Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS HIPOKALEMIA

DI RUANGAN ASOKA RSUD UNDATA PROVINSI


SULAWESI TENGAH

FERAWATI RUSDIANTO
202001096

A. CI INSTITUSI CI LAHAN
B.
C.
D.
E.
(Ns.F.Moh. Malikul Mulki, M.Tr.Kep) (Ns. Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep.,M.Kep)
NIK.20220901132 NIK. 20120901027

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS HIPOKALEMIA
DI RUANGAN ASOKA RSUD UNDATA PROVINSI
SULAWESI TENGAH

FERAWATI RUSDIANTO
202001096

G. CI INSTITUSI CI LAHAN
H.
I.
J.
K.
(Ns.L.Moh. Malikul Mulki, M.Tr.Kep) (Ns. Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep.,M.Kep)
NIK.20220901132 NIK. 20120901027

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2023
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Hipokalemia
Hipokalemia atau hypopotassaemia (ICD-9), mengacu pada
kondisi di mana konsentrasi kalium (K+) dalam darah rendah. Tingkat
normal kalium serum adalah antara 3,5-5,0 mEq/L, setidaknya 95% dari
kalium tubuh ditemukan di dalam sel, dengan sisanya dalam darah. Ini
gradien konsentrasi dipertahankan terutama oleh pompa Na+/K+.
2. Anatomi fisiologi
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan
intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi
kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (kitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada
orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq).
Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah
kalium pada wanita 25% lebih kecil disbanding pada laki-laki dan jumlah
kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak- anak.
19 Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial
dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan sedangkan perbedaan
kalium cairan intrasel dengan cairan interstissal adalah akibat adanya
transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan
natrium). 19-20 Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin
keseimbangan kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui
saluran cerna tergantungdari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa
pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir
sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus. pebagian
besar (70-80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus
proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di
lengkung henle 19-20 Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari 5. kulit dan urine mencapai 90%.
Nilai rujukan kalium serum pada:
 serum bayi: 3.6-5.8 mmol/L
 serum anak: 3.5-5.5 mmo/L
 serum dewasa : 3.5-5.3 mmol/L
 urine anak: 17-57 mmol/ 24 jam
 urine dewasa: 40-80 mmol 24 jam
 cairan lambung: 10 mmol/L
3. Etiologi
a. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh.
b. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat
menyebabkan hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop
(seperti Furosemide). Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-
kadang aspirin, dan antibiotik tertentu.
c. Ginjal disfungsi, ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu
kondisi yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan
mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA
termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
d. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau
berkeringat.
e. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron
meningkat), aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium.
Penyakit tertentu dari sistem endokrin, seperti aldosteronisme, atau
sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan kalium. Adapun
penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia muntah berulang-
ulang, diare kronik, hilang melalui kemih (mineral kortikoid berlebihan
obat-obat diuretik.
4. Patofisiologi
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98%
dari simpanan tubuh (3000-4000 mEq) berada di dalam sel dan 2% sisanya
(kira-kira 70 mEq) terutama dalam pada kompetemen ECF. Kadar kalium
serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar
di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar
dari zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalam menahan cairan
di dalam sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipun
hanya merupakan bagian kecil dari kalium, total, tetapi sangat berpengaruh
dalam fungsi neuromuscular.
Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF
dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat di membran sel.
Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama potensial
membran sel pada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung dan
otot rangka. Potensial membran istirahat mempersiapkan pembentukan
potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar
kalium ECF jauh lebih rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga
sedikit perubahan pada kompartemen ECF akan mengubah rasio kalium
secara bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam jumlah
besar yang dapat mengubah rasio ini secara bermakna.
Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperkalemia
berat yang dapat dikurangi kegawatannya dengan menginduksi
pemindahan kalium dari ECF ke ICF. Selain berperan penting dalam
mempertahankan fungsi nueromuskular yang normal, kalium adalah suatu
kofaktor yang penting dalam sejumlah proses metabolik. Homeostasis
kalium tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium antara ECF dan ICF juga
keseimbangan antara asupan dan pengeluaran.
Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan penting
dalam pengaturan ini, termasuk aldostreon, katekolamin, insulin, dan
variabel asam-basa. Pada orang dewasa yang sehat, asupan kalium harian
adalah sekitar 50-100 mEq. Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi akan
masuk kedalam sel dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi kalium yang
terutama terjadi melalui ginjal akan berlangsung beberapa jam. Sebagian
kecil (lebih kecil dari 20%) akan diekskresikan melalui keringat dan feses.
Dari saat perpindahan kalium ke dalam sel setelah makan sampai
terjadinya ekskresi kalium melalui ginjal merupakan rangkaian mekanisme
yang penting untuk mencegah hiperkalemia yang berbahaya. Ekskresi
kalium melalui ginjal dipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal
dan laju pengeluaran urine. Sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah
natrium yang mencapai tubulus distal dan peningkatan kalium serum
diatas normal, dan tertekan bila kadarnya menurun.
Sebagian besar kalium yang di filtrasikan oleh gromerulus akan di
reabsorpsi pada tubulus proksimal. Aldosteron yang meningkat
menyebabkan lebih banyak kalium yang terekskresi kedalam tubulus distal
sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+. Kalium yang
terekskresi akan diekskresikan dalam urine. Sekresi kalium dalam tubulus
distal juga bergantung pada arus pengaliran, sehingga peningkatan jumlah
cairan yang terbentuk pada tubulus distal (poliuria) juga akan
meningkatkan sekresi kalium. Keseimbangan asam basa dan pengaruh
hormon mempengaruhi distribusi kalium antara ECF dan ICF. Asidosis
cenderung untuk memindahkan kalium keluar dari sel, sedangkan alkalosis
cenderung memindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini akan
meningkat jika terjadi gangguan metabolisme asam-basa, dan lebih berat
pada alkalosis dibandingkan dengan asidosis. Beberapa hormon juga
berpengaruh terhadap pemindahan kalium antara ICF dan ECF. Insulin dan
Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke dalam sel. Sebaliknya,
agonis alfa- adrenergik menghambat masuknya kalium kedalam sel. Hal
ini berperan penting dalam klinik untuk menangani ketoasidosis diabetik.
5. Pathway
Asupan Konsumsi Obat- Pengeluar Perpindaha
Kadar
yang alkohol obatan an n
insulin
tidak berlebihan transeluler
melalui
ginjal/Gast
rointestina
l

Kadar Kalium MK : Gangguan


Rendah Cairan dan
(Hipokalemia) Elektrolit

MK : Kurang Periodic Paralisis Penurunan Kerja


Pengetahuan Hipokalemia Jantung

Gangguan Saluran Cerna


Kelemahan Perasaan
Nyeri Otot Toleransi Anoreksia,
Otot lelah
Glukosa mual muntah

Intoleransi Defisit
Nyeri Akut
Aktivitas Nutrisi

6. Manifestasi Klinis
a. CNS dan neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam
menghilang.
b. Pernapasan; otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
c. Saluran cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual,
muntah.
d. Kardiovaskuler; hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
e. Ginjal; poliuria,nokturia.
7. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai
berikut : Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-
hati dapat menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat
menimbulkan kelumpuhan. Hiperkalemia yang lebih serius dari
hipokalemia, jika dalam pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati
yang memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh
darah.
Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia
yaitu :
a. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan
hipokalemia terutama bila mendapat obat digitalis.
b. leus paralitik.
c. Kelemahan otot sampai kuadriplegia. Hipotensi ortostatik.
d. Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus
distal. Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.
e. PH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.
f. Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L. Klorida serum :
sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
2) Glukosa serum : agak tinggi.
3) Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.
4) Osmolalitas urine : menurun.
9. Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling penting dalam hipokalemia berat adalah
menangani penyebabnya, seperti memperbaiki diet, mengobati diare.
Pasien tanpa sumber yang signifikan kehilangan kalium dan yang tidak
menunjukkan gejala hipokalemia mungkin tidak memerlukan pengobatan.
a. Hipokalemia ringan (> 3,0 mEq / L) dapat diobati dengan lisan
suplemen kalium klorida (Klor-Con, Sando-K, Lambat-K). Karena ini
sering menjadi bagian dari asupan gizi yang buruk, makanan yang
mengandung kalium mungkin disarankan, seperti sayuran berdaun
hijau, tomat, buah jeruk, jeruk atau pisang. Kedua suplemen makanan
dan farmasi yang digunakan untuk orang yang memakai obat diuretik.
b. Hipokalemia berat (<3,0 mEq / L) mungkin memerlukan intravena
(IV) suplementasi. Biasanya, digunakan larutan garam, dengan 20-40
mEq KCl per liter selama 3-4 jam. Pemberian kalium IV di tingkat
lebih cepat (20-25 mEq / jam) dapat predisposisi tachycardias ventrikel
dan membutuhkan pemantauan intensif. Tingkat umumnya aman
adalah 10 mEq / jam. Bahkan di hipokalemia parah, suplementasi oral
lebih disukai diberikan profil keamanannya. Formulasi rilis
berkelanjutan harus dihindari dalam pengaturan akut. Kasus-kasus sulit
atau resisten dari hipokalemia mungkin dapat digunakan untuk diuretik
hemat kalium, seperti amilorid, triamterene, atau spironolactone atau
eplerenone.
10. Pencegahan
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hipokalemia,
antara lain:
a. Mengonsumsi makanan tinggi kalium, antara lain pisang, jeruk,
stroberi, kiwi, alpukat, dan persik. Konsumsi juga sayuran hijau,
jamur, kacang-kacangan, dan tomat.
b. Menghindari penggunaan obat diuretik dan laksatif secara berlebihan
atau tanpa pengawasan dokter.
c. Menghindari penggunaan suplemen kalium sendiri tanpa pengawasan
dokter.
11. Asuhan Keperawatan (Konsep Teori)
a. Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan
dasar utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama
kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
1) Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor
register.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati,
mual dan nafsu makan menurun.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri
otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah,
panas, mual, dan nafsu makan menurun.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah dahulu klien pernah menderita penyakit yang sama?
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat keluarga yang menderita sakit yang sama
dengan klien.Riwayat adanya penyakit Abses submandibula
pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan.
e) Riwayat Kesehatan Llingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih
seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang
jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
3) Pola Pengkajian Secara Fungsional
a) Nutrisi Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai
konsumsi makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum
sehari, penggunaan suplemen, vitamin makanan.Masalah nafsu
makan, mual, rasa panas diperut, lapar dan haus berlebihan.
b) Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai
pola BAB, BAK frekwensi karakter BAB terakhir, frekwensi
BAK.
c) Aktivitas – Latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan,
keseimbangan energy, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas
yang dilakukan dirumah, atau tempat sakit.
d) Istirahat Tidur
Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekwensi dan durasi
periode istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi
lingkungan saat tidur, masalah yang dirasakan saat tidur.
e) Kognitif – Perseptual
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori,
kenyamanan dan nyeri, fungsi kognitif, status pendengaran,
penglihatan, masalah dengan pengecap dan pembau, sensasi
perabaan, baal, kesemutan.
f) Konsep Diri-Persepsi Diri
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan
peran social, kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran.
g) Seksual Reproduksi
Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan
atau ketidakpuasan dengan seks, orientasi seksual.
h) Koping Toleransi Stress
Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk
mengatasi atau koping terhadap stress.
i) Nilai Kepercayaan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan,
dankepercayaan berhubungan dengan pilihan membuat
keputusan kepercayaan spiritual.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit Volume Cairan
2) Intoleransi Aktivitas
3) Nyeri Akut
c. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Defisit Volume Cairan 1. Fluid balance 1. Pertahankan catatan
berhubungan dengan : 2. Hydration intake dan output
1. Kehilangan volume 3. Nutritional yang akurat
cairan Status: Food and 2. Monitor status
2. Secara aktif Fluid Intake hidrasi
kegagalan Setelah dilakukan (kelembaban,
mekanisme tindakan keperawatan membran mukosa,
pengaturan defisit volume cairan nadi adekuat,
DS : teratasi dengan tekanan darah
- Haus kriteriahasil: ortostatik ), jika
DO : 4. Mempertahankan diperlukan
- Penurunan urine. 3. Monitor hasil lab
turgor 5. output sesuai yang sesuai dengan
- Kulit/lidah dengan usia dan retensi cairan
- Membran BB, BJ urine (BUN , Hmt ,
mukosa/kulit normal, Tekanan osmolalitas urin,
- Kering darah, nadi, suhu albumin, total
- Peningkatan tubuh dalam batas protein )
denyut nadi normal 4. Monitor vital sign
- Penurunan 6. Tidak ada tanda setiap 15menit – 1
tekanan darah tanda dehidrasi, jam
- Penurunan Elastisitas turgor 5. Kolaborasi
- Volume/tekanan kulit baik, pemberian cairan IV
nadi membran mukosa 6. Monitor status
- Pengisian vena lembab, tidak ada nutrisi
menurun rasa yang 7. Berikan cairan oral
- Perubahan status berlebihan. 8. Berikan penggantian
mental 7. Orientasi nasogatrik
- Konsentrasi terhadap waktu 9. sesuai output (50 –
urine meningkat
- Temperatur dan tempat baik 100cc/jam)
tubuh meningkat 8. Jumlah dan irama 10. Dorong keluarga
- Kehilangan berat pernapasan dalam untuk membantu
badan secara batas normal pasien makan
tiba-tiba 9. Elektrolit, Hb, 11. Kolaborasi dokter
- Penurunan urine Hmtdalam batas jika tanda cairan
output normal berlebih muncul
- HMT meningkat 10. pH urin dalam meburuk
- Kelemahan batas normal 12. Atur kemungkinan
11. Intake oral dan tranfusi
intravena adekuat 13. Persiapan untuk
tranfusi
14. Pasang kateter jika
perlu
15. Monitor intake dan
urin output setiap 8
jam
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi
dengan faktor risiko : tindakan (L05178)
D.0056 keperawatan Observasi :
- ketidakseimbangan diharapkan toleransi - Identifikasi
antara suplai dan aktivitas meningkat fungsi yang
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil menyebabkan
- tirah baring (L05042) : kelelahan.
- kelemahan - Kelemahan - Monitor
- imobilitas fisik kelelahan fisik
- gaya hidup monoton menurun dan emosional.
- Lelah - Monitor pola
menurun dan jam tidur.
- Frekuensi - Monitor lokasi
nadi dan
meningkat ketidaknyaman
- Kemudahan selama
dalam melakukan
melakukan aktivitas.
aktivitas Terapeutik
meningkat - Sediakan
llingkungan
yang nyaman
dan rendah.
- Lakukan latihan
rentang gerak
pasif atau aktif.
- Berikan
aktivitas
distraksi yang
menenangkan.
- Fasilitas duduk
di sisi tempat
tidur
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
strategi koping
untuk
mengurangi
kelelahan.
Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan
makanan.
Nyeri akut berhubungan
dengan
DAFTAR PUSTAKA

Desi Salwani. 2019. Diagnosis dan Tatalaksana Hipokalemia. Jurnal Kesehatan


Fakultas Kedokteran Universitas Syah Kuala Banda Aceh.
Gunawan Dan Yuliarni, 2018. Profil Pasien Periodik Paralisis Hipokalemia Di
Bangsal Saraf RSUP DR M Djamil, Volume 7.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/835 .
Nathania, Maggie, 2019. Hipokalemia - Diagnosis Dan Tatalaksana, Volume 46
Nomor 2.
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai