Anda di halaman 1dari 7

KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB

KLINIK UTAMA GLOBAL FARMA

NOMOR : 026/SK/AKL-GF/X/2022

TENTANG

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


KLINIK UTAMA GLOBAL FARMA
TAHUN 2022

PENANGGUNG JAWAB KLINIK UTAMA GLOBAL


FARMA,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan klinik


maka diperlukan penyelenggaraan Pencegahan Pengendalian
Infeksi yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi di
Klinik Utama Global Farma dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Penanggung Jawab Klinik sebagai
landasan bagi penyelenggaraan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Klinik Utama Global Farma;
c. bahwa berdasarkan petimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, b dan c, perlu menetapkan Keputusan Penanggung
Jawab Klinik tentang Kebijakan Penyelenggaraan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Klinik Utama Global Farma
Kabupaten Banjar Tahun 2022.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang
klinik;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269
/Menkes/Per/III/2008 tentang Pencegahan Pengendalian
Infeksi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI KLINIK UTAMA GLOBAL
FARMA TAHUN 2022
KESATU : Memberlakukan Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Klinik Utama Global Farma seperti tersebut dalam lampiran Surat
Keputusan ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
Pencegahan Pengendalian Infeksi diKlinik Utama Global Farma
dilaksanakan oleh Bidang Paramedis Klinik Utama Global Farma.
KETIGA : Keputusan Penanggung Jawab ini dibuat mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Kertak Hanyar


Pada tanggal 19 Oktober 2022
Penanggung Jawab Klinik Utama Global Farma

DR.dr.M.Darwin Prenggono, Sp.PD. KHOM FINASIM


LAMPIRAN 1 :
KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB KLINIK
UTAMA GLOBAL FARMA
NOMOR : 026/SK/AKL-GF/X/2022 TENTANG
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI KLINIK UTAMA
GLOBAL FARMA

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN


DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI KLINIK UTAMA GLOBAL FARMA

I. PENGERTIAN

A. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah kegiatan yang meliputi perencanaan,


pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian
infeksi di klinik pada pasien atau petugas klinik dan mengamankan lingkungan klinik dari
resiko transmisi infeksi yang dilaksanakan melalui manajemen resiko, tata laksana klinik
yang baik dan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.
B. Infeksi yang terjadi di Klinik
Hospital associated infection ( HAI’s ) adalah infeksi yang terjadi di faskes, dimana pasien
tidak ada tanda gejala dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi yang didapat di
klinik, tetapi muncul setelah pulang dan juga infeksi yang terjadi pada petugas kesehatan
yang terjadi di klinik.
Suatu infeksi dikatakan didapat dari klinik bila :
1. Pada saat masuk klinik tidak ada tanda / gejala atau tidak dalam masa inkubasi tersebut.
2. Infeksi terjadi 2 x 24 jam setelah pasien dirawat di klinik .
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda
dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama
tetapi lokasi infeksi berbeda.
Kewaspadaan Standar adalah prinsip kewaspadaan sebagai bagian manajemen resiko
pada pengendalian infeksi klinik yang dilaksanakan secara menyeluruh oleh setiap petugas
berdasarkan perhitungan besar resiko transmisi infeksi yang dihadapi pada setiap
pelayanan rawat jalan maupun rawat inap untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung
maupun lingkungan klinik. Prinsip kewaspadaan standar meliputi kebersihan tangan,
penggunaan alat pelindung diri (APD), peralatan perawatan pasien, pengendalian
lingkungan, pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen, kesehatan karyawan,
penempatan pasien, etika batuk, dan praktik menyuntik yang aman.
C. Surveilans
Adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus menerus terhadap timbulnya dan
penyebaran di klinik pada suatu peristiwa yang menyebabkan meningkat atau menurunkan
risiko tersebut.
D. Dekontaminasi
Adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga
aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi
pengelolaan alat kesehatan bekas pakai atau pengelolaan pencemaran lingkungan, seperti
tumpahan darah/ cairan tubuh atau pengelolaan limbah yang tidak dimusnahkan dengan
cara insenerasi atau pembakaran dengan alat insenerator, tetapi ditimbun dengan cara
kapurisasi.
E. Sterilisasi
Adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme dari benda/ alat
kesehatan termasuk endespora bakteri melalui cara fisika atau kimia.
F. Desinfeksi
Adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua mikroorganisme dari alat
kesehatan kecuali endospora bakteri.
G. Penggunaan antibiotika yang rasional
Adalah bila memenuhi kriteria : tepat indikasi, tepat penderita (tidak ada kontra indikasi),
tepat informasi, tepat jenis obat, tepat dosis dan cara pemberian (saat pemberian dan lama
pemberian) serta waspada terhadap efek samping obat (ESO).
H. Pengelolaan linen yang aman
Adalah kegiatan yang bertujuan mencegah kontaminasi linen kotor atau infeksius kepada
petugas, pasien dan lingkungan, meliputi proses pengumpulan, pemilahan, pengangkutan
linen kotor, pemilahan dan teknik pencucian sampai dengan pengangkutan dan distribusi
linen bersih.
I. Pengelolaan lingkungan
Merupakan bagian upaya pengendalian infeksi untuk meminimalkan potensi reservoar
tumbuh dan berkembangbiaknya agen patogen di lingkungan klinik sehingga mencegah
transmisi kepada pasien, petugas maupun lingkungan yang lebih luas.

II. KEBIJAKAN

A. Kewaspadaan standar rneliputi kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD),
peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan, pemrosesan peralatan pasien dan
penatalaksanaan linen, kesehatan karyawan, penempatan pasien, etika batuk, dan praktik
menyuntik yang aman. Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area
klinik dengan mengukur semua risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas
pelayanan.
B. Praktik kebersihan tangan di klinik merupakan kunci dari upaya yang menggambarkan
mutu pelayanan yang berfokus pada keselamatan pasien, petugas, pengunjung dan
lingkungan klinik. Kebersihan tangan dilaksanakan melalui praktik mencuci tangan
menggunakan sabun biasa/ antiseptik dan air mengalir, atau handrub menggunakan larutan
antiseptik. Kebersihan tangan wajib diimplementasikan di klinik oleh setiap anggota
masyarakat klinik sesuai panduan kebersihan tangan yang dikembangkan klinik
berdasarkan pedoman lnternasional(WHO) maupun pedoman nasional (Kemenkes).
B.1. Penerapan praktik kebersihan tangan oleh seluruh petugas di klinik saat diruang
perawatan pasien berpedoman pada lima saat kebersihan tangan wajib dilaksanakan
(standar WHO) dan enam langkah prosedur. Petugas melaksanakan cuci tangan
dengan sabun dan air setelah melaksanakan 5-10 x cuci tangan dengan handrub.
B.2. Penerapan praktik kebersihan tangan di luar area perawatan pasien berpedornan
pada panduan kebersihan tangan yang dikembangkan Komite PPI klinik.
B.3. Komite PPI klinik melakukan monitoring, evaluasi dan memberikan rekomendasi
untuk meningkatkan perilaku kebersihan tangan di klinik secara efektif dan efisien.
C. Kewaspadaan isolasi merupakan tambahan kewaspadaan standar diterapkan pada pasien
rawat inap yang suspek atau telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara transmisi
kontak, droplet atau airborne. Tatalaksana administratif meliputi percepatan akses
diagnosis, pemisahan penempatan pasien, mempersingkat waktu pelayanan di klinik,
penyediaan paket perlindungan petugas ; tatalaksana lingkungan meliputi penataan alur
pasien, penataan sistem ventilasi (natural maupun mekanikal) tatalaksana penyediaan dan
penggunaan alat pelindung diri.
D. Alat pelindung diri (APD) ditata perencanaan, penyediaan, penggunaan dan evaluasinya
oleh Komite PPI klinik bersama Unit K3, lnstalasi Farmasi dan Sub Bagian TU dan
Rumah Tangga klinik agar mudah dan dapat cepat diakses saat dibutuhkan, efektif dan
efisien.
E.1. APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi dengan selalu
mengukur potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas pelayanan/ tindakan medik
sehingga tepat, efektif dan efisien.
E.2. APD habis pakai disediakan melalui lnstalasi Farmasi dan Sub Bag TU dan RT
dengan paket floorstock terstandar,

E.3. Tim PPI klinik melakukan monitoring dan audit ketepatan penggunaan APD sebagai
bahan Komite PPIK dalam evaluasi dan rekomendasi peningkatan efektivitasnya.
E. Surveilans lnfeksi Klinik dilakukan secara sistematik aktif oleh IPCN (infection prevention
control nurse) - perawat pengendali infeksi purna waktu) dan IPCLN (link nurse - perawat
penghubung pengendali infeksi) untuk menggambarkan tingkat kejadian berbagai penyakit
infeksi target sesuai Pedoman Surveilans Kemenkes dan penyakit infeksi endemis.

F. Pengendalian resistensi antibiotika dilaksanakan klinik melalui Panitia Farmasi dan Terapi.
G.1. Pemilihan terapi antibiotik secara rasional kepada pasien didasarkan tujuan dan
indikasi (profilaksis atau terapi)
G.2. Panduan pengobatan antibiotika merujuk pada Kebijakan Pengelolaan Perbekalan
Farmasi di klinik di bawah tanggungjawab Sub Komite Farmasi dan Terapi.
Peresepan antibiotika mengacu pada formularium klinik dan atau DPHO BPJS
mempertimbangkan derajat penyakit, spektrum antibiotika, farmakokinetik,
farmakodinamik, keamanan serta harga terjangkau.
G.3. Ketepatan pemberian antibiotika agar aman bagi pasien meliputi :
● Tepat indikasi, obat benar-benar dibutuhkan;
● Tepat pemilihan obat dengan perbandingan biaya efektifitas yang baik;
● Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi, efek samping minimal;
● Tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat durasi pemakaian;
● Tepat informasi, kepada pasien dan keluarganya.
G.4. Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek samping
serta tindakan yang diambil.
G. Sterilisasi alat/ instrumen kesehatan pasca pakai di klinik dilakukan dengan 2 cara yaitu
secara fisika atau kimia, melalui tahapan pencucian (termasuk perendaman dan
pembilasan), pengeringan, pengemasan, labeling, indikatorisasi, sterilisasi, penyimpanan,
distribusi diikuti dengan pemantauan dan evaluasi
H. Alat medis habis pakai (AMHP) dapat digunakan sesuai dengan rekomendasi manufactur-
nya. Alat medis sekali pakai dapat digunakan ulang (re-used of single use devices) sesuai
kebijakan klinik tentang AMHP reusable.
I. Pengendalian lingkungan klinik meliputi penyehatan air, pengendalian serangga dan
binatang pengganggu, penyehatan ruang dan bangunan, pemantauan hygiene sanitasi
makanan, pemantauan penyehatan linen, disinfeksi permukaan - udara , lantai, pengelolaan
limbah cair - limbah B3 limbah padat medis - non medis dikelola oleh lnstalasi Kesehatan
Lingkungan dan Sub Bagian Rumah Tangga bekerjasama dengan pihak ketiga,
berkoordinasi dengan komite PPI klinik, sehingga aman bagi lingkungan.
J. Pengelolaan linen kotor dan bersih secara terpisah untuk mengurangi risiko infeksi pada
pasien, petugas dan lingkungan dilakukan menyeluruh dan sistematis agar mencegah
kontaminasi, di bawah tanggung jawab lnstalasi Laundry berkoordinasi dengan Komite
PPI klinik.
K. Pengelolaan makanan di lnstalasi Gizi memperhatikan standar sanitasi makanan minuman,
alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan penjamah makanan.
L.1. Semua bahan makanan yang disiapkan hingga sampai dengan disajikan kepada
pasien, pegawai dikelola sesuai pedoman dan standar prosedur pelayanan Instalasi
Gizi agar terhindar dari pencemaran dan penularan infeksi melalui makanan (sesuai
persyaratan hygiene makanan dalam Kepmenkes RI No.1204/SK/X/2004 ;
Keputusan Direktorat Jenderal POM No 03726/B/SK/VII/1989 ; Kepmenkes RI
No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi jasa boga)
L.2. Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih,
terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan lain serta suhu
penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan.
L.3 Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari proses
penyiapan bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene pribadi.
L.4. Pemeriksaan mikrobiologi lingkungan dilakukan setiap 6 bulan untuk monitoring
evaluasi mutu pembersihan lingkungan.
L. Pendidikan dan pelatihan pencegahan pengendalian infeksi klinik direncanakan dan
dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan oleh Bagian SDM dan Pendidikan
melalui Bidang Diklat bekerjasama dengan Komite PPI klinik untuk menjamin setiap
petugas yang berada dan bekerja di klinik (termasuk peserta didik dan karyawan kontrak)
memahami dan mampu melaksanakan program PPI klinik, khususnya kewaspadaan
standar dan isolasi.
M.1. Seluruh SDM baru wajib mengikuti program orientasi, termasuk materi PPI klinik.
M.2. Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh Bagian SDM
bersama Komite PPIK sesuai ketentuan yang berlaku sebagai dasar perencanaan
program selanjutnya.
M. Kesehatan dan keselarnatan kerja (K3) petugas di klinik terkait risiko penularan infeksi
karena merawat pasien maupun identifikasi risiko petugas yang mengidap penyakit
menular dilaksanakan oleh Unit K3 klinik berkoordinasi dengan Komite PPI klinik.
N. Pendidikan pencegahan dan pengendalian infeksi diberikan untuk setiap pasien.
P.1. Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi pasien baru masuk
meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan ketertiban pembuangan sampah.
O. Untuk pasien rawat jalan disampaikan oleh perawat pada Promosi Kesehatan klinik yang
dilaksanakan secara teratur berkesinambungan.
Pendidikan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk pengunjung dilaksanakan pada
PKklinik, melalui poster, leaflet atau banner dan berbagai media informasi lain di klinik.
P. Penerapan sistem manajemen informasi dalam pengelolaan PPI klinik ditujukan untuk
mengoptimalkan sosialisasi dan implementasi standar/ program monitoring dan evaluasi
kinerja, serta penyampaian feedback hasil surveilans PPI klinik, dilakukan bersama
Instalasi Teknologi Informasi klinik.
Q. Pengelolaan Darah dan Komponen
Pengelolaan darah dan komponen jenazah ditujukan untuk mencegah penularan infeksi
pada petugas kesehatan, pasien dan keluarga. Petugas kesehatan harus menjalankan
kewaspadaan standar ketika menangani darah dan komponennya.
Alat pelindung diri lengkap harus digunakan petugas yang menangani darah dan
komponennya. Kegiatan penanganan darah dan komponen di kamar jenazah dilakukan
bersama Instalasi Bank Darah.

Ditetapkan di Kertak Hanyar


Pada tanggal 10 Oktober 2022
Penanggung Jawab Klinik Utama Global Farma

DR.dr.M.Darwin Prenggono, Sp.PD. KHOM FINASIM

Anda mungkin juga menyukai