Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS SEVERE HIPOKALEMIA

DI RUANGAN PICU RSUD TORABELO KABUPATEN SIGI

DI SUSUN OLEH :
NAMA : NURAINUN A, S.Kep
NIM : 2022032037

CI LAHAN CI INSTITUSI

Andi Ulfiana, S.Kep.,Ns Ns. Agnes Erlita Distriani Patade, S.Kep.,M.Kep


NIP : 199103212019082001 NIK :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2023
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS SEVERE HIPOKALEMIA
DI RUANGAN PICU RSUD TORABELO KABUPATEN SIGI

DI SUSUN OLEH :
NAMA : NURAINUN A, S.Kep
NIM : 2022032037

CI LAHAN CI INSTITUSI

Andi Ulfiana, S.Kep.,Ns Ns. Agnes Erlita Distriani Patade, S.Kep.,M.Kep


NIP : 199103212019082001 NIK :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2023
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Hipokalemia adalah kondisi dimana kadar kalium dalam darah berada
dibawah normal. Kalium adalah bahan kimia (elektrolit) yang sangat penting untuk
proses kerja saraf dan otot sel, terutama sel otot jantung. Sehingga penurunan kadar
kalium dapat menyebabkan terganggunya kerja sel dalam tubuh. Kadar kalium darah
normal adalah 3,6-5,2 mmol/L. Tingkat kalium yang sangat rendah (<2,5mmol/L)
dapat menyebabkan kematian sehingga membutuhkan terapi pengobatan secepatnya.
Kalium merupakan salah satu dari banyaknya elektrolit dalam tubuh. Kalium
dapat ditemukan di dalam sel. Tingkat normal kalium sangat penting untuk
pemeliharaan jantung, dan fungsi sistem saraf.
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar atau serum mengacu pada
konsentrasi dibawah normal yang biasanya menunjukkan suatu kekurangan nyata
dalam simpanan kalium total.

2. Epidemiologi
Frekuensi penderita hipokalemia dalam populasi secara global sulit di
estimasi. Hampir 21% pasien yang dirawat di rumah sakit memiliki kadar kalium <
3,5 mEq/L dimana 5% diantaranya < 3 mEq/L selain itu, sekitar 24% pasien yang
dirawat tidak memperoleh penanganan hipokalemia yang adekuat.
Hipokalemia ditemukan pada 7–17% populasi pasien yang mengalami
kelainan kardiovaskular dan 40% pada pasien yang memperoleh terapi diuretik. Pada
pasien lansia, sekitar 5% memiliki kadar kalium < 3 mEq/L
Indonesia hingga saat ini, masih belum ada data mengenai prevalensi
penderita hipokalemia di Indonesia. Berdasarkan penelitian potong lintang yang
dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta antara Desember 2005
hingga Juni 2006 didapatkan 23% pasien yang dirawat akibat penyakit infeksi sebesar
23%. Mortalitas pada hipokalemia berkaitan dengan kejadian aritmia dan kematian
mendadak yang meningkat hingga 10 kali lipat. Di sisi lain, pasien dengan
hipokalemia seringkali memiliki berbagai gangguan medis bersamaan sehingga sulit
ditentukan penyebab independen hipokalemia dan morbiditas maupun mortalitasnya.
3. Etiologi
a. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh.
b. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat menyebabkan
hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti Furosemide). Obat
lain termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin, dan antibiotik tertentu.
c. Ginjal disfungsi, ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang
disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak
kalium. Obat yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
d. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau berkeringat.
e. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat), aldosteron
adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit.

4. Patofisiologi
Pada kondisi normal keseimbangan ion intra selular dan ekstraselular yang
mengatur ialah ion Na+ dan K+ tubuh. Tetapi pada Hipokalemia, dimana kadar
kalium ekstraselular yang lebih rendah mengakibatkan keseimbangan potensial
kalium berubah lebih negative sehingga Na+ lebih banyak masuk ke intraselular dan
kalium terlambat dan lebih sedikit yang keluar ke ekstra selular. menyebabkan
gangguan elektrik dan otot tidak dapat dieksitasi.
Gejala-gejala yang diakibatkan oleh perubahan polarisasi membran
menyebabkan gangguan pada fungsi jaringan yang dapat dieksitasi seperti otot. Studi-
studi elektrofisiologi saat ini menyebutkan bahwa defek yang fundamental pada
hipokalemia melibatkan peningkatan permeabilitas membran natrium otot, namun
masalah utama pada hipokalemia berhubungan dengan kanal kalsium. Periodik
paralisis sekunder akibat hipokalemia dapat disebabkan oleh penyebab lain seperti
tiroksikosis periodik paralisis, diet tinggi karbohidrat, renal tubular asidosis, dan
keracunan (Gunawan dan Yuliarni, 2018).
5. Pathway

kalium serum Peningkatan Obat steroid, Disfungsi Kehilangan Endokrin


ekskresi licorice, aspirin, Ginjal cairan tubuh atau masalah
< 3,5mEq/L dan antibiotik tertentu
hormonal

HIPOKALEMIA

SSP & Kardiovaskuler Ginjal


Pernafasan Saluran Cerna Hipotensi portural - Poliuria
 Neuromuskuler
- Otot - Anoreksia -
Disritmia Perubahan pada
- Parastesia - Mual muntah - - nokturia
EKG
- Kelemahan - -
 pernafasan lemah Gel T yg lebar & mendatar
otot -  Nafas dangkal
 progresif
- Reflek tendon Depresi segmen T
hilang
Gel U yg menon ol

Hambatan Ketidakefektifan  Nutrisi Penurunan curah Kekurangan


mobilitas fisik  pola nafas kurang dari  jantung volume cairan
kebutuhan
6. Klasifikasi
a. Hipokalemia ringan memiliki kadar kalium 3,1 - 3,5 mmol/L
b. Hipokalemia sedang memiliki kadar kalium 2,5 – 3,0 mmol/L
c. Hipokalemia berat memiliki kadar kalium <2,5 mmol/L

7. Manifestasi Klinis
a. Hipokalemia ringan
Penurunan kadar kalium pada hipokalemia rendah cenderung tidak memberikan
tanda dan gejala.
b. Hipokalemia sedang
Pada hipokalemia sedang <3.0 mmol/L memiliki tanda dan gejala seperti
mengalami kelesuan, kelemahan dan nyeri otot, dan sembelit.
c. Hipokalemia berat
Pada hipokalemia berat <2.5 mmol/L tubuh dapat mengalami masalah pada
neuromuscular, seperti :
1) Kelemahan otot yang parah dan kelumpuhan (dimulai pada tulang bagian
bawah atau kaki dan bergerak menuju tulang atas seperti tangan dan dada).
2) Mengalami kegagalan nafas (berkaitan dengan kelemahan otot pernafasan).
3) Kontraksi normal pada dinding usus untuk sementara berhenti (berkaitan
dengan kelemahan otot pencernaan).
4) Terjadi paraesthesia (sensasi seperti kesemutan, tertusuk, atau kulit seperti
terbakar pada tangan, kaki, lengan, tungkai).

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.
b. Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
c. Glukosa serum : agak tinggi.
d. Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.
e. Osmolalitas urine : menurun
f. GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosis metabolik).
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Diagnosis hipokalemia dapat ditegakkan melalui anamnesis mengenai
perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang.
Anamnesis terutama dapat memberikan gambaran penyebab dari hipokalemia.
Anamnesis terkait gejala hipokalemia sering kali tidak spesifik dan lebih
berkaitan dengan keluhan fungsi otot dan jantung, namun manifestasi klinis dari
hipokalemia biasanya muncul pada kondisi kadar kalium serum telah mencapai < 3
mmol/L. Beratnya gejala hipokalemia yang muncul berbanding lurus dengan derajat
dan durasi hipokalemia. Oleh karena itu, pada kondisi hipokalemia ringan, pasien
seringkali asimptomatis. Keluhan awal yang muncul seringkali dari penyebab yang
mendasari terjadinya hipokalemia dibandingkan akibat hipokalemia sendiri. Gejala
muskuloskeletal utama adalah kelemahan dan mudah lelah. Kelemahan otot pada
kondisi hipokalemia memiliki pola yang mirip dengan kondisi hiperkalemia, yakni
diawali dari ekstremitas bawah kemudian mengalami progresivitas asenden hingga
mencapai batang tubuh dan ekstremitas atas.
Apabila otot pernafasan terpengaruh, maka dapat muncul keluhan sesak nafas
hingga ancaman gagal nafas dan kematian. Apabila terdapat keterlibatan pada otot
gastrointestinal, dapat terjadi ileus disertai mual, muntah, distensi abdomen maupun
konstipasi. Pada hipokalemia berat, kram dan nyeri otot dapat muncul bersamaan
dengan rabdomiolisis dan myoglobinuria. Keluhan fungsi jantung yang sering
dirasakan pasien adalah palpitasi.
Pada anamnesis, penting dievaluasi riwayat kondisi pasien seperti adanya
kehilangan cairan dari gastrointestinal (muntah dan diare), penyakit komorbid
gangguan jantung, serta riwayat penggunaan obat seperti insulin, agonis beta, maupun
diuretik (sebagai contoh furosemide).

10. Terapi/tindakan penanganan


a. Pemberian Kalium melalui oral atau Intravena untuk penderita berat.
b. Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah.
c. Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L,
sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5
mEq/L. Bila ada intoksikasi digitalis, aritmia, atau kadar Kalium serum Bila kadar
kalium dalam serum > 3 mEq/L, koreksi Kalium cukup per oral.
d. Monitor
Kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama pada
pemberian secara intravena.
e. Pemberian Kalium intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena
yang besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali disertai aritmia atau
kelumpuhan otot pernafasan, diberikan dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCl
dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc NaCl isotonik.
f. Acetazolamide untuk mencegah serangan.
g. Triamterene atau spironolactone apabila acetazolamide tidak memberikan efek
pada orang tertentu.

11. Komplikasi
Hipokalemia bila dibiarkan akan berbahaya bagi penderitanya, komplikasi yang biasa
muncul pada pasien penyakit hipokalemia diantaranya, yaitu :
a. Aritmia Gangguan kesehatan yang terjadi pada irama jantung. Penyakit ini
menyebabkan detak jantung pengidapnya terasa tidak teratur yang bisa lebih cepat
atau lebih lambat.
b. Rhabdomyolysis Suatu sindrom atau kumpulan gejala yang disebabkan oleh
kerusakan dan kematian jaringan otot rangka. Sindrom ini terjadi akibat rusaknya
serat-serat otot dan keluarnya isi serat tersebut ke dalam aliran darah.
c. Ileus paralitik Suatu keadaan abnormal ketika terdapat hambatan atau kelumpuhan
pada motilitas/pergerakan usus.
d. Penyakit ginjal Sebuah kondisi ketika organ ginjal terganggu dan termasuk
masalah kesehatan yang serius. Kelainan ginjal yang tidak diobati dapat berujung
pada gagal ginjal total. Akibatnya, penderita penyakit ginjal membutuhkan dialisis
atau transplantasi ginjal untuk bertahan hidup.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
Pada pengkajian airway kaji ada tidaknya sumbatan jalan nafas
2) Breating
Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oksimeter, untuk
mempertahankan saturasi >95 %. Pada pasien hipokalemia ditemukan adanya
sesak nafas sehingga memerlukan oksigen, bisa dengan nasal kanul, simple
mask, atau non rebreathing mask sesuai dengan kebutuhan oksigen.
3) Circulation
Pada pasien hipokalemia terdengar suara S1 S2. Pada pasien hipokalemia
berikan cairan dengan kalium tinggi untuk meningkatkan elektrolit yang
hilang melalui IV.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU atau GCS. Jika pasien
mengalami penurunan kesadaran menunjukkan pasien masuk kondisi ekstrim
dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di
ICCU
5) Exposure
Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan fisik lainnya
b. Pengkajian sekunder
1) Five intervensi atau full of vital sign
Pada pasien dengan hipokalemia intervensi yang harus dilakukan adalah
pemeriksaan laboraturium darah lengkap untuk mengetahui kadar kalium.
2) Give comfort
Pada pasien dengan hipokalemia harus diberi posisi senyaman mungkin untuk
mengurangi rasa sesak pasien.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum pasien hipokalemia biasanya di dapatkan kesadaran yang
baik atau composmentis dan akan berubah sesuai dengan kadar kalium yang
hilang dalam tubuh.
2) Pemeriksaan fisik (B1-B6)
a) B1 (Breathing)
Pengkajian yang didapatkan dengan adanya dispnea, otot-otot
pernapasan lemah, dan napas dangkal.
b) B2 (Blood)
Pasien dapat mengeluh lemas dan mudah lelah. Gejala ini merupakan
tanda dari penurunan curah jantung. Adanya perubahan nadi, Nadi lemah
atau menurun, tidak teratur. Tekanan darah biasanya menurun akibat
terganggunya kerja jantung akibat kurangnya kalium dalam tubuh. Pada
pasien hipokalemia dapat terjadi hipotensi postural, disritmia, perubahan
pada EKG.
c) B3 (Brain)
Kesadaran composmetis, dan terkadang pasien mengeluh lemas karena
hilangnya kalium yang berlebihan. Pasien hipokalemia sering merasakan
lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang dan lemas.
Penurunan status mental / kacau mental, apatis, mengantuk, peka
rangsangan, koma, hiporefleksia, tetani,
paralisis.
d) B4 (Bladder)
Adanya polidipsi untuk memenuhi kalium yang hilang dan pasien akan
mengalami poliuria dan nokturia untuk menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh.
e) B5 (Bowel)
Pasien biasanya mual dan muntah, anoreksia, menurunnya motilitas usus
besar, enurunan bising usus, distensi abdomen akibat hilangnya kalium
dalam tubuh secara berlebih.
f) B6 (Bone)
Pada pengkajian B6 di dapatkan kulit dingin dan mudah lelah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi konduksi listrik.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan anoreksia dan diare.
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Intervensi Keperawatan
NO Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Setelah di lakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan umum


tindakan keperawatan … 2. Pantau frekuensi dan keteraturan 2. Pemeriksaan keteraturan  jantung
x24 jam diharapkan jantung pada setiap pemeriksaan. merupakan data untuk melakukan
EKG menunjukkan 3. Kaji EKG pada pasien dengan tidakan selanjutnya.
konfigurasi dan pemantauan EKG kontinu 3. EKG merupakan hasil
frekuensi jantung 4. Kolaborasi pemeriksaan jantung pada pasien
dalam batasan normal.  pemberian digitalis terhadap distrimia 4. Untuk mengurangi
Dengan kriteria: disritmia
a. Suhu tubuh normal
(36,5 –  37,60C)
b. KU membaik
c. Pola nafas normal

2 Setelah tindakan 1. Monitor pernapasan


dilakukan 1. Mengetahui status pernafasan
keperawatan selama ….x 24 jam 2. Posisikan pasien semi fowler 2. Untuk memaksimalkan potensial
pasien menunjukkan keefektifan 3. Auskultasi suara nafas. ventilasi
pola nafas, dengan kriteria hasil: 4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen 3. Memonitor kepatenan jalan napas
a. Frekuensi, irama, kedalaman terapi 4. Meningkatkan ventilasi dan asupan
pernapasan dalam batas oksigen
normal
b. Tidak menggunakan otot-otot
bantu pernapasan
c. Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (TD 120-
90/90-60 mmHg, nadi 80-
100 x/menit, RR : 18-24
x/menit, suhu 36,5 –  37,5 C)
DAFTAR PUSTAKA

Desi Salwani. 2019. Diagnosis dan Tatalaksana Hipokalemia. Jurnal Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Syah Kuala Banda Aceh.

Gunawan Dan Yuliarni, 2018. Profil Pasien Periodik Paralisis Hipokalemia Di Bangsal Saraf
RSUP DR M Djamil, Volume 7.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/835 Diakses 25 februari
2022.

Nathania, Maggie, 2019. Hipokalemia - Diagnosis Dan Tatalaksana, Volume 46 Nomor 2.

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:

DPP PPNI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai