat waktu, efisien, transparan, efektif,
akuntabel, adil, terintegrasi.
5. Memberikan pelayanan sesuai tata nilai yang dianut sepenuh hati.
Motto :
“Peduli Dan Melayani Dengan Hati”
C. Tata Nilai Insani
D. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di klinik Budi bhakti
B. TUJUAN KHUSUS
1. Meningkatkan mutu layanan klinis
2. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat
3. meningkatkan mutu administrasi dan manajemen
4. meningkatkan pemenuhan keselamatan pasien
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Surat keputusan ini yang dimaksud dengan :
Pasal 2
Pengaturan Keselamatan Pasien bertujuan untuk meningkatkan
mutu pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan
manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan
oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
BAB II
TIM MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Pasal 3
1. Kedudukan Tim Mutu dan Keselamatan Pasien dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan tanggung jawab
langsung kepada Penanggung Jawab Klinik.
2. Ketua Tim Mutu dan Keselamatan Pasien mempunyai tugas pokok
dan fungsi sebagai berikut :
a. Memberikan pertimbangan kepada Penanggung Jawab Klinik
dalam hal peningkatan mutu dan keselamatan pasien dan
mengkoordinasikan kegiatan peningkatan mutu, manajemen
risiko dan keselamatan pasien serta akreditasi/ sertifikasi.
b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Tim
Mutu dan Keselamatan Pasien menyelenggarakan fungsi:
1) Pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan
Klinik;
2) Pelaksanaan manajemen risiko dan keselamatan pasien.
3. Ketua Tim Mutu dan Keselamatan Pasien mempunyai uraian
tugas sebagai berikut :
a. Memberikan pertimbangan kepada Penanggung Jawab Klinik
dalam hal peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
b. Membuat rancangan kebijakan dan standar prosedur
operasional peningkatan mutu dan keselamatan pasien Klinik.
c. Menyusun pedoman peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
d. Menyusun program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
e. Menyusun program manajemen risiko.
f. Melaksanakan sosialisasi kebijakan, panduan, program dan
standar prosedur operasional peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
g. Berpartisipasi dalam proses pemilihan indikator mutu klinik
yang dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Klinik.
h. Melakukan koordinasi dan integrasi kegiatan pengukuran
indikator mutu di Klinik.
i. Melakukan koordinasi dalam sistem pelaporan kejadian
keselamatan pasien dan pengukuran budaya keselamatan
pasien untuk memfasilitasi solusi dan perbaikan yang
terintegrasi.
j. Melakukan bimbingan/pembinaan dan koordinasi dengan unit
kerjadalam hal peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
k. Memonitor, mengevaluasi, dan membuat laporan pelaksanaan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
l. Melaksanakan diseminasi informasi mengenai mutu dan
keselamatan pasien, bekerjasama dengan unit kerja terkait.
m. Mengkoordinir rapat koordinasi dengan unit kerja terkait.
n. Menyusun kebutuhan pelatihan-pelatihan yang terkait dengan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
o. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam hal
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
4. Sekretaris Tim Mutu dan Keselamatan Pasien mempunyai uraian
tugas sebagai berikut :
a. Merekapitulasi seluruh kegiatan Tim Mutu danKeselamatan
Pasien
b. Memfasilitasi seluruh kegiatan Tim Mutu dan Keselamatan
Pasien
c. Membuat perencanaan anggaran kegiatan, membuat
perencanaan pemakaian ATK dan Membuat daftar inventaris
barang setiap tahun
d. Menerima, menginventarisir dan menginformasikan surat
masuk kepada Ketua Tim Mutu dan Keselamatan Pasien.
e. Menganalisis data-data TMKP bersama ketua dan
anggotaTimTMKP.
f. Mendokumentasikan hasil pencapaian indikator area klinis,
manajerial dan indikator sasaran keselamatan pasien.
g. Bekerjasama dengan Ketua Tim TMKP menyusun pedoman,
program dan kebijakan mutu dan keselamatan pasien.
h. Menjadi notulen di setiap kegiatan pertemuan Tim TMKP.
i. Membantu berkoordinasi dalam kegiatan internal dan
eksternal Tim TMKP.
j. Mengerjakan tugas –tugas administratif dan kesekretariatan
lainnya.
5. Mutu administrasi dan manajemen :
a. Bertanggung jawab atas terlaksananya penilaian kinerja
manajemen.
b. Bertanggung jawab atas terlaksananya rapat tinjauan
manajemen.
c. Bertanggung jawab atas kaji banding dengan klinik lain.
d. Bertanggung jawab atas penilaian kinerja perjanjian kerjasama
dengan pihak lain.
6. Mutu upaya kesehatan perorangan :
a. Bertanggung jawab untuk penetapan area prioritas
berdasarkan data dan informasi baik dari hasil monitoring dan
indikator, maupun keluhan pasien/keluarga/staff dengan
mempertimbangkan ke kritisan resiko tinggi dan
kecenderungan terjadinya masalah.
b. Memastikan salah satu area prioritas adalah sasaran
keselamatan pasien
c. Bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan pengukuran dan
pengendalian mutu dan keselamatan pasien yang terkoordinasi
dari semua unit kerja pelayanan.
d. Bertanggung jawab atas pengukuran mutu keselamatan pasien
dilakukan dengan pemilihan indikator, pengumpulan data,
untuk kemudian dianalisa dan ditindaklanjuti dalam upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
e. Bertanggung jawab atas upaya-upaya perbaikan mutu dan
keselamatan pasien melalui standarisasi,perancangan
sistem,rancang ulang sistem,untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
f. Bertanggung jawab atas penerapan manajemen resiko pada
pelayanan klinis dan manajemen resiko untuk mencegah
terjadinya kesalahan sentinel, kejadian tidak diharapkan,
kejadian nyaris cidera, dan kejadian potensial cidera.
g. Bertanggung jawab atas penerapan program dan kegiatan-
kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan
pasien, termasuk didalamnya program peningkatan mutu
laboratorium dan program peningkatan mutu layanan obat.
h. Bertanggung jawab atas penerapan program pelatihan yang
terkait dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasein.
i. Bertanggung jawab atas penerapan rencana pertemuan
sosialisasi dan koordinasi untuk menyampaikan
permasalahan,tindak lanjut, dan kemajuan tindak lanjut yang
dilakukan.
j. Bertanggung jawab atas penerapan rencana monitoring dan
evaluasi program mutu dan keselamatan pasien.
Penanggung Jawab
Klinik
Penanggung Jawab
Mutu
4. Koordinator K3
a. Menyusun program K3 bagi Pegawai Klinik.
b. Melaksanakan program K3 di Klinik.
c. merencanakan ketersediaan sarana dan prasarana, alat dan
bahan untuk memenuhi program K3
d. merencanakan peningkatan kapasitas dan melaksanakan
sosialisasi terkait program K3 Kepada seluruh karyawan.
e. melakukan konseling dan tindak lanjut terhadap pegawai klinik
yang terpapar penyakit infeksi, kekerasan atau cidera akibat kerja.
f. melakukan analisis, evaluasi dan pelaporan program K3 kepada
penanggung jawab mutu.
5. Koordinator PPI
BAB III
PENYELENGGARAAN KESELAMATAN PASIEN
Bagian Kesatu
Standar, Tujuh Langkah Menuju, dan Sasaran Keselamatan
Pasien
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Bagian Kedua
Paragraf 1
Insiden
Umum
Pasal 13
1 Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:
a. Kondisi Potensial Cedera (KPC);
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC);
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC); dan
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
2 Kondisi Potensial Cedera (KPC) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a merupakan kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
3 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien.
4 Kejadian Tidak Cedera (KTC) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c merupakan insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera.
5 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d merupakan Insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien.
Paragraf 2
Penanganan Insiden
Pasal 14
1 Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan
penanganan Insiden sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.
2 Selain penanganan Insiden sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan penanganan
kejadian sentinel.
3 Kejadian sentinel sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan suatu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang
mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat
yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk
mempetahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang
tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien.
4 Kejadian sentinel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
disebabkan oleh hal lain selain Insiden.
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 20
Setiap dokumen pelaporan dan analisis Insiden sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 19 tidak diperuntukkan
sebagai alat bukti hukum dalam proses peradilan.
BAB IV
PENANGANAN KEJADIAN SENTINEL YANG BERDAMPAK
LUAS/NASIONAL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
Kriteria:
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan.
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya insiden.
Standar:
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
Karena itu, di fasilitas pelayanan kesehatan harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan
tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan fasilitas pelayanan
kesehatan.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Standar:
Fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam
kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan
antar unit pelayanan.
Kriteria:
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari fasilitas
pelayanan kesehatan.
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat
berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan
komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan
keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman
dan efektif.
Standar:
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.
Kriteria:
4.1. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan proses
perancangan (desain) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan
fasilitas pelayanan kesehatan, kebutuhan pasien, petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-
faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien”.
4.2. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan
pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan: pelaporan
insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan,
keuangan.
4.3. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan evaluasi
intensif terkait dengan semua insiden, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menggunakan semua
data dan informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem
yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan
menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat
secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah
mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang
diberikan melalui telpon, bila diperbolehkan peraturan perundangan.
Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan
kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon
unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera
/cito. Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan
suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk perintah lisan dan melalui
telepon termasuk: menuliskan (atau memasukkan ke komputer)
perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima
informasi; penerima membacakan kembali (read back) perintah atau
hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah
dituliskan dan dibacakan ulang dengan akurat.untuk obat-obat yang
termasuk obat NORUM/LASA dilakukan eja ulang. Kebijakan dan/atau
prosedur mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses
pembacaan kembali (read back) tidak memungkinkan seperti di kamar
operasi dan dalam situasi gawat darurat/emergensi di IGD.
TUJUH LANGKAH
MENUJU KESELAMATAN PASIEN
Sangat penting bagi klinik untuk dapat menilai kemajuan yang telah
dicapai dalam memberikan asuhan yang lebih aman. Dengan tujuh
langkah menuju keselamatan pasien klinik dapat memperbaiki
keselamatan pasien, melalui perencanaan kegiatan dan pengukuran
kinerjanya. Melaksanakan tujuh langkah ini akan membantu
memastikan bahwa asuhan yang diberikan seaman mungkin, dan jika
terjadi sesuatu hal yang tidak benar bisa segera diambil tindakan yang
tepat. Tujuh langkah ini juga bisa membantu Fasilitas pelayanan
Kesehatan mencapai sasaran-sasarannya untuk Tata Kelola Klinik,
Manajemen Risiko, dan Pengendalian Mutu.
Untuk klinik :
a. Pelajari kembali struktur dan proses untuk pengelolaan risiko klinis
dan non klinis, dan pastikan hal ini sudah terintegrasi dengan
keselamatan pasien dan staf komplain dan risiko keuangan serta
lingkungan.
b. Kembangkan indikor-indikator kinerja untuk sistem manajemen
risiko anda sehingga dapat di monitor oleh pimpinan.
c. Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan asesmen risiko untuk perbaikan pelayanan pasien secara
pro-aktif.
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Giatkan forum-forum diskusi tentang isu-isu manajemen risiko dan
keselamatan pasien, berikan feedback kepada manajemen.
b. Lakukan asesmen risiko pasien secara individual sebelum dilakukan
tindakan
c. Lakukan proses asesmen risiko secara reguler untuk tiap jenis risiko
dan lakukan tindaka-tindakan yang tepat untuk meminimalisasinya.
d. Pastikan asesmen risiko yang ada di unit anda masuk ke dalam
proses asesmen risiko di tingkat organisasi dan risk register.
Jika terjadi insiden keselamatan pasien, isu yang penting bukan siapa
yang harus disalahkan tetapi bagaimana dan mengapa insiden itu
terjadi.
Salah satu hal yang terpenting yang harus kita pertanyakan adalah apa
yang sesungguhnya terjadi dengan sistem kita ini.
staf didorong untuk menggunakan analisa akar masalah guna
pembelajaran tentang bagaimana dan mengapa terjadi insiden.
Untuk klinik :
a. Yakinkan staf yang sudah terlatih melakukan investigasi insiden
secara tepat sehingga bisa mengidentifikasi akar masalahnya.
b. Kembangkan kebijakan yang mencakup kriteria kapan fasilitas
pelayanan kesehatan harus melakukan Root Cause Analysis (RCA).
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Lakukan pembelajaran di dalam lingkup unit anda dari analisa
insiden keselamatan pasien.
b. Identifikasi unit lain yang kemungkinan terkena dampak dan
berbagilah proses pembelajaran anda secara luas.
Untuk klinik :
a. Gunakan informasi yang berasal dari sistem pelaporan insiden,
asesmen risiko, investigasi insiden, audit dan analisa untuk menetapkan
solusi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Hal ini mencakup redesigning
system dan proses, penyelarasan pelatihan staf dan praktek klinik.
b. Lakukan asesmen tentang risiko-risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
c. Monitor dampak dari perubahan-perubahan tersebut
d. Implementasikan solusi-solusi yang sudah dikembangkan eksternal.
Hal ini termasuk solusi yang dikembangkan oleh KNKP atau Best
Practice yang sudah dikembangkan oleh Fasilitas Klesehatan lain
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Libatkan tim anda dalam pengambangan cara-cara agar asuhan
pasien lebih baik dan lebih aman.
b. Kaji ulang perubahan-perubahan yang sudah dibuat dengan tim anda
untuk memastikan keberlanjutannya
c. Pastikan tim anda menerima feedback pada setiap followup dalam
pelaporan insiden.
Ditetapkan di : Purwakarta
Pada Tanggal : 09 Maret 2023
PENANGGUNG JAWAB
KLINIK BUDI BHAKTI
dr. ANNIZA KOMALASARI
2. Insiden : ...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
3. Kronologis Insiden
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
� Kejadian Tidak diharapkan / KTD
� Kejadian Tidak cedera / KTC
� Kejadian Potensi Cedera / KPC
� Kejadian Nyaris Cedera / KNC
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian : ............................................(sebutkan)
(Tempat pasien berada)
Pembuat Penerima
: …………………………… : .....................................
Laporan Laporan
RAHASIA RAHASIA
KOMITE NASIONAL KESELAMATAN PASIEN
LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN KNKP
(Patient Safety Incident Report)
Nomor ........
-
Penanggung biaya
-lain
Tanggal Masuk
RS/Fasyankes Lain : ....................................... Jam
.................................
B. RINCIAN KEJADIAN
3. Kronologis Insiden
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
Near miss)
Adverse Event) / Kejadian Sentinel
(Sentinel Event)
............
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
SEKRETARIAT KNKP
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN d/a Jl. H.R. Rasuna
Said Blok X5 Kavling 4-9 Kotak Pos 3097, 1196 Jakarta 12950
Telepon / fax : (021) 5274915
Surat elektronik : subdit.rspendidikan@gmail.com