Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN SKRINING PASIEN

RUMAH SAKIT PRIMAYA BETANG PAMBELUM


2022
PANDUAN SKRINING PASIEN

CONTROLLED
RUMAH SAKIT PRIMAYA BETANG PAMBELUM
Tanggal
Status Status Status
Tanggal Tanggal Peninjaua
Dokumen Review Revisi
Terbit Efektif n Kembali
Baru 00 00 11 Maret 11 April 11 Maret 2024
2021 2021

Riwayat Revisi

Uraian
Revisi Penanggung Jawab No Dokumen
Perubahan
Divisi Pelayanan dan 0801001/PER/DIR/
00 -
Penunjang Medis PT.FGM-PRMB/III/2021

Menyetujui Isi dan Menerapkan:

Nama Direktur Rumah


No. Rumah Sakit Tanda Tangan
Sakit

Rumah Sakit
dr. Kristiawan Basuki
1 Primaya Betang
Rahmat, M. Kes
Pambelum
PERATURAN DIREKTUR

CONTROLLED
RUMAH SAKIT PRIMAYA BETANG PAMBELUM
0801001/PER/DIR/PT.FGM-PRMBP/III/2021
PANDUAN SKRINING PASIEN
RUMAH SAKIT PRIMAYA BETANG PAMBELUM

Menimbang : a. Bahwa setiap kegiatan pelayanan rumah sakit harus


berfokus kepada pasien dan keselamtan pasien demi
mencapai kepuasan dan keselamatan pasien;
: b. Bahwa tindakan skrining pasien di rumah sakit perlu
dilakukan guna mengidentifikasi kebutuhan pelayanan
Kesehatan ;
: c. Bahwa untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditetapkan
adanya panduan yang mengatur tentang pelayanan skrining
pasien di rumah sakit;

: d. Bahwa pemberlakuan Panduan tersebut perlu ditetapkan


dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Betang
Pambelum.

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indeonsia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah sakit;
4. Akte pendirian PT. Fortuna Prima Sentosa no.14 tanggal 21
Maret 2017

I
CONTROLLED
Menetapkan :
MEMUTUSKAN

Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMAYA


BETANG PAMBELUM TENTANG PANDUAN
SKRINING PASIEN RUMAH SAKIT PRIMAYA
BETANG PAMBELUM PALANGKA RAYA

Kedua : Memberlakukan PANDUAN SKRINING PASIEN


RUMAH SAKIT PRIMAYA BETANG PAMBELUM
PALANGKA RAYA, sebagaimana dimaksud dalam
dictum kesatu tercantum dalam lampiranperaturan
ini

Ketiga : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan


apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Palangkaraya
Pada Tanggal: 11 Maret 2021
Direktur

dr. Kristiawan Basuki Rahmat, M. Kes

II
CONTROLLED KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya
Panduan Skrining Pasien di Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum dapat diselesaikan
sesuai dengan kebutuhan.

Panduan Skrining Pasien disusun sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
dan keselamatan pasien di rumah sakit serta sebagai acuan bagi petugas medis di
Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum

Panduan ini akan dievaluasi kembali untuk dilakukan perbaikan / penyempurnaan bila
ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan kondisi dan ketentuan skrining di
rumah sakit.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim
Penyusun, yang dengan segala upaya telah berhasil menyusun Panduan Skrining Pasien
untuk dijadikan acuan dalam pelayanan di RS Primaya Betang Pambelum

Palangka Raya, 11 Maret 2021

III
DAFTAR ISI

Hal.

PERATURAN DIREKTUR ............................................................................ i

CONTROLLE
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................ 1

I. DEFINISI............................................................................................ 2

II. RUANG LINGKUP............................................................................... 3

III TATA LAKSANA ................................................................................. 4

IV DOKUMENTASI.................................................................................. 13

1
CONTROLLED
BAB I

DEFINISI

Skrining adalah seleksi yang dijalani pasien guna mengidentifikasi kebutuhan


pelayanan kesehatan. Skrining pasien dapat dilakukan dengan cara :

1. Skrining visual
2. Triase
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan penunjang

Skrining dilakukan pada saat pertama kali kontak dengan Rumah Sakit
Primaya Betang Pambelum, sejak dari sumber daya perujuk dan selama
transportasi. Berdasarkan hasil skrining tersebut ditentukan apakah pasien sesuai
dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Semua pasien diterima sebagai pasien
rawat jalan dan rawat inap setelah dilakukan identifikasi kebutuhan kesehatannya
dan disesuaikan dengan sumber daya (ketenagaan dan fasilitas) dan misi Rumah
Sakit Primaya Betang Pambelum. Pasien diterima hanya jika rumah sakit dapat
memberikan layanan yang diperlukan baik rawat jalan atau kebutuhan rawat inap
yang tepat.

Skrining yang dilakukan pada penerimaan pasien IGD, rawat jalan, rawat inap,
tindakan berisiko tinggi, operasi, persalinan dan lain-lain meliputi:

1. Anamnesa
Anamnesa dilakukan saat pasien pertama kali kontak dengan rumah sakit,
saat pasien datang ke rumah sakit dan saat pasien masuk ke rawat inap.

Anamnesa yang dilakukan saat pertama kali pasien kontak dengan rumah
sakit, biasanya dilakukan pada pasien rujukan dari rumah sakit lain,
pasien yang minta dijemput oleh ambulans, yang prosedurnya dilakukan
oleh Instalasi Gawat Darurat. Anamnesa yang dilakukan di unit pelayanan
rawat jalan dan Instalasi Gawat Darurat, meliputi:

• Keluhan utama
• Riwayat penyakit dahulu

2
CONTROLLED
• Riwayat alergi

BAB II

RUANG LINGKUP

1. Skrining dilakukan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan perawatan pre-


ventif (seperti pada kasus immunocompromise, pasien dengan riwayat jatuh
tinggi), kuratif, rehabilitatif dan pelayanan paliatif yang dibutuhkan oleh pasien
serta memilih layanan atau unit yang sesuai dengan kebutuhan pasien yang di-
tentukan berdasarkan hasil skrining dan pengkajian awal.

2. Skrining pasien dapat dilakukan pada:


1. Pendaftaran Rawat Jalan saat pasien mendaftar untuk menen-
tukan
pelayanan umum atau spesialistik yang dibutuhkan pasien;
2. Poliklinik Umum dan Spesialis untuk menentukan pelayanan lan-
jutan
yang dibutuhkan pasien;
3. Instalasi Gawat Darurat untuk menentukan tingkat kegawatan
dan
pelayanan lanjutan yang dibutuhkan pasien;
4. Melalui telepon pada pasien rujukan dari pelayanan kesehatan
lain dan
pasien yang memerlukan penjemputan dengan ambulance.

3
CONTROLLED
BAB III

TATA LAKSANA

A. PENDAFTARAN RAWAT JALAN

Tata laksana skrining di pendaftaran rawat jalan yaitu:

1. Skrining pasien di Pendaftaran Rawat Jalan, dilakukan untuk


menentukan pelayanan poliklinik baik umum maupun spesialistik
yang dibutuhkan oleh pasien.

2. Skrining ini dilakukan dengan cara wawancara singkat antara


petugas Pendaftaran Rawat Jalan dengan pasien mengenai poliklinik
atau pelayanan yang mereka tuju atau jika belum tahu tujuannya
maka petugas akan menyarankan pasien untuk berkonsultasi
terlebih dahulu dengan Dokter Umum di Poli Umum.

3. Selanjutnya pasien akan didaftarkan pada pelayanan yang sesuai


dengan tujuan atau kebutuhan pasien.

B. POLIKLINIK UMUM DAN SPESIALIS

Proses skrining di poliklinik umum dan spesialis bertujuan untuk menentukan


pelayanan lanjutan yang dibutuhkan pasien. Tata laksana proses skrining di
poliklinik umum dan spesialis dilakukan sebagai berikut:

4
1. Skrining awal pasien poliklinik umum dan spesialis dilakukan oleh
perawat dengan cara evaluasi visual dan mengukur tanda-tanda vital
pasien.

CONTROLLED
2. Evaluasi visual dilakukan dengan cara melihat cara berjalan pasien,
apakah menggunakan alat bantu jalan, apakah ada batuk, dan
apakah pasien tampak lemah dan sesak.

3. Apabila ditemukan hasil pemeriksaan yang abnormal dan ekstrim


dapat dipertimbangkan untuk mengalihkan pasien ke IGD.

4. Kriteria transfer ke IGD dari poli yaitu pasien dengan katagori triage
ESI level 1 dan 2.

5. Pasien dengan keluhan batuk-batuk maka diberikan standar


precaution khusus yaitu pemasangan masker kepada pasien,
disarankan untuk dipercepat antrian pemeriksaan dokter.

6. Skrining pasien emerging disease dilakukan dengan menanyakan


apakah pasien ada keluhan dan riwayat demam, batuk pilek,
gangguan pernapasan dan terdapat riwayat perjalanan ke luar
negeri, jika ditemukan hal tersebut maka pasien diberikan masker
dan diarahkan ke klinik fever.

7. Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Skrining


selanjutnya dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

8. Dokter wajib memberikan penjelasan hasil pemeriksaan penunjang


kepada pasien dan keluarga.

5
9. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dokter akan menentukan pelayanan selanjutnya yang dibutuhkan
pasien, yakni:
a. Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan
b. Rawat inap ruang biasa
c. Rawat inap ruang khusus atau intensif

CONTROLLED
d. Konsultasi atau alih rawat ke spesialis lain
e. Dirujuk atau dipindahkan jika pasien tersebut membutuhkan
pelayanan yang tidak dimiliki oleh RS Primaya Betang Pambelum.

C. INSTALASI GAWAT DARURAT

Proses skrining di Instalasi Gawat Darurat dilakukan untuk menentukan


tingkat kegawatan dan pelayanan lanjutan yang dibutuhkan pasien :

1. Skrining awal pasien yang datang di IGD

2. Dilakukan dengan sistem triase dengan menggunakan kriteria triage


Emergency Severity Index (ESI ).

3. Triase adalah usaha pemilahan pasien sebelum ditangani,


berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan
mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang
ada.

4. Triase adalah suatu sistem untuk menyeleksi permasalahan pasien


yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) sesuai dengan skala
prioritas kegawatdaruratannya. Sistem triase lebih lanjut dijelaskan
dalam Panduan Triase.

5. Setelah dilakukan triase, pasien akan ditempatkan sesuai dengan


derajat kegawatdaruratannya dan dilakukan pemeriksaan oleh
dokter IGD.

6
6. Skrining pasien di IGD dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

7. Skrining infeksius dilakukan saat triage di IGD dan rawat jalan pada
pasien yang sudah mendapatkan perawatan jangka panjang di
fasilitas pelayanan kesehatan lain yaitu terhadap MRSA (Methicillin
Resisten Staphylococcus) dan pada pasien dengan batuk maka akan

CONTROLLED
diberikan standar precaution khusus yaitu pemasangan masker
kepada pasien.

8. Skrining pasien emerging disease juga dilakukan pada saat pasien


ditriage baik di IGD dengan menanyakan apakah pasien ada keluhan
demam, batuk, atau ada riwayat perjalanan ke luar negeri, jika
ditemukan hal tersebut maka pasien diberikan masker dan
diarahkan ke klinik fever.

9. Skrining pasien yang dicurigai menjadi korban kekerasan adalah staf


medis dan keperawatan melihat adanya luka yang tidak wajar
ditubuh.

10.Skrining pasien yang beresiko melakukan tindakan bunuh diri


adalah pasien baru didiagnosis berat dan mempunyai kemungkinan
kecil untuk 7 disembuhkan seperti kanker, pasien yang
memperlihatkan tanda-tanda depresi seperti menarik diri, tampak
murung, bingung, teradapat bekas luka sayatan di tangan dan
pasien yang terang-terangan menyampaikan keinginan bunuh diri .

11.Dokter wajib memberikan penjelasan hasil pemeriksaan penunjang


kepada pasien dan keluarga.

7
12.Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dokter akan menentukan pelayanan selanjutnya yang dibutuhkan
pasien, yakni :
a. Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan
b. Rawat inap ruang biasa
c. Rawat inap ruang khusus atau intensif
d. Konsultasi ke dokter spesialis .

13.Dokter wajib untuk melakukan stabilisasi kondisi pasien, sebelum

CONTROLLED
dilakukan transfer ke rawat inap ataupun rujuk ke RS dengan
fasilitas yang lebih lengkap. Rawat inap yang meliputi: rawat inap
ruang biasa ataupun rawat inap ruang khusus atau intensif.

D. SKRINING UNIT RAWAT INAP

a. Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif,


kuratif, rehabilitatif dan paliatif dan isolasi diprioritaskan.

b. Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter


umum melalui IGD/Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis

c. Pasien akan masuk pada kriteria kuratif, preventif, rehabilitatif,


pasien indikasi rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat
berobat jalan.

Kuratif:
a. Upaya merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan
untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit.

8
b. Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi
rawat inap, 8 dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan
didokumentasikan.

Preventif:
Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit / deteksi dini faktor
resiko:
1. Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (Medical Check Up,
pemeriksaan kehamilan, balita)

2. Deteksi dini kasus

CONTROLLED
3. Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ibu hamil dan dewasa
4. Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan
kontrol/imunisasi lanjutan.

Paliatif:
1. Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang usia dan
meningkatkan kualitas hidup.

2. Skrining pasien dilakukan oleh dokter umum atau spesialis.

3. Jika ada indikasi rawat inap, perawat wajib melakukan konfirmasi ke


dokter apakah pasien memerlukan ruang khusus ICU, HD, Isolasi.

4. Perawat menyarankan pasien/keluarga pasien ke bagian admisi


rawat inap, melakukan konfirmasi ketersediaan ruang yang
dibutuhkan pasien.

5. Jika ruang perawatan positif tersedia, pasien masuk ruang rawat


inap.

9
Rehabilitatif:
1. Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi / mencegah kecacatan. Sasarannya adalah
kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah
pemulihan dan pencegahan kecacatan (Tertiary Prevention).

2. Contoh tindakan rehabilitative adalah fisioterapi.

3. Tindakan fisioterapi bisa dilakukan dengan rawat jalan (tidak


memerlukan rawat inap), kecuali pada terdapat kasus penyerta
sebagai contoh pengerjaan fisioterapi untuk pemulihan pasca
operasi.

4. Pemilihan kriteria pasien yang harus difisoterapi dilakukan oleh


dokter spesialis.
E. SKRINING MELALUI TELEPON
Proses skrining melaui telepon dilakukan pada pasien rujukan dari

CONTROLLED
pelayanan kesehatan lain dan pasien yang memerlukan penjemputan dengan
ambulans.
 Skrining awal dilakukan lewat telepon oleh perawat Instalasi Gawat
Darurat, dengan cara menanyakan hal-hal berikut :
a. Pasien rujukan dari rumah sakit/pelayanan kesehatan
lain:
1) Rumah sakit/pelayanan kesehatan yang mengirim
pasien; ruangan tempat pasien dirawat
2) Nama pasien
3) Umur
4) Jenis kelamin
5) Diagnosa medis
6) Keluhan saat ini;
7) Tanda-tanda vital, tingkat kesadaran
8) Alasan dirujuk ke Rumah Sakit Primaya Karawang
9) Pelayanan yang dibutuhkan

10
10) Penanggungjawab (umum atau jaminan
perusahaan/asuransi);
11) Kebutuhan transportasi
12) Identitas penelepon.
 Dari hasil anamnesa ini dapat ditentukan pelayanan yang dibutuhkan
pasien. Apabila pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak tersedia maka
pasien tidak dapat diterima di Rumah Sakit Primaya Betang Pambelum
dan diberikan alternatifnya.
b. Pasien yang minta dijemput dari rumah:
1) Nama pasien
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Keluhan saat ini
5) Kondisi saat ini
6) Nama penelepon
7) Alamat.
Dari hasil anamnesa, maka dokter akan menjemput pasien ke
rumah dan anamnesa lebih lanjut untuk menentukan pelayanan yang

CONTROLLED
dibutuhkan pasien dilakukan setelah pasien tiba di rumah sakit.

 Semua pasien yang telah dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter dan
telah ada hasil pemeriksaan penunjang maka akan ditentukan
pelayanan lanjutan yang dibutuhkan oleh pasien, seperti apakah pasien
bisa pulang/rawat jalan, rawat inap ruang biasa, atau rawat inap
intensif.

F. ROUTINE ADMISSION TESTING (RAT)


A. Routine Admission Testing (RAT) adalah pemeriksaan penunjang rutin
minimal yang harus dilakukan oleh dokter, terkait hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosa saat awal masuk rumah
sakit, untuk menentukan jenis ruang rawat inap/ critical care dan juga
tindakan yang harus segera dilakukan. Routine Admission Testing (RAT)
dapat digunakan pada saat masuk IGD ataupun poliklinik.

11
Tujuan dilakukannya RAT adalah untuk mengantisipasi keterlambatan
diagnosis yang sebenarnya dapat dicegah sejak pasien masuk rumah
sakit.
RAT dapat berupa pemeriksaan penunjang yaitu Pemeriksaan
Laboratorium, pemeriksaan Radiologi, pemeriksaan penunjang
diagnostik lainnya seperti 11 Elektrokardiografi (EKG), Ultrasonografi
(USG), dan lain-lain.

B. Tujuan dilakukan RAT :


a. Pasien mendapat pelayanan yang tepat sesuai dengan
kebutuhan pasien.
b. Pasien cepat terdiagnosis sehingga tidak terjadi delay/
keterlambatan dalam penanganan dan penatalaksanaan
pasien.
c. Menjadi panduan pemeriksaan rutin yang harus dijalankan
oleh dokter umum atau dokter spesialis sesuai dengan
kebijakan yang berlaku.
d. Memastikan pasien mendapat perawatan sesuai konsep

CONTROLLED
keselamatan pasien untuk mencegah kejadian yang tidak
diharapkan.

C. Kriteria RAT :
a. Berdasarkan Usia Routine Admission Testing (RAT) wajib
diperiksa pada pasien yang berusia lebih dari atau sama dengan
35 tahun yaitu:
a) Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, urin rutin,
SGOT, SGPT, ureum kreatinin, GDS.
b) Pemeriksaan radiologi: Foto thoraks
c) EKG.

b. Berdasarkan Tindakan Operasi

12
Tabel 3.1 RAT Berdasarkan Tindakan Operasi

NO. Jenis Tindakan/Operasi Routine Admission Testing (RAT)

 Laboratorium: darah lengkap,


1 Sectio Caesaria
BT/CT, HbsAg, golongan darah
 CTG (cardiotocography)

 Rontgen toraks
2 Tonsilektomi  Laboratorium: darah lengkap,
BT/CT, ureum kreatinin dan
SGOT/SGPT
 Rontgen toraks

CONTROLLED
3 Apendektomi/laparoskopi  Laboratorium: darah lengkap,
BT/CT, ureum kreatinin dan
SGOT/SGPT
 Apendikogram dan/atau USG
abdomen
 Rontgen toraks
4 Laparatomi/histerektomi  Laboratorium: darah lengkap,
BT/CT, ureum kreatinin dan
SGOT/SGPT, golongan darah

c. Berdasarkan Gejala Penyakit


Routine Admission Testing (RAT) wajib diperiksa pada saat pasien
masuk rumah sakit dengan gejala penyakit tertentu. Pasien
dengan gejala penyakit dan temuan pemeriksaan fisik dibawah ini
diwajibkan untuk dilakukan Routine Admission Testing (RAT).

Tabel 3.2 RAT Berdasarkan Gejala Penyakit

No. Gejala Temuan Pemerikaan Fisik RAT

13
1. Demam ≥ 3 Suhu ≥ 38 °C DL, dan atau Widal/
hari anti Salmonella IgM
2. Nyeri perut Nyeri tekan di titik Mc DL, urin lengkap,
kanan bawah Burney, psoas sign (+) Test HCG EIA (pada
wanita), USG
abdomen
3. Nyeri Dada Karakteristik nyeri: DL, EKG, rontgen
tertusuk, seperti tertimpa thoraks
benda berat, menjalar,
disertai keringat dingin
4. Sesak RR > 30 x/menit, Thoraks: DL, rontgen thoraks,
napas/dyspnoe ronki (+) / wheezing EKG, analisa gas
SPO2 < 95 % (+),murmur (+), hipersonor, darah, elektrolit, GDS
tanpa oksigen redup.
5. Hemoptoe Darah keluar dari mulut, DL, golongan darah,
warna merah muda berbuih rontgen thoraks, BT /
Thoraks: suara napas CT
menurun, ronki Abdomen :
nyeri tekan epigastrium(-)
6. Hematemesis Keluar darah dari mulut, DL, golongan darah,

CONTROLLED
warna merah kecoklatan rontgen thoraks
Thoraks : suara napas tidak
menurun, ronki (-) Abdomen
: nyeri tekan (+)
7. Luka Tusuk Ukuran, kedalaman luka, DL (Hb serial),
Dada lokasi luka Sesak napas, golongan darah,
suara napas menurun, GDS, BT, CT, HBsAg,
trakea terdorong ke sisi rontgen thorax tegak
dada tanpa luka Suara atau minimal ½
jantung menjauh, nadi duduk, EKG
lemah, tekanan darah turun
(tamponade jantung)
8. Luka tusuk Ukuran, kedalaman luka, DL (Hb serial),

14
abdome n lokasi luka rontgen abdomen 3
posisi/USG
abdomen, rontgen
thoraks
9. Nyeri Perut Nyeri tekan (+) di seluruh DL, urin rutin, Test
abdomen, rasa panas di HCG EIA (pada
dada wanita), EKG
10. Perdarahan per Darah di vagina DL, golongan darah,
vagina Test HCG EIA
11. Melena, Darah keluar dari anus, DL, golongan darah,
Hematosche rectal touché wajib feses rutin
zia dilakukan
12. Diare dengan Diare > 3 kali per hari, cair, DL, GDS, feses rutin,
dehidrasi kadang ada lendir dan atau elektrolit (bila perlu)
darah. Mual muntah.
Tanda-tanda dehidrasi (+)
13. Fraktur Ekstremitas: luka terbuka, DL, rontgen
deformitas, memar, ekstremitas
bengkak, Range Of
Movement (ROM) terbatas
14. Penurunan Glasgow Coma Scale (GCS) < DL, elektrolit, GDS,

CONTROLLED
kesadaran non 13 SGOT, SGPT, ureum,
trauma kreatinin, elektrolit,
AGD jika saturasi O2
≤ 90% atau jika ada
gangguan jalan
napas/ pernapasan,
CT scan kepala (bila
perlu)
15. Cedera kepala: DL, GDS, CT scan
Ringan GCS ≥ 14 kepala
Sedang GCS 9-13, muntah, lupa
kejadian

15
Berat GCS ≤ 8, muntah, lupa
kejadian
16. Bayi usia <28 Gerak tidak aktif, menangis DL, CRP, IT ratio,
hari, sakit lemah, malas minum, febris GDS, elektrolit,
jika ada. kultur darah,
albumin.
17. Anak Kejang Kejang, tanpa/dengan DR, GDS, elektrolit
demam
18. Anak Muntah Muntah tiap makan/minum, DR, GDS, elektrolit
intake sulit
19. Bayi Kuning Kramer III – IV Bilirubin total,
golongan darah
20. Abses atau Besar, dalam, dan bentuk DL, GDS, kultur pus

CONTROLLED
ulkus lama ulkus. Ada tidaknya tanda dan atau darah
tanda peradangan. Lebih
dari 1 minggu dilakukan
terapi antibiotik, namun
belum ada perbaikan.

1. Bila pasien masuk lewat IGD, setelah pasien dengan gejala


penyakit diatas dilakukan Routine Admission Testing (RAT) dokter
jaga IGD wajib melaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) yang sesuai dengan kebutuhan pasien bila ada
indikasi rawat inap.

2. Bila pasien masuk lewat poliklinik, Dokter Penanggung Jawab


Pelayanan (DPJP) yang dalam hal ini adalah dokter spesialis wajib
melakukan Routine Admission Testing (RAT) sesuai ketentuan
yang berlaku, setelah itu Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) dapat menentukan kebutuhan pasien selanjutnya.

16
3. Untuk pasien cito tindakan life saving, RAT dapat dilengkapi
setelah tindakan dilakukan, penentuan pemeriksaan penunjang
yang paling mendesak oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP).

CONTROLLE
BAB IV

DOKUMENTASI

Proses skrining dan penerimaan pasien, didokumentasikan dalam :

1. Form Identitas Pasien

2. Form Pengkajian Pasien Rawat Jalan

3. Form Pengkajian IGD

4. Form Pemesanan Ambulans

5. Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium

6. Form Permintaan Pemeriksaan Radiologi

Ditetapkan di Palangkaraya

17
Pada Tanggal: 11 Maret 2021
Direktur

dr. Kristiawan Basuki Rahmat, M. Kes


d

18
Dipersiapkan Diperiksa Disetujui oleh:
oleh: oleh:

Nama dr. Parjiyo dr. Ricky dr. Kristiawan Basuki


Setiawan Rahmat, M.Kes

CONTROLLED
Jabatan Kepala Divisi Koordinator Direktur
Pelayanan dan Mutu
Penunjang Medis

Tanda
Tangan

Anda mungkin juga menyukai