Anda di halaman 1dari 10

KLINIK PRATAMA RAWAT INAP

“DARUSSYIFA”
Jl. Merpati. No. 9 Slarang Kec.Kesugihan Kab.Cilacap 53274
Telp. (0282) 5566897 WA. 085727517388 E-Mail : klinik_daaussyifa@yahoo.co.id

KEPUTUSAN DIREKTUR KLINIK PRATAMA RAWAT INAP DARUSSYIFA

NOMOR : 63 / KDB / SK / I / 2023

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

PIMPINAN KLINIK PRATAMA RAWAT INAP DARUSSYIFA,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Klinik


Pratama Rawat Inap Darussyifa, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan yang bermutu dan aman dari setiap unit pelayanan yang
ada

b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi


merupakan salah unit pelayanan di Klinik Pratama Rawat Inap
Darussyifa yang harus mendukung pelayanan Klinik secara
keseluruhan maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang bermutu dan aman;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Keputusan
Pimpinan Klinik Pratama Rawat Inap Darussyifa tentang
Kebijakan Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
3. Undang-Undangan Repbuplik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun 2014 tentang
Klinik;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021 Tentang
Standar Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2023 tentang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi darah, Tempat Praktik Mnadiri
Dokter, Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi ( Berita Negara
Republik Indonesia Tahu 2023 Nomor 1207 )
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : H.K
01.07/MENKES/2023 tentang Standar Akreditasi Klinik

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK PRATAMA RAWAT INAP


DARUSSYIFA TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI.
KESATU : Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Klinik
Pratama Rawat Inap Darussyifa sebagaimana tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan
ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi Klinik Pratama Rawat Inap
Darussyifa dilaksanakan oleh Direktur klinik/
KETIGA : Kebijakan sebagaimana dimaksud pada dictum KESATU harus
disosialisasikan kepada seluruh karyawan klinik.
KEEMPAT : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Cilacap

Pada tanggal : Januari 2023

Pimpinan Klinik Pratama Rawat Inap Darussyifa

dr. Taufik Hidayat


LAMPIRAN : KEPUTUSAN PIMPINAN Klinik Pratama Rawat
Inap Darussyifa
NOMOR : NOMOR : 63 / KDB / SK / XII /
2023
TANGGAL : JANUARI 2023
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI

KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENHENDALIAN INFEKSI


KLINIK PRATAMA RAWAT INAP UTAMA PRATAMA AS-SYIFA

I. PENGERTIAN
A. Pencegahan dan pengendalian infeksi Klinik adalah :
Kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta
pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian infeksi klinik pada pasien
atau petugas klinik dan mengamankan lingkungan klinik dari resiko transmisi
infeksi yang dilaksanakan melalui manajemen resiko, tata laksana kinik uang baik
dan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di klinik.
B. Hospital Associated Infections (HAI’s) adalah :
infeksi yang terjadi di rumah sakit, dimana pasien tidak ada tanda gejala dan
tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi yang didapat di rumah sakit, tetapi
muncul setelah pulang dan juga infeksi yang terjadi pada petugas kesehatan
yang terjadi di rumah sakit
Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit bila :
1. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa
inkubasi tersebut
2. Infeksi terjadi 2x24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang
berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau
mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda
C. Kewaspadaan Standar adalah
prinsip kewaspadaan sebagai bagian manajemen resiko pada pengendalian
Infeksi rumah sakit yang dilaksanakan secara menyeluruh oleh setiap petugas
berdasarkan perhitungan besar resiko transmisi infeksi yang dihadapi pada
setiap pelayanan rawat jalan maupun rawat inap untuk melindungi pasien,
petugas, pengunjung maupun lingkungan rumah sakit. Prinsip kewaspadaan
standar meliputi kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD),
peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, pemrosesan peralatan
pasien dan penatalaksanaan linen, kesehatan karyawan, penempatan pasien,
etika betuk, praktik menyuntik yang aman
D. Surrvieland
Adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus menerus terhadap
timbulnya dan penyebaran Infeksi pada suatu peristiwa yang menyebabkan
meningkat atau menurunkan resiko tersebut
E. Dekontaminasi
Adalah menghilangkan mikroorganisme pathogen dan kotoran dari suatu
benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai
langkah pertama bagi pengelolaan alat kesehatan bekas pakai atau pengelolaan
pencemaran lingkungan, seperti tumpahan darah/cairan tubuh atau pengelolaan
limbah yang tidak di musnahkan dengan cara insenerasi atau pembakaran
dengan alat incinerator, tetapi ditimbun dengan cara kapurisasi
F. Stirilisasi
Adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat
kesehatan kecuali endosprora bekteri melalui cara fisika atau kimi
G. Desinfeksi
Adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua
mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali endospora bakteri
H. Penggunaan Antibiotic Yang Rasional
Adalah bila memenuhi criteria: tepat indikasi, tepat penderita (tidak ada kontra
indikasi), tepat informasi, tepat jenis obat, tepat dosis dan cara pemberian (saat
pemberian dan lama pemberian) serta waspada terhadap efek samping obat
(ESO)
I. Pengelolaan Linen Yang Aman
Adalah kegiatan bertujuan mencegah kontaminasi linen kotor atau infeksius
kepada petugas, pasien dan lingkungan, meliputi proses pengumpulan, pemilahan,
pengangkutan linen kotor, pemilahan dan teknik pencucian sampai dengan
pengangkutan dan distribusi linen bersih
J. Pengelolaan Lingkungan Klinik
Adalah merupakan bagian upaya pengendalian infeksi untuk meminimalkan
potensi reservoar tumbuh dan berkembangbiaknya agen pathogen di
lingkungan rumah sakit sehingga mencegah transmisi kepada pasien, petugas
meupun lingkungan yang lebih luas

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan klinik yang memenuhi standar untuk menjamin
pencegahan Infeksi rumah sakit dan membantu program pengobatan serta
proses penyembuhan pasien, agar dapat meningkatkan mutu pelayanan
berfokus pada keselamatan (pasien, petugas dan lingkungan) dan efisien
B. Tujuan Khusus
Klinik dapat melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan baik
III. KEBIJAKAN
A. Kewaspadaan Standar
meliputi kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD), perawatan
peralatan pasien, pengendalian lingkungan, pemoresan peralatan pasien dan
penatalaksanaan linen, kesehatan karyawan, penempatan pasien, etika batuk,
praktik menyuntik yang aman, praktek untuk untuk lumbal punksi.
Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area klinik
dengan mengukur semua risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas
pelayanan sesuai Panduan
B. Praktek Kebersihan Tangan
merupakan kunci dari upaya PPI klinik yang menggambarkan mutu pelayanan
yang berfokus pada keselamatan pasien, petugas, pengunjung dan lingkungan
Klinik. Kebersihan tangan dilaksanakan melalui praktik mencuci tangan
menggunakan sabun biasa/antiseptic dan air mengalir, atau handrub
menggunakan larutan antiseptic. Kebersihan tangan wajib diimplementasikan di
rumah sakit oleh setiap anggota masyarakat rumah sakit sesuai panduan
kebersihan tangan yang dikembangkan rumah sakit berdasarkan pedoman
international (WHO) maupun pedoman nasional (Kemenkes)
1. Penerapan praktik kebersihan tangan oleh seluruh petugas di klinik saat
diruang perawatan pasien berpedoman pada lima saat kebersihan tangan
wajib dilaksanakan (standar WHO) dan enam langkah prosedur . petugas
melaksanakan cuci tangan dengan sabun dan air setelah melaksanakan 2-
10 x cuci tangan dengan hundrub.
2. Penerapan praktik kebersihan tangan luar diluar area perawatan pasien
berpedoman pada panduan kebersihan tangan yang dikembangkan oleh
Tim PPI Klinik.
3. Tim PPI Klinik melakukan monitoring, evaluasi dan memberikan
rekomendasi untuk meningkatkan perilaku kebersihan tangan di rumah
sakit secara efektif dan efisien.
C. Kewaspadaan Isolasi
Merupakan tambahan kewaspadaan standar diterapkan pada pasien rawat
inap yang suspek atau telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara
transmisi kontak, droplet atau airborne. Tatalaksana administrative meliputi
percepatan akses diagnosis, pemisahan penempatan pasien, mempersingkat
waktu pelayanan di rumah sakit, penyediaan paket perlindungan petugas;
tatalaksana lingkungan menjadi meliputi penataan alur pasien, penataan
system
ventilasi (natural maupun mekanikal) tatalaksana penyediaan dan penggunaan
alat pelindung diri.
1. menyiapkan ruang dengan ventilasi natural yang baik untuk perawatan
pasien infeksi, khususnya infeksi airborn, yang terpisah dari pasien non
infeksi dan khususnya terpisah dari pasien dengan kondisi
immunocompromise
2. Pasien infeksi yang penularannya melalui cara kontak ditempatkan di ruang
rawat secara kohorting, diutamakan diruang rawat infeksi
3. Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip
kewaspadaan isolasi sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas menerapkan
prinsip kewaspadaan kontak atau droplet atau airborn atau kombinasinya
4. Transportasi pasien infeksi dari 1 unit ke unit lain harus dibatasi seminimal
mungkin, dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi
D. Alat Pelindung Diri (APD)
Harus ditata perencanaan, penyediaan, penggunaan dan evaluasinya oleh Tim
PPI Klinik bersama unit K3 , instalasi Farmasi dan Sub bagian TU dan rumah
tangga Klinik agar mudah dan dapat cepat diakses saat dibutuhkan, efektif dan
efisien.
1. APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standard dan isolasi
dengan selalu mengukur potensi resiko spesifik pada setiap aktivitas
pelayanan/tindakan medic sehingga tepat, efektif dan efisien.
2. APD habis pakai disediakan melalui instalasi farmasi dan sub bag TU dan
RT dengan paket floorstock terstandar.
3. APD yang lain disediakan melalui K3
4. Tim PPI Klinik melakukan monitoring dan audit ketepatan penggunaan
APD sebagai bahan Tim PPI Klinik dalam evaluasi dan rekomendasi
peningkatan efektivitasnya.
E. Surveilans lnfeksi Klinik dilakukan secara sistematik aktif oleh perawat
1. Analisis, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut data infeksi dilakukan Komite
PPI Klinik di bawah Penanggung Jawab Mutu Klinik untuk tujuan
pengendalian, manajemen risiko dan kewaspadaan terhadap kejadian luar
biasa (KLB)
2. Pengendalian angka Iinfeksi menggunakan target sasaran sesuai program
PPl. Sasaran angka dievaluasi setiap 3 tahun sekali.
3. Kejadian luar biasa ditetapkan oleh Direktur Klinik berdasarkan
pertimbangan Tim PPI Klinik pada hasil evaluasi epidemiologi
kecenderungan angka infeksi melalui surveilans, Kecenderungan kejadian
infeksi yang terus meningkat signifikan selama 3 bulan berturut-turut atau
peningkatan signifikan angka kejadian pada suatu waktu pengamatan
tertentu diwaspadai sebagai KLB, Pencegahan dan pengendalian risiko
penyebaran kejadian yang berpotensi menjadi KLB dilakukan segera secara
sinergi melalui kerjasama lintas unit satuan kerja oleh Tim PPI Klinik.
4. Laporan kejadian infeksi dilaporkan kepada direktur setiap 3 bulan sekali.
F. Pengendalian resistensi antibiotika dilaksanakan RS melalui Panitia Farmasi dan
Terapi
1. Pemilihan terapi antibiotik secara rasional kepada pasien didasarkan tujuan
dan indikasi (profilaksis atau terapi).
2. Panduan pengobatan antibiotika merujuk pada Kebijakan Pengelolaan
Perbekalan farmasi di Klinik di bawah tanggung jawab sub Komite Farmasi
dan terapi. Peresepan antibiotika mengacu pada formularium RS dan atau
DPHO BPJS Mempertimbangkan derajat penyakit, spectrum antibiotika,
Farmakokinetik, farmakodinamik, keamanan serta harga terjangkau.
3. Ketepatan pemberian antibiotika agar aman bagi pasien meliputi :
a) Tepat indikasi, obat benar-benar dibutuhkan
b) Tepat pemilihan obat dengan perbandingan biaya efektifitas yang baik
c) Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi, efek samping minimal.
d) Tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat durasi pemakaian
e) Tepat informasi, kepada pasien dan keluarganya
4. Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek
samping serta tindakan yang diambil
G. Sterilisasi Alat/instrumen kesehatan pasca pakai di Klinik dilakukan dengan 2 cara
yaitu secara fisika atau kimia, melalui tahapan pencucian (termasuk perendaman
dan pembilasan), pengeringan, pengemasan, labeling, indikatorisasi, sterilisasi,
penyimpanan, distribusi diikuti dengan pemantauan dan evaluasi proses serta
kualitas/ mutu hasil sterilisasi secara terpusat melalui unit sterilisasi .
1. Pemrosesan alat instrumen pasca pakai dipilih berdasarkan kriteria alat,
dilakukan derngan sterilisasi untuk alat kritikal; sterilisasi atau disinfeksi
tingkat tinggi (DTT) untuk alat semi kritikal, disinfeksi tingkat rendah untuk
non kritikal.
2. Kriteria pemilihan desinfektan didasari telaah secara cermat terkait criteria
memiliki spektrum luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi dengan
toksisitas rendah, waktu disinfeksi singkat, stabil dalam penyimpanan, tidak
merusak bahan dan efisien. Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap
penyediaan desinfektan dan antiseptik di klinik sesuai rekomendasi Tim PPI
RS adalah lnstalasi Farmasi.
3. Pelaksana sterilisasi alat bertanggungjawab menyusun panduan dan prosedur
tetap, mengkoordinasikan, serta melakukan monitoring dan evaluasi proses
serta kualitas/ mutu hasil sterilisasi dengan persetujuan Tim PPI.
H. Pengendalian Lingkungan Klinik
meliputi penyehatan air, pengendalian serangga dan binatang pengganggu,
penyehatan ruang dan bangunan, pemantauan hygiene sanitasi makanan,
pemantauan penyehatan linen, disinfeksi permukaan - udara , lantai,
pengelolaan limbah cair, limbah B3 limbah padat medis - non medis dikelola oleh
Bagian Rumah Tangga bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan
Tim PPI klinik, sehingga aman bagi lingkungan.
1. Pengelolaan limbah padat medis dipisahkan dan dikelola khusus sampai
dengan pemusnahannya sesuai persyaratan Kementerian Lingkungan Hidup
sebagai limbah infeksius (ditempatkan dalam kantong plastic berwarna kuning
berlogo infeksius), limbah padat tajam (ditempatkan dalam wadah tahan tusuk,
tidak tembus basah dan tertutup).
2. Pengelolaan limbah padat non medis ditempatkan dalam kantong plastik benwarna
hitam dan pemusnahannya bekerjasama dengan………………..
3. Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan
bahan desinfektan, cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan
berdasarkan telaah Tim PPI Klinik untuk mencapai efektivitas yang tinggi,
4. Pernbersihan lingkungan ruang perawatan diutamakan dengan metode usap
seluruh permukaan lingkungan menggunakan bahan desinfektan yang efektif
5. Pelaksanaan Panduan PPI klonik dan standar prosedur operasional tentang
pengendalian lingkungan, monitoring dan evaluasinya dilaksanakan oleh
Instalasi Kesehatan Lingkungan bersama sub Bagian Rumah Tangga
berkoordinasi dengan tim PPI
6. Baku mutu berbagai parameter pengendalian lingkungan dievaluasi periodik
dengan pemeriksaan parameter kimia - biologi surveilan angka dan pola
kuman lingkungan berdasarkan standar perundang-undangan.
I. Alat Medis Habis Pakai (AMHP)
Dapat digunakan sesuai dengan rekomendasi manufactur-nya. Alat medis sekali
pakai dapat digunakan ulang (re-used of single use devices) sesuai kebijakan
klinik tentang AMHP.
1. AMHP dapat digunakan ulang apabila AMHP dapat diproses secara benar/
tepat (rasional) dan hasil sterilisasi masih efektif dan efisien baik secara fisik;
fungsi , kualitas serta aman digunakan bagi pasien
2. Kriteria AMHP yang disterilkan kembali adalah AMHP yang telah digunakan
tetapi secara fisik dan fungsi masih baik, AMHP yang sangat dibutuhkan
tetapi sulit diperoleh atau sangat mahal harganya dan atau AMHP telah
kedaluwarsa. Daftar AMHP yang di reuse dan berapa kali batas maksimal
reuse ditentukan oleh klinik melalui Panitia Farmasi dan terapi
3. Mekanisrne pemrosesan AMHP yang di-reuse dan disterilkan kembali
dengan pencatatan dan pengawasan mutu serta batas maksimal reuse di
ruang sterilisasi.
reusable
J. Pengelolaan Linen Klinik
Linen kotor dan bersih secara terpisah untuk mengurangi risiko infeksi pada
pasien, petugas dan lingkungan dilakukan menyeluruh dan sistematis agar
mencegah kontaminasi, di bawah tanggung jawab unit Laundry berkoordinasi
dengan Tim PPI.
1. Jenis linen di rumah sakit diklasifikasikan menjadi linen bersih, linen steril,
linen kotor infeksius, linen kotor non infeksius (linen kotor berat dan linen
kotor ringan)
2. Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan
dengan disinfeksi kereta linen, pengepelan/ disinfeksi lantai, implementasi
praktik kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai
potensi risiko selama bekerja.
K. Pendidikan dan Pelatihan PPI
Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan
oleh Bagian SDM/TU dan Tim PPI RS untuk menjamin setiap petugas yang
berada dan bekerja di klinik (termasuk peserta didik dan karyawan kontrak)
memahami dan mampu melaksanakan program PPI klinik, khususnya
kewaspadaan standar dan isolasi.
1. Seluruh SDM baru wajib mengikuti program orientasi, termasuk materi PPI
2. Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh
Bagian SDM/TU bersama Pj Mutu Klinik
L. Pengelolaan makanan di lnstalasi Gizi memperhatikan standar sanitasi makanan
minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan penjamah makanan.
1. Semua bahan makanan yang disiapkan hingga sampai dengan disajikan
kepada pasien, pegawai dikelola sesuai pedoman dan standar prosedur
pelayanan Instalasi Gizi agar terhindar dari pencemaran dan penularan infeksi
melalui makanan (sesuai persyaratan hygiene makanan dalam Kepmenkes RI
No.1204/SK/X/2004 ;Keputusan Direktorat Jenderal POM No
03726/B/SK/VII/1989 ; Kepmenkes RI No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang
Pengendalian lingkungan persyaratan hygiene sanitasi jasa boga
2. Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan lain serta
suhu penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan
3. Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari proses
penyiapan bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene
pribadi berupa monitoring pemeriksaan darah rutin, darah kimia, kultur widal,
feses dan urin rutin dan kultur mikrobiologi swab rektal setahun sekali,
dikoordinasikan dan di bawah tanggung jawab Unit MFK Klinik dan Sub Bag
Kepegawaaian dan Pengembangan SDM/TU
M. Kesehatan dan keselarnatan kerja (K3) petugas di Klinik terkait risiko penularan
infeksi karena merawat pasien maupun identifikasi risiko petugas yang
mengidap penyakit menular dilaksanakan oleh Unit K3RS berkoordinasi dengan
Komite PPI .
1. Pencegahan penularan infeksi pada dan dari petugas dilakukan dengan
pengendalian administratif untuk petugas yang rentan tertular infeksi ataupun
berisiko menularkan infeksi dikoordinasikan Unit K3 klinik bersama Komite PPI
klinik dan Bagian SDM/TU berupa penataan penempatan SDM, pemberian
imunisasi, dan sosialisasi PPI berkala khususnya di tempat risiko tinggi infeki
2. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kondisi kesehatan petugas dilakukan
dengan pemeriksaan kesehatan prakarya dan berkala sesuai faktor risiko di
tempat kerja
3. Perencanaan, pengadaan dan pengawasan penggunaan alat pelindung diri
petugas dari risiko infeksi yang berupa alat/ bahan tidak habis pakai dikelola
Unit MFK berkoordinasi dengan Tim PPI
N. Setiap renovasi, pemeliharaan, pengembangan maupun pembangunan gedung di
lingkungan Rklinik harus mempertimbangkan keselamatan dari sisi pencegahan
dan pengendalian infeksi.
1. Prasarana yang mendukung dapat operasionalnya gedung seperti sistem
perlistrikan, sistem air dan tata udara dijaga untuk dapat berfungsi sesuai
dengan Zonasi
2. Sistem ventilasi natural (alamiah) didesain dengan memaksimalkan jendela dan
tata ruang , dibantu system Fan
O. Pendidikan pencegahan dan pengendalian infeksi diberikan untuk setiap pasien
1. Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi pasien
baru masuk meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan ketertiban
pembuangan sampah
2. Untuk pasien rawat jalan disampaikan oleh perawat pada unit pendaftaran
yang dilaksanakan secara teratur berkesinambungan dalam program.
P. Pendidikan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk pengunjung
dilaksanakan pada PK Klinik, melalui poster, leaflet atau banner dan berbagai
media informasi lain di klinik.

Ditetapkan di : Tegal
Tanggal : Januari 2023
DIREKTUR KLINIK UTAMA PRATAMA AS-SYIFA ,

Dr. Suka Permata Sari

Anda mungkin juga menyukai