Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS HIPOKALEMIA

DI RUANGAN RSUD TORA BELO KABUPATEN SIGI


PROVINSI SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH:

NURYANI RAUF, S.Kep


2022032037

CI LAHAN CI INSTITUSI

Leni Agustin, STr. Kep.,Ns Ns. Ni Nyoman Elfiyunai, S.Kep.,M.Kes


NIP : 198108092010012012 NIK : 20210902025

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023
LAPORAN PENDAHULUAN HIPOKALAEMIA

A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Hipokalemia adalah kondisi dimana kadar kalium dalam darah berada dibawah
normal. Kalium adalah bahan kimia (elektrolit) yang sangat penting untuk proses
kerja saraf dan otot sel, terutama sel otot jantung. Sehingga penurunan kadar
kalium dapat menyebabkan terganggunya kerja sel dalam tubuh. Kadar kalium
darah normal adalah 3,6-5,2 mmol/L. Tingkat kalium yang sangat rendah
(<2,5mmol/L) dapat menyebabkan kematian sehingga membutuhkan terapi
pengobatan secepatnya.
Kalium merupakan salah satu dari banyaknya elektrolit dalam tubuh. Kalium
dapat ditemukan di dalam sel. Tingkat normal kalium sangat penting untuk
pemeliharaan jantung, dan fungsi sistem saraf.
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar atau serum mengacu pada
konsentrasi dibawah normal yang biasanya menunjukkan suatu kekurangan nyata
dalam simpanan kalium total.

2. Etiologi
a. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh.
b. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat
menyebabkan hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti
Furosemide). Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin, dan
antibiotik tertentu.
c. Ginjal disfungsi, ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi
yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan
terlalu banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan
Amfoterisin B.
d. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau
berkeringat.
e. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat),
aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit.
3. Patofisiologi
Pada kondisi normal keseimbangan ion intra selular dan ekstraselular yang
mengatur ialah ion Na+ dan K+ tubuh. Tetapi pada Hipokalemia, dimana kadar
kalium ekstraselular yang lebih rendah mengakibatkan keseimbangan potensial
kalium berubah lebih negative sehingga Na+ lebih banyak masuk ke intraselular
dan kalium terlambat dan lebih sedikit yang keluar ke ekstra selular.
menyebabkan gangguan elektrik dan otot tidak dapat dieksitasi.
Gejala-gejala yang diakibatkan oleh perubahan polarisasi membran menyebabkan
gangguan pada fungsi jaringan yang dapat dieksitasi seperti otot. Studi-studi
elektrofisiologi saat ini menyebutkan bahwa defek yang fundamental pada
hipokalemia melibatkan peningkatan permeabilitas membran natrium otot, namun
masalah utama pada hipokalemia berhubungan dengan kanal kalsium. Periodik
paralisis sekunder akibat hipokalemia dapat disebabkan oleh penyebab lain seperti
tiroksikosis periodik paralisis, diet tinggi karbohidrat, renal tubular asidosis, dan
keracunan (Gunawan dan Yuliarni, 2018).

4. Manifestasi Klinik
a. Hipokalemia ringan
Penurunan kadar kalium pada hipokalemia rendah cenderung tidak
memberikan tanda dan gejala.
b. Hipokalemia sedang
Pada hipokalemia sedang <3.0 mmol/L memiliki tanda dan gejala seperti
mengalami kelesuan, kelemahan dan nyeri otot, dan sembelit.
c. Hipokalemia berat
Pada hipokalemia berat <2.5 mmol/L tubuh dapat mengalami masalah pada
neuromuscular, seperti :
1) Kelemahan otot yang parah dan kelumpuhan (dimulai pada tulang bagian
bawah atau kaki dan bergerak menuju tulang atas seperti tangan dan dada).
2) Mengalami kegagalan nafas (berkaitan dengan kelemahan otot
pernafasan).
3) Kontraksi normal pada dinding usus untuk sementara berhenti (berkaitan
dengan kelemahan otot pencernaan).
4) Terjadi paraesthesia (sensasi seperti kesemutan, tertusuk, atau kulit seperti
terbakar pada tangan, kaki, lengan, tungkai)
5. Pathway Keperawatan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.
b. Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
c. Glukosa serum : agak tinggi.
d. Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.
e. Osmolalitas urine : menurun
f. GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosis metabolik).

7. Penatalaksanaan
a. Pemberian Kalium melalui oral atau Intravena untuk penderita berat.
b. Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah.
c. Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L,
sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar
2,5-3,5 mEq/L. Bila ada intoksikasi digitalis, aritmia, atau kadar Kalium
serum Bila kadar kalium dalam serum > 3 mEq/L, koreksi Kalium cukup per
oral.
d. Monitor Kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama
pada pemberian secara intravena.
e. Pemberian Kalium intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui
vena yang besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali disertai aritmia
atau kelumpuhan otot pernafasan, diberikan dengan kecepatan 40-100
mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc NaCl isotonik.
f. Acetazolamide untuk mencegah serangan.
g. Triamterene atau spironolactone apabila acetazolamide tidak memberikan efek
pada orang tertentu.

8. Komplikasi
Hipokalemia bila dibiarkan akan berbahaya bagi penderitanya, komplikasi yang
biasa muncul pada pasien penyakit hipokalemia diantaranya, yaitu :
a. Aritmia Gangguan kesehatan yang terjadi pada irama jantung. Penyakit ini
menyebabkan detak jantung pengidapnya terasa tidak teratur yang bisa lebih
cepat atau lebih lambat.
b. Rhabdomyolysis Suatu sindrom atau kumpulan gejala yang disebabkan oleh
kerusakan dan kematian jaringan otot rangka. Sindrom ini terjadi akibat
rusaknya serat-serat otot dan keluarnya isi serat tersebut ke dalam aliran darah.
c. Ileus paralitik Suatu keadaan abnormal ketika terdapat hambatan atau
kelumpuhan pada motilitas/pergerakan usus.
d. Penyakit ginjal Sebuah kondisi ketika organ ginjal terganggu dan termasuk
masalah kesehatan yang serius. Kelainan ginjal yang tidak diobati dapat
berujung pada gagal ginjal total. Akibatnya, penderita penyakit ginjal
membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal untuk bertahan hidup.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Data yang
dikumpulkan dalam pengkajian ini meliputi unsur bio-psiko-sosio-spiritual.
Dalam proses pengkajian ada 2 tahap yang perlu dilalui yaitu pengumpulan data
dan analisa data (Muttaqin, 2011).
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Hal yang perlu disampaikan pada saat pengkajian yaitu nama, usia, jenis
kelamin, alamat, suku, agama, nomor register, pendidikan, tanggal MRS,
serta pekerjaan yang berhubungan dengan stress atau sebab dari lingkungan
yang tidak menyenangkan.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu penyebab pasien masuk rumah sakit yang dirasakan
saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas.
3. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan alasan dari awal pasien merasakan keluhan sampai akhirnya
dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada tahap ini hal yang perlu dikaji yaitu menanyakan masalah adanya
riwayat penyakit jantung, hipertensi, perokok berat, riwayat gagal jantung,
kerusakan katub jantung bawaan, diabetes mellitus dan infark miokard
kronis.
5. Riwayat penyakit Keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga pasien, adakah yang menderita
penyakit asma, penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi
6. Riwayat Alergi
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi pada jenis obat-obatan atau
makanan
b. Pengkajian primer
1) Airway
Pada pengkajian airway kaji ada tidaknya sumbatan jalan nafas
2) Breating
Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oksimeter, untuk
mempertahankan saturasi >95 %. Pada pasien hipokalemia ditemukan
adanya sesak nafas sehingga memerlukan oksigen, bisa dengan nasal kanul,
simple mask, atau non rebreathing mask sesuai dengan kebutuhan oksigen.
3) Circulation
Pada pasien hipokalemia terdengar suara S1 S2. Pada pasien hipokalemia
berikan cairan dengan kalium tinggi untuk meningkatkan elektrolit yang
hilang melalui IV.
4) Disability
Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU atau GCS. Jika pasien
mengalami penurunan kesadaran menunjukkan pasien masuk kondisi
ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan
perawatan di ICCU
5) Exposure
Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan fisik lainnya
c. Pengkajian sekunder
1) Five intervensi atau full of vital sign
Pada pasien dengan hipokalemia intervensi yang harus dilakukan adalah
pemeriksaan laboraturium darah lengkap untuk mengetahui kadar kalium.
2) Give comfort
Pada pasien dengan hipokalemia harus diberi posisi senyaman mungkin
untuk mengurangi rasa sesak pasien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum pasien hipokalemia biasanya di dapatkan kesadaran yang
baik atau composmentis dan akan berubah sesuai dengan kadar kalium
yang hilang dalam tubuh.
2) Pemeriksaan fisik (B1-B6)
a) B1 (Breathing)
Pengkajian yang didapatkan dengan adanya dispnea, otot-otot
pernapasan lemah, dan napas dangkal.
b) B2 (Blood)
Pasien dapat mengeluh lemas dan mudah lelah. Gejala ini merupakan
tanda dari penurunan curah jantung. Adanya perubahan nadi, Nadi
lemah atau menurun, tidak teratur. Tekanan darah biasanya menurun
akibat terganggunya kerja jantung akibat kurangnya kalium dalam
tubuh. Pada pasien hipokalemia dapat terjadi hipotensi postural,
disritmia, perubahan pada EKG.
c) B3 (Brain)
Kesadaran composmetis, dan terkadang pasien mengeluh lemas karena
hilangnya kalium yang berlebihan. Pasien hipokalemia sering
merasakan lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang
dan lemas. Penurunan status mental / kacau mental, apatis, mengantuk,
peka rangsangan, koma, hiporefleksia, tetani,
paralisis.
d) B4 (Bladder)
Adanya polidipsi untuk memenuhi kalium yang hilang dan pasien akan
mengalami poliuria dan nokturia untuk menjaga keseimbangan cairan
dalam tubuh
e) B5 (Bowel)
Pasien biasanya mual dan muntah, anoreksia, menurunnya motilitas
usus besar, enurunan bising usus, distensi abdomen akibat hilangnya
kalium dalam tubuh secara berlebih.
f) B6 (Bone)
Pada pengkajian B6 di dapatkan kulit dingin dan mudah lelah.
2. Diagnose Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas dan
perubahan preload.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.
d. Resiko ketidakseimbangan cairan dengan factor resiko Peradangan
pancreas, penyakit ginjal dan kelenjar
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Intervensi Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI RASIONAL

1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung (I.02075) 1. Untuk mengetahui gejala
jantung b.d perubahan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah
kontraktilitas dan keadekuatan jantung primer penurunan curah jantung jantung
perubahan preload memompa darah 2. Monitor tekanan darah 2. Untuk mempertahankan
dibuktikan dengan : meningkat dengan kriteria 3. Monitor saturasi oksigen tekanan darah dalam
(D.0008) hasil (L.02008 ) : 4. Monitor keluhan nyeri dada rentan normal
DS: 1. Kekuatan nadi 5. Posisikan pasien semi fowler 3. Untuk mempertahankan
1. Lelah membaik atau fowler dengan kaki saturasi oksigen
DO: 2. Lelah menurun kebawah atau posisi nyaman 4. Mengetahui keluhan nyeri
3. Dispnea menurun 6. Berikan oksigen untuk dada yang dirasakan
1. Edema
4. Tekanan darah mempertahankan saturasi 5. Agar pasien merasa
2. Distensi vena
membaik oksigen >94% nyaman
jugularis
6. Memperbaiki pola hidup
3. Central venous
yang baik
pressure (CVP)
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (I.01011) 1. Untuk mengetahui
b.d hambatan upaya keperawatan diharapkan 1. Monitor pola napas (frekuensi pola napas
nafas dibuktikan pola napas membaik kedalaman,usaha napas) 2. Memberikan posisi
dengan: dengan kriteria hasil: 2. Posisikan semi fowler atau nyaman
(D.0005) (L.01004) fowler 3. Untuk mengurangi
DS: 1. Dispnea menurun 3. Berikan minuman hangat batuk
Mengeluh sesak 2. Pernapasan cuping 4. Berikan oksigen jika perlu 4. Untuk mengurangi
(dispnea) hidung menurun 5. Ajarkan teknik batuk efektif sesak yang
3. Frekuensi 6. Kolaborasi pemberian dirasakan
DO:
napas membaik bronkodilator, ekspektoran 5. Untuk memudahkan
4. Kedalaman mukolitik jika perlu mengeluarkan dahak
1. Penggunaan
napas membaik atau lendir
otot bantu
6. Untuk mengobati
pernapasan
sesak yang
2. Fase
dirasakan
ekspirasi
memanjang
3. Pola napas
abnormal (mis.
takipnea,
bradipnea,
hiperventilasi,
kussmaul,
cheyne-stokes)
4. Adanya bunyi
napas tambahan
(mis. wheezing,
rales)

3. Defisit nutrisi b. d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119). 1. Untuk mencegah terjadinya
anoreksia, mual muntah keperawatan di harapkan 1. Anjurkan makan sedikit tapi mual danmuntah
dibuktikan dengan : nafsu makan membaik sering 2. Untuk meningkatkan kadar
( D.0019 ) dengan kriteria : 2. Ajarkan pasien tentang makanan kalium dam darah
Do : Berat badan menurun tinggi kandungan kalium dan 3. Pemberian obatfarmakologi
L.03030
minimal 10% dibawah anjurkan masukan makanan ini. 4. Untuk dapat memenuhi
rentang ideal. a. Turgor kulit baik 3. Obat dengan antiemetik sesuai kebutuhan nutrisi klien
b. Nafsu makan meningkat Program 5. Kebersihan mulut dapat
c. Tanda Tanda Vital 4. Libatkan pasien, orang terdekat, meningkatkan nafsu makan
normal dan ahli gizi pada perencanaan klien
d. Keadaan umum baik makananyang sesuai
5. Berikan hygiene oral sebelum
makan untuk meningkatkan
nafsu makan.
4. Resiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan (I.03098) 1. Kehilangan cairan yang
ketidakseimbangan keperawatan di harapkan berlebihan dapat
volume cairan dengan volume cairan dapat 1. Pantau frekuensi kehilangan
mengakibatkan dehidrasi
factor resiko : terpenuhi, dengan kriteria : cairan
2. Mencegah terjadinya
D.0036 2. Observasi khususnya tehadap
L.03020 dehidrasi
f. Peradanga kehilangan cairan yang tinggi
a. Tidak merasa haus, elektrolit
3. Keseimbangan intake dan
n pancreas
lemas, status mental 3. Anjurakan output sangat baik bagi
g. Penyakit pasien untuk
membaik pasien
ginjal dan menginformasikan kepada
kelenjar b. Tanda Tanda Vital perawat bilahaus 4. Memberikan kenyamanan
dalam batas norma. 4. Catat intake- outputcairan kepada pasien

5. Atur posisi klien senyaman 5. Pemeberian obat


mungkin farmakologi
6. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian obat.
5. Setelah diberikan asuhan Dukungan Ambulasi (I.06171) 1. mencegah kontraktur
Hambatan mobilitas
keperawatan selama 5x24 dan kekakuan sendi
fisik b.d dibuktikan
jam diharapkan pasien 1. Kaji tingkatkemampuan ROM 2. mempertahankan
dengan :
mobilitas meningkat, aktif pasien keseimbangan yang
D.0054
dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien untuk tepat
DS:
melakukan body mechanic dan 3. mingkatkan kerja
L.05042
1. Mengeluh sulit ambulasi vena, menurunkan
a. Pasien mampu
menggerakkan 3. Berikan sokongan (support) edema, dan
melakukan ROM
ekstremitas pada ekstremitas yang luka mengurangi rasanyeri
aktif, body mechanic,
4. Ajarkan cara-cara yang benar 4. Agar pasien terhindar
DO: dan ambulasi dengan
dalam melakukan macam- dari kerusakan
perlahan
macam mobilisasi seperti body kembali pada
1. Kekuatan b. Neuromuskuler dan
mechanic ROM aktif, dan ekstremitas yang luka
otot menurun skeletal tidak
ambulasi 5. Mempercepat waktu
2. Rentang gerak mengalami atrofi dan
5. Kolaborasi denganfisioterapi penyembuhan
(ROM) terlatih
menurun c. Pasien mampu sedini
mungkin melakukan
mobilisasi apabila
kontinuitas
neuromuskuler dan
skeletal berada
dalam tahap
penyembuhan total
DAFTAR PUSTAKA

Desi Salwani. 2019. Diagnosis dan Tatalaksana Hipokalemia. Jurnal Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Syah Kuala Banda Aceh.
Gunawan Dan Yuliarni, 2018. Profil Pasien Periodik Paralisis Hipokalemia Di Bangsal Saraf
RSUP DR M Djamil, Volume 7.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/835 Diakses 25 februari
2022.
Nathania, Maggie, 2019. Hipokalemia - Diagnosis Dan Tatalaksana, Volume 46 Nomor 2.
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai