Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOKALEMIA

A. PENGERTIAN
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar atau serum mengacu pada konsentrasi
dibawah normal yang biasanya menunjukkan suatu kekurangan nyata dalam simpanan
total. (Brunner dan Suddarth 2002).
Hipokalemia adalah rendahnya kadar kalium didalam darah kita. Kalium kita ketahui
juga sebagai elektrolit yang berperan penting pada fungsi syaraf dan sel otot, terutama
fungsi sel otot jantung. Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) merupakan
suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.

B. GEJALA
Ada beberapa gejala dapat yang muncul jika kadar kalium berada di bawah batas normal,
antara lain:
Kram perut dan sembelit, kesemutan dan mati rasa, mual, kembung, muntah, Palpitasi
atau jantung berdebar, pingsan saat tekanan darah rendah, sering buang air kecil dan
merasa haus,kelelahan, serta kram di otot lengan dan kaki, gangguan psikologis seperti :
depresi, delirium, bingung, atau berhalusinasi.

1) Pengertian Elektrolit
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-)
Pengaturan elektrolit
1. Natrium (sodium)
a) Merupakan kation paling banyak yang terdapa pada Cairan Ekstrasel (CES)
b) Na+ mempenagruhi keseimbangan air, hantaran implus araf dan kontraksi otot.
c) Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya
sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (potassium)
a) Merupakan kation utama dalam CIS
b) Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
c) Diperlukan untuk pembentukan glikkogen, sintesa protein, pengaturan keseibangan
asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+. Nilai normalnya sekitar 3,5-
5,5 mEq/lt.
3. Kalsium
a) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, kondusi jantung, pembekuan darah
serta pembentukan tulang dan gigi.
b) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
c) Hormone paratiroid mengarbsobsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui
ginjal.
d) Hormon thirocaltitonim menghambat penyerapan Ca+ tulang.
4. Magnesium
a) Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.
b) Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurocemia, dn muscular excibility. Nilai
normalnya 1,5-2,5 mEq/lt.
5. Klorida
a) Terdapat pada CES dan CIS, normalnya 95-105 mEqlt.
6. Bikarbinat
a) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan CES dan CIS.
b) Bikarbonat diatur oleh ginjal.
7. Fosfat
a) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
b) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism karbohidrat, dan
pengaturan asam basa.
c) Pengaturan oleh hormone paratiroid

C. ETIOLOGI
a. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh Anda.
b. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat menyebabkan
hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti Furosemide). Obat lain
termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin, dan antibiotik tertentu.
c. Ginjal (ginjal) disfungsi - ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi
yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak
kalium. Obat yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
d. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau berkeringat.
e. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat) - aldosteron
adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari sistem endokrin,
seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan kalium.
f. Miskin diet asupan kalium (Price & Wilson, 2006)
Adapun penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia : muntah berulang-ulang,
diare kronik, hilang melalui kemih (mineral kortikoid berlebihan obat-obat
diuretik). (Ilmu Faal, Segi Praktis, hal 209).
D. PATOFISIOLOGI
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari simpanan tubuh
(3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq) terutama dalam
pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat
berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan
bagian terbesar dari zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalam menahan cairan
di dalam sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipun hanya merupakan
bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh dalam fungsi neuromuskular.
Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu
pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel. Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF
adalah penentuan utama potensial membran sel pada jaringan yang dapat tereksitasi,
seperti otot jantung dan otot rangka. Potensial membran istirahat mempersiapkan
pembentukan potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar
kalium ECF jauh lebih rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga sedikit
perubahan pada kompartemen ECF akan mengubah rasio kalium secara bermakna.
Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio
ini secara bermakna.
E. Pathway Kehilangan cairan
kalium tubuh
serum < Obat steroid, Disfungsi
3,5mEq/L Peningkatan licorice, aspirin, Ginjal Endokrin atau
ekskresi dan antibiotik masalah
tertentu hormonal

HIPOKALE
MIA

SSP & Pernafasan Saluran Ginjal


Cerna Kardiovaskuler
Neuromusk - Otot - Poliuria
- Anoreksia - Hipotensi portural
uler pernafasan - nokturia
- Mual - Disritmia
- Parastesia lemah
- Kelemahan - muntah - Perubahan pada
- Nafas EKG
otot dangkal
- Reflek  Gel T yg lebar &
tendon mendatar progresif
hilang  Depresi segmen T
 Gel U yg
menonjol

Ketidakefek Nutrisi Penurunan


Hambata Kekuran
tifan pola kurang curah
n gan
nafas dari jantung
mobilitas volume
kebutuh
fisik cairan
an

F. Manifestasi Klinis
1) CNS dan neuromuskular : Lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang
2) Pernapasan : Otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
3) Saluran cerna : Menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual mmuntah.
4) Kardiovaskuler : Hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
5) Ginjal : Poliuria,nokturia. (Price & Wilson, 2006, hal 344)
G. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.
2) Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
3) Glukosa serum : agak tinggi.
4) Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.
5) Osmolalitas urine : menurun.
6) GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit metabolik).
H. Pengobatan
1) Pemberian K melalui oral atau Intravena untuk penderita berat.
2) Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah.
3) Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan
pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L. Bila
ada intoksikasi digitalis, aritmia, atau kadar K serum Bila kadar kalium dalam serum >
3 mEq/L, koreksi K cukup per oral.

I. Komplikasi
a. Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat
menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan.
b. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam pengobatan kekuarangan
kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk
kedalam pembuluh darah.
(Ilmu Gizi 2011, hal 99)

J. Pencegahan
Kekurangan kalium bisa dihindari dengan menjaga agar kadar kalium dalam darah tetap
pada kondisi normal. Ada beberapa makanan yang bisa dikonsumsi untuk membuat kadar
kalium tetap normal, di antaranya adalah:
Alpukat, pisang, buah ara, kiwi, jeruk, bayam, tomat, susu, kacang-kacangan, selai
kacang, gandum.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, tanggal lahir, alamat, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, status perkawinan, penanggung biaya.
b. Keluhan utama
Mengalami muntah-muntah 1 hari sebelum MRS.
c. Riwayat penyakit sekarang
Contohnya dengan mengecek hasil pemeriksaan laboratorium dari cairan dan elektrolit.
Klien kekurangan volume cairan dan elektrolit.Pengkajian yang didapat, meliputi
timbulnya mual dan muntah-muntah, lemah, penurunan tekanan nadi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit yang dialami klien,
seperti hipertensi, DM, hipokalemia, dan penggunaan obat-obatan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya anggota generasi terdahulu yang menderita penyakit seperti klien.
f. Pola makan atau cairan
Kaji pola nutrisi sebelum MRS dan saat MRS Kaji pola nutrisi sebelum MRS dan saat
MRS biasanya pada klien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit timbul haus,
kelemahan, kulit kering, membran mukosa kering, penurunan haluaran urine, penurunan
tekanan darah, penurunan tekanan nadi, penurunan BB tiba-tiba, mual, kembung dan
muntah.
g. Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur sebelum MRS dan saat sakit. Biasanya klien mengalami
perubahan pada pola istirahat tidur karena Hambatan lingkungan, kurang kontrol tidur,
kurang privasi.
h. Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi sebelum dan saat sakit.
-Eliminasi fekal/BAB
-Eliminasi Urine/BAK
i. Pola aktivitas dan latihan
Klien dengan gangguan cairan dan elektrolit biasaynya mengalami kelemahan
beraktivitas.
j. Pola presepsso dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya serta penyakit yang dideritanya.
k. Pola peran hubungan
Kaji bagaiman peran dan fungsi serta hubungan dengan orang-orang di sekeitar.
l. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap penyakit yang dialami klien.
m. Pola kebersihan diri
Kaji bagaimana tindakan klien dalam menjaga kebersihan dirinya.

2.Diagnosa Keperawatan

1. Perfusi Perifer tidak efektif Berhubungan dengan Penurunan Hemoglobin ditandai


dengan Badan lemas, Anemis, CRT >2 detik

3. Intervensi

Diagnosa SLKI SIKI


Perfusi Perifer tidak Perfusi Perifer tidak
efektif efektif
Definisi : Penurunan Perfusi perifer (SLKI Perawatan sirkulasi
sirkulasi darah pada L.02011, 84) (SIKI, I.02079 hal:
level kapiler yang 345)
dapat mengganggu 1. Denyut nadi meningkat
metabolisme tubuh. 2. Penyembuhan luka Observasi
Faktor resiko meningkat 1. Periksa sirkulasi
1. Hiperglikemia 3. Sensasi meningkat perifer
2. Penurunan 4. Warna kulit pucat 2. Identifikasi faktor
Konsenterasi menurun resiko
hemoglobin 5. Edema perifer menurun 3. Monitor panas,
3. Peningkatan tekanan 6. Nyeri ekstremitas kemerahan, nyeri, atau
darah menurun bengkak pada
4. Pekurangan volume 7. Parastesia menurun ekstremitas
cairan 8. Kelemahan otot
5. Penurunan aliran arteri menurun Terapiutik
dan atau vena 9. Kram otot menurun 1. Hindari pemasangan
6. Kurang terpapar 10. Bruit femoralis infus atau
informasi tentang menurun pengambilan darah di
faktor pemberat 11. Nekrosis menurun area keterbatasan
(merokok, gayahidup 12. Pengisian kapiler perfusi
monoton, trauma, membaik 2. Lakukan pengukuran
obesitas, asupan 13. Tekanan darah sistolik tekanan darah pada
garam, mobilitas) membaik ekstremitas dengan
7. Kurang terpapar 14. Tekanan diastolik keterbatasan perfusi
informasi tentang membaik 3. Hindari pemasangan
proses penyakit 15. Tekanan arteri rata-rata dan penekanan
(diabetes melitus, membaik torniquet pada area
hiperlipidemia) 16. Indeks ankle brachial yang cedera
8. Kurang aktivitas fisik membaik 4. Lakukan pencegahan
(SDKI D.0009, hal 37) infeksi 5.Lakukan
Luaran tambahan perawatan kaki dan
Fungsi sensori (L.06048) kuku
1. Ketajaman 5. Lakukan hidrasi
pendengaran meningkat
2. Ketajaman Edukasi
pengelihatan meningkat 1. Anjurkan berhenti
3. Persepsi stimulasi kulit merokok
meningkat 2. Anjurkan berolahraga
4. Persepsi dosis 1 kepala rutin
meningkat 3. Anjurkan mengecek
5. Persepsi posisi tubuh air mandi untuk
meningkat menghindari kulit
6. Perbedaan bau terbakar
meningkat 4. Anjurkan penggunaan
7. Perbedaan rasa obat penurun tekanan
meningkat darah, antikoagulan,
dan penurun
kolesterol, jika perlu
Mobilitas fisik (L.05042) 5. Anjurkan meminum
1. Pergerakan ekstremitas obat pengontrol
meningkat tekanan darah secara
2. Otot meningkat teratur
3. Rentang gerak (ROM) 6. Anjurkan menghindari
meningkat obat penyekat beta
4. Nyeri menurun 7. Anjurkan melakukan
5. Kecemasan menurun perawatan kulit yang
6. Kaku sendi menurun tepat
7. Gerakan tidak 8. Anjurkan program
terkoordinasi menurun rehabilitasi vascular
8. Gerakan terbatas 9. Ajarkan program diet
menurun untuk memperbaiki
9. Kelemahan fisik sirkulasi
menurun 10. Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus dilaporkan

4.Implementasi

Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan

keperawatan.Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien

memenuhi kriteria hasil. Dalam implementasi terdapat tiga komponen tahap

implementasi, yaitu: tindakan keperawatan mandiri, tindakan keperawatan

kolaboratif, dan dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap

asuhan keperawatan (Allen, 1998)


5.Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang

dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnyasecara umum, evaluasi

ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,

menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji

penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.Evaluasi terbagi menjadi

dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus

pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan, dirumuskan

dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, subyektif(data

berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data

(pembandingan data dengan teori), perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif

adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai

dilakukan (Asmadi, 2008)


DAFTAR PUSTAKA

1. Ackley, B,J., Ladwing, G. B., & Makic, M.B.F(2017) Nursing diagnosis


Handbook, an evidence-based guide to planning care. 11 Ed. St. Louis:
Elsevier.

2. Carpenito-Moyet, L.J (2013). Nursing diagnosis appllication to clinical


practice. 14 Ed.philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

3. Sparks & Taylor (2011). Nursing diagnosis pocket guide. Philadelpia:


Lippincott William & Wilkins.

4. Herdman, T.H.,&Kamitsuru, S.(2014). Nursing diagnosis definition and


classification 2015-2017 10 Ed. Oxford: Willey Blackwell

5. Newfield, S.A Hinz, M.,D., Tilesu, D.S., Sridaromont, K.L, Maramba. P.J
(2012) Cox’s Clinical Applications of Nursing Diagnosisi Adult, Child,
Women’s.

6. Brunner & Suddarth: Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:

7. Buku Kedokteran EGC.

8. Kusuma Hardi.2015 jilid I II III. Jakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai